Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Rasulullah saw. Sebelum beliau wafat masih sempat memperingatkan ummatnya
untuk senantiasa berpegang teguh kepada dua sumber ajaran islam yaitu kitabullah
(al-Quran) dan sabda Rasul (al-Hadits) yakni sunnah Rasulullah. Al-Quran
merupakan sumber utama dan dan al-hadits (sunnah) merupakan sumber

yang

kedua. Peranan al-hadits terhadap al-Quran begitu penting dalam rangka memahami
dan mengetahui maksud isi al-Quran yang begitu luas pembahasannya dalam
mengikuti segala petunjuk rasul dan isyarat Allah swt.
Utamanya dalam hal pengutipan al-hadits maka seseorang tidak akan pernah
terlepas dari yang namanya kitab hadits. Diatara kitab hadits yang ada adalah shahih
Bukhari, shahih Muslim, Sunan al-NasaI, Sunan Abu Daud, Sunan al-Tirmidzi,
Sunan ibn Majah, Muwatta Malik, Musnad Ahmad bin Hanbal, kitab al-Darimiy
dan lain-lain.
Dari beberapa kitab yang ada biasanya seseorang hanya memandang kuaalitas
keshahihan suatu hadits hanya dari kitab-kitab terkenal yang ia ketahui, seperti
halnya dalam Kutubu Al-Sittah. Oleh karena itu, dalam makalah kami ini akan
dipaparkan terhadap salah satu kitab hadits tertua abad ke-2 H., yang dijadikan
rujukan oleh para ulama khususnya dan masyarakat Islam secara umum yaitu Kitab
al-Muwatta.
B.

Rumusan Masalah
Ada dua fokus kajian yang menjadi rumusan masalah dalam makalah kami
makalah yaitu;
1.

Tentang biogarafi Imam Malik yang mencakup identitas, kepribadian,


guru-guru, dan murid-murid serta buah karya Imam Malik dalam keilmuan.

2.

Tentang Kitab Al-Muwatta yang meliputi beberapa aspek; yakni latar


belakang penyusunan, penamaan, isi, sistematika, metode, kualitas haditshaditsnya dan keritikan para orietalis terhadap karya tersebut.

PEMBAHASAN
1.

SEKILAS BIOGRAF IMAM MALIK

2.

Nama Dan Nasab Serta Tahun Kelahirannya


Imam malik yang memiliki nama lengkap abu Abdullah Malik ibn Anas ibn
Malik ibn Abi Amir ibn Amr ibn al-Haris ibn Gaiman ibn Husail ibn Amr ibn alHaris al-Asbahi al-Madani. Kunyah-nya abu Abdullah, sedang laqab-nya alasbahi, al-Madani, al-Faqih, al-Imam Dar al-Hijrah, dan al-Humairi 1.dengan
melihat nasab Imam Malik, beliau memiliki silsilah yang sampai kepada tabiin
besar [Malik] dan kakek buyut [Abu Amir] seorang sahabat yang selalu
mengikuti dalam peperangan pada masa nabi.2
Imam Malik dilahirkan di kota Madinah, dari sepasang suami istri Anas bin
Malik dan Aliyah binti Suraik, bangsa Arab yaman. Ayah Imam Malik bukan
anas bin malik sahabat nabi, tetapi seorang tabiin yang sangat minim sekali
informasinya.dalam buku sejarah hanya mencatat, bahwa ayah imam malik
tinggal di suatu tempat bernama zulmarwah, nama suatu tempat di padang pasir
sebelah utara madinah dan bekerja sebagai pembuat panah. Sedang kakeknya
yang memiliki kunyah Abu Anas, adalah tabiin besar banyak meriwayatkan
hadis dari Umar, Talhah, Abu hurairah dan Hasan bin Abi Sabit ;termasuk penulis
mushaf Usmani serta termasuk orang yang mengikuti penaklukan Usmani serta
termasuk pada masa khalifah Usman.3
Tentang tahun kelahiranya, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para
sejarawan. Ada

yang menyatakan 90 H, 93 H, 94 H dan ada pula yang

menyatakan 97 H. tetapi mayoritas sejarahwan lebih cendrung menyatakan


beliau lahir tahun 93 H pada masa Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik ibn
Marwan dan meninggal tahun 179 H.4
1

