PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep berfikir kritis?
2. Bagai manakah konsep manejemen kasus?
3. Bagaimanakah konsep manajemen keperawatan jiwa?
4. Bagaimanakah berfikir kritis dalam manejemen kasus keperawatan jiwa?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep berfikir kritis
2. Mengetahui konsep manejemen kasus
3. Mengetahui konsep manajemen keperawatan jiwa
4. Mengetahui konsep berfikir kritis dalam manejemen kasus keperawatan jiwa
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh :
Pukul 4 pagi, perawat melihat lampu kamar Tn. X masih menyala. Kemudian
perawat mendekati pasien dan menanyakan “Selamat pagi Tn.X, saya melihat
lampu kamar anda masih menyala, apa yang anda lakukan? ada yang bisa saya
bantu?” Tn. X tersenyum dan menjawab “saya baik-baik saja.” Perawat
mengobservasi dan menemukan tissue di lantai dan melihat bahwa mata Tn.X
merah dan bengkak.
Dari kasus tersebut bisa kita dapatkan kesimpulan sementara (sedikitnya 4
kesimpulan), yaitu :
Klien baik-baik saja, memang normal klien bangun pada jam tersebut dan
mata klien merah mungkin karena klien menggosok matanya akibat alergi
Klien baik-baik saja tetapi tidak bisa tidur siang sebentar karena rasa
bosan. Sehingga mata terlihat merah dan bengkak
Klien tidak dalam keadaan baik tetapi tidak ingin berbicara kepada
siapapun tentang masalahnya
Klien dalam keadaan tidak baik tetapi tidak tahu bagaimana untuk minta
bantuan kepada orang lain
Disini peran perawat adalah memvalidasi : “Anda bicara kalau anda
baik-baik saja, tetapi saya melihat mata anda merah dan bengkak” Kemudian
bandingkan dengan informasi yang diperoleh teman kita.
Yang perlu dipelajari :
Apakah kita mendapat jawaban yang sebenarnya dari pertanyaan kita? Kapan
kita membandingkan jawaban yang kita peroleh dengan jawaban teman kita
apakah ada perbedaan?
d. New Ideas and Creativity (N)
Ide baru dan kreativitas terdiri dari model berpikir unik dan bervariasi
yang khusus bagi individu. Kekhususan dalam berpikir ini akan selalu dibawa
individu selama hidupnya dan biasanya membentuk kembali norma. Seperti
Inquiry, model ini membawa kita sesuai ide dari literature. Berpikir kreatif
merupakan kebalikan dan akhir dari Habits Model (kebiasaan). Dari kalimat
“melakukan sesuatu seperti biasanya” menjadi “Mari mencoba cara baru”.
Berpikir kreatif tidak untuk menjadi pengecut, tetapi salah satu kadang-kadang
akan terlihat bodoh dan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Pemikir
kreatif menghargai kesalahan yang mereka lakukan untuk mempelajari nilai.
Ide baru dan kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena
merupakan dasar dalam merawat pelanggan atau klien. Banyak hal yang harus
dipelajari perawat untuk menjadi cocok, terpadu, dan bekerja menyesuaikan
keunikan klien. Perawat mempunyai standart pendekatan untuk menghemat
waktu perawatan dan secara keseluruhan bekerja dengan baik, tetapi cara kerja
perawat berbeda satu sama lain. Contoh : Yudi yang tinggal di rumah
perawatan menghabiskan sisa harinya di atas kursi roda, keluar-masuk ke
ruangan yang sama tiap harinya. Dia tidak pernah berkata kepada seorangpun
meskipun perawat mengulangi kata-kata yang sama dan sudah memahami cara
berkomunikasi.
Ketika dalam komunikasi kita berpikir, kebanyakan orang berpikiran
bahwa berbicara kepada orang lain merupakan cara standar untuk
membesarkan hati melalui komunikasi. Jadi hal tersebut yang sebagian
perawat lakukan, kecuali Ella (contoh). Suatu hari Ella berlutut di depan kursi
roda Yudi dan merangkulnya. Memandang Yudi dan dengan senyum yang
lebar mengajaknya bernyanyi. Apa yang terjadi? Yudi menyanyi. Tidak hanya
menyanyi tetapi juga mempunyai suara seperti penyanyi bangsa Irlandia.
