Anda di halaman 1dari 11

Konsep Implementasi Dalam Sosial Budaya Dalam Asuhan Keperawatan

Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sosiologi

Disusun Oleh:

1. Joko Rifai 12. Saniah


2. Lency Cahyaningsih 13. Sari Apriyanti Lestari
3. Lestari Putri 14. Shindy Aprillia Nilasari
4. Maheval Candra Kirana 15. Siti Hayatun Nasihat
5. Mia Kurniasih 16. Siti Nurrohmawati
6. M. Iwa Uthamidi 17. Siti Rokayah
7. Nabella Ayu J. F 18. Tatu Andriani
8. Nur Kholifah B. U. K 19. Trias Ayuningrum
9. Penni Widjayanti 20. Wahyu Eka Wijayanto
10. Puji Kurniati 21. Yuheni
11. Rima Ayu Fitriana 22. Yusnia Citra

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PRODI D IV KEPERAWATAN
2014/2015

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Oleh
karena itu dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara
(imigrasi) dimungkinkan,menyebabkan adanya pergeseran terhadap tuntutan asuhan
keperawatan.Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang
kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.
Salah satu teori yang terkenal adalah Transcultural Nursing Theory.Teori ini berasal dari
disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan.Teori ini
menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya
perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat.Leininger beranggapan
bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh
perawat,akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan.Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidak nyamanan, ketidak berdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi.Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien
sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang
untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena
perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila
berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan,maka ketika ia mendapati klien
tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-
pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah
mengganggu pasien lainnya. Kebutuhan budaya yang dialami oleh perawat ini akan
berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.Oleh karena
itu, sebagai perawat professional kita harus mempunyai pengetahuan tentang kebudayaan
di berbagai Negara. Bisa saja suatu saat kita memperoleh pasien yang berasal dari luar
negeri.Tentu saja kebudayaan mereka sangat berbeda. Kita sebagai perawat harus
berusaha menyesuaikan asuhan keperawatan yang akan kita terapkan dengan kebudayaan
mereka. Sehingga bias mencapai tujuan yang diinginkan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh sosial budaya terhadap penyakit?
2. Bagaimana pengkajian umum keperawatan?
3. Bagaimana konsep pandangan sehat sakit menurut budaya barat?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui pengaruh sosial budaya terhadap penyakit
2. Untuk mengetahui pengkajian umum keperawatan
3. Untuk mengetahui konsep pandangan sehat sakit menurut budaya barat

BAB II
PEMBAHASAN

D. PENERAPAN TEORI SOSIOLOGI


Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman
sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan
pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan
August Comte (1798-1857).
1. Pokok bahasan sosiologi
Pokok bahasan sosiolgi ada empat:
a. Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar
individu dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan individu
tersebut.
b. Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan
perilaku orang lain.
c. Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di
masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan
khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup
pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan
sosiologis adalah persmasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan
pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi.Isu merupakan
hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.
d. Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak
terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan
pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi,
dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normati.

E. SOSIOLOGI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan atau


mempertahankan budaya, mengakomodasi atau negoasiasi budaya dan mengubah atau
mengganti budaya klien.

1. Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan


dengan kesehatan.Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai
dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi.

2. Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk


membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil
mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.

3. Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien
yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.

F. PENERAPAN SOSIOLOGI DALAM PENGKAJIAN

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah


kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :

1. Faktor teknologi (tecnological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih


ataumendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaanberobat atau
mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuankesehatan, alasan
klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi kliententang penggunaan
dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasipermasalahan kesehatan saat
ini.

2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat


realistis bagi para pemeluknya.Agama memberikan motivasi yangsangat
kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas
kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang
klienterhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama
yangberdampak positif terhadap kesehatan.

3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)


Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, danhubungan klien
dengan kepala keluarga.

4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh


penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.Norma-normabudaya
adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbataspada
penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi
dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yangdigunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisisakit, persepsi
sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaanmembersihkan
diri.

5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu


yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhankeperawatan.Pada
tahap ini hal-hal yang dikaji meliputi : peraturan dan kebijakan yang
berkaitan denganjam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, carapembayaran untuk klien yang dirawat.

6. Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumbermaterial


yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.Faktor
ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaanklien,
sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,biaya dari
sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantoratau
patungan antar anggota keluarga.