Mahmud Ali Fayyad, Metodologi Penetapan Kesahihan Hadits, (Bandung: Pustaka Setia,

1998.)
2

Nurun Najwah dkk., Study Kitab Hadits, (Jakarta; Mizan, 2002)


Imam Malik Ibn Anas, Al-Muwatta Imam Malik Ibn Anas, penerjemah: Dwi Surya Atmaja,
Cet. 1, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 1999)
4
Op. Cit., h. 3
3

Imam Malik menikah dengan seorang hamba yang melahirkan 3 anak


laki-laki (Muhammad, Hammad dan Yahya ) dan seorang anak perempuan
(Fatimah yang meendapat julukan Umm al-Muminin). Menurut Abu Umar,
Fatimah termasuk antara anak-anaknya yang dengan tekun mempelajari dan
hafal dengan baik Kitab Al-Muwatta.5
3.

Pribadinya
Imam Malik memiliki kepribadian yang sangat kuat, dan kokoh dalam
pendirian. Beberapa hal yang bisa menjadi bukti adalah: pertama, penolakan
Imam Malik untuk datang ke tempat penguasa (istana), Khalifah Harun alRasyid, dan menjadi guru bagi kelurga mereka. Bagi Imam Malik, semua orang
yang membutuhkan ilmu harus datang kepada guru dan ilmu tidak mendatangi
muridnya serta tidak perlu secara eksklusif disendirikan, meski mereka adalah
penguasa. Kedua, Imam Malik pernah dicambuk 70 kali oleh Gubernur Madinah
Jafar al-Mansur, karena menolak mengikuti pandangan Jafar ibn Sulaiman. 6
Bahkan dalam sebuah riwayat diceritakan Imam Malik didera dengan cemeti,
sehingga tulang punggungnya hampir putus dan keluar dari lengannya dan tulang
belakangnya hampir remuk. Setelah itu beliau diikat di atas punggung unta dan
diarak keliling Madinah, supaya beliau malu dan mau mencabut fatwa-fatwanya
yang berbeda dengan dengan penguasa, tetapi Imam Malik tetap menolaknya.
Ketiga, meski tiga Khalifah (Jafar al Mansur (131- 163 H); al-Mahdi (163-173
H.); dan Harun al-Rasyid (173-197 H )) telah meminta Imam Malik menjadikan
al-Muwatta sebagai kitab resmi negara, namun tiga kali pula Imam Malik
menolak permintaan mereka.7

4.

Guru-Gurunya
Sejak kecil atas dukungan orang tuanya, khususnya ibunya, beliau
berguru kepada pada ulama di Madinah. Beliau tidak berkelana keluar dari
Madinah. Karena, kota Madinah pada saat itu adalah pusat pengetahuan agama
5

M. M. Azami, Memehami Ilmu Hadits: telaah metodologi literature hadits, Penerjemah; Meth
Kieraha, Cet. 3 (Jakarta; Lentera, 2003)
6
Ibid., h. 143
7
Loc. Cit., h. 143

Islam, dan kerena di tempat inilah banyak tabiin yang berguru dari shahabatsahabat Nabi dan banyak ulama dari berbagai penjuru dunia berdatangan untuk
berguru dan bertukar pikiran. Imam Malik pernah belajar kepada 900 guru, 300
di antaranya dari golongan tabiin dan 600 dari kalangan tabiit tabiin. menurut
Amin al-Khulli, diatar gru-gurunya yang terkemuka adalah:
1)

Rabiah al-Rayi Abi Abdurrahman Furuh al-Madani (w. 136


H). ada 12 riwayat hadits yang diriwayatkan, denga perincian lima Musnad
atau satu mursal.

2)

Ibnu Hurmuz Abu Bakar bin Yazid (w. 147 H) mendapatkan 54


57 hadis darinya.

3)

Ibnu Shihab al-Zuhri (w. 124 H), Imam Malik meriwayatkan 32


hadits darinya, denga rincian 92 hadits musnad dan yang lainnya mursal.

