Anda di halaman 1dari 18

JAM’UL QUR’AN

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Perkuliahan Dengan Mata Kuliah Ulumul
Qur’an

Oleh:
MUHAMMAD YUNUS
NIM: 80400220013

Dosen pengampu:

Prof. Dr. H. Syarifuddin Ondeng,M.Ag

PASCASARJANA
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji hanya layak kita panjatkan
kehadirat Allah Swt. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Jam’ul Qur’an ”.
Makalah ini sengaja disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Ulumul Qur’an di pasca sarjana UIN yang dibimbing oleh Prof. Dr. H.
Syarifuddin Ondeng, M.Ag.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada kedua pembimbing mata
kuliah ini yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyusun
makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis sudah menyelesaikan dengan
semaksimal mungkin, namun tidak menutup kemungkinan terdapat kesalahan
dalam penulisan makalah ini, untuk itu diperlukan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Dengan demikian kami mengucapkan terima kasih.
Wassalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A. Pengertian Jam’ul Qur’an............................................................................. 2
B. Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Rasulullah dan Sahabat..................... 4
BAB III PENUTUP................................................................................................ 10
A. Kesimpulan ................................................................................................ 10
B. Saran........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, adalah pedoman inti

dalam memahami dan mempelajari Islam itu sendiri. Selaku umat Islam

yang baik, penting untuk memperbanyak wawasan pengetahuan tentang seluk-

beluk yang berhubungan dengan al-Qur’an.

Al-Qur’an yang secara harfiyah berarti ‘bacaan sempurna’

merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu

bacaan pun sejak manusia mengenal sejak mengenal lima ribu tahun lalu yang

dapat menandingi al- Qur’an al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu. Tiada

bacaan semacam al- Qur’an yang dibaca ratusan juta orang di seluruh

dunia yang tidak mengerti artinya atau tidak dapat menulis dengan

aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja dan

anak-anak.1

Dengan adanya jaminan dalam surah al-Hijr ayat 9, tidak berarti


umat Islam terlepas dari tanggung jawab dan kewajiban untuk

memelihara kemurniannya dari tangan-tangan jahil dan musuh Islam yang

tidak henti-hentinya berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat al-

Qur’an. Oleh sebab itu, umat Islam pada dasarnya tetap berkewajiban

memeliharannya.

Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan kemurnian al-

Qur’an adalah dengan menghafal dan menulisnya. Pada masa permulaan

Islam, setiap kali Nabi Muhammad saw. menerima wahyu, beliau

1
Quraish,Shihab, Wawasan Alqur’an (Cet. XII; Bandung: Mizan, 2001), h. 3

1
2

menyampaikannya kepada para Sahabat dan memerintahkan mereka

untuk menghafal dan menuliskannya.

Hampir semua Sahabat yang menerimanya mampu menguasai dan

menghafal isi wahyu yang diturunkan kepada Nabi saw. Tradisi

menghafal al-Qur’an dilanjutkan setelah Nabi Muhammad saw. wafat,

bahkan sampai saat ini umat Islam senantiasa melakukan tradisi tersebut

sebagai amaliah ibadah dan dalam rangka memelihara keotentikan ayat-ayat

al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

1.Apa Pengertian Jam’ul Qur’an ?

2.Bagaimana Proses Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Rasulullah dan


sahabat

3.Bagaimana usaha lanjutan pemeliharaan al-Qur’an pasca Sahabat?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang Pengertian Jam’ul Qur’an .
2. Untuk mengetahui tentang Bagaimana Proses Pengumpulan Al-Qur’an
pada Masa Rasulullah dan Sahabat ?
3. Untuk Bagaimana usaha lanjutan pemeliharaan al-Qur’an pasca
Sahabat?
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jam’ al-Qur’an

Ditinjau dari segi bahasa, al-Jam’u berasal dari kata ‫جيمع‬-‫مجع‬yang artinya

mengumpulkan. Sedangkan pengertian al-Jam’u secara terminologi, para

ulama berbeda pendapat. Menurut Az-Zarqani, Jam’ul Qur’an

mengandung dua pengertian. Pertama mengandung makna menghafal al-

Qur’an dalam hati, dan kedua yaitu menuliskan huruf demi huruf dan

ayat demi ayat yang telah diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi

