Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Muwatta merupakan salah satu kitab hadits terbesar dan termashur
sepanjang sejarah manusia dari dulu abad ke II Hijrah hingga nanti. Al
muwatta adalah kitab fikih berdasarkan himpunan hadits-hadits pilihan. Santri
mana yang tak kenal kitab yang satu ini. Ia menjadi rujukan penting, khususnya
dikalangan pesantren dan ulama kontemporer. Karya terbesar klasifikasi fikih
dengan memperinci kaidah fikih yang diambil dari hadits dan fatwa sahabat.
Kitab al-Muwatta disusun oleh Imam Malik selama empat puluh
tahun. Ibnu Abdil Barr mentakhrijkan dari umar bin Abdil Wahid murid Al-
Auzai, beliau menceritakan : Kami membaca al-Muwatta dihadapkan Imam
Malik dalam waktu 40 hari, lalu Imam Malik berkata: Kitab ini aku susun 40
tahun, kalian mengambilnya hanya dalam 40 hari. Betapa sedikit apa yang
kalian pahamkan dari padanya.1
Menurut beberapa riwayat, sesungguhnya al Muwatta tak akan lahir
bila Imam Malik tidak dipaksa Khalifah Mansur. Setelah penolakan untuk ke
baghdad, Khalifah Al Mansur meminta Imam Malik mengumpulkan hadits dan
membukukannya. Awalnya, Imam Malik enggan melakukan itu. Namun,
karena dipandang tak ada salahnya melakukan hal tersebut, akhirnya lahirlah al
Muwatta. Ditulis di masa Al Mansur (754 775 M) dan baru selesai di masa
Al Mahdi (775 785 M).
Dunia Islam mengakui al Muwatta sebagai karya pilihan yang tak ada
duanya. Menurut Syah Walilullah, kitab ini merupakan himpunan hadits paling
shahih dan terpilih. Imam Malik memang menekankan betul terujinya para
perawi. Semula, memasukkan 1.720 hadits. Kitab ini telah diterjemahkan ke
dalam beberapa bahasa dengan 16 edisi yang berlainan.2
Makalah ini akan memaparkan secara garis besar salah satu kitab
tertua produk abad ke-12 Hijrah yakni al-Muwatta, dengan memfokuskan dua

1
Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Al-Quran dan Hadits Jilid I, (Jakarta : Widya
Cahaya, 2009), iii.
2
File:///F:All-About-Imam-Malik. Diakses pada tanggal 3 Desember 2010

1
materi bahasan, Pertama, tentang Biografi Imam Malik, Kedua, tentang guru-
guru, murid-murid, dan karya-karyanya, kitab al-Muwatta yang meliputi
beberapa aspek, diantaranya : latar belakang pernyusunan kitab al-Muwatta,
isi kitab al-Muwatta, sistematika, metode, kualitas hadits-hadits.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Imam Malik?
2. Siapa saja guru-guru, murid-murid dan karya-karya Imam Malik?
3. Apa yang melatarbelakangi penyusunan kitab al-Muwatta?
4. Bagaimana sejarah penamaan kitab al-Muwatta?
5. Sejauh mana cakupan isi kitab al-Muwatta?
6. Bagaimana Sistematika Kitab al-Muwatta?
7. Bagaimana metode penyusunan dan kualitas hadits-hadits?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bigrafi Imam Malik
2. Untuk mengetahui guru-guru, murid-murid dan karya-karya Imam Malik
3. Untuk mengetahui melatarbelakangi penyusunan kitab al-Muwatta
4. Untuk mengetahui sejarah penamaan kitab al-Muwatta
5. Untuk mengetahui cakupan isi kitab al-Muwatta
6. Untuk mengetahui Sistematika Kitab al-Muwatta
7. Untuk mengetahui metode penyusunan dan kualitas hadits-hadits

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Malik


Imam Malik yang memiliki nama lengkap Abu Abdullah Malik bin
Anas bin Malik bin Abi Amar bin Amru bin Ghaiman bin Husail Amru bin
Al-Haris Al-Asbahi al-Madani.3 Dengan melihat nasab imam Malik, beliau
memiliki silsilah yang sampai kepada tabiin besar (Malik) dan kakek buyut
(Abu Amir) seorang sahabat yang selalu mengikuti dalam peperangan pada
masa Nabi.
Imam Malik dilahirkan di kota Madinah, dari sepasang suami-istri
Anas Bin Malik dan Aliyah Binti Surraik, bangsa arab Yaman.4 Ayah Imam
Malik bukan Anas bin Malik sahabat nabi, tetapi seorang tabiin yang sangat
minim sekali informasinya. Dalam buku sejarah hanya mencatat, bahwa ayah
Imam Malik tinggal disuatu tempat bernama Zulmarwah, nama suatu di padang
pasir sebelah utara Madinah dan bekerja sebagai pembuat panah.5
Tentang tahun kelahiran Imam Malik, terdapat perbedaan pendapat
dikalangan sejarawan. Ada yang menyatakan 90 H, 93 H, 94 H dan ada pula
yang menyatakan 97 H. tetapi mayoritas sejarawan lebih cenderung
menyatakan beliau lahir tahun 93 H pada masa khalifah Sulaiman bin Abdul
Malik ibn Marwan dan meninggal tahun 179 H.6
Imam Malik menikah dengan seorang hamba yang melahirkan 3 anak
laki-laki (Muhammad, Hammad, dan Yahya) dan seorang anak perempuan
(Fatimah yang mendapat julukan Umm Al-Muminin). Menurut abu Umar,
Fatimah termasuk diantara anak-anaknya yang dengan tekun mempelajari dan
hafal dengan baik Kitab al-Muwatta.7