4)

Nafi Ibnu Surajis Abdullah al-Jaelani (w. 120 H), Imam Malik
mendapat 80 hadits lebih dari Nafi.

5)

Jafar Sadiq ibn Muhammad ibn Ali al-Husain ibn Abu Thalib
al-Madani. (w. 148 H), Imam Malik mendapatkan 9 hadits dalam bab
manasik.8

5.

Murid-Muridnya
Murid-murid Imam Malik dapat di klasifikasikan dalam tiga kelompok :
a.

dari kalanga Tabiin di antaranya Sufyan al-Sauri, al-Lais


bin Said, Hammad ibn Zaid, Sufyan ibn Uyainah, Abu Hanifah, Abu
Yusuf, Syarik ibn Lahiah, dan Ismail ibn Khatir.

b.

Dari kalangan Tabiit-tabiin adalah al-Zuhri, Ayub alSyakhtiyani, Abul Aswad, Rabiah ibn Abd. Al-Rahman, Yahya ibn Said
al-Ansari, Musa ibn Uqabah dan Hisyam ibn Urwah.

c.

Bukan Tabiin: Nafi ibn Naaim, Muhammad ibn Aljan,


Salim ibn Abi Umaiyah, Abu al-Nadri, Maula Umar ibn Abdullah, alSyafiI, dan Ibn Mubarak.

Dr. Subhi Al-Shaleh, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits, ), Jakarta; Pustaka Firdaus, 1993.

6.

Karya-Karyanya
Diantara karya-karya Imam Malik adalah 1) al-Muwatta, 2) Kitab Aqdiya 3)
Kitab Nujum, Hisab Madar al-Zaman, Manazil al-Qamar, 4) Kitab Manasik,
5) Kitab Tafsir li gharb al-Quran, 6) Ahkam al-Quran, 7) al-Mudawanah alKubra, 8) Tafsir al-Quran, 9) Kitab Masa Islam, 10) Risalah Ibn Matruf
Gassan, 11) Risalah ila al-Lais,9 12) Risalah ila Ibn Wahb. Namun, dari
beberapa karya tersebut yang sampai pada kita hanya dua yakni, al-Muwatta
dan al-Mudawwanah al-Kubra.

7.

Wafat Imam Malik


Sebagaimana tahun kelahirannya, ada beberapa versi tentang waktu
meninggalnya Imam Malik. Ada yang berpendapat tanggal 11,12,13, 14 bulan
Rajab 179 H dan ada yang berpendapat 12 Rabiul Awwal 179 H. diantara
pandangan yang paing banyak diikuti adalah pendapat Qadi Abu Fadl Iyad
yang menyatakan bahwa Imam Malik meninggal pada hari Ahad 12 Rabiul
Awwal 179 H dalam usia 87 tahun, setelah satu bulan menderitya sakit. Beliau
dikebumikan di kuburan Baqi. Beliu berwasiat untuk dikafani dengan
pakaiannya yang putih dan dishalatkan di tempat meninggalnya. Dengan
meninggalnya Imam Malik, berkurang satu tokoh ulama Medinah.10

8.

MENGENAL KITAB AL-MUWATTA

9.

Latar Belakang Penyusunan


Ada beberapa versi yang mengemukakan tentang latar belakang
penyusunan al-Muwatta. Menurut Noel J. Coulson, problem politik dan social
keagamaanlah yang melatar belakangi penyusunan al-Muwatta. Kondisi politik
yang

penuh konflik pada masa transisi Daulah Umayyah- Abbasiyah yang

melahirkan tiga kelompok besar (Khawarij, Syiah, dan keluarga istana) yang
mengancam integritas kaum muslimin. Disamping kondisi sosial keagamaan
yang berkembang penuh nuansa pebedaan. Perbedaan-perbedaan pemikiran yang
9

