KELOMPOK 4 : ANGGITA HENDAYA M ANGGIK PRAHESTI ANIF MAGHFIROH IHDA MAULIDYA P MITA NUR FAIQATUNNISA MUHAMMAD RANDI IRMAWAN KELVINA PUTRI NOFITASARI SITI KHOFIFATUD DAIMAH TASYA ALFIONITA PENGERTIAN
Inkontinensia overflow adalah
suatu kondisi ketika tidak dapat mengosongkan kandung kemih saat buang air kecil. Sisa-sisa urin dari dalam kandung kemih kemudian merembes keluar tanpa disadari ETIOLOGI
Penyebab utama inkontinensia overflow adalah retensi urin kronis, atau
kondisi dimana Anda tidak dapat mengosongkan kandung kemih yang sudah terjadi dalam jangka waktu yang lama, penyebab lainnya yaitu :
1.batu atau tumor kandung kemih
2.kondisi yang mempengaruhi saraf, seperti multiple sclerosis (MS), diabetes, atau cedera otak 3.operasi panggul sebelumnya 4.obat-obatan tertentu 5.rahim atau kandung kemih wanita yang mengalami prolaps (melorot dari posisi asal) TANDA DAN GEJALA Kesulitan untuk memulai buang air kecil dan Aliran buang air kecil yang lemah Sering terbangun pada malam hari untuk buang air kecil Sering mengalami infeksi saluran kemih CARA MENCEGAH TERJADINYA INKONTINENSIA OVERFLOW
1. Pertahankan berat badan normal.
2. Latihan fisik dapat mengurangi risiko inkontinensia urin. 3. Berhenti merokok 4. Melatih otot dasar panggul. 5. Hindari mengkonsumsi makanan atau minuman yang dapat mengiritasi kandung kemih; misalnya, kopi adalah iritasi kandung kemih' karena memiliki aksi diuretik yang intens. 6. Konsumsi lebih banyak serat nabati untuk mencegah sembelit, yang merupakan faktor risiko terjadinya inkontinensia urin. PEMERIKSAAN DIAGNOSA Tes batuk (atau tes stres), dokter akan memeriksa melihat apakah ada kebocoran urin saat Anda batuk. Pemeriksaan urin mencari darah atau tanda-tanda infeksi dari dalam urin. Pemeriksaan prostat untuk memeriksa pembesaran prostat pada pria. Tes urodinamik menunjukkan berapa banyak urin yang dapat ditampung oleh kandung kemih Anda dan apakah kandung kemih dapat dikosongkan sepenuhnya. Pengukuran residu pasca kekosongan memeriksa berapa banyak urin yang tersisa di kandung kemih Anda setelah Anda buang air kecil. Dokter juga dapat merekomendasikan pemeriksaan tambahan, seperti USG panggul, cystogram radionuclide, atau cystoscopy. PENATALAKSANAAN MEDIS
- Perawatan dapat dilakukan dengan penggunaan obat yang disebut alpha-
adrenergic blocker - termasuk doxazosin (Cardura), alfuzosin (Uroxatal), Minipress, tamulosin (Flomax), silodosin ( Rapaflo), fesoterodine (Toviaz) dan terazosin (Hytrin)
- Jika obat tidak meredakan gejala inkontinensia overflow, dokter akan
memasangkan kateter untuk mengosongkan kandung kemih. ASUHAN KEPERAWATAN - PENGKAJIAN Identitas klien inkontinensia pada umumnya biasanya sering atau cenderung terjadi pada lansia (usia ke atas 65 tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi tidak menutup kemungkinan lansia laki- laki juga beresiko mengalaminya. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan sekarang Meliputi gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang dirasakan saat ini. Berapakah frekuensi inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang mendahului inkonteninsia (stres, ketakutan, tertawa, gerakan), masukan cairan, usia/kondisi fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah cairan berkenaan dengan waktu miksi. Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin berkemih sebelum terjadi inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan. Riwayat kesehatan klien Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa sebelumnya, riwayat urinasi dan catatan eliminasi klien, apakah pernah terjadi trauma/cedera genitourinarius, pembedahan ginjal, infeksi saluran kemih dan apakah dirawat dirumah sakit. Riwayat kesehatan keluarga Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan, penyakit ginjal bawaan/bukan bawaan. Pemeriksaan Sistem : B1 (breathing) Kaji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas, sianosis