3
Abdul Gafur Sulaiman al-Bandari, al-Masuah Rijal al-Kutub al-Tisah, Juz III (Beirut : Dar al-
Kutub al-Islamuyah, 2993), 494.
4
Ibid,
5
Muhammad bin Alwi, Malik Ibn Anas (al-Azhar : Majma al-Buhus al-Islamiyyah, 2981), 10
6
Muhammad Awadah, Malik Bin Anas Imam Dar Al-Hijrah, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
1992), 5
7
Al-Kandahlawi, Aujaz al-Malik Ila Muwatta, Juz I (Beirut : al-Saadah, 1973), 20

3
Imam Malik memiliki budi pekerti yang luhur, sopan, lembah lembut,
suka menolong orang yang kesusahan, dan suka berderma kepada fakir miskin.
Beliau juga termasuk orang yang pendiam, tidak suka membual dan berbicara
seperlunya, sehingga dihormati oleh banyak orang.
Namun dibalik kelembutan sikapnya, beliau memiliki kepribadian
yang sangat kuat, dan kokoh dalam pendirian. Beberapa hal bisa menjadi bukti
adalah: Pertama, penolakan Imam Malik untuk datang ketempat penguasa
(istana), Khalifah Harun al-Rasyid, dan menjadi guru bagi keluarga mereka.
Bagi Imam Malik, semua orang yang membutuhkan ilmu harus datang kepada
guru dan ilmu mendatangi murid-murid serta tidak perlu secara ekslusif
disendirikan, meski mereka adalah penguasa. Kedua, Imam Malik pernah
dicambuk 70 kali oleh Gubernur madinah jafar ibn sulaiman ibn ali ibn
abdullah ibn abbas, paman dari khalifah jafar al-mansur, karena menolak
mengikuti pandangan Jafar ibn Sulaiman.8 Bahkan dalam sebuah riwayat
diceritakan Imam Malik didera dengan cemeti, sehingga tulang punggungnya
hampir putus dan keluar dari lengannya dan tulang belakangnya hampir remuk.
Setelah itu beliau diikat diatas punggung unta dan diarak keliling Madinah,
supaya beliau malu dan mau mencabut fatwa-fatwanya yang berbeda dengan
penguasa, tetapi Imam Malik tetap menolaknya. Ketiga, meski tiga Khalifah
Jafar al-Mansur (131 163 H), al-Mahdi (163 173 H) dan Harun al-Rasyid
(173 197H) telah meminta Imam Malik menjadikan kitab al-Muwatta
sebagai kitab resmi negara, namun tiga kali pula Imam Malik menolak
permintaan mereka. Imam Malik pernah belajar kepada 900 guru, 300
diantaranya dari golongan tabiin dan 600 orang dari kalangan tabiit tabiin.

B. Guru-guru, murid-murid dan karya-karyanya


a. Guru-gurunya
Sejak kecil dukungan orang tuanya, khususnya ibu-nya, beliau
berguru kepada para ulama di Madinah. Beliau tidak pernah berkelana
keluar dari Madinah. Karena, kota Madinah pada masa itu adalah pusat

8
Al-Kandahlawi, Aujaz al-Masalik Ila Muwatta, Juz I (Beirut : al-Saadah, 1973), 20

4
Ilmu Pengetahuan Agama Islam, dan karena ditempat inilah banyak tabiin
yang berguru dari sahabat-sahabat Nabi dan banyak ulama dari berbagai
penjuru dunia berdatangan untuk berguru dan bertukar pikiran. Imam Malik
pernah belajar kepada 900 guru, 300 diantaranya dari golongan tabiin dan
600 orang dari kalangan tabiit tabiin. Menurut Amin al-Khulli, diantara
guru-gurunya yang terkemuka adalah :
1) Rabiah al-Rayi bin Abi Abdurrahman Furuh al-Madani (w. 136 H).
Rabiah adalah guru Imam Malik pada waktu kecil, yang mengajari
Imam Malik tentang Ilmu Akhlak, Ilmu Fiqh dan Ilmu Hadist. Ada 12
riwayat hadist yang diriwayatkan, dengan perincian lima musnad dan
satu mursal.9
2) Ibnu Hurmuz Abu Bakar bin Yazid (w. 147 H). Imam Malik berguru
kepada Hurmuz selama kurang lebih 8 tahun dalam Ilmu Kalam, Ilmu
Itiqad dan Ilmu Fiqh dan mendapatkan 54-57 hadist darinya.10
3) Ibnu Syihab al-Zuhri (w. 124 H), Imam Malik meriwayatkan 132 hadist
darinya, dengan rincian 92 hadist musnad dan yang lainnya mursal.
4) Nafi ibn Surajis Abdullah al-Jaelani (w. 120 H). Dia adalah pembantu
keluarga Abdullah ibn Umar dan hidup pada masa Khalifah Umar ibn
Abdul Aziz. Riwayat Imam Malik darinya adalah riwayat yang paling
sahih sanadnya. Imam Malik mendapat 80 hadist lebih dari Nafi.
5) Jafar Sadiq ibn Muhammad ibn Ali al-Husain ibn Abu Talib al-
Madani. (w. 148 H). Beliau adalah salah seorang imam isna
asyariyyah, ahlul bait dan ulama besar. Imam Malik bergutu fiqh dab
hadist kepadanya dan mengambil sembilan hadist darinya dalam bab
manasik.11
6) Muhammad ibn al-Munkadir ibn al-Hadiri al-Taimy al-Qurasyi (w. 131
H). Beliau adalah saudara dari Rabiah al-Rayi, ahli fiqh hijaz dan

9
Amin al-Khulli, Malik Bin Anas (Beirut : Dar al-Fikr, t.th.), 65
10
Ibid,
11
Muhammad Hamid Husain, Kitab al-Muwatta, Muqaddimah, (Dar Kutub al-Islamiyyah,
t.th.), ba-jim

5
Madinah, ahli hadist dan seorang qari yang tergolong sayyidat al-
qura.12

b. Murid-muridnya
Murid-murid Imam Malik dapat diklasifikasikan dalam tiga
kelompok :
a) Dari kalangan Tabiin di antaranya Sufyan al-Sauri, al-Lais bin Said,
Hammad ibn Zaid, Sufyan ibn Uyainah, Abu Hanifah, Abu Yusuf,
Syarik ibn Lahiah, dan Ismail ibn Khatir.
b) Dari kalangan Tabiit tabiin adalah al-Zuhri, Ayub al-Syahkhtiyani,
Abul Aswad, Rabiah ibn Abd al-Rahman, Yahya ibn Said al-Ansari,
Musa ibn Uqbah dan Hisyam ibn Urwah.
c) Bukan Tabiin : Nafi ibn Abi Nuaim, Muhammad ibn Aljan, Salim ibn
Abi Umaiyah, Abu al-Nadri, Maula Umar ibn Abdullah, al-SyafiI, dan
Ibn Mubarak.13

c. Karya-karyanya
Di antara karaya-karya Imam Malik adalah : (a) al-Muwatta, (b)
Kitab Aqdiyah, (c) Kitab Nujum, Hisab Madar al-Zaman, Manazil al-
Qamar, (d) Kitab Manasik, (e) Kitab Tafsir li Garib Al-Quran, (f) Ahkan
Al-Quran, (g) al-Mudawanah al kubra, (h) Tafsir al-Quran (i) Kitab Masa
Islam (j) Risalah ibn Matruf Gassan (k) Risalah ila al-Lais (l) Risalah ila ibn
Wahb. Namun, dari beberapa karya tersebut yang sampai kepada kita hanya
dua yakni, al-Muwatta dan al-Mudawwanah al-Kubra.

d. Wafat Imam Malik


Sebagaimana tahun kelahirannya, ada beberapa versi tentang waktu
meninggalnya Imam Malik. Ada yang berpendapat tanggal 11, 12, 13, 14
bulan Rajab 179 H dan ada yang berpendapat 12 Rabiul Awwal 179 H. Di

12
Amin al-Khulli, Malik ibn Anas, 96-97
13
Ibn Hajar al-Aqalani, Tahzib al-Tahzib, Juz X (Beirut : Daral al-Fikr, 1994)

6
antara pandangan yang peling banyak diikuti adalah pendapat Qadi Abu
Fadl Iyad yang menyatakan bahwa Imam Malik meninggal pada hari ahad
12 rabiul Awwal 179 H dalam usia 87 tahun, setelah satu bulan menderita
sakit. Beliau dikebumikan di kuburan Baqi.14

C. Latar Belakang Penyusunan Kitab Al-Muwatta


Ada beberapa versi yang mengemukakan tentang latar belakang
penyusunan al-Muwatta. Menurut Noel J. Coulson, problem dan sosiallah
yang melatar belakangi penyusunan Al-Muwatta. Kondisi politik yang penuh
konflik pada masa transisi daulah umayyah-abbasiyah yang melahirkan tiga
kelompok besar (Khawarij, Syiah-Keluarga Istana) yang mengancam
intregitas kaum muslim. Disamping kondisi sosial keagamaan yang
berkembang penuh nuansa perbedaan. Perbedaa-perbedaan pemikiran yang
berkembang (khususnya dalam bidang hukum) yang berangkat dari perbedaan
metode nash di satu sisi dan rasio di sisilain, telah melahirkan pluralitas yang
penuh komflik.15
Versi lain menyatakan, penulisanal Muwatta dikarenakn adanya
permintaan khalifah Jafar al-Mansur atas usulan Muhammad ibn al-Muqaffa
yang sangat perhatian terhadap perbedaan fatwa dan pertentangan yang
berkembang saat itu, dan mengusulkan kepada khalifah untuk menyusun
undang-undang yang menjadi penengah dan bisa diterima semua pihak.
Khalifah Jafar lalu menerima Imam Malik menyusun kitab hukum sebagai
kitab standart bagi seluruh wilayah Islam. Imam Malik menerima usulan
tersebut, namun ia keberatan menjadikannya sebagai kitab standar atau kitab
resmi negara.
Sementara versi lain, disamping terinisasi oleh usulan khalifah Jafar
sebenarnya Imam Malik sendiri memiliki keinginan kuat untuk menyusun kitab
yang dapat memudahkan umat Islam memahami agama.