Op. Cit., h. 144


Nurun Najwah dkk., h. 7

10

berkembang (Khususnya dalam bidang hukum) yang berangkat dari perbedaan


metode nash di satu sisi dan rasio di sisi yang lain, telah melahirkan pluratis yang
penuh konflik.11
Versi lain menyatakan, penulian al-Muwatta dikarenakan adanya
permintaan khalifah Jafar al-Manshur ats usulan Muhammad ibn al-Muaffa
yang sangat prihatin terhadap perbedaan fatwa dan pertentangan yang
berkembang saat itu, dan mengusulkan kepada khalifah untuk menyusun undangundang yang menjadi penengah dan bisa diterima semua pihak. Kalifah lalu
meminta Imam Malik menyusun kitab hukum sebagai kitab standar bagi seluruh
wilayah Islam. Imam Malik menerima usul tersebut, namun ia keberatan
menjadikannya sebagai kitab standar atau kitab resmi negara.12
Sementara versi yang lain, disamping terinisiatif oleh usulan khalifah Jafar
al-Mansur, sebenarnya Imam Malik sendiri memiliki keinginan kuat untuk
menyusun kitab yang dapat memudahkan umat Islam memahami agama.13
10.

Penamaan Hadits
Tentang penamaan kitab al-Muwatta adalah orisinil berasal dari Imam
Malik sendiri. Hanya saja tentang mengapa kitab tersebut dinamakan dengan alMuwatta aada beberapa pendapat yang muncul:
Pertama, sebelum kitab itu disebarluaskan Imam

Malik telah

menyodorkan karya ini di hadapan para 70 ulama Fiqh Madinah dan mereka
menyepakatinya. Dalam sebuah riwayat al-Suyuti menyatakan:Imam Malik
berkata, aku mengajukan kitabku ini kepada 70 ahli Fiqh Madinah, ,mereka
semua setuju denganku dengan kitab tersebut, maka aku namai dengan alMuwatta.14

11

Loc. Cit., h. 7
Dewan Radaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Cet. 3, (Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve, 1994)
13
Op. Cit., h. 8
14
Op. Cit., h. 318
12

Kedua, pendapat yan menyatakan penamaan al-Muwatta karena kitab


tersebut memudahkan khalayak ummat Islam dalam memilih dan menjadikan
pegangan hidup dalam beraktivitas dan beragama.15
Ketiga, pendapat yang menyatakan penamaan al-Muwatta, karena kitab
al-Muwatta merupakan perbaikan terhadap kitab-kitab fiqh sebelumnya.
11.

Isi Kitab
kitab in menghimpun hadits-hadits Nabi, pendapat shahabat, qaul tabiin, Ijma
ahl al-Madinah dan pendapat Imam Malik.
Para ulama bebeda pendapat tentang jumlah hadits yang terdapat dalam alMuwatta ;
a.

Ibn Habbab yang dikutip Abu Bakar al-A`rabi dalam


Syarah Al-Tirmizdi menyatakan ada 500 hadits yan disaring dari 100.000
hadits.

b.

Abu Bakar al-Abhari berpendapat ada 1726 hadits denga


perincian 600 musnad, 222 mursal, 613 mauquf dan 285 qaul tabiin.

c.

Al-Harasi dalam Taliqah Fi Al-Ushul mengatakan


kitab Malik memuat 700 hadits dari 9000 hadits yang telah disaring.

d.

Abu al-Hasan bin Fahr dalam Fadail mengatakan ada


10.000 hadits dalam kitab al-Muwatta.

e.

Arnol John Weinsinck menyatakan dalam al-Muwatta


berisi 1824 hadits.

f.

Muhammad Fuad Abd. al-Baqi mengatakan kitab alMuwatta berisi 1824 hadits.

g.

Ibnu Hazm berpendapat, dengan tanpa

menyebutkan

jumlah persisnya, 500 lebih hadits musnad, 300 lebih mursal, 70 hadits
lebih yang tidak diamalkan Imam Malik dan beberapa hadits daif.
h.