7. Faktor pendidikan (educational factors)


Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien
dalammenempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini.Semakin
tinggipendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh
bukti-buktiilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasiterhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal
yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien,
jenispendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif
mandiritentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

G. PENERAPAN SOSIOLOGI DALAM DIAGNOSA, INTERVENSI DAN


IMPLEMENTASI
1. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya


yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam
asuhan keperawatan transkultural yaitu : Gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi
sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini.

2. Intervensi dan Implementasi

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu


proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses
memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang
sesuai dengan latar belakang budaya klien. Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila
budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila
budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila
budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance

1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentangproses


melahirkan dan perawatan bayi

2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien

3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b. Cultural care accomodation/negotiation

1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien

2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana

kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien

dan standar etik.

c. Cultural care reconstruction

1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yangdiberikan dan


melaksanakannya

2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budayakelompok

3) Gunakan pihak ketiga bila perlu

4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatanyang


dapat dipahami oleh klien dan orang tua

5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatanPerawat


dan klien harus mencoba untuk memahami budayamasingmasing melalui
proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila
perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu.
Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

F. PENERAPAN SOSIOLOGI DALAM EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadapkeberhasilan klien


tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengankesehatan, mengurangi perilaku
social klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru
yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi
dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

Pandangan Sehat Sakit Menurut Dunia Barat


Tantangan pembangunan pada hakikatnya adalah mencapai ‘kesehatan bagi semua’, yakni
terpenuhinya hak setiap orang untuk hidup sehat, hingga dapat meraih hidup yang produktif dan
berbahagia. Untuk mencapai kondisi tersebut, perlu diupayakan kegiatan dan strategi dalam
setiap aspek kehidupan. Bukan saja aspek kesehatan, tetapi diperlukan strategi pemerataan
kesehatan dengan mendayagunakan segenap potensi yang ada, baik di jajaran kesehatan, non
kesehatan maupun masyarakat sendiri, guna mengendalikan faktor lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan. Mengingat kesehatan
mencakup seluruh aspek kehidupan, konsep kesehatan sekarang ini, tidak saja berorientasi pada
aspek klinis dan obat-obatan, tetapi lebih berorientasi pada ilmu-ilmu lain yang ada kaitannya
dengan kesehatan dan kemasyarakatan, yaitu seperti ilmu sosiologi, antropologi, psikologi,
perilaku, dan lain-lain. Kegunaan ilmu-ilmu tersebut dalam kesehatan dan kemasyarakatan
adalah sebagai penunjang peningkatan status kesehatan masyarakat.

Di negara-negara maju, terdapat unsur-unsur kebudayaan yang dapat menunjang tingginya


status kesehatan masyarakat seperti pendidikan yang optimal, keadaan sosial-ekonomi yang
tinggi, dan kesehatan lingkungan yang baik. Dengan demikian, pelayanan kesehatan menjadi
sangat khusus sehingga dapat memenuhi kebutuhan klien. Sebaliknya, di negara berkembang
seperti Indonesia, unsur-unsur kebudayaan yang ada kurang menunjang pencapaian status
kesehatan yang optimal. Unsur-unsur tersebut antara lain; ketidaktahuan, pendidikan yang minim
sehingga sulit menerima informasi-informasi dan tekhnologi baru. Mengingat keadaan tersebut,
kita perlu memperhatikan aspek sosial budaya masyarakat dalam kaitannya dengan keadaan
kesehatan di Indonesia. Sehingga kita dapat melihat penyakit atau masalah kesehatan bukan saja
dari sudut gejala, sebab-sebabnya, wujud penyakit, obat dan cara menghilangkan penyakit, tetapi
membuat kita untuk berfikir tentang bagaimana hubungan sosial budaya, geografi, demografi,
dan persepsi masyarakat dengan masalah yang sedang dihadapi. Melihat luasnya masalah
kesehatan yang dihadapi, maka sebagai petugas kesehatan harus mempelajari ilmu-ilmu lain
yang terkait dengan kesehatan. Sehingga pelayanan yang diberikan memberikan hasil yang
optimal.
Pengertian Sehat menurut Dunia Barat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani,
rohani, maupun kesejahteraan social seseorang. Dan pengertian Sakit menurut Dunia Barat
adalah sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai
siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti
halnya orang yang sehat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai