A.
Latar Belakang
Rasulullah saw. Sebelum beliau wafat masih sempat memperingatkan ummatnya
untuk senantiasa berpegang teguh kepada dua sumber ajaran islam yaitu kitabullah
(al-Quran) dan sabda Rasul (al-Hadits) yakni sunnah Rasulullah. Al-Quran
merupakan sumber utama dan dan al-hadits (sunnah) merupakan sumber
yang
kedua. Peranan al-hadits terhadap al-Quran begitu penting dalam rangka memahami
dan mengetahui maksud isi al-Quran yang begitu luas pembahasannya dalam
mengikuti segala petunjuk rasul dan isyarat Allah swt.
Utamanya dalam hal pengutipan al-hadits maka seseorang tidak akan pernah
terlepas dari yang namanya kitab hadits. Diatara kitab hadits yang ada adalah shahih
Bukhari, shahih Muslim, Sunan al-NasaI, Sunan Abu Daud, Sunan al-Tirmidzi,
Sunan ibn Majah, Muwatta Malik, Musnad Ahmad bin Hanbal, kitab al-Darimiy
dan lain-lain.
Dari beberapa kitab yang ada biasanya seseorang hanya memandang kuaalitas
keshahihan suatu hadits hanya dari kitab-kitab terkenal yang ia ketahui, seperti
halnya dalam Kutubu Al-Sittah. Oleh karena itu, dalam makalah kami ini akan
dipaparkan terhadap salah satu kitab hadits tertua abad ke-2 H., yang dijadikan
rujukan oleh para ulama khususnya dan masyarakat Islam secara umum yaitu Kitab
al-Muwatta.
B.
Rumusan Masalah
Ada dua fokus kajian yang menjadi rumusan masalah dalam makalah kami
makalah yaitu;
1.
2.
PEMBAHASAN
1.
2.
Mahmud Ali Fayyad, Metodologi Penetapan Kesahihan Hadits, (Bandung: Pustaka Setia,
1998.)
2
Pribadinya
Imam Malik memiliki kepribadian yang sangat kuat, dan kokoh dalam
pendirian. Beberapa hal yang bisa menjadi bukti adalah: pertama, penolakan
Imam Malik untuk datang ke tempat penguasa (istana), Khalifah Harun alRasyid, dan menjadi guru bagi kelurga mereka. Bagi Imam Malik, semua orang
yang membutuhkan ilmu harus datang kepada guru dan ilmu tidak mendatangi
muridnya serta tidak perlu secara eksklusif disendirikan, meski mereka adalah
penguasa. Kedua, Imam Malik pernah dicambuk 70 kali oleh Gubernur Madinah
Jafar al-Mansur, karena menolak mengikuti pandangan Jafar ibn Sulaiman. 6
Bahkan dalam sebuah riwayat diceritakan Imam Malik didera dengan cemeti,
sehingga tulang punggungnya hampir putus dan keluar dari lengannya dan tulang
belakangnya hampir remuk. Setelah itu beliau diikat di atas punggung unta dan
diarak keliling Madinah, supaya beliau malu dan mau mencabut fatwa-fatwanya
yang berbeda dengan dengan penguasa, tetapi Imam Malik tetap menolaknya.
Ketiga, meski tiga Khalifah (Jafar al Mansur (131- 163 H); al-Mahdi (163-173
H.); dan Harun al-Rasyid (173-197 H )) telah meminta Imam Malik menjadikan
al-Muwatta sebagai kitab resmi negara, namun tiga kali pula Imam Malik
menolak permintaan mereka.7
4.
Guru-Gurunya
Sejak kecil atas dukungan orang tuanya, khususnya ibunya, beliau
berguru kepada pada ulama di Madinah. Beliau tidak berkelana keluar dari
Madinah. Karena, kota Madinah pada saat itu adalah pusat pengetahuan agama
5
M. M. Azami, Memehami Ilmu Hadits: telaah metodologi literature hadits, Penerjemah; Meth
Kieraha, Cet. 3 (Jakarta; Lentera, 2003)
6
Ibid., h. 143
7
Loc. Cit., h. 143
Islam, dan kerena di tempat inilah banyak tabiin yang berguru dari shahabatsahabat Nabi dan banyak ulama dari berbagai penjuru dunia berdatangan untuk
berguru dan bertukar pikiran. Imam Malik pernah belajar kepada 900 guru, 300
di antaranya dari golongan tabiin dan 600 dari kalangan tabiit tabiin. menurut
Amin al-Khulli, diatar gru-gurunya yang terkemuka adalah:
1)
2)
3)
4)
Nafi Ibnu Surajis Abdullah al-Jaelani (w. 120 H), Imam Malik
mendapat 80 hadits lebih dari Nafi.
5)
Jafar Sadiq ibn Muhammad ibn Ali al-Husain ibn Abu Thalib
al-Madani. (w. 148 H), Imam Malik mendapatkan 9 hadits dalam bab
manasik.8
5.
