DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
A. Latar Belakang
Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh
perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi
lingkungan, perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi
sangat memengaruhi perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya
perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan
perbedaan budaya. Semakin banyak terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam
pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah yang memaksa perawat agar dapat
melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di lingkungan yang tepat.
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat
adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien.
Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual
ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan
sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,
dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”.
Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga,
seakan proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan.
Sebenarnya, perawatan menjelang kematian bukanlah asuhan keperawatan yang
sesungguhnya. Isi perawatan tersebut hanyalah motivasi dan hal-hal lain yang bersifat
mempersiapkan kematian klien. Dengan itu, banyak sekali tugas perawat dalam
memberi intervensi terhadap lansia, menjelang kematian, dan saat kematian.
Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment (gizi
ruhani). Seseorang yang dikatakan sehat secara paripurna tidak hanya cukup gizi
makanan tetapi juga gizi rohaninya harus terpenuhi. Menurut hasil RisetPsycho
Spiritual For AIDS Patient, Cancepatients, and for Terminal Illness
Patient, menyatakan bahwa orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang
sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis
kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapat
perhatian khusus (Hawari, 1977)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Dapat memahami tentang perspektif transkultural dalam keperawatan berkenaan
dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan
bagi pasien menjelang dan saat kematian.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memaparkan perspektif transkultural dalam keperawatan
berkenaan dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan
b. Mahasiswa mampu memaparkan segala bentuk asuhan keperawatan transkultural
c. Mahasiswa mampu memaparkan asuhan keperawatan bagi pasien menjelang dan
saat kematian
d. Mahasiswa mampu memaparkan penyelesaian kasus mengenai peran perawat bila
dihadapkan pada situasi tersebut dan hal yang sebaiknya dilakukan perawat untuk
membantu pasien
e. Mahasiswa mampu Mengetahui konsep bimbingan klien sakaratul maut sesuai
dengan standart keperawatan
C. Rumusan masalah
Dilihat dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalahnya yaitu:
“ Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi pasien menjelang dan saat
kematian dan hal yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien tersebut
dilihat dari proses transkultural dalam keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan
pelayanan kesehatan.
D. Metode penulisan
Metode penulisan dalam makalah ini adalah:
BAB 1 Pendahuluan didalamnya mengenai latar belakang, tujuan, rumusan
masalah, dan metode penulisan makalah
BAB 2 Landasan Teori didalamnya mengenai teori
tentang Perspektif Transkultural dalam Keperawatan,Asuhan keperawatan klien
terminal (sakaratul maut)
BAB 3 Pembahasan Kasus didalamnya mengenai kasus yang dibahas serta
jawaban kasus.
BAB 4 Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan dan saran mengenai
masalah gangguan pada systemendokrin.
Dan juga terdapat daftar pustaka yang isinya adalah refensi yang diambil dari
buku – buku dan dari teknologi komputer seperti internet membantu untuk
melengkapi isi makalah.
BAB II
LANDASAN TEORI
Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisikehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan
suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan
untukmenjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasidalam
aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang samayaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yangadaptif (Andrew and
Boyle, 1995).
Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,
pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang
hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan
sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi
individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam
lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol
yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan
budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
5. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995).
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu :
a. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
b. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c. ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
6. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,
1995) yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan,
mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan
merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh
klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya
akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka
akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien
akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
7. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi atau sedang
terjadi. Penolakan ini berfungsi sebagai pelindung setelah mendengar sesuatu yang tidak
diharapkan.
b. Marah (anger)
Fase marah terjadi pada saat fase penolakan tidak lagi bisa dipertahankan. Rasa marah ini
terkadang sulit dipahami oleh pihak keluarga karena dapat dipicu oleh hal-hal yang secara
normal tidak menimbulkan kemarahan, sering terjadi karena merasa tidak berdaya.
c. Tawar – Menawar (bargaining)
Ekspresi kesedihan ini merupakan persiapan terhadap kehilangan atau perpisahan abadi
dengan siapapun dan apapun.
e. Menerima (acceptable)
Pada tahap ini, klien memahami dan menerima keadaannya klien mulai menemukan
kedamaian dalam kondisinya, beristirahat untuk menyiapkan dan memulai perjalanan
panjang.
