Anda di halaman 1dari 3

Karya-Karya Haly Abbas (Ali Ibnu Abbas Al-Majusi)

1. Mengembangkan Teknologi Pengolahan Aspal Menjadi Minyak


Dokter dan psikolog Muslim bernama Ali Abbas al-Majusi. Beliau ini turut berjasa dalam
mengembangkan teknologi pengolahan aspal menjadi minyak. Ilmuwan dari Persia itu cukup
dikenal di Barat lewat buah pikirnya yang berjudul Kitab Al-Maliki serta Kitab Kamil as-
Sina'a at-Tibbiyya (Complete Book of the Medical Art). Buku teks kedokteran dan psikologi
yang ditulisnya itu sangat berpengaruh di Barat.
Ia mendirikan sebuah rumah sakit di Shiraz, Persia, serta Rumah Sakit Al-Adudi di
Baghdad pada 981 M. Sebelum masuk Islam, Al-Majusi adalah penganut Zooraster yang
menyembah api. Al-Majusi berhasil mengolah aspal menjadi minyak yang dapat digunakan
untuk mengobati penyakit dan luka kulit. Ia memeras endapan aspal yang dipanaskan untuk
diambil airnya (Sasongko, 2019).
2. Menulis Kitab Kamil al-Sina'a atau Kamil al-Maliki
Ali Abbas al-Majusi juga dikenal sebagai penulis sejumlah buku medis. Ia pun
disejajarkan dengan ilmuwan muslim lain, seperti Zakariya ar-Razi dan Ibnu Sina. Beberapa
penemuan baru Ali Abbas diabadikannya dalam wujud tulisan lepas dan buku karya ilmiah.
Kerja keras, kecerdasan, dan prestasi Ali Abbas akhirnya didengar oleh Amir Daulah yang
segera meminta Ali Abbas menulis sesuatu yang berguna bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Ali Abbas pun membuat sebuah karya penting di bidang kedokteran, yang kemudian
dipersembahkannya untuknya. 125 Karya tersebut berjudul Kamil al-Sina'a atau Kamil al-
Maliki. Kitab ini ia tulis untuk penguasa Buwaihi, al-Dawlah Fanna Khusraw, yang
memerintah antara 949 M -983 M. Karya Ali Ibnu Abbas ini, yang disebut juga Kamil al-
Shina’ah al-Thibbiyyah, sebuah “kamus penting yang meliputi pengetahuan dan praktik
kedokteran”, lebih ringkas dari pada al-Hawi (buku karya al-Razi), dan dipelajari dengan
lebih bersemangat hingga digantikan oleh karya yang muncul berikutnya, yang ditulis oleh
Ibnu Sina, yakni Al-Qanun. Jika Al-Qanun dianggap sebagai "Kitab Kedokteran" sekaligus
karya terbaik Ibnu Sina karena berisi pembahasan tentang seni bedah dan penyembuhan luka
maka Kamil al Sina'a adalah sebuah buku legendaris karya Ali Abbas Majusi yang mengulas
tentang ilmu bedah hingga ke intinya.
Dalam karyanya itu, Al-Majusi menekankan pentingnya hubungan yang sehat antara
dokter dan pasien. Hubungan itu, kata dia, sangat penting dalam etika kedokteran. Kitab itu
juga mengupas secara detail metodologi ilmiah yang berkaitan dengan riset biomedikal
modern. Secara khusus, sang ilmuwan juga mengupas seluk-beluk masalah psikologi dalam
buku nya The Complete Art of Medicine.
Bagian terbaik dari buku al-Maliki membahas mengenai makanan bergizi dan perawatan
medis (materia medica). Diantaranya sumbangan utamanya adalah konsep awal tentang
sistem pembuluh darah kapiler dan pembuktian bahwa pada saat persalinan, seorang bayi
tidak keluar dengan sendirinya, tapi didorong oleh kontrkasi otot dalam rahim. Buku ini
sangat spektakuler karena terdiri dari 110 bab. Dalam Kamil al-Sina'a volume 10, Ali Abbas
melengkapinya dengan menambahkan sebuah teori khusus mengenai terapi pembedahan,
padahal ilmu tersebut masih kurang diminati di dunia ilmu pengetahuan Islam masa itu. Ilmu
jenis ini muncul pertama kali dalam bentuk terjemahan literatur berbahasa Arab pada abad IX,
sebelum kemudian memasuki Eropa pada abad pertengahan (Wandi,2017).
Al-Majusi menekankan pentingnya diet yang benar, mandi, istirahat dan berolahraga
untuk mendapatkan badan dan pikiran yang sehat, dan ditulisnya mengenai kaitan psikologi
dan pengobatan. Dia menggaris bawahi pentingnya psikoterapi dalam menangani penyakit-
penyakit psikosomatis, salah satunya disebutkan dengan cinta yang tak berbalas. Tulisan-
tulisannya mengenai racun, termasuk gejala dan penangkalnya manandai dimulainya ilmu
toksikologi di zaman pertengahan. Dia juga menulis penggunaan obat berkandungan opiate,
juga permasalahan seputar kecanduan obat sebagai bagian dari pembahasan umumnya
mengenai pengobatan dan dia juga mengangkat soal kemoterapi. Al-Majusi menentang
kontrasepsi, dan dia menganjurkan para dokter dan mahasiswa kedokteran untuk menjunjung
tinggi standar etika kedokteran, sebagaimana yang disebutkan dalam sumpah Hipocrates.
Dicetak Ke Latin
Di kemudian hari, para penerjemah bahasa Latin abad pertengahan menerjemahkan karya
tersebut menjadi Liber Regius atau Liber Regalis. Buku bersejarah ini kembali menjadi
sorotan dalam sejarah kedokteran sebab isinya dianggap hampir mirip dengan Liber Pantegni.
Buku itu pun menjadi buah bibir di kalangan para ilmuwan. Namu, pada akhirnya Liber
Regalis dianggap sebagai buku ajar utama yang paling lengkap di bidang kedokteran.
Pada tahun 1492, karya Ali Abbas tersebut dicetak ulang di Venice, lalu di Lyons pada
tahun 1523. Adapun bab khusus mengenai pembedahan sebenarnya telah diterjemahkan oleh
Constantin, seorang ilmuwan Afrika, pada abad XI, dan sudah diajarkan di berbagai
perguruan tinggi di Salermo. Sementara itu, Kamil al-Sina'a versi Arab dicetak ulang di Kairo
pada tahun 1297 (Belajar Agama Islam. 2014).

Daftar Pustaka

Wandi. 2017. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Lakeisha

Belajar Agama Islam. 2014. Ilmuwan Muslim, Ali bin Abbas Al-Majusi. Diperoleh dari
http://islamsurga.blogspot.com/2014/07/ilmuwan-muslim-ali-bin-abbas-al-majusi.html.
Diakses pada tanggal 2 Maret 2021 Pukul 09.00 WIB

Sasongko, Agung. 2019. Mengenal Ali Ibnu Abbas Al-Majusi. Diperoleh dari
https://www.republika.co.id/berita/px904k313/mengenal-ali-ibnu-abbas-almajusi. Diakses
pada tanggal 2 Maret 2021 Pukul 09.15 WIB

Anda mungkin juga menyukai