Murid-Muridnya
Murid-murid Imam Malik dapat di klasifikasikan dalam tiga kelompok :
a.
b.
Dari kalangan Tabiit-tabiin adalah al-Zuhri, Ayub alSyakhtiyani, Abul Aswad, Rabiah ibn Abd. Al-Rahman, Yahya ibn Said
al-Ansari, Musa ibn Uqabah dan Hisyam ibn Urwah.
c.
Dr. Subhi Al-Shaleh, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits, ), Jakarta; Pustaka Firdaus, 1993.
6.
Karya-Karyanya
Diantara karya-karya Imam Malik adalah 1) al-Muwatta, 2) Kitab Aqdiya 3)
Kitab Nujum, Hisab Madar al-Zaman, Manazil al-Qamar, 4) Kitab Manasik,
5) Kitab Tafsir li gharb al-Quran, 6) Ahkam al-Quran, 7) al-Mudawanah alKubra, 8) Tafsir al-Quran, 9) Kitab Masa Islam, 10) Risalah Ibn Matruf
Gassan, 11) Risalah ila al-Lais,9 12) Risalah ila Ibn Wahb. Namun, dari
beberapa karya tersebut yang sampai pada kita hanya dua yakni, al-Muwatta
dan al-Mudawwanah al-Kubra.
7.
8.
9.
melahirkan tiga kelompok besar (Khawarij, Syiah, dan keluarga istana) yang
mengancam integritas kaum muslimin. Disamping kondisi sosial keagamaan
yang berkembang penuh nuansa pebedaan. Perbedaan-perbedaan pemikiran yang
9
10
Penamaan Hadits
Tentang penamaan kitab al-Muwatta adalah orisinil berasal dari Imam
Malik sendiri. Hanya saja tentang mengapa kitab tersebut dinamakan dengan alMuwatta aada beberapa pendapat yang muncul:
Pertama, sebelum kitab itu disebarluaskan Imam
Malik telah
menyodorkan karya ini di hadapan para 70 ulama Fiqh Madinah dan mereka
menyepakatinya. Dalam sebuah riwayat al-Suyuti menyatakan:Imam Malik
berkata, aku mengajukan kitabku ini kepada 70 ahli Fiqh Madinah, ,mereka
semua setuju denganku dengan kitab tersebut, maka aku namai dengan alMuwatta.14
11
Loc. Cit., h. 7
Dewan Radaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Cet. 3, (Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve, 1994)
13
Op. Cit., h. 8
14
Op. Cit., h. 318
12
Isi Kitab
kitab in menghimpun hadits-hadits Nabi, pendapat shahabat, qaul tabiin, Ijma
ahl al-Madinah dan pendapat Imam Malik.
Para ulama bebeda pendapat tentang jumlah hadits yang terdapat dalam alMuwatta ;
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Muhammad Fuad Abd. al-Baqi mengatakan kitab alMuwatta berisi 1824 hadits.
g.
menyebutkan
jumlah persisnya, 500 lebih hadits musnad, 300 lebih mursal, 70 hadits
lebih yang tidak diamalkan Imam Malik dan beberapa hadits daif.
h.
15
16
Sistimatika Kitab
Kitab al-Muwatta adalah kitab hadis yang bersistematika fiqh.berdasar
kitab yang telah ditahqiq oleh Muhammad fuad abd al-baqi,kitab al-Muwatta
terdiri dari 2 juz, 61 kitab [bab] dan 1824 hadis.Adapun perinciannya adalah
sebagai berikut :
Juz 1: waktu-waktu Shalat , 80 tema ,30 hadis, (2) bersuci , 32 tema, 115
hadis, (3) shalat, 8 tema, 70 hadis, (4) Lupa dalam shalat, 1 tema, 3 hadis, (5)
Shalat jumat,9 tema, 21 hadis, (6) Shalat pada bulan Rhamadan, 2 tema, 7
hadis, (7) Shalat malam, 5 tema, 33 hadis, (8) Shalat jamaaah, 10 tema, 38
hadis, (9) Mengqasar Shalat dalam perjalanan , 25 tema, 95 hadis, (10) Dua
hari raya, 7 tema 13 hadis, (11) Shalat dalam keadaan takut, 1 tema, 4 hadis,
(12) Shalat gerhana matahari dan bulan, 2 tema, 4 hadis , (13) Shalat minta
hujan, 3 tema, 6 hadis, (14) Menghadap qiblat, 6 tema 15 hadis, (15) AlQur;an,10 tema ,49 hadis, (!6) Shalat Mayat, 16 tema, 59 hadis, (17) Zakat, 30
tema, 55 hadis, (18) Puasa, 22 tema, 60 hadis, (19) Itikat, 8 tema, 16 hadis,
(20)Haji, 85 tema, 255 hadis.
17
18
Loc. Cit., h. 10
Dr. Subhi Al-Shaleh, h. 339.