Muhammad SAW. Menurut al-Qurtubi dan Ibnu Katsir maksud dari Jam’ul

Qur’an adalah menghimpun al-Qur’an dalam hati atau menghafal al-Qur’an.2

Menurut Ahmad von Denffer, istilah pengumpulan al-Qur’an dalam

literatur klasik itu mempunyai berbagai makna 3 antara lain:

1. Al-Qur’an dicerna oleh hati.

2. Menulis kembali tiap pewahyuan.

3. Menghadirkan materi al-Qur’an untuk ditulis.


4. Menghadirkan laporan (tulisan) para penulis wahyu yang telah

menghafal al-Qur’an.

5. Menghadirkan seluruh sumber, baik lisan maupun tulisan.

Di kalangan ulama, jam’ al-Qur’an memiliki dua makna yaitu hifzuhu

kulluh fi al-sudur dan kitabatuhu kulluh fi al-sutur.4

2
Hafidz Abdurrahman, Ulumul Qur’an Praktis , Idea Pus taka Utama, Bogor, 2003, h. 82.

3
Hafidz Abdurrahman, Ulumul Qur’an Praktis , ... , h. 82
4
Ibrahim ‘Abd al-Rahman Khalifah, Al-Mausu’ah al-Qur’aniyyah al- Mutak hassisah. h.
135

3
4

1. Jam’ al-Qur’an dalam arti Hifzuhu

Periode ini dimulai dari awal turunnya al-Qur’an. Oleh karena

itu, Rasulullah saw. adalah orang yang pertama yang menghapalnya.

Ibnu ‘Abbas mengatakan; “Rasulullah sangat ingin segera menguasai

al- Qur’an yang diturunkan. Ia menggerakkan lidah dan bibirnya, karena

takut apa yang turun itu akan terlewatkan. Ia ingin segera mengahafalnya,

maka Allah menurunkan ayat di atas, dengan maksud bahwa Kamilah Allah

yang mengumpulkannya di dadamu, kemudian Kami membacakannya.

Dalam ungkapan yang lain dikatakan, “Atas tanggungan Kamilah

membacakannya. Maka setelah ayat di atas turun, apabila Jibril datang,

Rasulullah diam. Dalam lafaz lain dikatakan, “Ia mendengarkan”. Bila

Jibril telah pergi, barulah ia membacanya sebagaimana diperintahkan oleh

Allah. 5

2. Jam’ al-Qur’an dalam arti Kitabatuhu

Ini dimaksudkan adalah baik dengan memisah-misahkan ayat-ayat

dan surah-surahnya, atau pun dengan menertibkan ayat-ayatnya semata, baik

setiap surah ditulis dalam satu lembaran secara terpisah, ataupun menertibkan

ayat-ayat dan surah-surahnya dalam lembaran-lembaran yang terkumpul, yang

menghimpun semua surah, yang sebagiannya ditulis sesudah bagian yang lain.6

Kitabat al-Qur’an (pengkodifikasian al-Qur’an) terjadi pada tiga masa.

Pertama, pada masa Nabi saw. Kedua, pada masa Abu Bakar al-Siddiq.

Ketiga, pada masa ‘Usman bin ‘Affan. Ini akan penulis uraikan pada

pembahasan selanjutnya.

5
Mardan, Al-QUR’AN: Sebuah Pengantar Memahami a l-Qur’an Secara Utuh (Jakarta: Pus taka
MAPAN, 2009), h.64.
6
Mardan, Al-QUR’AN: Sebuah Pengantar Memahami a l-Qur’an Secara Utuh .h.66.
5

B. Jam’ Al-Qur’an Pada Masa Al-Khulafa Al

RaSyidin

1.Pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar al-Siddiq

Abu Bakar menjalankan urusan umat Islam seseudah Rasulullah

wafat. Ia dihadapkan kepada peristiwa-peristiwa besar berkenaan dengan

kemurtadan sebagian orang Arab. Karena itu, ia segerah menyiapkan pasukan

dan mengirimkannya untuk memerangi orang-orang murtad itu.