14
Al-kandahlawi, 19
15
Amin al-Khuli, Malik bin Anas (Beirut : Dar Al Fikr, t,th) 65

7
D. Sejarah Penamaan Kitab Al-Muwatta
Tentang penamaan kitab al-Muwatta adalah orisinil berasal dari
Imam Malik sendiri. Hanya saja tentang mengapa kitab tersebut dinamakan
dengan al-Muwatta ada beberapa pen-dapat yang muncul:
Pertama, sebelum kitab itu disebarluaskan Imam Malik telah
menyodorkan karyanya ini di hadapan para 70 ulama fiqih Madinah dan
mereka menyepakatinya. Dalam sebuah riwayat al Suyuti menyatakan: Imam
Malik berkata, Aku mengajukan kitabku ini kepada 70 ahli Fiqh Madinah,
mereka setuju denganku atas kitab tersebut.16
Kedua, pendapat yang menyatakan penamaan al-Muwatta, karena
kitab tersebut memudahkan khalayak umat Islam dalam memilih dan
menjadi pegangan hidup dalam beraktivitas dan beragama.
Ketiga, pendapat yang menyatakan penamaan al-Muwatta, karena
kitab al-Muwatta merupakan perbaikan terhadap kitab-kitab fiqh sebelumnya.

E. Cakupan Isi Kitab Al-Muwatta


Kitab ini menghimpun hadist-hadist Nabi, pendapat saha-bat, qaul
tabiin. ijma ahl al-Maidah dan pendapatan Imam Malik. Para ulama berbeda
pendapat tentang jumlah hadist yang terdapat dalam al-Muwatta:
a. Ibnu Habbab yang dikutip Abu Bakar al-Arabi dalam Syarah al-Tirmizi
menyatakan ada 500 hadist yang disaring dari 100.000 hadist.
b. Abu Bakar al-Abhari berpendapat ada 176 hadist dengan perincian 600
musnad, 222 mursal, 613 mauquf dan 285 qaul tabiin.17
c. Al-Harasi dalam Taliqah fid-Usul mengatakan kitab Imam Malik
memuat 700 hadist dari 9000 hadist yang telah disaring.
d. Abu al-Hasan bin Fahr dalam Fadail mengatakan ada 10.000 hadist
dalam kitab al-Muwatta.
e. Arnold John Wesinck menyatakan dalam al-Muwatta ada 1612 hadist.18

16
Muharrunad Muhammad abu Zahwu, al-Hadis wa al-Muhaddisun, (Kairo : al-Maktabah al-
Salafiyah, t.th), 246
17
Jalaludin al-Sryuti, Tanwir al-Hawalik Syarah ala Muwatiah Malik, Juz 1 (Beirut : Dar Ihya
Kutub al-Arabiyyah, t.th), 9

8
f. Muhammad Fuad Abd al-Baqi mengatakan dalam al-Muwatta berisi
1824 hadist.19
g. Ibnu Hazm berpendapat, dengan tanpa menyebutkan jumlah persisnya, 500
lebih hadist musnad, 300 lebih hadist mursal, 70 hadist lebih yang tidak
diamalkan Imam Malik dan beberapa hadist daif.
h. M. Syuhudi Isamail menyatakan kitab al-Muwatta hadistnya ada 1804.20
Perbedaan pendapat ini terjadi karena perbedaan sumber periwayatan
di satu sisi dan perbedaan cara penghitungan. Ada ulama hadist yang hanya
menghitung hadist berdasar jumlah hadist yang disandarkan kepada nabi saja,
namun adapula yang menghitung dengan menggabungkan fatwa sahabat, fatwa
tabiin yang memang termaktub dalam al-Muwatta.
Menurut al-Suyuti, lebih dari seribu orang yang meriwayatkan al-
Muwatta, dan banyak naskah tentang itu. Namun yang terkenal adalah 14
naskah menurut al-Suyuti, dan menurut al-Kandahlawi ada 16 naskah, sedang
menurut Qadi Iyad ada 20 naskah, meski ada yang berpendapat ada 30
naskah.21 Di antara naskah adalah :
a. Naskah Yahya bin Yahya al-Masmudi al-Andalusi (w. 204 H). Beliaulah
yang pertama kali mengambil al-Muwatta dari Yazid bin Abdurrahman
bin Ziyat al-Lahmi (al-Busykatun) dan pembawa mazhab Maliki di
Andalusia.
b. Naskah ibn Wahb (w, 197 H)
c. Naskah Abu Ubaidillah Abd al-Rahman bin al-Qasim ibn Khalid al-Misri
(w. 191 H).
d. Naskah Abu Abd al-Rahman Abdullah bin Musalamah bin Qanabi al
Harisi (w. 221 H).