Sekarang apa yang dapat kita pikirkan dari cerita tersebut? Kebanyakan
perawat memahami komunikasi terapeutik yang mereka pelajari dari buku.
Pendekatan verbal untuk komunikasi terapeutik bisa dilakukan dengan
kebanyakan klien. Ella, meskipun mengembangkan komunikasi dengan cara
sentuhan dan menyanyi hal tersebut kreativitas yang dimiliki yang tidak
disebutkan dalam literature.
Yang perlu dipelajari :
Bagaimana perasaan anda jika mempunyai ide baru atau kreativitas baru?
Berapa lama dalam sehari anda berkreativitas?
Berapa lama dalam seminggu?
Apa yang membuat berbahaya dari bertindak kreatif?
e. Knowing How You Think/Mengetahui apa yang kamu fikirkan? (K)
Knowing How You Think merupakan yang terakhir tetapi bukannya
yang paling tidak dihiraukan dari model T.H.I.N.K. yang berarti berpikir
tentang apa yang kita pikirkan. Berpikir tentang berpikir disebut
“metacognition”. Meta berarti “diantara atau pertengahan” dan cognition
berarti “Proses mengetahui”. Jika kita berada di antara proses mengetahui, kita
akan dapat mengetahui bagaimana kita berpikir.
Yang perlu dipelajari :
Apakah hal ini sulit dilakukan? (untuk semua orang)
Mengapa hal ini sulit untuk dikerjakan?
Satu alasan mengapa hal ini sulit dilakukan adalah karena ada kosakata
special dari akhir analisis yang perlu menggambarkan BAGAIMANA
berpikir
.
4. Metode Berfikir Kritis
Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking
a. Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan
keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses
terjadi perdebatan atau argumentasi
b. Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam
proses mengambil keputusan
c. Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah dan
masing-masing mengemukakan pendapatnya.
d. Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan,
keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an, argument,
atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua bentuk persuasi
e. Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja
dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar
f. Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi
untuk memaksakan suatu kehendak
g. Kombinasi beberapa metode
5. Elemen Berfikir Kritis
Berbagai elemen yang digunakan dalam penelitian dan komponen,
pemecahan masalah, keperawatan serta kriteria yang digunakan dengan komponen
keterampilan dan sikap berpikir kritis.
Elemen berpikir kritis antara lain:
a. Menentukan tujuan
b. Menyususn pertanyaan atau membuat kerangka masalah
c. Menujukan bukti
d. Menganalisis konsep
e. Asumsi
Perspektif yang digunakan selanjutnya keterlibatan dan kesesuaian
Kriteria elemen terdiri dari kejelasan, ketepatan, ketelitan dan keterkaitan.
6. Aspek-aspek Berfikir Kritis
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan dari
beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung. Perilaku berpikir
kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:
a. Relevance
Relevansi ( keterkaitan ) dari pernyataan yang dikemukan.
b. Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukaan.
c. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru
maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide orang lain.
d. Outside material
Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari
perkuliahan
e. Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak
jelasan
f. Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru
dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
g. Justification
Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau
kesimpulan yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa memberikan
penjelasan mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu situasi atau solusi.
7. Fungsi Berfikir Kritis dalam Keperawatan
Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam
keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
b. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
c. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
d. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan
tujuan, serta tingkat hubungan.
e. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
f. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
g. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
h. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
i. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
j. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan
yang dilakukan.
k. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
l. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai
keputusan.
m. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.
8. Pemecahan Masalah dalam Berfikir Kritis
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan
keputusan, yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya.
Masalah dapat digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa yang ada dan apa
yang seharusnya ada”. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang
efektif diprediksi bahwa individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan
mengembangkan dirinya dengan adanya bimbingan dan role model di lingkungan
kerjanya.