M. Syuhudi Ismail menyatakan Kitab al-Muwatta hadits


nya ada 1804.16

15
16

Loc. Cit., h. 318


Nurun Najwah dkk., h. 9-10

Perbedaan pendapat ini karena perbedaan sumber periwayatan di satu sisi


dan perbedaan cara perhitungan. Ada ulama hadits yang hanya menghitung
hadits hanya berjumlah hadits yang disandarkan kepada Nabi saja, namaun
adapula yang menghitung dengan menggabungkan fatwa sahabat, fatwa tabiin
yang memang termaktub dalam al-Muwatta.17
Menurut al-Suyuti, lebih dari 1000 orang yang meriwayatkan alMuwatta, dan benyak naskan tentang itu. Namun yang terkenal adalah 14
naskah menurut al-Suyuti, dan menurut al-khandawi ada 16 nasakah,
sedangkan menurut qadhi Iyadh ada 20 naskah , meski ada yang berpendapat
ada naskah. Diantara naskah tersebut yang paling popular adlah naskah riwayat
Yahya al-Andalusi.18
12.

Sistimatika Kitab
Kitab al-Muwatta adalah kitab hadis yang bersistematika fiqh.berdasar
kitab yang telah ditahqiq oleh Muhammad fuad abd al-baqi,kitab al-Muwatta
terdiri dari 2 juz, 61 kitab [bab] dan 1824 hadis.Adapun perinciannya adalah
sebagai berikut :
Juz 1: waktu-waktu Shalat , 80 tema ,30 hadis, (2) bersuci , 32 tema, 115
hadis, (3) shalat, 8 tema, 70 hadis, (4) Lupa dalam shalat, 1 tema, 3 hadis, (5)
Shalat jumat,9 tema, 21 hadis, (6) Shalat pada bulan Rhamadan, 2 tema, 7
hadis, (7) Shalat malam, 5 tema, 33 hadis, (8) Shalat jamaaah, 10 tema, 38
hadis, (9) Mengqasar Shalat dalam perjalanan , 25 tema, 95 hadis, (10) Dua
hari raya, 7 tema 13 hadis, (11) Shalat dalam keadaan takut, 1 tema, 4 hadis,
(12) Shalat gerhana matahari dan bulan, 2 tema, 4 hadis , (13) Shalat minta
hujan, 3 tema, 6 hadis, (14) Menghadap qiblat, 6 tema 15 hadis, (15) AlQur;an,10 tema ,49 hadis, (!6) Shalat Mayat, 16 tema, 59 hadis, (17) Zakat, 30
tema, 55 hadis, (18) Puasa, 22 tema, 60 hadis, (19) Itikat, 8 tema, 16 hadis,
(20)Haji, 85 tema, 255 hadis.

17
18

Loc. Cit., h. 10
Dr. Subhi Al-Shaleh, h. 339.

Juz II: (21)Jihad, 21 tema, 50 hadis, (22)Nadhar dan sumpah, 9 tema, 1 7


hadis, (23) Qurban, 6 tema, 16 hadis,(24)Sembelihan, 4 empat tema, 19 hadis,
(25) Binatang buruan, 7 tema 16 hadis, (26) Aqidah, 2 tema, 7 hadis, (27)
Faraid, 15 tema, 16 hadis, (28) Nikah, 22 tema, 58 hadis, (19) Talaq, 35 tema,
109 hadis, (30) Persususan, 3 tema, 17 hadis, (31) Jual beli, 49 tema, 101 hadis,
( 32) Pinjam meminjam, 15 tema, 16 hadis, (33) Penyiraman, 2 tema, 3 hadis,
(34) Menyewa tanah, 1 tema, 5 hadis, (35) Syufaah, 2 tema, 4 hadis, (36)
Hukum, 41 tema, 54 hadis, (37) Wasiat, 10 tema, 9 hadis, (38) Kemerdekaan
dan persaudaraan, 13 tema, 25 hadis, (39) Budak Muktabah, 13 tema, 15
hadis, (40) Budak Mudarabah, tujuh tema, delapan hadis, (41) Hudud , 11
tema, 35 hadis, (42) Minuman, 5 tema, 15 hadis, (43) Orang yang berakal, 24
tema, 16 hadis, (44) Sumpah, 5 tema, 2 hadis, (45) al-jami, 7 tema , 36 hadis,
(46) Wadar, 2 tema, 10 hadis, (47) Akhlak yang baik, 4 tema, 18 hadis, (48)
Memakai pakaian, 8 tema, 19 hadis, (49) Sifat nabi Saw., 13 tema, 39 hadis,
(50) Mata, 7

tema, 18 hadits, (51) Rambut , 5 tema, 17 hadits, (52)