Penglihatan, 2 tema, 7 hadits, (53) Salam, 3 tema, 5 hadits, (54) Meminta izin,
17 tema, 44 hadits, (55) Baiah, 1 tema, 3 hadits, (56) Kalam, 12 tema, 27
hadits, (57) Jahanam, 1 tema, 2 hadits, (58) Shadaqa, 3 tema, 155 hadits, (59)
Ilmu, 1 tema, 1 hadits, (60) Dakwah orang yang teraniayah, 1 tema, 1 hadits,
(61) Nama-nama Nabi saw., 1 tema, 1 hadits.
13.
sahabat, (c) fatwa tabiin, (d) Ijma ahli Madinah dan (e) pendapat Imam Malik
sendiri.19
Meskipun kelima tahapan tersebut tidak selalu muncul bersamaan dalam
setiap pembahasannya, urutan pembahasan dengan mendahulukan penelusuran
dari hadits Nabi yang telah diseleksi merupakan acuan yang pertama yang
dipakai Imam Malik, sedangkan tahapan kedua dan seterusnyadipaparkan
Imam Malik tatkala menurutnya perlu untuk dipaparkan.
Dalam hal ini empat kriteria yang dikemukakan Imam Malik dalam
mengkritisi periwayatan hadits ialah: a) Periwayat bukan orang yang
berperilaku jelek, b) Bukan ahli bidah, c) Bukan orang yang suka berdusta
dalam hadits, d) Bukan orang yang tahu ilmu, tetapi tidak mengamalkannya. 20
Meskipun Imam Malik telah berusaha seselektif mungkin dalam
memfilter hadits-hdits yang diterima untuk dihimpun, tetap saja para ulama
hadits berbeda pendapat dalam memberikan penilaian terhadap haditshaditsnya:
a.
b.
c.
d.
19
20
Op. Cit., h. 14
Loc. Cit., h. 14
10
e.
f.
Kitab-Kitab Syarahnya
Kitab al-Muwatta disyarahi oleh beberapa ulam diantaranya;
1. Al-Tamhid lima fi al-Muwatta min al-maani wa al-Asanid karya Abu
Umar ibn Abdil Bar al-Namri al-Qurtubi (w. 463 H).
2. Syarh al-Taliq al-Mumajjal ala Muwatta Imam Muhammad karya alHaki ibn Muhammad al-Laknawi al-Hindi.
3. Al-Istizkar fi Syarh Mazahib Ulama al-Amsar karya Ibn `Abdil Barr (w.
463 H).24
4. Kasyf al-Mugti fi al-Syarh al-Muwatta karya Jalaluddin al-Suyuti (w.
911 H.).
5. Tanwirul Hawalik, karya Jalaluddin al-Suyuti (w. 911 H.)
6. Al-Muntaqa Karyakarya Abu Walid al-Bajdi (w. 474 H).
7. Al-Maswa karya al-Dahlawi al-Hanafi (w. 1176 H)
8. Syarh al-Zarqani karya al-Zarqani al-Misri al-Maliki (w. 1014 H.).25
15.
21
11
b.
c.
d.
yang
paling
shahih,
masyur
dan
al-Muwatta adalah
paling
terdahulu
pengumpulannya.26
16.
.
.
Dalam pandangan Schacht , hadits tersebut putus sanadnya, padahal
dalam riwayat bukhari sanadnya bersambung. Menurutnya, dalam naskah
kuno al-Muwatta terdapat kata-kata dan kami bersujud kepada umar.
Kata-kata ini tidak pernah diucapkan Urwah, hanya dianggap ucapannya.
Oleh karenanya, dari pendekatan histories berarti naskah/teks hadits lebuh
dahulu ada, baru kemudian dibuatkan sanadnya. Sanad tersebut untuk
26
12
Ibid., h. 18
Ibid., h. 19
13
satu satunya orang yang meriwayatkan hadits Ibnu Umar, sehingga bisa
dijadikan pembanding
PENTUTUP
i.
Kesimpulan
Dari paparan diatas, ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi :
1. Kitab al-Muwatta disusun Imam Malik atas usulan khalifah Jafar al-Mansur
dan keinginan kuat dari dirinya yang berniat menyusun kitab
yang dapat
khazanah keintelektualan kita begitu juga dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membaca makalah ini. Dalam makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan
yang jauh dari kesempurnaan olehnya itu, kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sangat kami harapkan.
29
Loc. Cit., h. 19
14
DAFTAR PUSTAKA
Al-Shaleh, Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993
Ensiklopedi Islam, Dewan Radaksi, Ensiklopedi Islam, Cet. 3, Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve, 1994
Fayyad, Mahmud Ali, Metodologi Penetapan Kesahihan Hadits. (Bandung: Pustaka
Setia, 1998.)
Najwah dkk., Nurun. Study Kitab Hadits, (Jakarta; Mizan, 2002)
Ibn Anas, Imam Malik. Al-Muwatta Imam Malik Ibn Anas. penerjemah: Dwi Surya
Atmaja, Cet. 1, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 1999
15