Asuhan psikologis dapat berubah sesuai dengan budaya dari keluarga klien tersebut.
Klien dalam kondisi terminal tersebut membutuhkan motivasi atau dukungan mental dan
spiritual dari keluarga, peran perawat dalam hal ini tidak terlalu banyak. Biasanya apabila
keluarga tersebut mempunyai keyakinan yang besar terhadap tuhan, mereka akan lebih
memilih untuk berdoa di sekeliling klien agar arwah klien nanti dapat diterima oleh yang
kuasa. Ada pula adat kebiasaan tersebut mengharuskan klien meninggal di rumah klien,
klien langsung dibawa pulang ketika keluarga, atau bahwa klien berada dalam kondisi
terminal. 17
Gejala-gelala pada saat kondisi terminal:
a. Nafsu makan berkurang
b. Lesu
c. Ganguan sistem peredaran darah, seperti darah tida dapat mengalir ke seluruh tubuh
secara normal sehingga menjadikan kulit klien berubah menjadi biru
d. Ganguan sistem pernapasan, seperti, nafas klien berbunyi, dan frekuensi bernafas klien
makin lama makin berkurang
e. Ganguan sistem gerak, pasien tidak dapat bergerak sesuai keinginannya lagi
f. Gangguan pencernaan, seperti, klien tidak dapat menelan makanan yang diberikan.
Selain asuhan secara psikologis, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara
medis kepada klien dengan cara (1) mengontrol nyeri dan gejala lain, (2) memelihara
nutrisi klien, (3) mengatur dosis regular, (4) membebaskan jalan nafas, dan (5)
menyediakan obat-obatan esensial. Seperti itulah proses keperawatan pada pasien
terminal, perawat dan pihak keluarga pasien berkolaborasi dalam mencapai kesejahteraan
klien dalam menuju perjalan yang sangat panjang. Proses proses perawatan pun akan
menjadi fleksibel dan lebih menurut kepada aturan adat dan kebudayaan yang dipercaya
oleh pihak keluarga klien. Selama tidak membahayakan klien, pihak rumah sakit akan
senantiasa mengikuti adat budaya keluarga tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Scenario kasus IV
Tn. A usia 45 tahun dirawat di RSUD kota Jakarta sejak seminggu yang lalu. Tn. A
sudan menderita penyakit DM sejak 6 tahun yang lalu, menurut istrinya suaminya ini
sering terlihat cepat lelah merasa sangat haus dan sering ke kamar mandi untuk buang
air kecil, perutnya tidak enak serasa mual , terkadang muntah dan nyeri. Menurut
istrnya juga dari pemeriksaan alat gula darah kepunyaan tetangganya, hasilnya sring
diatas 200mg/dl. Pasien mengatakan badan terasa lemas disertai mual dan kadang-
kadang muntah. Ketika diperiksa torgor kulitnya lebih dari 3 detik,mukosa bibir
kering,terdapat penurunan berat badan dari sebelum sakit, Berdasarkan dari
pemeriksaan fisik,tanda-tanda vital TD:120/80 mmHg,N :60X/menit,
S :36,50 C,RR:24X/menit, dari mulut pasien tecium bau buah yang menyengat pasien
sering mendengkur dan bibir terlihat mencibir ketika ekspirasi,kesadaran somnolen
GCS 12. Terpasang oksigen binasal 2 lpm,pasien saat ini dberikan terapi infuse Nacl
0,9 % dengan menggunakan infuse pump, dan pemberian insulin 20 U. Hasil
pemeiksaan dengan glukometer tak terbaca sehingga di lakukan pemeriksaan
dilabolatorium keton serum positif,analisa gas darah Ph 7,10. Pasien mendapatkan
terapi obat ranitidine 30mg dan ondansentron 4mg. Istri paien mengatakan selama ini
dia tidak segera membawa suaminya ke rumas sakit karena tidak mempunyai KTP
dan KK tempat tinggal saat ini,karena pasien berasal dai luar kota Jakarta. Sehingga
tidak bias menggunakan program GAKIN,sedangkan istri pasien mengeluh tentang
biaya perawatan.