18
Arnold John Wensick, Miftah Kunuz al-Sunnah, terj, Muhammad Fuad Abdul Baihaqi (Lahore :
Suhail, 2981), lam-mim
19
Lihat Malik bin Anas, al-Muwatta. Juz II, hlm. 100 (yang ditahqiq oleh Muhammad Fuad
Abdul Baehaqi).
20
Syuhudi Ismail, Cara Praktis Mencari Hadist, (Jakarta : Bulang Bintang, 1991), 82-83
21
Al-Kandahlawi, 36-39, al-Zarqani, Syarah al-Zarqani dan Muwatta Imam Malik (Beirut : Dar
Kutub al-Diniyyah, 1990), 10

9
e. Naskah Abdullah bin Yusuf al-Dimasyqi Abu Muhammad at-Tunisi (w.
217 H).
f. Naskah Muan al-Qazzazi (w. 198 H).
g. Naskah Said bin Uffair (w. 226 H).
h. Naskah Ibn Bukair (w. 231 H).
i. Naskah Abu Masab Ahniad bin Abu Bakr al-Qasim az-Zuhri (w. 242 H).
j. Naskah Musab ibn Abdullah al-Zubairi (w. 215 H).
k. Naskah Suwaid ibn Zaid Abi Muhammad al-Harrawi (w. 240 H).
l. Naskah Muhammad ibn al-Hasan al-Syaibani (w. 179 H)
m. Naskah Yahya bin Yahya al-Taini (w. 226 H)
n. Naskah Abi Hadafah al-Sahmi (w. 259 H).
Di antara naskah-naskah tersebut, riwayat Yahya bin Yahya al-
Andalusi yang paling populer.22
Ada perbedaan pendapat yang berkembang ketika diharapkan pada
pertanyaan apakah kitan al-Muwatta ini kitab fiqih an-sich atau Kitab Fiqh
sekaligus kitab Hadist. Menurut Abu Zahra,23al-Muwatta adalah kitab fiqh,
argumen yang dipeganginya; tujuan Malik mengumpulkan hadist adalah untuk
melihat fiqh dan undang-undangnya bukan ke-asliannya dan Malik menyusun
dalam bab-bab ber-sistematika fiqh.
Senada dengan Abu Zahra, ali Hasan Abdul Qadir juga melihat al-
Muwatta sebagai kitab fiqh dengan dalil hadist. Sebab tradisi yang dipakai
adalah tradisi kitab fiqh yang seringkali hanya menyebut sebagian sanad atau
bahkan tidak menyebut sanadnya sama sekali adalah dalam rangka kepraktisan
atau keringkasan.
Sadang menurut Abu Zahwu kitab ini bukan semata-mata kitab fiqh,
tetapi sekaligus kitab hadist, karena sistematika fiqh.
Juga dipakai dalam kitab-kitab hadist yang lain, disamping Imam
Malik sesekali juga mengadakan kritik melalui pendapat beliau dalam

22
Ibid, 250
23
Ahmad Syarbasy, 105

10
mengomentari sebuah riwayat hadist, dan juga mengguna-kan kriteria-kreiteria
dalam menseleksi hadistnya.24

F. Sistematika Kitab Al-Muwatta


Kitab al-Muwatta adalah kitab hadist yang bersistemtika Fiqh.
Berdasar kitab yang telah di-tahqiq oleh Muhammad Fuad Abd al-Baqi, kitab
al-Muwatta terdiri dari 2 juz, 61 kitab (bab) dan 1824 hadist. Adapun
perinciannya adalah sebagai berikut:
Juz I : (1) waktu-waktu Shalat, 80 tema, 30 hadist, (2) Bersuci, 32
tema, 115 hadist, (3) Shalat, 8 tema, 70 hadist, (4) Lupa dalam Shalat, 1 tema,
3 hadist, (5) Shalat Jumaat, 9 tema, 21 hadist, (6) Shalat pada bulan
Ramadhan, 2 tema, 7 hadist, (7) Shalat Malam, 5 teme, 33 hadist, (8) Shalat
Jamaah, 10 tema, 38 hadist, (9) Mengqasar Shalat dalam per-jalanan, 25 teme,
95 hadist, (10) Dua hari raya, 7 tema, 13 hadist, (11) Shalat dalam keadaan
takut, 1 tema, 4 hadist, (12) Shalat gerhana matahari dan bulan, 2 tema, 4
hadist, (13) Shalat minta hujan, 3 tema, 6 hadist, (14) meng-hadap qiblat, 5
tema, 15 hadist, (15) Al-Quran, 10 tema, 49 hadist, (16) Shalat mayat, 16
tema, 59 hadist, (17) zakat, 30 tema, 55 hadist, (18) Puasa, 22 tema, 60 hadist,
(19) Itikaf, 8 tema, 16 hadist, (20) Haji, 83 tema, 255 hadist.
Juz II: (21) Jihsi, 21 tema, 50 hadist, (22) Nadhar dan sum-pah, 9
tema, 17 hadist, (23) Qurban, 6 tema, 13 hadist, (24) Sembelihan, 4 tema, 19
hadist, (25) Bintang buruan, 7 tema, 19 hadist, (26) Aqiqah, 2 tema, 7 hadist,
(27) Faraid, 15 tema, 16 hadist, (28) Nikah, 22 tema, 58 hadist, (29) Talaq, 35
tema, 109 hadist, (30) Persusuan, 3 tema, 17 hadist, (31) Jual beli, 49 tema, 101
hadist, (32) Pinjam meminjam, 15 tema, 16 hadist, (33) Penyiraman, 2 tema, 3
hadist, (34) Menyewa tanah, 1 tema, 5 hadist, (35) Syufaah, 2 tema, 4 hadist,
(36) Hukum, 41 tema, 54 hadist, (37) Wasiyat, 10 tema, 9 hadist, (38)
Kemerdekaan dan persaudaraan, 13 tema, 25 hadist (39) Eudak Mukotoboh, 13
tema, 15 hadist, (40) Budak Mudarabah, 7 tema, 8 hadist, (41) Hudud, 11
tema, 35 hadist, (42) Minuman, 5 tema, 15 hadist, (43) Orang yang berakal, 24

