Anda di halaman 1dari 20

INKONTINENSIA

URINE
NAMA KELOMPOK 3 :
DINDA FITRIANINGSIH
NELI YULIA
I N D A H MAWA D A H
DESAK PUTU N.M
I N D A H L E S TA R I
HABIB IDRUS
WILDAN SALSABILAN
N O P I TA S A R I
IKA MUSLIKHA
PENGERTIAN

• Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan


air kencing. Gangguan ini lebih sering terjadi pada
wanita yang pernah melahirkan daripada yang belum
pernah melahirkan (nulipara). Diduga disebabkan oleh
perubahan otot dan fasia di dasar panggul
KLASIFIKASI

• Menurut Hidayat, 2006 berdasarkan sifat


reversibilitasnya inkontinensia urin dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1. Inkontinensia urin akut ( Transient incontinence)
• Inkontinensia urin ini terjadi secara mendadak, terjadi
kurang dari 6 bulan dan biasanya berkaitan dengan
kondisi sakit akut atau problem iatrogenic dimana
menghilang jika kondisi akut teratasi.
2.  Inkontinensia urin kronik ( Persisten )
• Inkontinensia urin ini tidak berkaitan dengan kondisi akut
dan berlangsung lama ( lebih dari 6 bulan ).
Ada 2 penyebab kelainan mendasar yang melatar
belakangi Inkontinensia urin kronik (persisten) yaitu :
menurunnya kapasitas kandung kemih akibat hiperaktif
dan karena kegagalan pengosongan kandung kemih akibat
lemahnya kontraksi otot detrusor. Inkontinensia urin kronik
ini dikelompokkan lagi menjadi beberapa tipe (stress, urge,
overflow, mixed).
a.      Inkontinensia urin tipe stress
•       Inkontinensia urin ini terjadi apabila urin secara tidak
terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut,
melemahnya otot dasar panggul, operasi dan penurunan
estrogen.
Gejalanya antara lain kencing sewaktu batuk, mengedan,
tertawa, bersin, berlari, atau hal lain yang meningkatkan
tekanan pada rongga perut. Pengobatan dapat dilakukan
tanpa operasi (misalnya dengan Kegel exercises, dan
beberapa jenis obat-obatan), maupun dengan operasi.
• b.      Inkontinensia urin tipe urge
•   Timbul pada keadaan otot detrusor kandung kemih yang
tidak stabil, yang mana otot ini bereaksi secara berlebihan.
Inkontinensia urin ini ditandai dengan ketidak mampuan
menunda berkemih setelah sensasi berkemih muncul.
• Manifestasinya dapat berupa perasaan ingin kencing yang
mendadak ( urge ), kencing berulang kali ( frekuensi ) dan
kencing di malam hari ( nokturia ).
• c.       Inkontinensia urin tipe overflow
•       Pada keadaan ini urin mengalir keluar akibat isinya yang
sudah terlalu banyak di dalam kandung kemih, umumnya
akibat otot detrusor kandung kemih yang lemah. Biasanya
hal ini dijumpai pada gangguan saraf akibat penyakit
diabetes, cedera pada sumsum tulang belakang, atau
saluran kencing yang tersumbat.
ETIOLOGI

a.  Kelainan traktus urinearius bagian bawah


• Infeksi, obstruksi, kontraktiltas kandung kemih yang berlebihan,
defisiensi estrogen,kelemahan sfingter, hipertropi prostat.
b.  Usia
• Seiring bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada
anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain: melemahnya otot
dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali, kebiasaan
mengejan yang salah, atau batuk kronis. Selain itu, adanya
kontraksi (gerakan) abnormal dari dinding kandung kemih,
sehingga walaupun kandung kemih baru terisi sedikit, sudah
menimbulkan rasa ingin berkemih.
c. Kelainan neurologis
• Otak (stroke, alzaimer, demensia multiinfark, parkinson,
multipel sklerosis), medula spinalis (sklerosis servikal
atau lumbal, trauma, multipel sklerosis), dan persarafan
perifer (diebetes neuropati, trauma saraf).
e.  Kondisi fungsional
• Inkontinensia urine juga terjadi akibat kelemahan otot
dasar panggul, karena kehamilan, pasca melahirkan,
kegemukan (obesitas), menopause, usia lanjut, kurang
aktivitas dan operasi vagina
Penambahan berat dan tekanan selama
kehamilan dapat menyebabkan
melemahnya otot dasar panggul karena
ditekan selama sembilan bulan. Proses
persalinan juga dapat membuat otot-otot
dasar panggul rusak akibat regangan otot
dan jaringan penunjang serta robekan
jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan
risiko terjadinya inkontinensia urine.
GEJALA INKONTINESIA URIN