Penglihatan, 2 tema, 7 hadits, (53) Salam, 3 tema, 5 hadits, (54) Meminta izin,
17 tema, 44 hadits, (55) Baiah, 1 tema, 3 hadits, (56) Kalam, 12 tema, 27
hadits, (57) Jahanam, 1 tema, 2 hadits, (58) Shadaqa, 3 tema, 155 hadits, (59)
Ilmu, 1 tema, 1 hadits, (60) Dakwah orang yang teraniayah, 1 tema, 1 hadits,
(61) Nama-nama Nabi saw., 1 tema, 1 hadits.
13.

Metode Kitab Dan Kualitas Hadits-Hadits


Secara eksplisit, tidak ada pernyataan yang tegaas tentang metode yang
dipakai Imam Malik dalam menghimpun Kitab al-Muwatta. Namun sacara
implisit, dengan melihat paparan Imam Malik dalam kitabnya, metode yang
dipakai adalah metode pembukuan hadits berdasar klasifikasi hukum Islam
(abwab fiqhiyah) dengan mencantumkan hadits marfu` (berasal dari Nabi),
Mauquf (berasal dari sahabat), dan Maqtu (berasal dari tabiin). bahkan bukan
hanya itu, kita bias melihat bahwa Imam Malik menggunakan tahapan-tahapan
berupa (a) penyeleksian hadits-hadits yang berasal dari Nabi, (b) Asar/fatwa

sahabat, (c) fatwa tabiin, (d) Ijma ahli Madinah dan (e) pendapat Imam Malik
sendiri.19
Meskipun kelima tahapan tersebut tidak selalu muncul bersamaan dalam
setiap pembahasannya, urutan pembahasan dengan mendahulukan penelusuran
dari hadits Nabi yang telah diseleksi merupakan acuan yang pertama yang
dipakai Imam Malik, sedangkan tahapan kedua dan seterusnyadipaparkan
Imam Malik tatkala menurutnya perlu untuk dipaparkan.
Dalam hal ini empat kriteria yang dikemukakan Imam Malik dalam
mengkritisi periwayatan hadits ialah: a) Periwayat bukan orang yang
berperilaku jelek, b) Bukan ahli bidah, c) Bukan orang yang suka berdusta
dalam hadits, d) Bukan orang yang tahu ilmu, tetapi tidak mengamalkannya. 20
Meskipun Imam Malik telah berusaha seselektif mungkin dalam
memfilter hadits-hdits yang diterima untuk dihimpun, tetap saja para ulama
hadits berbeda pendapat dalam memberikan penilaian terhadap haditshaditsnya:
a.

Sufyan ibn `Uyainah dan al-Suyuti mengatakan, seluruh


hadits yang diriwayatkan Imam Malik adalah shahih, karena diriwayatkan
dari orang-orang terpercaya.

b.

Ibnu Hajar al-Asqalani menyatakan bahwa hadits-hadits


yang termuat dalam al-Muwatta adalah shahih menurut Imam Malik dan
pengikutnya.

c.

Ibnu Hazm dlam penilaiannya yang maktub dalam


Maratib al-Diyanah, 500 hadits musnad, 300 hadits mursal dan 70 hadits
dhaif yang ditinggalkan Imam Malik. Sedang menurut Ibnu Hajar di
dalam nya ada hadits yang mursal dan munqati`.

d.

Al-Gafiqi berpendapat dalam al-Muwatta ada 27 hadits


mursal dan 15 hadits yang mauquf.

19
20

Op. Cit., h. 14
Loc. Cit., h. 14

10

e.

Hadits al-Shiddiqi menyatakan dalam al-Muwatta ada


hadits yang shahih, hasan dan dha`if.21

f.