24
Abu Zahwu,. 256

11
tema, 16 hadist, (44) Sumpah, 5 tema, 2 hadist, (45) al-jani, 7 tema, 26 hadist,
(46) Qadar, 2 tema, 10 hadist, (47) Akhlak yang baik, 4 tema, 18 hadist, (48)
Memakai pakaian, 8 tema, 19 hadist, (49) Sifat Nabi SAW, 13 tema, 39 hadist,
(50) Mata, 7 tema, 18 hadist, (51) Rambut, 5 tema, 17 hadist, (52) Penglihatan,
2 tema, 7 hadist, (53) Salam, 3 tema, 8 hadist, (54) Minta izin, 17 tema, 44
hadist, (55) Baiah, 1 tema, 3 hadist, (56) Kalam, 12 tema, 27 Hadist, (57)
Jahannam, 1 tema, 2 hadist, (58) Sadaqah, 3 tema, 15 hadist, (59) Ilmu, 1 tema,
1 hadist, (60) Dakwah orang yang teraniaya, 1 tema, 1 hadist, (61) Nama-nama
Nabi SAW, 1 tema, satu hadist.

G. Metode Penyusunan dan Kualitas Hadist-Hadistnya


Secara eksplisit, tidak ada pernyataan yang tegas tentang metode yang
dipakai Imam Malik dalam menghimpun kitab al-Muwatta. Namun secara
implisit, dengan melihat paparan Imam Malik dalam kitabnya, metode yang
dipakai adalah metode pem-bukuan hadist berdasar kiasifitas hukum Islam
(abwab fiqhiyyah) dengan mencantumkan hadist marfu (berasal dari Nabi),
mauquf (berasal dari sahabat) dan maqt (berasal dari tabiin).25 Beliau bukan
hanya itu, kita bisa melihat bahwa Imam Malik Mengguna-kan tahapan-
tahapan berupa (a) penselesaian terhadap hadist-hadist yang disandarkan
kepada Nabi, (b) Asar/fatwa sahabat. (c) fatwa tabiin (d) Ijma ahli Madinah,
(e) pendapat Imam Malik sendiri.
Meskipun kelima tahapan tersebut tidak selalu muncul bersamaan
dalam setiap pembahasannya, urutan pembahasan dengan mendahulukan
penulurusan dan hadist Nabi yang telah diseleksi merupakan acuan pertama
yang yang dipakai Imam Malik sedangkan tahapan kedua dan seterusnya
dipaparkan Imam Malik ratkala menurutnya perlu untuk dipaparkan.
Dalam hal ini empat kriteria yang dikemukakan Imam Malik dalam
mengkritisi periwayatan hadist adalah : (a) Periwayatan buka orang yang