Peperangan Yamamah yang terjadi pada tahun ke-12 hijriah melibatkan

sejumlah besar sahabat yang hafal al-qur’an.

Dalam peperangan Yamamah, 70 Qurra’ dari kalangan sahabat

gugur. Umar bin al-Khattab merasa khawatir melihat kenyataan ini, lalu ia

mengajukan usul kepada Abu bakar agar mengumpulkan dan membukukan

Al-Qur’an karena dikhawatirkan akan musnah. Pada awalnya, Abu Bakar

menolak usulan ini dan keberatan melakukan apa yang belum pernah

dilakukan oleh Rasulullah saw. Akan tetapi Umar tetap membujuknya,

sehingga Allah membuka hati Abu Bakar untuk menerima usulan tersebut. 7

Ada suatu riwayat yang tersebut luas, karena itu muncul dalam
berbagai versi yang mengisahkan pengumpulan al-Qur’an pada masa

kekhalifaan Abu
Bakar. Menurut riwayat ini, ‘Umar bin al-Khattab merasa khawatir

bahwa dalam pertempuran Yamamah, banyak qari al-Qur’an yang telah

tewas. Orang-orang ini merupakan penghafal al-Qur’an ‘Umar cemas jika

bertambah lagi angka kematian itu, maka beberapa bagian dari al-Qur’an yang

akan musnah. Karena itu, ia menasehati Abu Bakar agar mengumpulkan

al-Qur’an. Pada mulanya Abu Bakar agak ragu untuk melakukan tugas

7
Mardan, Al-QUR’AN: Sebuah Pengantar (Jakarta: Mazhab Ciputat, 2010), h.84.
6

demikian karena ia tidak menerima otoritas dari Nabi, tetapi kemudian ia

memberikan persetujuannya dan menugaskan Zaid bin Sabit.8

Zaid bin Tsabit adalah orang yang ditunjuk Abu Bakar untuk

mengumpulkan al-Qur’an dalam satu mushaf. Adapun alasan penunjukan

Zaid oleh karena beliau berusia muda, intelegensi tinggi dan pekerjaannya di

masa Nabi sebagai penulis wahyu.9

Meskipun pada awalnya Zaid bin Tsabit juga ragu namun pada

akhirnya ia bersedia melaksanakan hal tersebut. Atas kesediaan Zaid bin

Tsabit, dibuatlah sebuah panitia yang diketuainya, sedang anggotanya adalah

Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan.10

Dalam menjalankan tugasnya, berbagai metode dilakukan untuk

mengumpulkan al-Qur’an. Diantaranya mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur’an

dari para sahabat, mencocokkan dengan hafalan para sahabat, atau pun
menghadirkan dua orang saksi yang menyaksikan bahwa pembawa al-Qur’an

itu telah mendengarnya dari lisan Rasulullah saw.11

Dalam rentang waktu kerja tim, Zaid kesulitan terberat dialaminya

pada saat tidak menemukan naskah mengenai ayat 128 dari Surat at-Taubah.

Ayat tersebut dihafal oleh banyak sahabat termasuk Zaid, namun tidak

ditemukan dalam bentuk tulisan. Kesulitan itu nanti berakhir ketika naskah dari

ayat tersebut ditemukan ditangan Abu Khuzaimah al-Anshari.12

Dengan cara seperti inilah Zaid mengumpulkan ayat-ayat dan surah-

surah al-Qur’an dan mengumpulkannya yang sebelumnya terpisah-pisah.