Pertanyaan Kasus
1. Setelah membaca dan menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dari kasus diatas,
coba diskusikan system organ apa yang terkait masalah di atas ? Jelaskan dengan
menggunakan peta konsep struktur anatomi organ yang terkait serta mekanisme
fisiologis system organ itu bekerja !
2. Coba identifikasi diagnose keperawatan utama pada klien dalam kasus tersebut !
3. Coba saudara buat clinical pathway dari masalah keperawatan utama pada kasus
diatas !
4. Tindakan-tindakan dan intervensi keperawatan apa saja yang seharusnya dilakukan
seorang perawat untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada klien dan
keluarganya!
B. Jawaban kasus
1. System organ yang terkait dengan masalah diatas adalah system endokrin dan organ
yang terganggunya adalah organ kelenjar pancreas.
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan tebal 12,5 cm
dan tebal ± 2,5 cm. Pankreas terbentang dari atas sampai kelengkungan besar dari
perut dan biasanya dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari) organ
ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu kelenjar endokrin dan eksokrin.
a. Struktur Pankreas
Pankreas terdiri dari :
- Kepala pancreas
Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan di
dalam lakukan duodenum dan yang praktis melingkarinya.
- Badan pancreas
Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang lambuing dan di
depan vertebra lumbalis pertama.
- Ekor pankreas
Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang sebenarnya menyentuh
limfa.
b. Saluran Pankreas
Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi pankreas ke dalam
duodenum :
- Ductus wirsung, yang bersatu dengan ductus chole dukus, kemudian masuk ke dalam
duodenum melalui sphincter oddi
- Ductus sartorini, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam duodenum di sebelah
atas sphincter oddi.
c. Jaringan pankreas
Ada 2 jaringan utama yang menyusun pankreas :
- Asini berfungsi untuk mensekresi getah pencernaan dalam duodenum
- Pulau langerhans
d. Pulau-pulau langerhans
- Hormon-hormon yang dihasilkan
Insulin
Adalah suatu poliptida mengandung dua rantai asam amino yang dihubungkan oleh
gambaran disulfide.
Enzim utama yang berperan adalah insulin protease, suatu enzim dimembran sel yang
mengalami internalisasi bersama insulin
Efek faali insulin yang bersifat luas dan kompleks
- Efek-efek tersebut biasanya dibagi :
Efek cepat (detik)
Peningkatan transport glukosa, asam amino dan k+ ke dalam sel peka insulin.
Efek menengah (menit)
Stimulasi sintesis protein, penghambatan pemecahan protein, pengaktifan glikogen
sintesa dan enzim-enzim glikolitik.
Efek lambat (jam)
- Peningkatan M RNA enzim lipogenik dan enzim lain
Pengaturan fisiologi kadar glukosa darah sebagian besar tergantung dari :
ekstraksi glukosa
sintesis glikogen
glikogenesis
- Glukogen
Molekul glukogen adalah polipeptida rantai lurus yang mengandung 29 n residu asam
amino dan memiliki 3485 glukogen merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang
mempunyai prinsip aktivitas fisiologi meningkatkan kadar glukosa darah.
- Somatostatin
Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukogen dan polipeptida pankreas dan
mungkin bekerja di dalam pulau-pulau pankreas.
- Poliptida pankreas
Poliptida pankreas manusia merupakan suatu polipeptida linear yang dibentuk oleh sel
pulau langerhans.
Fungsi eksokrin pankreas:
Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan ketiga jenis makanan
utama, protein, karhohidrat dan lemak. Ia juga mengandung ion bikarbonat dalam
jumlah besar, yang memegang peranan penting dalam menetralkan timus asam yang
dikeluarkan oleh lambung ke dalam duodenum.
Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kamotripsin, karboksi, peptidase,
ribonuklease, deoksiribonuklease, tiga enzim pertama memecahkan keseluruhan dan
secara parsial protein yang dicernakan, sedangkan nuclease memecahkan keuda jenis
asam nuklet, asam ribonukleat dan deosinukleat.
Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amylase pankreas, yang mengidrosis pati,
glikogen dan sebagian besar karbohidrat lain kecuali selulosa untuk membentuk
karbohidrat, sedangkan enzim-enzim untuk pencernaan lemak adalah lipase pankreas
yang menghidrolisis lemak netral menjadi gliserol, asam lemak dan kolesterol
esterase yang menyebabkan hidrolisis ester-ester kolesterol.
a. Pancreatic guice
Sodium bicarboinat memberikan sedikit pH alkalin (7,1 – 8,2) pada pancreatic jurce
sehingga menghentikan gerak pepsin dari lambung dan menciptakan lingkungan yang
sesuai dengan enzim-enzim dalam usus halus.
b. Pengaturan sekresi pankreas ada 2 yaitu :
- Pengaturan saraf
- Pengaturan hormonal
Fungsi endokrin pankreas
Tersebar diantara alveoli pankreas, terdapat kelompok-kelompok sel epithelium yang
jelas, terpisah dan nyata.
Kelompok ini adalah pulau-pulau kecil / kepulauan langerhans yang bersama-sama
membentuk organ endokrin.
2. Diagnose keperawatan utama pada kasus di atas adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolic ditandai
dengan:
DS: -
DO :
- RR:24X/menit
- sering mendengkur dan bibir terlihat mencibir ketika ekspirasi
- Terpasang oksigen binasal 2 lpm
b. Kekurangan volume cairan dan elektolit b.d diuresis osmotic ditandai dengan:
DS : pasien mengeluh sering haus dan sering buang air kencinng
DO :
- torgor kulitnya lebih dari 3 detik
- mukosa bibir kering
- terapi infuse Nacl 0,9 % dengan menggunakan infuse pump
c. Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.dpeningkatan asam lemak ditandai dengan:
DS : pasien mengeluh mual dan disertai muntah
DO :
- penurunan berat badan dari sebelum sakit
- mendapatkan terapi obat ranitidine 30mg dan ondansentron 4mg
Intervensi :
- Kaji pola nafas tiap hari
R/ Pola dan kecepatan pernafasan dipengaruhi oleh status asam basa, status hidrasi,
status cardiopulmonal dan sistem persyarafan. Keseluruhan faktor harus dapat
diidentifikasi untuk menentukan faktor mana yang berpengaruh/paling berpengaruh.
- Kaji kemungkinan adanya secret yang mungkin timbul
R/ Penurunan kesadaran mampu merangsang pengeluaran sputum berlebih akibat
kerja reflek parasimpatik dan atau penurunan kemampuan menelan.
- Kaji pernafasan kusmaul atau pernafasan keton
R/ Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan yang menghasilkan
kompensasi alkalosis respiratorik terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasn yang
berbau keton berhubungan dengan pemecahan asam ketoasetat dan harus berkurang
bila ketosis harus terkoreksi.
- Pastikan jalan nafas tidak tersumbat
R/ Pengaturan posisi ekstensi kepala memfasilitasi terbukanya jalan nafas,
menghindari jatuhnya lidah dan meminimalkan penutupan jalan nafas oleh sekret
yang mungkin terjadi
- Berikan bantuan oksigen
R/ Pernafasan kusmaull sebagai kompensasi keasaman memberikan respon penurunan
CO2 dan O2, Pemberian oksigen sungkup dalam jumlah yang minimal diharapkan
dapat mempertahankan level CO2.
- Kaji Kadar AGD setiap hari
R/ Evaluasi rutin konsentrasi HCO3, CO2 dan O2 merupakan bentuk evaluasi objektif
terhadap keberhasilan terapi dan pemenuhan oksigen.
b. Kekurangan Volume Cairan dan Elektolit
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai dengan nilai laboratorium dalam
batas normal
Intervensi:
- Kaji riwayat pengeluaran berlebih : poliuri, muntah, diare
R/ Memperkirakan volume cairan yang hilang. Adanya proses infeksi mengakibatkan
demam yang meningkatkan kehilangan cairan IWL.