25
Mustafa Ali Yaqub, Kritik Hadist, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000), 76

12
berperilaku jelek, (b) Bukan ahli bidah (c) Bukan orang yang suka berdusta
dalam hadist, (d) Bukan orang yang tahu ilmu, tetapi tidak mengamalkannya.26
Meskipun Imam Malik telah berupaya selektif mungkin dalam
memfilter hadist-hadist yang diterima untuk dihimpun, tetap saja para ulama
hadist berbeda pendapat dalam memberi-kan penilaian terhadap kualitas hadist-
hadistnya :
a. Sufyan ibn Uyainah dan al-Suyuti mengatakan, seluruh hadist yang
diriwayatkan Imam Malik adalah sahih, karena diriwayatkan dari orang-
orang yang terpercaya.
b. Abu Bakar al-Abhari berpandangan tidak semua hadist dalam al-Muwatta
sahih, 222 hadist mursal, 623 hadist manqu dan 285 hadist maqtu.
c. Ibn al-Aqalani menyatakan bahwa hadist-hadist yang termuat dalam al-
Muwatta adalah sahih menurut Imam Malik dan pengikutnya.
d. Ibn Hazm dalam penilaiannya yang termaktub dalam Mardtib al-Dinayah,
500 hadist musnad, 300 hadist mursal dan 70 hadist daif yang ditinggalkan
Imam Malik,27 sedang menurut Ibnjiajjir di dalariji.nya ada hadist yang
mursal dan munqati.
e. Al-Gafidi berpendapat dalam al-Muwatta ada 27 hadist mursal dan 15
hadist mauquf.28
f. Hasbi ash-Shiddiqi menyatakan dalam al-Muwatta ada hadist yang sahih,
hasan dan dhaif.
Meskipun dalam al-Muivatti tidak semuanya sahih, ada yang muqati,
mursal dan mudal. Banyak ulama hadist berikutnya yang mencoba mentakhrij
dan me-muttasil-kan hadist-hadist yang munqati, mursal dan mudal seperti
Ufyan ibn Uyainah, Sufyan al-Sauri, dan Ibn Abi ZIbi. Dalam pandangan Ibnu
Abd al-Barr dari 61 hadist yang dianggap tidak muttasil semuanya sebenarnya
musnad dengan jalur selain Malik, yakni :
28
: .

26
Ahmad Syarbasi, 104
27
Jalaluddia al-Suyuti, Juz 1, 9
28
Al-Kandawi, 44

13
Seseorang telah menyampaikan hadist pada seseorang bahwa Rasul SAW,
telah bersabda : Aku lupa atau aku telah lupa, kaena itu mungkin yang aku
kerjakan adalah sunnah.29

. .


29

Dari Malik bahwasanya dia mendengar dari orang yang terpercaya diantara
selama berkata Rasulullah telah diperhatikan umur orang-orang yang mati
sebelumnya, atau apa yang telah Allah kehendaki tentang itu dan itu
menjadikan seakan-akan kehidupan umatnya terlalu pendek bagi mereka untuk
melakukannya dengan usia mereka yang panjang maka Allah memberikan
kepadanya lailatul qadar yang lebih baik dari seribu bulan.30

. . :
30
:
Dari Malik bahwa Muaz bin Jabal berkata : Petunjuk akhir dari Rasulullah
telah disampaikan kepada ketika aku meletakkan kaki di Sanggurdi, ia berkata
: berkelakuan baiklah kepada orang hai Muaz bin Jabal.31

..
31

Dari Malik bahwasanya telah sampai kepadanya bahwa rasul bersabda
ketika awan muncul dari arah laut pergi menuju Syria akan turun sejumlah
hujan besar.32

29
Malik ibn Anas, Juz I, 101
30
Ibid, 321
31
Ibid, Juz II, 902
32
Ibid, Juz, 193

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Imam Malik yang memiliki nama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas
bin Malik bin Abi Amar bin Amru bin Ghaiman bin Husail Amru bin Al-
Haris Al-Asbahi al-Madani.33 Dengan melihat nasab imam Malik, beliau
memiliki silsilah yang sampai kepada tabiin besar (Malik) dan kakek
buyut (Abu Amir) seorang sahabat yang selalu mengikuti dalam
peperangan pada masa Nabi.
2. Imam Malik pernah belajar kepada 900 guru, 300 diantaranya dari
golongan tabiin dan 600 orang dari kalangan tabiit tabiin.
3. Ada beberapa versi yang mengemukakan tentang latar belakang
penyusunan al-Muwatta. Menurut Noel J. Coulson, problem dan sosiallah
yang melatar belakangi penyusunan Al-Muwatta. Kondisi politik yang
penuh konflik pada masa transisi daulah umayyah-abbasiyah yang
melahirkan tiga kelompok besar (Khawarij, Syiah-Keluarga Istana) yang
mengancam intregitas kaum muslim.
4. Pertama, sebelum kitab itu disebarluaskan Imam Malik telah
menyodorkan karyanya ini di hadapan para 70 ulama fiqih Madinah dan
mereka menyepakatinya.
Kedua, pendapat yang menyatakan penamaan al-Muwatta, karena kitab
tersebut memudahkan khalayak umat Islam dalam memilih dan menjadi
pegangan hidup dalam beraktivitas dan beragama.
Ketiga, pendapat yang menyatakan penamaan al-Muwatta, karena kitab
al-Muwatta merupakan perbaikan terhadap kitab-kitab fiqh sebelumnya.
5. Kitab ini menghimpun hadist-hadist Nabi, pendapat saha-bat, qaul tabiin.
ijma ahl al-Maidah dan pendapatan Imam Malik.

33
Abdul Gafur Sulaiman al-Bandari, al-Masuah Rijal al-Kutub al-Tisah, Juz III (Beirut : Dar al-
Kutub al-Islamuyah, 2993), 494.