8
Watt, W. Montgomery. Bell’s Introduction to the Qur’an, terj. Taufik Adnan Amal,
Richard Bell Pengantar Studi al-Qur’an (Cet. II; Jakarta: PT Raja Grafindo Pers ada, 1995), h.
61
9
Taufik Adnan Amal, Rek onstruk si sejarah al-Qur’an (Cet.I; Jakarta: Forum kajian
Budaya dan Agama,2001), h.145.
10
Has ybi al-Siddieqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al Qur’a nTafsir, h. 100
11
Muha mma d Ha di Ma ’ri fa t, Sejarah Al-Qur’a>n, terj.Thoha Mus awa , h.136.
12
Manna’ al-Qattan, Mabahis fi‘Ulum Al-Qur’an, h. 126.
7

Setelah selesainya pengumpulan dan penulisan al-Qur’an ini, kemudian

diserahkan kepada Abu Bakar dan beliau menyimpannya sampai wafat.

Masa pengumpulan al-Qur’an ini terlihat sangat singkat. Sebagai mana

diketahui, Abu Bakar hanya memerintah kekhalifaan Islam ketika itu

selama kurang lebih dua tahun mulai Rabi’ul Awwal 11 H sampai Jumadil

Tsani 13 H. Sementara Zaid melalui tugasnya setelah peperangan

Yamamah (bulan ketiga tahun 12 H). Hal ini berarti bahwa waktu yang tersisa

bagi Zaid hanya 15 bulan.13


Al-Zarqani mengemukakan bahwa mushaf yang disusun pada masa

Abu Bakar hanyalah penulisan urutan-urutan ayat-ayatnya saja tanpa mengurut

surah- surahnya.14

Suhuf yang telah dikumpulkan itu berada di tangan Abu bakar sampai

wafatnya, lalu dipegang Umar semasa hidupnya, kemudian disimpan oleh

Hafsah binti Umar.15

Dalam penyalinan kembali al-Qur’an, Abu Bakar menetapkan dua

pedoman. Pertama, penulisan berdasarkankan kepada sumber tulisan al-

Qur’an yang pernah ditulis pada masa Rasulullah saw. yang tersimpan di

kediamannya. Kedua, penulisan berdasarkan kepada sumber hafalan para

Sahabat penghafal al- Qur’an. Hal ini menunjukkan ketelitian beliau dalam

menuliskan al-Qur’an sehingga ia tidak menerima ayat yang akan

dituliskannya sehingga disaksikan oleh dua orang saksi. Pekerjaan ini dapat

diselesaikan dalam waktu satu tahun yaitu pada tahun ke-13 Hijriah di

bawah pengawasan Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab dan para

13
Taufik Adnan Amal, sejarah al-Qur’an (Cet.I; Jakarta: Forum kajian Budaya dan
Agama,2001.,h.148.
14
al-Zarqani, Manahal al-Irfan fi Ulumu al-Qur’an, Juz I(t.t:Dar al-Fikr, 1996), h. 182.
15
HR al-Bukhari, al-Jami’ al-Sahih, kitab tentang Fadail Alquran , bab jam’al-Qur’an.
8

