KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Sosiokultural Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Jiwa.................................3
B. Hasil Telaah Jurnal Sosiokultural Dalam Asuhan Keperawatan Jiwa...............6
BAB III SIMPULAN DAN SARAN..........................................................................16
A. Simpulan...........................................................................................................16
B. Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang cenderung kurang diapahami sebagai merawat tubuh, jiwa, dan roh (spirit).
terhadap suatu peruabahan yang terjadi antara lain karena gangguan kesehatan
berespon secaar holistic dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada
keadaan krisis.
Terjadinya perang, konflik dan lilitan ekonomi berkepanjangan salah satu pemicu
yang menimbulkan stress, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa. Stresor
1
atau tekanan, kecemasan, perasaan jengkel, harus dihadapi oleh seseorang,
stress. Apabila stress tersebut tidak diatasi dengan baik dengan mekanisme
koping yang baik pula maka akan depresi. Salah satu pengkajian yang dapat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
kehidupan pasien dan menyadari persepsinya mengenai sehat dan sakit. Perilaku
mencari bantuan, dan kepatuhan pada pengobatan. Perawat yang peka pada kultural
Sosiokultural merupakan kebudayaan yang secara teknik ide atau tingkah laku yang
dapat dilihat maupun yang tidak terlihat. Disamping mempengaruhi pertubuhan dan
berlaku dalam kebudayaan tersebut. Yang termasuk dalam sosiokultural yaitu usia,
meyebabkan terjadinya stress pada individu dan juga mempengaruhi tipe dan sumber
individu untuk menghadapi stress. Perawat perlu tahu mengenai sosiokultural pasien
asertif atau agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung melalui
proses sosialisasi.
1. Pengkajian yang harus diperhatikan dalam sosiokultural
masalah kesehatan jiwa pasien sesuai dengan latar belakang budaya pasien. Yang
a. Factor teknologi
persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan
mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi
Factor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang dianut, status
pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
Pada tahap ini perawat perlu mengkaji nama lengkap, nama panggilan, umur dan
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
Nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh oenganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Yang perlu dikaji pada factor ini adalah:
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makanan, makan yang dipantang dlaam kondisi sakit, persepsi sakit
e. Factor ekonomi
Yang perlu dikaji pada tahap ini yaitu pekerjaan klien, pendapatan dan
pengeluaran klien.
2. Diagnosa keperawatan
yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger
lingkungan.
yang diyakini
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih
strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
kelompok
budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak
memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan
terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien
4. Evaluasi
budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya
baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui
evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien.
Beberapa stressor sosiokultural yang juga bisa mempengaruhi mutu asuhan yaitu:
biopsikososial.
2. Steroetipe
3. Itolerans
4. Stigma
Suatu atribut atau sifat yang melekat pada lngkungan social individu sebagai
5. Prasangka
6. Diskriminasi
Perlakuan yang berbeda dari individua tau kelompok yang tidak berdasarkan atas
7. Rasisme
a. Hasil :
mengenai hubungan sosial budaya dengan kejadian stress pada lansia di panti sosial
tresnawerdha nirwana puri samarinda, didapatkan hasil yaitu sosial budaya pada
lansia di Panti Sosial Werdha Tresna Nirawana Puri menunjukkan bahwa pada
variable sosial budaya dengan pembagian pada lansia yaitu baik sebanyak 17 orang
(35,4%), dan tidak baik sebanyak 31 orang (64,6%). Kejadian Stress pada lansia di
Panti Sosial Werdha Tresna Nirawana Puri menunjukkan bahwa pada variable stress
pada lansia adalah ringan 6 lansia (12,5%), sedang sebanyak 29 lansia (60,4%), dan
b. Pembahasan
Dari uji statistik hubungan sosial budaya dengan kejadian strespada lansia di
panti sosial tresna werdha nirwana puri samarinda menggunakan uji alternative,
sehingga di dapat p value sebesar 0,179 nilai ini lebih besar nilai taraf signifikan yaitu
0,05. Sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sosial budaya
Sosial budaya memiliki makna yang sangat luas, akan tetapi dalam bagaimana
mental yang meliputi tiga hal yaitu : kebudayaan yang mendukung dan menghambat
kesehatan mental, kebudayaan memberikan peran tertentu terhadap penderita
gangguan mental, dan berbagai bentuk gangguan mental karena faktor kultural
(Wallace, R.A. and K Selman, 1981). Ini adalah psikosis yang di tandai oleh tindakan
(Danial, 2010).