• Salah satu bagian tubuh terasa lemas


• Bagian tubuh kesemutan
• Gangguan berjalan
• Gangguan bicara
• Penglihatan kabur
• Tidak dapat menahan BAB
• Penurunan kesadaran
TEST DIAGNOSTIK
1. Tes urine
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi gangguan saluran
kemih, seperti infeksi atau perdarahan

2. Pengukuran jumlah urine


Pengukuran jumlah urine dilakukan untuk mengetahui
apakah ada urine yang tersisa setelah kandung kemih
dikosongkan sepenuhnya.

3. USG saluran kemih


Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya kelainan
pada struktur saluran kemih.
LANJUTAN
4. Sistoskopi
Sistoskopi merupakan pemeriksaan dengan alat berupa
selang berkamera, untuk melihat kondisi kandung kemih
secara lebih jelas.

5. Pemeriksaan urodinamik
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan selang
kateter ke dalam kandung kamih, untuk mengetahui
kekuatan otot kandung kemih dalam menampung cairan.
ASKEP
INKONTINENSIA URINE
PENGKAJIAN
a.Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama&kepercayaan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa
medis

b.Keluhan utama
ada kelayan inkontinensia urine keluhan"keluhan yang ada adalah
nokturia,urgence, disuria, poliuria, oliguri, dan strategi

C.Riwayat penyakit sekarang


Memuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan,
usahayang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan

d.Riwayat penyakit dahulu


Adanya penyakit yang berhubungan dengan ISK
LANJUTAN

E. Riwayat penyakit keluarga


F. Pemeriksaan Fisik
1. Breathing (B1)
2.Blood (B2)
3. Brain (B3)
4. Bladder (B4)
5. Bawel
6. Bone
DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan eliminasi urine b/d gangguan sensori motor.


b. Gangguan citra tubuh b/d kehilangan fungsi tubuh,
perubahan keterlibatan sosial.
c. Ansietas b/d perubahan dalam status kesehatan.
NOC NIC
Diagnose keperawatan I
NOC NIC
Urinary contiunence
Kriteria Hasil:
1. Kandung kemih kosong secara penuh.
2. Tidak ada residu urine >100-200 cc.
3. Intake cairan dalam rentang normal.
4. Balance cairan seimbang.

Urinary retention care


1. Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada
inkontinensia(misalnya, output urin, pola berkemih, fungsikognitif)
2. Pantau penggunaan obat dengan sifat antikolinergik
3. Memantau intake dan output
4. Memantau tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi atau perkusi
5. Bantu dengan toilet secara berkala
6. Kateterisasi
Diagnosa Keperawatan II
NOC NIC
Body image
Kriteria Hasil:
1. Body image positif
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
3. Mendeskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh
4. Mempertahankan interaksi sosial

Body image enhancement


1. kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap
tubuhnya
2. jelaskan tentang pengobatan dan perawatan penyakit
3. identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu.
4. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok lain
Diagnosa Keperawatan III
NOC NIC
Anxiety self control
Kriteria hasil:
1. klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
2. Mengidentifikasi, mengungkapakan dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas.
3. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktifitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.

Anxiety reduction (penurunan kecemasan)


1. Gunakan pendekatan yang menenangkan.
2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
3. Pahami prespektif klien terhadap situasi stress.
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut.
5. Dorong keluarga untuk menemani pasien.

Anda mungkin juga menyukai