tokoh Sahabat lainnya. Setelah sempurna, kemudian berdasarkan hasil

musyawarah maka tulisan al-Qur’an itu dinamakan Mushaf.16

2.Pengumpulan al-Qur’an pada masa Usman bin Affan


Penyebaran Islam bertambah luas dan para Qurra’ pun tersebar di

pelbagai wilayah, dan penduduk di setiap wilayah itu mempelajari bacaan

dari para Qurra’ yang telah dikirim kepada mereka. Cara-cara pembacaan al-

Qur’an yang mereka bawakan berbeda sejalan dengan perbedaan huruf yang

dengannya al-Qur’an diturunkan. Apabila mereka berkumpul pada suatu

pertemuan, atau di suatu medan pertempuran, sebagian mereka merasa heran

akan adanya perbedaan qiraat itu.17

Penjelasan tradisional tentang alasan yang menyebabkan diambil langkah

selanjutnya dalam menetapkan bentuk al-Qur’an menyiratkan bahwa perbedaan-

perbedaan serius dalam bacaan (qiraat) terdapat dalam salinan-salinan al-Qur’an

yang pada Usman di berbagai wilayah.18 Tidak berbeda dari kisah

pengumpulan pertama Zaid bin Sabit, terdapat sejumlah riwayat tentang

pengumpulan kedua al-Qur’an yang dilakukan Zaid pada masa Khalifah

Usman bin Affan.19

Dari Anas dikemukakan bahwa Khuzaifah bin Al-Yaman datang

kepada Usman bin Affan dan mengemukakan bahwa ketika ia mengikuti

peperangan di Armenian dan Azarbaijan bersama dengan penduduk Irak, ia amat

terkejut dengan adanya perbedaan mereka dalam bacaan. Lalu, ia berkata kepada

Usman, “Selamatkanlah umat ini sebelum mereka terlibat dalam

16
Ahmad Syadali, Ahmad Rafi’i, Ulum al-Qur’an (Cet.II; Bandung: Pus taka Setia,2000),h.78-
79
17
Mardan, AL-QUR’AN:Sebuah Pengantar, h. 69-70
18
Richard Bell, h. 64
19
Taufik Adnan Amal, Rek osntruk si Sejarah Alquran ., h. 196.
9

perselisihan (dalam masalah kitab) , sebagaimana perselisihan orang-orang

Yahudi dan Nasrani.20

Al-Imam al-Bukhari mentakhrij di dalam kitab sahih dari hadis Ibnu

Syihab al-Zuhri bahwa Anas bin Malik menceritakan kepadanya: Bahwa

Huzaifah bin al-Yaman menghadap Usman. Ia tengah memimpin penduduk


Syam dan Iraq dalam ekspedisi militer (fath) ke Armenia dan Azerbaijan.

Huzaifah merasa cemas dengan pertengkaran mereka (Ahl Syam dan

Iraq) tentang qiraat. Maka berkatalah Huzaifah kepada Usman: “Wahai

Amir al-Mu’minin, selamatkanlah umat ini sebelum mereka bertikai tentang

Kitab, sebagaimana yang telah terjadi pada umat Yahudi dan Nasrani pada

masa lalu.” Kemudian Usman mengirim utusan kepada Hafsah dengan pesan:

“Kirimkanlah kepada kami suhuf yang ada di tanganmu, sehingga bisa

diperbanyak serta disalin ke dalam mushaf-mushaf kemudian akan kami

kembalikan kepadamu.” Lalu Hafsah mengirim suhufnya kepada Usman,

yang kemudian memanggil Zaid bin Sabit, Abdullah bin al-Zubair, Sa’id bin

‘As dan Abd al-Rahman bin al-Haris bin Hisyam, lalu memerintahkan

mereka untuk menyalinnya menjadi beberapa mushaf. Usman berkata kepada

tiga orang Quraisy (yang ada dalam tim) : “Apabila kalian berbeda pendapat

dengan Zaid mengenai al-Qur’an, maka tulislah dengan dialek Quraisy,

karena al-Qur’an diturunkan dalam bahasa mereka.” Mereka mengikuti

perintah tersebut, dan setelah berhasil menyalin suhuf itu menjadi

beberapa mushaf, Usman mengembalikannya kepada Hafsah. Lalu ia

mengirim mushaf salinan yang ada ke setiap propinsi dengan perintah agar

seluruh rekaman al-Qur’an yang ada, dibakar.21

20
Ma rda n.AL-QUR’AN:Sebuah Penganta r. h.86
21
HR al-Bukhari, al-Jami’ al-Sahih, kitab tentang Fadail Al-Qur’an, bab Jam’ Al-Qur’an
10

Sebagaimana diberitakan dalam riwayat di atas, pengumpulan al-

Qur’an di masa Usman dilakukan oleh suatu komisi yang terdiri dari empat

orang, yakni: Zaid bin Sabit, Abdullah bin al-Zubair, Sa’id bin al-As dan Abd al-