Abu bakar al-Abhari berpendapat tidak semua hadits


dalam al-muwatta shahih, 222 hadits mursal, 623 hadits mauquf dan 285
hadits maqtu`.22

Meskipu dalam al-Muwatta tidak semuanya shahih, ada yang mungqati,


mursal , dan mudal. Banyak ulama hadits berikutnya yang mencoba
mentakhrij dan me-muttasil-kan hadits hadits yang mungqati, mursal dan
mudal seperti Sufyan Ibnu Uyainah, Sufyan al-Sauri, dan Ibn Abi Zibi.
Dalam pandangan Ibnu Abd al-Barr dari 61 hadits yang dianggap tidak
Muttasil semuanya musnad dengan jalur selain Malik.23
14.

Kitab-Kitab Syarahnya
Kitab al-Muwatta disyarahi oleh beberapa ulam diantaranya;
1. Al-Tamhid lima fi al-Muwatta min al-maani wa al-Asanid karya Abu
Umar ibn Abdil Bar al-Namri al-Qurtubi (w. 463 H).
2. Syarh al-Taliq al-Mumajjal ala Muwatta Imam Muhammad karya alHaki ibn Muhammad al-Laknawi al-Hindi.
3. Al-Istizkar fi Syarh Mazahib Ulama al-Amsar karya Ibn `Abdil Barr (w.
463 H).24
4. Kasyf al-Mugti fi al-Syarh al-Muwatta karya Jalaluddin al-Suyuti (w.
911 H.).
5. Tanwirul Hawalik, karya Jalaluddin al-Suyuti (w. 911 H.)
6. Al-Muntaqa Karyakarya Abu Walid al-Bajdi (w. 474 H).
7. Al-Maswa karya al-Dahlawi al-Hanafi (w. 1176 H)
8. Syarh al-Zarqani karya al-Zarqani al-Misri al-Maliki (w. 1014 H.).25

15.

Pendapat Ulama Tentang Al-Muwatta

21

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, h. 318


Op. Cic., h. 15
23
Loc. Cit., h. 15
24
M. M. Azami, h. 145-146
25
Loc. Cit., h. 319.
22

11

Diantara ulama yang memberikan penilaian terhadap kitab al-Muwatta


adalah :
a.

Al-SyafiI : di dunia ini tidak ada kitab setelah al-Quran


yang lebih shahih daripada kitab Malik.

b.

Al-Hafizd al-Muglatayi al-Hanafi: Buah karya Malik


adalah kitab shahih yang pertama sekali.

c.

Ibn Haja: Kitab Malik shahih menurut Malik dan


pengikutnya.

d.

Waliyullah al-Dahlawi menyataka


kitab

yang

paling

shahih,

masyur

dan

al-Muwatta adalah
paling

terdahulu

pengumpulannya.26
16.

Keritikan Orientalis Tentang Al-Muwatta


Diantara orietalis yang memeberikan keritikan terhadap karya Imam
Malik adalah Joseph Schacht. Schacht meragukan otentitas hadits dalam alMuwatta, diantara hadits yang dikritiknya ialah tentang bacaan ayat sajadah
dalam khutbah Jumah oleh Khatib :



.

.
Dalam pandangan Schacht , hadits tersebut putus sanadnya, padahal
dalam riwayat bukhari sanadnya bersambung. Menurutnya, dalam naskah
kuno al-Muwatta terdapat kata-kata dan kami bersujud kepada umar.
Kata-kata ini tidak pernah diucapkan Urwah, hanya dianggap ucapannya.
Oleh karenanya, dari pendekatan histories berarti naskah/teks hadits lebuh
dahulu ada, baru kemudian dibuatkan sanadnya. Sanad tersebut untuk
26