15
6. Kitab al-Muwatta adalah kitab hadist yang bersistemtika Fiqh. Berdasar
kitab yang telah di-tahqiq oleh Muhammad Fuad Abd al-Baqi, kitab al-
Muwatta terdiri dari 2 juz, 61 kitab (bab) dan 1824 hadist
7. Namun secara implisit, dengan melihat paparan Imam Malik dalam
kitabnya, metode yang dipakai adalah metode pem-bukuan hadist berdasar
kiasifitas hukum Islam (abwab fiqhiyyah) dengan mencantumkan hadist
marfu (berasal dari Nabi), mauquf (berasal dari sahabat) dan maqt
(berasal dari tabiin)
B. Saran
Makalah ini hanya sekilas membahas sebagian kecil tentang Kitab Hadits
Pra Kutub Assitah Al-Muwatta Imam Malik. Oleh sebab itu, sumbangsih dari
kalangan cendikia dan pemikir-serta para mahasiswa sebagai intelektual muda
yang kritis sangatlah dibutuhkan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Awadah, Muhammad, Malik Bin Anas Imam Dar Al-Hijrah, (Beirut : Dar al-
Kutub al-Ilmiyyah, 1992)
Ali Yaqub, Mustafa, Kritik Hadist, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000)
al-Khuli, Amin, Malik bin Anas (Beirut : Dar Al Fikr, t,th)
al-Suyuti, Jalaludin, Tanwir al-Hawalik Syarah ala Muwatiah Malik, Juz 1
(Beirut : Dar Ihya Kutub al-Arabiyyah, t.th)
bin Alwi, Muhammad, Malik Ibn Anas (al-Azhar : Majma al-Buhus al-
Islamiyyah, 2981)
File:///F:All-About-Imam-Malik. Diakses pada tanggal 3 Desember 2010
Gafur Sulaiman al-Bandari, Abdul, al-Masuah Rijal al-Kutub al-Tisah, Juz III
(Beirut : Dar al-Kutub al-Islamuyah, 2993)
Hajar al-Aqalani, Ibn, Tahzib al-Tahzib, Juz X (Beirut : Daral al-Fikr, 1994)
Hamid Husain, Muhammad, Kitab al-Muwatta, Muqaddimah, (Dar Kutub al-
Islamiyyah, t.th.),
Ismail, Syuhudi, Cara Praktis Mencari Hadist, (Jakarta : Bulang Bintang, 1991)
John Wensick, Arnold, Miftah Kunuz al-Sunnah, terj, Muhammad Fuad Abdul
Baihaqi (Lahore : Suhail, 2981)
Kandahlawi, Al-, 36-39, al-Zarqani, Syarah al-Zarqani dan Muwatta Imam
Malik (Beirut : Dar Kutub al-Diniyyah, 1990)
Kandahlawi, Al-, Aujaz al-Malik Ila Muwatta, Juz I (Beirut : al-Saadah, 1973)
Muhammad abu Zahwu, Muharrunad, al-Hadis wa al-Muhaddisun, (Kairo : al-
Maktabah al-Salafiyah, t.th)
Muhammad Yusuf, Ahmad, Ensiklopedi Tematis Al-Quran dan Hadits Jilid I,
(Jakarta : Widya Cahaya, 2009)

17
KITAB HADITS PRA KUTUB ASSITAH
AL-MUWATTA IMAM MALIK
MAKALAH
Disusun sebagai bahan diskusi
mata kuliah Studi Hadits

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Zainul Arifin, M.Ag
Dr. Iffatin Nur, M.Ag

Oleh:

NANANG ABIDIN
2841104076

PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) TULUNGAGUNG
Pebruari 2011

18
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah,
serta inayah-Nya kepada penulis sehingga penyusunan makalah yang berjudul
Kitab Hadits Pra Kutub Assitah Al-Muwatta Imam Malik bisa terselesaikan
tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi agung

Muhammad SAW, kepada keluarganya, dan juga sahabat-sahabatnya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak

yang telah membantu. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada yang

terhormat Dr. Maftukhin, M. Ag selaku ketua STAIN Tulungagung, Dr. Asaril

Muhajir, M.Ag Selaku Direktur Pascasarjana dan Prof. Dr. H. Zainul Arifin,

M.Ag dan Dr. Iffatin Nur, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Hadist

serta teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Di dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan dan kesalahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya

membangun (konstruktif) dari pembaca sangat kami harapkan demi penyusunan

makalah selanjutnya.

Akhirnya, semoga makalah ini bisa membawa manfaat bagi para pembaca

umumnya dan bagi penulis khususnya. Amin

Tulungagung, Pebruari 2011

Penulis

19
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Pembahasan 2

BAB II: PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Malik 3


B. Guru-guru, murid-murid dan karya-karyanya 4
C. Latar Belakang Penyusunan Kitab Al-Muwatta 7
D. Sejarah Penamaan Kitab Al-Muwatta 8
E. Cakupan Isi Kitab Al-Muwatta 8
F. Sistematika Kitab Al-Muwatta 11
G. Metode Penyusunan dan Kualitas Hadist-Hadistnya 12

BAB III: KESIMPULAN 15

DAFTAR PUSTAKA

20
iii

Anda mungkin juga menyukai