Rahman. Zaid yang merupakan ketua komisi pengumpulan adalah seorang

Anshar yang sewaktu mudanya aktif sebagai sekretaris Nabi dan mencatat

wahyu-wahyu al-Qur’an. Di samping itu, seperti telah dikemukakan

sebelumnya, ia juga terlibat dalam pengumpulan al-Qur’an yang dilakukan pada

masa Khalifah Abu Bakar. Riwayat di atas menyebutkan bahwa s}uh}uf yang

dikumpulkan pertama kali oleh Zaid di masa Abu Bakar kini dijadikan basis

kodifikasi Usman.22

Mushaf yang disusun pada masa khalifah Usman bin Affan ini

lebih lengkap jika dibandingkan dengan mushaf pada masa khalifah Abu

Bakar. Al- Zarqani menjelaskan bahwa mushaf Usmani telah dilengkapi

penulisannya selain tertib urutan ayat, juga sudah ada urutan-urutan surah.23

Telah dikemukakan bahwa setelah selesai melakukan kodifikasi al-

Qur’an, sejumlah salinan mushaf usmani dikirim ke berbagai kota

metropolitan Islam. Riwayat-riwayat tentang jumlah mushaf yang berhasil

diselesaikan penulisannya dan kota-kota mana saja ia dikirim sangat

beragam. Menurut pandangan yang diterima secara luas, satu mushaf al-

Qur’an disimpan di Madinah, dan tiga salinan lainnya dikirim ke Kufah,

Basrah dan Damaskus.24

Ibnu Abi Daud menuturkan pandangan Abu Hatim al-Sajastani

mengatakan ada tujuh mushaf selain kelima kota di atas, dikirim juga ke
Bahrain dan Yaman.

22
Taufik Adnan Amal. h. 197
23
al-Zarqani, , Manahal al-Irfan fi Ulumu al-Qur’an., h. 73.
24
Taufik Adnan Amal, h. 202.
11

C. Usaha Lanjutan Pemeliharaan al-Qur’an Pasca al-Khulafa al

Rasyidin

Berbeda dengan nasib kitab-kitab suci terdahulu (yang keaslian dan

keorisinilannya tidak terjaga), al-Qur’an diakui oleh banyak sarjana sebagai

kitab suci yang keasliannya terjaga dengan sempurna. Bakat menghafal yang

luar biasa pada bangsa Arab, kesungguhan generasi Sahabat Nabi dan generasi-

generasi berikutnya menghafal al-Qur’an di luar kepala, adanya pencatatan dan

pendekumentasian ayat-ayat al-Qur’an setiap kali turun, setengah tahun

setelah wafatnya Nabi, Abu Bakar memerintahkan panitia yang dipimpin oleh

Zaid bin Sabit untuk menghimpun dan membukukan al-Qur’an, kemudian

diperbanyak naskahnya pada masa Khalifah Usma bin Affan. Semua itu telah

membuahkan prestasi yang unik dalam sejarah tentang pemeliharaannya dengan

sempurna keaslian al-Qur’an. kendati telah terjadi perpecahan dan

peperangan sesama umat Islam, al-Qur’an mereka tetap satu, tidak berbeda,

dari dulu sampai sekarang, dan insya Allah sampai akhir zaman.25

Setelah periode Khalifah Usman, pemeliharaan al-Qur’an di kalangan

umat Islam semakin diperketat dengan sangat teliti dan hati-hati. Naskah-

naskah al-Qur’an yang dikirim ke negara-negara Islam pada masa

pemerintahannya, disalin kembali oleh umat Islam dengan penuh kehati-

hatian dengan tulisan yang lebih indah dan rapi sesuai dengan perkembangan

khat Arab.26
Dari beberapa naskah yang dikirim Usman bin Affan, umat Islam

menyalin al-Qur’an untuk mereka masing-masing dengan teliti dan cermat.

Suatu contoh, Abd al-Aziz bin Marwan, Gubernur Mesir setelah menulis

mushaf, menjanjikan memberikan seekor kuda dan uang sebanyak 30 dinar

25
Mardan,AL-QUR’AN: Sebuah Pengantar Memahami a l-Qur’an Secara Utuh , h. 72-73
26
Mardan,AL-QUR’AN: Sebuah Pengantar Memahami a l-Qur’an Secara Utuh , h. 74
12

kepada siapa yang bisa menunjukkan sesuatu kesalahan dalam tulisannya. Di

antara pemeriksa itu ada seorang qari yang dapat menunjukkan suatu

kesalahan, yaitu kata‘na’jah’ padahal sebenarnya ‘naj’ah’.27

Penyalinan terhadap mushaf usmani dilakukan sangat pesat sekali. Suatu

riwayat mengatakan bahwa ketika peperangan antara Ali dan Mu’awiyah,

jumlah mushaf yang diangkat di atas tombak ada 300 buah, meskipun pada

waktu itu penyalinan dilakukan dengan tulisan tangan saja. Ini menunjukkan

betapa pesat perkembangan jumlah mushaf.