Nurun Najwah dkk., h. 17

12

kemudian dikembangkan dan direvisi sedemikan rupa dan disebut berasal


dari masa silam.27
Tuduhan Schacht tersebut dibantah oleh Mustafa Azami, teks tersebut
sesuai dengan naskah aslinya, karena naskah asli Imam Malik tidak
ditemukan. Para pensyara al-Muwatta seperti Ibn Abdil Barr dan al-Zarqani
sama sekali tidak pernah menyinggung tentang adanya naskah kuno yang
disebut schacht. Secara umum Mustafa Azami menyatakan apa yang
dilakukan schacht dalam penelitian otetitas sanad dengan mengambil contoh
hadits-hadits yag terdapat dalam kitab fiqh seperti al-Muwatta Imam Malik,
al-Muwatta al-Syaibani dan al-Umm al-SyafiI adalah tidak tepat, karena
pada umumny ametode yang dipakai dalam kitab-kitab fiqh da sejarah tidak
memberi data secara detail lengkap runtutan sanadnya, tetapi mencukukan
memnyebutkan sumbernya atau sebagian sanadnya.
Hal lain yang dikritisi Schacht adalah tentang 80 hadits dalam alMuwatta yang disebut Untaian sanad Emas, yakni Malik Nafi Ibnu Umar.
Schacht meraguka untaian sanad tersebut, mengingat usia Malik terlalu dini
(15 tahun). Apa mungkin riwayat dari 15 tahun diikuti oleh banyak orang,
sementara masih banyak ulama besar lain di Madinah. Alas an lainnya, Nafi`
pernah menjadi Hamba sahaya dalam keluarga Ibnu Umar, sehingga
kedrebilitasnya perlu dipertanyakan.28
Hal tersebut disanggah Azami, Schacht dianggap keliru dalam menilai/
menghitung usia Malik saat Nafi wafat bukan dari tahun wafatnya malik.
Sehingga umur Malik pada waktu itu adalah 20-24 tahun. Pada usia-usia
tersebut bukan terlalu muda untuk diaggap sebagai seorang ulama. Adapun
tentang Nafi yang mantan budak Ibnu Umar, sebernarnya itu tidak menjadi
maslah karena penerimaan seorang rawi yang paling penting adalah dapat
dipercaya, dan Nafi dianggap orang yang paling dapat dipercaya dalam
meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar. Disamping dalam hal ini Nafi bukan
27
28

Ibid., h. 18
Ibid., h. 19

13

satu satunya orang yang meriwayatkan hadits Ibnu Umar, sehingga bisa
dijadikan pembanding

dan mungkinkah ribuan rawi di berbagai tempat

sepakat berbohong untuk menyusun sanad tersebut.29

PENTUTUP
i.

Kesimpulan
Dari paparan diatas, ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi :
1. Kitab al-Muwatta disusun Imam Malik atas usulan khalifah Jafar al-Mansur
dan keinginan kuat dari dirinya yang berniat menyusun kitab

yang dapat

memudahkan umat Islam memahami Islam memahami agamanya.


2. Kitab al-Muwatta tidak hanya menghimpun hadits Nabi, tetapi juga
memasukkan pendapat shahabat, qaul Tabiin, Ijma` Ahlul Madinah dan
pendapat Imam Malik. Menurut Fuad Abdul Baqi, al-Muwatta memuat 1824
hadits dengan kualitas yang beragam dengan metode penyusunan hadits
berdasrkan klasifikasi hukum (Abwab Fiqhiyyah).
3. Tuduhan Joseph Schacht yang meragukan ketidsk otentikan hadits dalam alMuwatta ditangkis oleh Musatafa Azami. Azami menolak penelitian otentitas
sanad hadits sanad dengan mendasarkan pada kitab-kitab fiqh seperti alMuwatta al-Syaibani, al-Muwatta Imam Malik dan Umm al-Syafii.
ii.

Kritik Dan Saran


Demikianlah

makalah ini kami buat, mudah-mudahan dapat menambah

khazanah keintelektualan kita begitu juga dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membaca makalah ini. Dalam makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan
yang jauh dari kesempurnaan olehnya itu, kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sangat kami harapkan.

29

Loc. Cit., h. 19

14

DAFTAR PUSTAKA
Al-Shaleh, Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993
Ensiklopedi Islam, Dewan Radaksi, Ensiklopedi Islam, Cet. 3, Jakarta: Ichtiar Baru van
Hoeve, 1994
Fayyad, Mahmud Ali, Metodologi Penetapan Kesahihan Hadits. (Bandung: Pustaka
Setia, 1998.)
Najwah dkk., Nurun. Study Kitab Hadits, (Jakarta; Mizan, 2002)
Ibn Anas, Imam Malik. Al-Muwatta Imam Malik Ibn Anas. penerjemah: Dwi Surya
Atmaja, Cet. 1, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 1999

15

Anda mungkin juga menyukai