- Pantau tanda vital
R/ Hipovolemia dapat dimanivestasikan dengan hipotensi dan takikardi. Perkiraan
berat ringannya hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik pasien turun
lebih dari 10 mmHg dari posisi berbaring ke posisi duduk/berdiri.
- Kaji pernafasan kusmaul atau pernafasan keton
R/ Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan yang menghasilkan
kompensasi alkalosis respiratorik terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasn yang
berbau keton berhubungn dngan pemecvahan asam ketoasetat dan harus berkurang
bila ketosis harus terkoreksi.
- Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
R/ Indikator tingkat hidrasi atau volume cairan yang adekuat.
- Ukur BB tiap hari
R/ Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam pemberian cairan pengganti.
- Pantau masukan dan pengeluaran, catat BJ Urine
R/ Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan terapi yang diberikan.
- Berikan cairan paling sedikit 2500 cc/hr
R/ Mempertahankan hidrasi dan volume sirkulasi.
- Catat hal-hal seperti mual, nyeri abdomen , muntah, distensi lambung
R/ Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang seringkali
akan menimbulkan muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan
cairan atau elektrolit.
Kolaborasi
- Berikan NaCl, ½ NaCl, dengan atau tanpa dekstrose
R/ Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajad kekurangan cairan dan respon
pasien individual.
- Berikan Plasma, albumin
R/ Plasma ekspander kadang dibutuhkan jika kekuranggan tersebut mengancam
kehidupan atau tekanan darah sudah tidak dapat kembali normal dengan usaha
rehidrasi yang telah dilakukan.
- Pantau pemeriksaan laboraorium : Ht, BUN/Creatinin, Na, K
R/ Na menurun mencerminkan perpindahan cairan dari intrasel (diuresis osmotik). Na
tinggi mencerminkan dehidrasiberat atau reabsorbsi Na akibat sekresi aldosteron.
Hiperkalemia sebagai repon asidosis dan selanjutnya kalium hilang melalui urine.
Kadar Kalium absolut tubuh kuran
- Berikan Kalium atau elektrolit IV/Oral
R/ Kalium untuk mencegah hipokalemia harus ditambahkan IV. Kalium fosfat dapat
diberikan untuk menngurangi beban Cl berlebih dari cairan lain.
- Berikan Bikarbonat
R/ Diberikan dengan hati-hati untuk memperbaiki asidosis.
- Pasang selang NG dan lakukan penghisapan
R/ Mendekompresi lambung dan dapat menghilanggkan muntah.
Kolaborasi:
- Lakukan pemeriksaan gula darah denggan menggunakan finger stick
R/ Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat dibandingkan dengan
reduksi urine.
A. Kesimpulan
Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang disebabkan
oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis diabetikum terjadi pada
penderita IDDM (atau DM tipe II). Adanya gangguan dalam regulasi insulin,
khususnya pada IDDM dapat cepat menjadi diabetik ketoasidosis manakala terjadi
diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa, ketidakseimbangan jumlah intake makanan
dengan insulin, adolescen dan pubertas, aktivitas yang tidak terkontrol pada diabetes,
dan stress yang berhubungan dengan penyakit, trauma, atau tekanan emosional.
B. Saran
Untuk menghindari kondisi pasien dengan ketoasidosis diabetikum jatuh pada kondisi
tidak stabil, maka yang perlu dilakukan adalah sesegera mungkin melakukan
penggantian cairan dan garam yang hilang, menekan lipolisis sel lemak dan menekan
glukoneogenesis sel hati dengan pemberian insulin, mengatasi stres sebagai pencetus
KAD (dalam kasus ini diberikan antibiotik), serta mengembalikan keadaan fisiologi
normal dan menyadari pentingnya pemantauan serta penyesuaian
pengobatan.Sedangkan untuk melakukan tindakan pencegahan agar tidak jatuh pada
kondisi ketoasidosis yaitu dengan melakukan manajemen nutrisis yang baik serta
menetapkan taraf insulin yang benat atau tepat dosis.
DAFTAR PUSTAKA