Allah swt. berkehendak untuk menyiarkan Kitab-Nya di seluruh


penjuru dunia dengan perantara percetakan. Seperti halnya penulisan

al-Qur’an, percetakan al-Qur’an itu juga mengalami fase-fase perbaikan. Al-

Qur’an pertama kali dicetak di Venesia (Bunduqiyah) pada tahun 1530 M.

Tetapi ketika cetakan al-Qur’an penguasaan gereja mengeluarkan perintah

untuk memusnahkan al- Qur’an itu. Kemudian Hinkelmenn melakukan

percetakan al-Qur’an di kota Hamburg tahun 1694 M. Kemudian diiringi

oleh Marrocci dengan mencetaknya di Padone pada tahun 1698 M.

kemudian muncul cetakan pertama secara Islam dilaksnakan oleh Maulaya

Usman di St. Petersbaurg, Rusia pada tahun 1873M, seperti itu juga

dilakukan di Qazan. Di Iran terjadi percetakan dua kali, tahun 1928 M di

Taheran dan pada tahun 1833 M Tibriz Flugel mencetak al-Qur’an di Leipzig

pada tahun 1834 M.28

27
Ahmad Syadali, Ahmad Rafi’I, Ulum al-Qur’an h. 87.
28
Ahmad Syadali, Ahmad Rafi’I, Ulum al-Qur’an , h. 87-88.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan beberapa poin:

1. Di kalangan Ulama, terminologi pengumpulan al-Qur’an (jam’


al- Qur’an) memiliki dua konotasi, yaitu konotasi penghafalan al- Qur’an
dan konotasi penulisannya secara keseluruhan.

2. Pada masa Abu Bakar, penulisan al-Qur’an dilakukan karena


kekhawatiran sirnanya al-Qur’an dari syahidnya beberapa penghafal al-
Qur’an pada perang Yamamah. Sedangkan pada masa Usman bin Affan,
penulisan al-Qur’an dilakukan karena terjadinya banyak perselisihan di dalam
cara membaca al-Qur’an (qiraat).

B. Implikasi

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Hafidz. Ulumul Qur’an Praktis, Idea Pustaka Utama, Bogor,


2003.

Al-Qattan, Manna’, Mabahis fi Ulum Al-Qur’an,t.t Mansyuriah al Haditsah

al-Qur’an. t.t, Dar al-Kitab al-’Arabi, t.th.

al-Zarqani, Muhammad Abd al-Azim. Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum

Amal, Taufik Adnan. Rekosntruksi Sejarah Alquran. Yogyakarta: Forum


Kajian Budaya dan Agama, 2001

Jakarta: Pustaka MAPAN, 2009.

Khalifah, Ibrahim ‘Abd al-Rahman. Al-Mausu’ah al-Qur’aniyyah al-


Mutakhassisah. Kairo: Al-Majlis al-A’la li al-Syuun al- Islamiyyah.
2006.

Ma’rifat, Muhammad Hadi,Sejarah Al-Qur’an, terj.Thoha Musawa.Cet. II,


Jakarta: Al-Huda, 2007.

Mardan. Al-Qur’an Sebuah Pengantar Memahami Alquran Secara Utuh.

Syadali, Ahmad. Rafi’I, Ahmad. ‘Ulum Alquran. Cet.II, Bandung:


Pustaka Setia, 2000.

Syihab, Quraish. Membumikan al-Qur’an. Cet. XII; Bandung: Mizan, 2001.

Watt, W. Montgomery. Bell’s Introduction to the Qura’n. Terj. Taufik


Adnan Amal. Richard Bell Pengantar Studi al-Qur’an. Ed. 1, Cet. II;
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1995.

Anda mungkin juga menyukai