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
a. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang
dihadapi.
b. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
c. Mengolah fakta dan data.
d. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
e. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
f. Memutuskan tindakan yang akan diambil.
g. Evaluasi.
9. Karakter Berfikir Kritis
Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas. Ini dapat
diartikan bahwa awal munculnya kreativitas adalah karena secara kritis kita
melihat fenomena-fenomena yang kita lihat dengar dan rasakan maka akan
tampak permasalahan yang kemudian akan menuntut kita untuk berpikir kreatif.
Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995:
12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:
a. Watak
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap
skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap
berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari
pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika
terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.
b. Kriteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria. Untuk sampai ke arah
sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai.
Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran,
namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan
standarisasi harus berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta,
berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, bebas dari logika yang keliru,
logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
c. Argumen
Argumen merupakan suatu pernyataan atau proposisi yang dilandasi atau
berdasarkan data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi hal-hal
sepertikegiatan pengenalan, dan penilaian, serta menyusun argumen.
d. Pertimbangan atau pemikiran
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa
premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa
pernyataan atau data.
e. Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan
menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
f. Prosedur penerapan criteria
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur
tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan
yang akan diambil.
g. Langkah-langkah dalam berpikir kritis
1) Mengenali masalah (defining and clarifying problem) meliputi
mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan
kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relevan,
merumuskan masalah.
2) Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta maupun
opini, mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali
kemungkinan emosi maupun salah penafsiran kalimat, mengenali
kemungkina perbedaan orientasi nilai dan ideologi.
3) Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi mengenali
data-data yang diperlukan dan meramalkan konsekuensi yang mungkin
terjadi dari keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil.
10. Makna Berfikir Kritis
Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda
budaya, maka perawat professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang
tinggi, demi terpenuhinya kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional
akan berfikir kritis dalam menangani hal tersebut. Tuntutan kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan
keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi,
dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan,
menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan
kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu
kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya
dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,
ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.
Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang
mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang
untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi
karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis
pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia
mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya
untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien
karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami
oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan
yang diberikan.
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002). Untuk memahami perbedaan budaya yang ada
maka perawat perlu berpikir secara kritis. Dalam berpikir kritis seorang perawat
harus bisa menyeleksi kebudayaan mana yang sesuai dengan kesehatan atau yang
tidak menyimpang dari kesehatan. Jika perawat dapat memahami perbedaan
budaya maka akan bisa meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dari perawat.
Budaya shock adalah kecemasan dan perasaan (dari kejutan, disorientasi,
ketidakpastian, kebingungan, dll) merasa ketika orang harus beroperasi dalam
budaya yang berbeda dan tidak dikenal seperti satu mungkin terjadi di negara
asing. Ini tumbuh dari kesulitan dalam asimilasi budaya baru, menyebabkan
kesulitan dalam mengetahui apa yang sesuai dan apa yang tidak. Hal ini sering
digabungkan dengan atau bahkan tidak suka untuk jijik (moral atau estetika)
dengan aspek-aspek tertentu dari kebudayaan baru atau berbeda.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial
untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan
lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak
1942. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan
keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut
dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung
kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam
rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai
kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan
tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.
Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan
kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung
untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking,
sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju. Pendapat senada
dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional,
kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis,
mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven,
berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan
dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat
sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi,
pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing
dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1). Pernyataan tersebut
ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi
karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan
masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.
Matindas Juga mengungkapkan bahwa banyak orang yang tidak terlalu
membedakan antara berpikir kritis dan berpikir logis padahal ada perbedaan besar
antara keduanya yakni bahwa berpikir kritis dilakukan untuk membuat keputusan
sedangkan berpikir logis hanya dibutuhkan untuk membuat kesimpulan.