Di antaranya stres sosial budaya ialah stres akulturtatif dan stress status sosial
akibat dari kontak langsung yang bersifat terus menerus, antara dua kelompok
akulturasi. Sementara status sosial ekonomi seringkali menyebabkan stress yang amat
berat bagi remaja dan keluarga. Kemiskinan juga berhubungan dengan kejadian yang
a. Hasil
Hasil uji Chi Square hubungan faktor somatik dengan kejadian skizofrenia
diperoleh nilai (p- value) sebesar 0,004. Karena nilai p-value lebih kecil dari 0,05
(0,004 < 0,05) maka keputusan uji adalah H0 ditolak, sehingga disimpulkan terdapat
hubungan antara faktor somatik dengan kejadian skizofrenia di IRJ RSJD Surakarta,
yaitu semakin tinggi faktor somatik maka kejadian skizofrenia semakin meningkat.
beresiko 6 kali terkena skizofrenia daripada yang bukan karena faktor somatik.
Hasil uji Chi Square hubungan faktor psikososial dengan kejadian skizofrenia
diperoleh nilai (p-value) sebesar 0,000. Karena nilai p-value lebih kecil dari 0,05
(0,000 < 0,05) maka keputusan uji adalah H0 ditolak, sehingga disimpulkan terdapat
Surakarta, yaitu semakin tinggi faktor psikososial maka kejadian skizofrenia semakin
meningkat.
skizofrenia diperoleh nilai (p-value) sebesar 0,040. Karena nilai p-value lebih kecil
dari 0,05 (0,040 < 0,05) maka keputusan uji adalah H0 ditolak, sehingga disimpulkan
faktor kultur- sosial, beresiko 3 kali terkena skizofrenia daripada yang bukan karena
faktor kultur-sosial.
Faktor somatik tidak banyak berperan karena banyaknya pendapat responden
menjawab tidak, itu juga dikuatkan dalam jawaban pendapat keluarga klien, faktor
kerusakan otak dan cacat tubuh sejak lahir tidak banyak berperan atau banyak
menjawab tidak. Faktor somatik adalah unsur dari dalam diri pasien yang
nerokimia, tingkat kematangan dan perkembangan organik, faktor faktor pre dan
berdasarkan kekurangan, distorsi, dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya
mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah, konsep diri (pengertian
identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu), keterampilan, bakat, dan
perkembangan emosi.
Beberapa faktor dari gangguan psikososial antara lain pola perilaku keluarga
pasien.
mengajarkan norma agama sudah baik banyak yang menjawab sudah di berikan
pendidikan norma agama maupun nilai moral yang baik dalam masa pertumbuhan
sehingga faktor sosio kultur tidak banyak berperan dalam terjadinya skizofrenia.
3. Jurnal
Faktor Presdisposisi Penderita Skizofrenia di Poli Klinik Rumah
a. Hasil :
Berdasarkan telaah jurnal (Sari & Sirna, 2015) mengenai faktor presdisposisi
penderita skizofrenia di Poli Klinik Rumah Sakit Jiwa Aceh, didapatkan hasil yaitu
faktor predisposisi yang diduga berperan dalam insiden skizofrenia diantaranya faktor
hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja, namun ada beberapa faktor yang turut
terlibat. Faktor trauma (sesuatu yang mengganggu atau mengejutkan yang terjadi
dalam hidup responden) sebanyak 73 orang responden (71,6%) berada pada frekuensi
67 orang (65,7%). Selanjutnya responden akan menarik diri, melamun, hidup dalam
dunianya sendiri yang lama- kelamaan timbullah gejala-gejala berupa kelainan jiwa.
skizofrenia semakin besar. Responden juga merasa bahwa dirinya memiliki nasib
yang buruk sebanyak 57 orang (55,9%) yang akan mengarah kepada depresi.
