Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL DAN GLOBALISASI DALAM


PELAYANAN KESEHATAN

Dosen pengampu : Dra. E. Praptining Utami, M.I.Kom

Disusun oleh :
KELOMPOK 5
1. Aditya Patria Negara (S18162)
2. Berliana Ajeng Nuraini (S18170)
3. Devira Putri Krismadhani (S18172)
4. Doddy Al Amzar (S18175)
5. Mega Frista Ayuningtyas (S18190)
6. Munica Zinta Bella (S18193)
7. Puji Harti (S18198)
8. Resti Nurhayati (S18200)
9. Saprodite Dian Sunarto (S18204)
10. Umi Nur Kasanah (S18209)
11. Wiwik Kurniasih (S18212)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh
perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi lingkungan,
perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi
perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk
menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin
banyak terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di suatu negara.
Tuntutan itulah yang memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang
bersifat fleksibel di lingkungan yang tepat.
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat
adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun
peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat
penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis
dan mendekati sakaratul maut.
Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment (gizi ruhani).
Seseorang yang dikatakan sehat secara paripurna tidak hanya cukup gizi makanan tetapi
juga gizi rohaninya harus terpenuhi. Menurut hasil Riset Psycho Spiritual For AIDS
Patient, Cancepatients, and for Terminal Illness Patient, menyatakan bahwa orang yang
mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami
penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian
saat klien menjelang ajal perlu mendapat perhatian khusus.
Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural dan globalisasi dalam
pelayanan kesehatan, perlu kita ketahui apa arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan
adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara
belajar dalam rangka kehidupan masyarakat.
Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai
dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh
perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh
klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai
budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan
pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.
Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan
keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan
budaya.
Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti
dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan
kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori
caring, caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga
meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur
polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keperawatan transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan?
2. Apa tujuan keperawatan transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan?
3. Apa penilaian mengenai keperawatan transkultural?
4. Apa konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural?
5. Apa prinsip-prinsip asuhan keperawatan transkultural?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian keperawatan transkultural dan globalisasi dalam pelayanan
kesehatan
2. Mengetahui tujuan keperawatan transkultural dan globalisasi dalam pelayanan
kesehatan.
3. Mengetahui penilaian mengenai keperawatan transkultural.
4. Mengetahui konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural.
5. Mengetahui prinsip-prinsip asuhan keperawatan transkultural.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keperawatan Transkultural dan Globalisasi Dalam Pelayanan Kesehatan


Keperawatan Transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada
analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leininger, 1978). Keperawatan
transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu
atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat
atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leininger,
1984). Pelayanan keperawatan transkultural diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya.
Globalisasi dalam pelayanan kesehatan sangatlah penting. Maksudnya adalah pada
zaman yang serba maju ini, menuntut keperawatan semakin maju pula mengikuti
perkembangan zaman. Orang-orang akan menuntut asuhan keperawatan yang berkualitas.
Dengan adanya zaman globalisasi ini, banyak orang yang melakukan perpindahan
penduduk antar negara (imigrasi) sehingga memungkinkan pergeseran tuntutan asuhan
keperawatan.

B. Tujuan Keperawatan Transkultural dan Globalisasi Dalam Pelayanan Kesehatan


Tujuan dari keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon
keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik
dan universal. Kultur yang spesifik adalah kultur yang dengan nilai-nilai norma spesifik
yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, seperti bahasa. Sedangkan, kultur yang universal
adalah nilai atau norma yang diyakini dan dilakukan oleh hamper semua kultur, seperti
budaya olahraga dapar membuat badan sehat, bugar; budaya minum teh dapat membuat
tubuh sehat. Keperawatan transkultural juga bertujuan untuk mengidentifikasi, menguji,
mengerti, dan menggunakan pemahaman perawatan transkultural untuk meningkatkan
kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan.
Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti
dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan
kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan.

C. Penilaian Mengenai Keperawatan Transkultural


1. Menurut budaya
a) Model non-keperawatan. Meskipun teori keperawatan transkultural muncul dalam
literatur (Alfonso, 1979 : Leininger, 1985a, 1985b), metode keperawatan
transkultural tidak selalu sesuai dengan teori tersebut.
b) Model keperawatan spesifik Tujuan utamanya sebagai pengetahuan yang relevan
untuk mengetahui budaya keperawatan yang sesuai untuk masyarakat.
c) Analisis model dan alat spesifik budaya Tripp-Reimer, Brink dan Saunders (1984)
menganalisa model dan alat dalam kebudayaan untuk menentukan perbedaan
signifikan yang ada dalam model.
d) Diagnosa keperawatan Perawat harus memperhatikan budaya klien dalam
merumuskan diagnosa keperawatan.