Pemikiran kritis menyangkut pula pemikiran logis yang diteruskan dengan
pengambilan keputusan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
berpikir kritis itu melipuri dua langkah besar yakni melakukan proses berpikir
nalar (reasoning) yang diikuti dengan pengambilan keputusan/ pemecahan
masalah (deciding/problem solving). Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa
tanpa kemampuan yang memadai dalam hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan
reflektif), seseorang tidak dapat melakukan proses berpikir kritis secara benar.
Dalam penerapan pembelajaran berpikir kritis di pendidikan keperawatan,
dapat digunakan tiga model, yaitu : feeling, model, vision model, dan examine
model yaitu sebagai berikut :
1) Feeling Model
Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam
melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan,
dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital,
perawat merasakan gejala, petunjuk, dan perhatian kepada pernyataan serta
pikiran klien.
2) Vision Model
Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi
dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis,
dugaan, dan ide tentang permasalahan perawatan kesehatan klien. Berpikir
kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran
sebagai pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.
3. Examine Model
Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat
menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan
untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari, menguji, melihat,
konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan, dan menentukan sesuatu yang
berkaitan dengan ide.
Ada empat bentuk alasan berpikir kritis yaitu : deduktif, induktif, aktivitas
informal, aktivitas tiap hari, dan praktek. Untuk menjelaskan lebih
mendalam tentang defenisi tersebut, alasan berpikir kritis adalah untuk
menganalisis penggunaan bahasa, perumusan masalah, penjelasan dan
ketegasan asumsi, kuatnya bukti-bukti, menilai kesimpulan, membedakan
antara baik dan buruknya argumen serta mencari kebenaran fakta dan nilai
dari hasil yang diyakini benar serta tindakan yang dilakukan.
A. Simpulan
Berpikir kritis merupakan proses berfikir dalam menyelesaikan masalah melalui
pertimbangan dengan merumuskan kesimpulan dan berbagai kemungkinan, sehingga
keputusan yang diambil bersifat efektif. Untuk berpikir kritis dalam keperawatan
melalui beberapa model dan penerapan, seperti penggunaan bahasa keperawatan,
penerapan proses keperawatan serta pengkajian yang tepat.
Manajemen kasus keperawatan adalah bentuk pemberian asuhan keperawatan
dan manajemen sumber-sumber terkait yang memungkinkan adanya manajemen yang
strategis dari cost dan quality oleh seorang perawat untuk suatu episode penyakit
hingga perawatan lanjut Adapun tujuan dari model manajemen kasus salah satunya
yaitu menetapkan pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan sesuai
dengan standar dan memfasilitasi. Selain itu, fungsi dasar manajemen kasus meliputi
identifikasi klien dan orientasi (Client Identification and Orientation), pengkajian
klien (Client Assessment) dan rencana intervensi/pelayanan, koordinasi hubungan dan
pelayanan, tindak lanjut dan monitoring pelaksanaan pelayanan dan yang terakhir
mendukung klien
Berpikir kritis dalam keperawatan jiwa adalah suatu komponen penting dalam
mempertanggungjawabkan profesionalisme dan kualitas pelayan asuhan keperawatan
jiwa. Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh, asumsi,
prisip, argumen, kesimpulan, isu, pertanyaan, keyakinan, dan aktivitas.
B. Saran
Demikian ulasan dari makalah ini untuk memperjelas dalam pembahasan
Berpikir Kritis Dalam Bidang Keperawatan jiwa. penulis berharapa dalam setiap
melakukan proses keperawatan didasari oleh proses berfikir kritis sehingga klien
memperoleh pelayanan yang tepat. Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna
sehingga penulis mengharapkan banyak kritik dan saran dari semua kalangan.
DAFTAR PUSTAKA
Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika.
Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Keliat, B.A. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Kelliat, Budi Anna dan Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC
Nursalam. (2014). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Rubenfeld, M, Gaie. (2010). Berpikir Kritis untuk Perawat: Strategis Berbasis Kompetensi.
Jakarta:EGC
Stuart. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (10th Edition). St Louis
Missouri: Mosby Year Book.