b. Pembahasan :
kemampuan untuk mempertahankan aktivitas yang diarahkan oleh diri sendiri juga
tingkatan ekonomi serta kecenderungan untuk mengikuti trend yang ada di daerah
mereka juga berperan pada perkembangan skizofrenia. Ketika mereka tidak mampu
untuk mengikuti arus budaya yang ada, maka mereka cenderung akan menarik diri
emosionalnya.
a. Hasil :
Berdasarkan telaah jurnal (Hermiati & Harahap, 2018) mengenai faktor yang
berhubungan dengan skizofrenia, didapatkan hasil yaitu dari 32 orang yang ada faktor
mengalami skizofrenia dan sebagian kecil responden yaitu 8 orang (25,0%) yang
tidak mengalami skizofrenia , sedangkan dari 35 orang yang tidak ada faktor
b. Pembahasan :
Dari hasil uji continuity correction diperoleh nilai p = 0,016 < 0,05, jadi
hubungan yang signifikan antara psikososial dengan skizofrenia pada pasien di ruang
rawat inap Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu. Sehingga dari 39
yang mengalami skizofrenia, sebagian dari responden yaitu 24 orang yang terdapat
kecenderungan pasien yang terdapat faktor psikososial lebih banyak yang mengalami
skizofrenia, sedangkan yang tidak ada faktor psikososial cenderung tidak mengalami
skizofrenia.
Jiwa Skizofrenia Di Poli Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem
a. Hasil :
faktor sosio budaya pada pasien gangguan jiwa skizofrenia di Poli Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan Tahun 2019, didapatkan hasil penelitian bahwa
karakteristik umur 26-35 Tahun sebanyak 20 orang (45,5%), jenis kelamin laki laki
tingkat ekonomi <1.800.000 sebanyak 38 orang (86,4%), suku jawa dan batak
sebanyak 17 orang (38,6%), kestabilan keluarga tidak baik sebanyak 34 orang
b. Pembahasan :
faktor sosio budaya pada pasien gangguan jiwa skizofrenia Dirumah Sakit Jiwa Prof.
1) Kestabilan Keluarga
2) Asumsi peneliti kestabilan keluarga yang tidak banyak ditemukan pada pasien
dengan latar belakang etnis Batak, Jawa, karo, Simalungun, dan Nias dimana
kebiasaan komunikasi keras, begitu juga terjadi konflik suami / istri anak
Timbulnya tekanan dalam interaksi pasien dengan keluarga misalnya pola asuh
orang tua yang terlalu menekan pasien, kurangnya dukungan terhadap pemecahan
5) Tingkat Ekonomi
keluarga dan suatu masyarakat yang dilihat dari segi tingkat pendidikan,
rendah.
dengan kondisi ini mereka punya keterbatasan waktu dalam merawat pasien
karena masih fokus dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga
kembali.
Menurut pendapat kami, pada jurnal ketiga dan keempat, hanya meneliti
mengenai faktor socialkutural secara umum saja berbeda dengan jurnal pertama,
kedua, dan kelima lebih menekankan pada faktor social budaya dimana banyak
variable yang diteliti yaitu dari kestabilan keluarga, pola asuh anak, tingkat ekonomi,
pendidikan, umur, jenis kelamin, dan suku. Memiliki sosiokultural yang baik sangat
diterima.
BAB III
A. Simpulan
meyebabkan terjadinya stress pada individu dan juga mempengaruhi tipe dan sumber
individu untuk menghadapi stress. Perawat yang peka pada kultural memahami
pentingnya kekuatan social dan kultural bagi individu, menegnal keunikan, dan
stressor sosiokultural yang juga bisa mempengaruhi mutu asuhan yaitu keadaan yang
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya
akan lebih baik dari sekarang dan kami juga berharap pengetahuan tentang
Muhammad Zihad Ramadhani & Amalia, N., 2019. Hubungan Sosial Budaya Dengan
Kejadian Stress pada Lansia di Panti Sosial TresnaWerdha Nirwana Puri
Samarinda. , pp.120125.
Utomo, T.L., 2013. Hubungan Antara Faktor Somatik, Psikososial, Dan Sosiokultur
Dengan Kejadian Skizofrenia Di Instalasi Rawat Jalan RSJD Surakarta. , 01(02),
pp.217.
Yusuf Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. 2020. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.