2. Menurut Giger dan Davidhizar


a) Definisi keperawatan transklutural Merupakan kompetensi yang fokus pada klien.
b) Perbedaan budaya keperawatan Variasi dalam pendekatan keperawatan dibutuhkan
untuk menyesuaikan budaya.
c) Budaya individu yang unik Masing-masing individu mempunyai budaya yang unik
yang dibentuk dari pengalaman, budaya, kepercayaan, dan norma.
d) Budaya lingkungan Budaya dalam lingkungan sangat berpengaruh dalam proses
keperawatan.

D. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural


Asuhan keperawatan transkultural adalah salah satu bentuk asuhan keperawatan
profesional yang secara kultural sensitif, sesuai, dan berkompeten, merupakan
penyelenggaraan asuhan keperawatan lintas budaya dalam konteks pasien.
Konsep dalam Transcultural Nursing (Potter & Perry: 2009)
1. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
2. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, sehat, berkembang, dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai.
3. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik di antara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
4. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik, dan nilai di atas budaya orang lain karena
percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
5. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi
kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia.
6. Diskriminasi, perlakuan yang berbeda terhadap individu atau kelompok berdasarkan
ras, etnis, gender, kelas sosial.
7. Cultural Shock yaitu rasa ketidaknyamanan yang muncul pada pasien sebagai akibat
perawat tidak mampu beradaptasi dengan nilai budaya dan kepercayaan.
8. Cultural pain dibagi menjadi dua, yaitu public pain (rasa sakit atau nyeri yang
dinyatakan oleh orang tersebut) dan private pain(pasien tidak mengatakan mengenai
rasa nyerinya).
9. Cultural variation yaitu perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan
bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan
variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya
yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan
terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi
(Leininger: 1985).
10. Stereotyping menganggap semua anggota suatu kebudayaan atau etnis sama.
Contohnya, seorang perawat menganggap semua orang Itali bersifat public pain.
Stereotyping dapat disebabkan karena generalisasi hasil penelitian, bisa juga tidak ada
hubungannya dengan kenyataan, yang biasanya merupakan bentuk diskriminasi

E. Prinsip-Prinsip Asuhan Keperawatan Transkultural


1. Semua kebudayaan manusia mempunyai gaya hidup, asuhan keperawatan, dan metode
pengobatan yang berbeda, dan perawat harus memahami untuk dapat bekerja secara
efektif dengan orang lain.
2. Asuhan keperawatan adalah kebutuhan dasar manusia dan merupakan fokus dominan
pada keperawatan.
3. Memahami kebudayaan sendiri adalah langkah penting pertama untuk dapat memahami
kebudayaan lain.
4. Tiap orang memiliki hak untuk dihormati, dipahami, dikenal nilai budayanya, dan
mendapatkan asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan yang lain.
5. Asuhan keperawatan trankultural berhubungan dengan kepercayaan, perbandingan
nilai, dan praktik kebudayaan tertentu untuk menyediakan praktik layanan kesehatan
yang spesifik, aman, dan berarti.
6. Perawat menggunakan pengetahuan asuhan budaya humanis dan ilmiah untuk
menyediakan asuhan keperawatan pada klien dengan kebudayaan yang berbeda- beda.
7. Memahami perbedaan asuhan budaya dan kesamaannya akan membuat perawat
menghormati dan membantu pasien untuk sembuh, mencegah penyakit, dan
menghindari kematian prematur.
8. Kemampuan perawat untuk berbicara bahasa klien akan mempermudah pemahaman
apa yang dialami oleh klien.
9. Jika gaya hidup, nilai, dan ekspresi budaya terasa mustahil, perawat tetap harus
mencoba untuk memahami klien tersebut.
10. Setiap budaya, asuhan, penyembuhan, dan praktik kesehatan dipengaruhi
oleh pandangan dunia, konteks lingkungan, dan struktur sosial.
11. Budaya biasanya mempunyai dua tipe utama sistem asuhan keperawatan, yaitu
generik dan profesional.
12. Budaya mempunyai cara sendiri untuk memelihara kesehatan menghadapi kematian,
mengalami hal yang tidak menyenangkan, dan krisis.
13. Praktik keperawatan di Barat dan non-Barat mempunyai perbedaan utama yang perlu
dipahami ketika merencanakan dan menyediakan asuhan keperawatan.
BAB III
KESIMPULAN

1. Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada
perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang
budaya (Leininger, 1984).

2. Konsep dalam Transcultural Nursing (Potter & Perry: 2009) meliputi : Caring , Cultural
care, Etnosentris, Cultural imposition , Care , Diskriminasi, Cultural
Shock , Cultural pain, Cultural variation , dan Stereotyping .
Daftar Pustaka

Christian,Febri.2015.”Makalah Transkultural Nursing”,(online),(https://www.academia.edu/6


525238/Makalah_transcultural_nursing, diakses 12 September 2019)

Rismala.2017.”Globalisasi dan Transkultural”,(online),(https://www.scribd.com/document/34


0783951/Globalisasi-Dan-Transkultural, diakses 12 September 2019)

Alghina,Mila.2015.”Transkultural dan Globalisasi”,(online),( https://www.academia.edu/379


40172/Transkultural_dan_globalisasi, diakses 12 September 2019)

Anda mungkin juga menyukai