karena suplai oksigen menurun. kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi. B2 (blood) Peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisah B3 (brain)Kesadaran biasanya sadar penuh B4 (bladder) Inspeksi :periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat karena adanya aktivitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih serta disertai keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder Palpasi : Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik / pelvis, seperti rasa terbakar di urera luar sewaktu kencing / dapat juga di luar waktu kencing. B5 (bowel) Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan palpasi pada ginjal. B6 (bone) Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan ekstremitas yang lain, adakah nyeri pada persendian. Data penunjang a. Urinalisis b. Hematuria c. Poliuria d. Bakteriuria Pemeriksaan Radiografi IVP (intravenous pyelographi), memprediksi lokasi ginjal dan ureter. VCUG (Voiding Cystoufetherogram), mengkaji ukuran, bentuk, dan fungsi VU, melihat adanya obstruksi (terutama obstruksi prostat), mengkaji PVR (Post Voiding Residual). c. Kultur Urine Steril. Pertumbuhan tak bermakna ( 100.000 koloni / ml). o Organisme. DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dalam waktu yang lama. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras oleh urine Resiko kekurangan volume tubuh berhubungan dengan intake yang adekuat INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa I Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dalam waktu yang lama. Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat berkemih dengan nyaman. Kriteria Hasil : Urine jernih, urinalisis dalam batas normal, kultur urine menunjukan tidak adanya bakteri. Intervensi : Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika pasien inkontinensia, cuci daerah perineal segera mungkin. Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2x sehari (Merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur) dan setelah buang air besar. Ikuti kewaspadaan umum (Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung, pemakaian sarung tangan), bila kontak dengan cairan tubuh atau darah yang terjadi (Memberikan perawatan perineal, pengosongan kantung drainase urine, penampungan spesimen urine). Pertahankan teknik aseptik bila melakukan kateterisasi, bila mengambil contoh urine dari kateter Indwelling. Diagnosa 2 Resiko Kerusakan Integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine Tujuan : Jumlah bakteri < 100.000 / ml. Kulit periostomal tetap utuh Suhu 37° C. Urine jernih dengan sedimen minimal. Intervensi : Pantau penampilan kulit periostomal setiap 8jam. Ganti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdeteksi. Yakinkan kulit bersih dan kering sebelum memasang wafer yang baru. Potong lubang wafer kira-kira setengah inci lebih besar dar diameter stoma untuk menjamin ketepatan ukuran kantung yang benar-benar menutupi kulit periostomal. Kosongkan kantung urostomi bila telah seperempat sampai setengah penuh. Diagnosa 3 Resiko kekurangan volume tubuh berhubungan dengan intake yang adekuat Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan volume cairan seimbang Kriteria hasil pengeluaran urine tepat, berat badan 50 kg Intervensi Awasi tanda-tanda vital Catat pemasukan dan pengeluaran Awasi berat jenis urine Berikan minuman yang disukai sepanjang 24 jam Timbang BB setiap hari DAFTAR PUSTAKA Elaine K. Luo, MD, Overflow Incontinence (https://www.healthline.com/health/overactive-bladder/overflow- incontinence), 22 June 2017. Medscape, Overflow Incontinence (https://www.medscape.com/answers/452289-172411/what-is-overflow- urinary-incontinence). Sandip P Vasavada, Overflow Incontinence (https://www.medscape.com/answers/452289-172411/what-is-overflow- urinary-incontinence), 23 September 2019,