Anda di halaman 1dari 16

Trauma melahirkan

DISUSUN OLEH :
LUTFI DWI ACPA
2114201131
4C

Dosen pembimbing:
Silfina Indriani,M.keb
Trauma pasca melahirkan

trauma persalinan adalah cedera jiwa yang dialami


ibu dan janin yang terjadi saat persalinan. Tanpa
adanya upaya penyembuhan, cedera jiwa ini
berpotensi menimbulkan permasalahan jangka
panjang, tak hanya bagi ibu namun juga bayi.
gejala trauma melahirkan?
Gejala trauma melahirkan pada ibu umumnya meliputi mimpi buruk,
kecemasan parah, terus mengingat peristiawa traumatis, hingga
mengalami kilas balik peristiwa (flashback).

Sama halnya seperti pengalaman traumatis lainnya, ibu dengan


postpartum PTSD kerap mengalami kilas balik peristiwa (flashback)
yang terus mengingatkan pada trauma yang pernah dialaminy

Berbagai gejala trauma melahirkan atau postpartum PTSD adalah


sebagai berikuta.
1. INKONTINENSIA URINE

INKONTINENSIA URINE MERUPAKAN KONDISI HILANGNYA


KONTROL KANDUNG KEMIH. KONDISI INI UMUM TERJADI
DAN SERING KALI MEMBUAT PENGIDAPNYA MERASA MALU.
TINGKAT KEPARAHANNYA BERKISAR DARI SERING BUANG
AIR KECIL SAAT BATUK ATAU BERSIN, HINGGA KEINGINAN
UNTUK BUANG AIR KECIL YANG BEGITU TIBA-TIBA DAN
KUAT. ALHASIL, PENGIDPANYA TIDAK BISA KE TOILET TEPAT
WAKTU.
Penyebab Inkontinensia
Urine
Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh kondisi yang terkait saluran kemih bagian
bawah maupun kondisi yang tidak terkait saluran kemih bagian bawah. Jika terkait
saluran kemih bagian bawah, kondisi ini lebih diakibatkan karena aktivitas otot
dinding kandung kemih yang berlebihan. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh
penyakit saraf, sumbatan di saluran kemih, batu di kandung kemih atau pun kanker
kandung kemih.

Namun, inkontinensia urine juga dapat terjadi meski saluran kemih normal.
Kondisi tersebut biasanya terjadi pada lanjut usia dan terkait dengan kondisi
mobilitas juga kognitif.
Penyebab inkontinensia sementara atau jangka pendek dapat mencakup:

1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Infeksi di dalam saluran kemih (uretra, ureter, kandung kemih dan ginjal) dapat menyebabkan rasa
sakit dan meningkatkan kebutuhan untuk buang air kecil

2. Kehamilan
Selama kehamilan, rahim memberi tekanan ekstra pada kandung kemih saat mengembang. Sebagian
besar wanita yang mengalami inkontinensia selama kehamilan menyadari bahwa inkontinensia akan
hilang dalam beberapa minggu setelah melahirkan.

3. Obat-obatan
Inkontinensia dapat menjadi efek samping dari obat-obatan tertentu, termasuk diuretik dan
antidepresan.

4. Minuman
Mengonsumsi minuman tertentu, seperti kopi dan alkohol, dapat membuat seseorang perlu buang air
kecil lebih sering. Jika kamu berhenti mengonsumsi minuman ini, kebutuhan untuk sering buang air
kecil pun akan menurun.

5. Sembelit
Sembelit kronis (tinja yang keras dan kering) dapat menyebabkan seseorang memiliki masalah kontrol
kandung kemih.
Tanda & Gejala
Berdasarkan jenisnya, berikut adalah beberapa gejala inkontinensia urine uang bisa terjadi:

1 .Inkontinensia Stres.
Urine bocor keluar di saat terjadi tekanan di kandung kemih, misalnya saat batuk, bersin, atau
tertawa.

2. Inontinensia Urge.
Pengidap memiliki keinginan yang kuat untuk tiba-tiba buang air kecil diikuti dengan keluarnya urine
yang tidak sengaja (mengompol). Pengidap bisa buang air kecil hingga lebih dari 8 kali dalam sehari,
termasuk di malam hari.

3. Inkontinensia Overflow.
Pengidap sering mengompol dalam jumlah urine yang sedikit-sedikit karena kandung kemih tidak
sepenuhnya kosong.
Pengobatan atau penanganan
1. Terapi Perilaku.
Untuk mengurangi inkontinensia urine dengan edukasi, pemantauan kebiasaan berkemih, penyesuaian asupan
cairan dan kafein, penurunan berat badan untuk wanita yang kelebihan berat badan, penggunaan alat bantu
(misalnya, tempat berkemih di samping tempat tidur), dan berbagai jenis pelatihan kandung kemih dan saluran
uretra (misalnya, meningkatkan jarak waktu berkemih dan latihan otot panggul).
2. Terapi Obat.
Dilakukan untuk merelaksasikan kandung kemih. Obat yang digunakan merupakan obat golongan antikolinergik
yang dapat memiliki efek samping diantaranya mulut kering, sulit BAB, penglihatan buram dan rasa seperti
kebingungan.
Keteter. Pada beberapa kasus dapat dilakukan tindakan berupa pemasangan kateter.
3. pembedahan.
Ini dapat dilakukan terutama pada kasus inkontinensia urine karena sumbatan di saluran kemih atau pemasangan
sfingter buatan (otot berbentuk cincin untuk mencegah aliran urine dari kandung kemih ke uretra).
2 .Fistula genetalia
Fistula diartikan sebagai saluran abnormal yang terbentuk antara dua lokasi organ.
Fistula dapat terjadi pada organ manapun. Namun pada wanita, terdapat tiga jenis
fistula yang paling sering terjadi yakni fistula vesiko-vaginal, uretero-vagina, dan
rektovagina.

Arti dari ketiga jenis fistula tersebut adalah sebagai berikut :

1. Fistula vesiko-vaginal: Saluran yang terbentuk antara organ kandung kemih


dengan vagi
2. Fistula uretero-vaginal: Saluran yang terbentuk antara organ ureter dengan
vagin
3. Fistula rektovagina: Saluran yang terbentuk antara organ rektum (anus) dengan
vaginaanat:
Pencegahan

Inkontinensia urine di antaranya dapat dicegah dengan:

1. Menjaga berat badan tetap ideal.


2. Latihan otot panggul ( senam kegel).
3. Membatasi mengonsumsi minuman yang 4. Bersifat
diuretic, seperti teh dan kopi.
Penyebab
Fistula pada bagian vagina paling sering disebabkan akibat proses persalinan yang lama. Namun terdapat
penyebab lain yang dapat menyebabkan fistula rektovaginal, vesiko-vaginal, atau uretero-vaginal. Antara
lain adalah sebagai berikut:

1 .Tindakan episiotomi atau tindakan menggunting bagian perineum saat proses persalin
2 .Kanker pada bagian panggul, seperti kanker rahim atau kanker usus besar
3 .Tindakan pembedahan pada bagian perut dan panggul seperti operasi sesar dan operasi pengangkatan
rahi
4 .Penyakit peradangan usus seperti penyakit Chron atau penyakit kolitis ulserati
5. Infeksi usus seperti divertikuliti
6. Menerima terapi radiasi pada bagian panggul
7. Penyebab lain seperti feses yang tersumbat dan tidak dapat keluar dari usus, atau cedera pada vagina
yang disebabkan oleh hal lain selain persalinanlsfmran
Faktor resiko
Faktor risiko dari fistula pada vagina secara garis besar antara lain adalah:

1 .Wanita usia produktif


2 .Riwayat persalinan lebih dari sekali
3. Melakukan persalinan di rumah
4. Persalinan lama
5. Melakukan persalinan tanpa dampingan tenaga medis
6. Tidak melakukan kontrol kehamilan rutin selama hamil
7. Faktor kultural yang mendorong terjadinya kehamilan dan pernikahan dibawah umur
8 .Status sosioekonomi rendah
9. Kurangnya edukasi dan pendidikan mengenai kesehatan reproduksi wanita
Tanda dan gejala
Gejala dari fistula pada area vagina antara lain adalah :

1. Keluar cairan vagina yang berbau tidak sedap


2. Terdapat gas, nanah, atau feses yang keluar dari vagina
3. Mual, muntah, diare
4. Dispareunia, atau nyeri saat berhubungan seksua
5. Infeksi saluran kemih yang berulan
6. Vaginitis, atau infeksi vagina yang berulan
7 .Perdarahan pada anu
8. Perdarahan pada vagin
9. Iritasi pada kulit sekitar vagin
10. Iritasi pada kulit perineu
11. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
Penanganan

1. Pengobatan
- antibiotik
- obat antinyeri

2. Tindakan pembedahan
Terimakasih atas
perhatiannya :)

Anda mungkin juga menyukai