Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN GERONTIK

I
INKONTINENSIA
Disusun Oleh :
Kelompok 5

1. Ratu Gabby Andriani (2720200001)


2. Mita Herlina Putri (2720200084)
DEFINISI INKONTINENSIA URINE

- Inkontinensia urine adalah eleminasi urin dari kandung kemih tidak terkendali atau terjadi
di luar keinginan (Brunner & Sudart 2002; Aspiani, 2014).
- Inkontinensia urin adalah kondisi ketika dorongan berkemih tidak mampu dikontrol oleh
sfingter eksternal. (Mubarak dan Chayatin Nurul 2007; Aspiani, 2014).
- Inkontinensia urin adalah ketidak mampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap
untuk mengontrol ekresi urin. (Wartonah Tarwoto, 2003; Aspiani, 2014).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa inkontinensia urin merupakan
suatu kondisi dimana keluarnya urin tidak sengaja atau tidak dapat untuk dikendalikan
dikarenakan otot sfingter tidak mampu mengontrol eskresi urin.
ETIOLOGI INKONTINENSIA URINE

1. Polyuria, nokturia
2. Gagal jantung
3. Fokus usia: Lebih banyak ditemukan pada usia >50 tahun
4. Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria, hal ini disebabkan oleh:
- Penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan serta dapat mengakibatkan
penurunan ototo-otot dasar panggul
- Perokok, minum alcohol
- Obesitas
- Infeksi saluran kemih
Semakin tua seseorang, maka semakin besar kemungkinan mengalami inkontinensia urine, karena terjadi perubahan
struktur kandung kemih dan otot dasar panggul. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu,
adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun kandung kemih baru terisi sedikit,
sudah menimbulkan rasa ingin berkemih. (Widiastuti, 2011)
PATOFISIOLOGI

Menurut (Aspiani, 2014) menjelaskan patofisiologi inkontinensia sebagai berikut :

Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem perkemihan kapasitas kandung kemih
(Vesika Urinaria) yang normal sekitar 300-600 ml. Dengan sensasi keinginan untuk berkemih
diantara 150-350 ml. Berkemih dapat ditunda 1-2 jam sejak keinginan berkemih dirasakan.
Ketika keingian berkemih atau miksi terjadi pada otot detrusor kontraksi dan sfingter internal
dan sfingter eksternal relaksasi, yang membuka uretra. Pada orang dewasa muda hampir
semua urin dikeluarkan dengan proses ini Pada lansia tidak semua urin dikeluarkan, tetapi
residu urin 50 ml atau kurang dianggap adekuat. Jumlah lebih dari 100 13 ml
mengindikasikan adanya retrensi urin.
Tipe Inkontinesia dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Inkontinensia urin akut reversible

Pasien delirium mungkin tidak sadar saat mengompol atau tidak dapat pergi ketoilet sehingga berkemih tidak pada
tempatnya. Bila delirium teratasi maka inkontinensia urin umumnya juga akan teratasi. Setiap kondisi yang
menghambat mobilisasi pasien dapat memicu timbulnya inkontinensia urin fungsional atau memburuknya
inkontinensia persiten, seperti fraktur tulang pinggul, stroke, arthritis
2. Inkontinensia urine persisten
Kategori klinik meliputi :
• Inkontinensia Dorongan
• Inkontinensia Stress
• Inkontinensia Refleks
• Inkontinensia Fungsional
MANIFESTASI KLINIS
1. Inkontinensia Dorongan
Gejalanya adalah berkemih sering, disertai oleh tingginya frekuensi berkemih (lebih sering dari 2 jam sekali). Spasme
kandung kemih atau kontraktur berkemih dalam jumlah kecil (kurang dari 100ml) atau dalam jumlah besar (lebih dari
500ml)
2. Inkontinensia Stress
Gejalanya adalah keluarnya urin pada saat tekanan intra abdomen meningkat dan seringnya berkemih
3. Inkontinensia Refleks
Gejalanya adalah tidak menyadari bahwa kandung kemihnya sudah terisi, kurangnya untuk berkemih, kontraksi spasme
kandung kemih yang tidak dicegah
4. Inkontinensia Fungsional
Gejalanya adalah mendesak keinginan untuk berkemih menyebabkan urin keluar sebelum mencapai tempat yang sesuai
5. Inkontinensia Overflow
Gejalanya adalah mengeluh keluarnya sedikit urin tanpa adanya sensasi bahwa kandung kemih sudah penuh, distensi
kandung kemih
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Urinalisis
Dilakukan dengan spesimen urin yang bersih untuk mendeteksi adanya faktor yang berperan terhadap terjadinya
inkontinensia urin seperti hematuri, piouri, bakteriuri, glukosuria, dan proteinuria

2. Pemeriksaan Darah
Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa dan kalsium serum dikaji untuk menentukan fungsi ginjal dan
kondisi yang menyebabkan poliuria
3. Tes Laboratorium tambahan
Seperti kultur urin, blood urea, creatinin, kalsium, glukosa sitologi
PENATALAKSANAAN

1. Pemanfaatan kartu catatan berkemih


Yang dicatat pada kartu tersebut misalnya waktu berkemih dan jumlah urin yang keluar, baik keluar secara
normal, maupun yang keluar karena tak tertahan, selain itu dicatat pula waktu, jumlah dan jenis minuman ynag
diminum
2. Terapi farmakologi

Obat obatan yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik seperti oxybutinin,
propantteine, dicylomine, flsavoxate, imipramine. Pada inkontiensia stress diberikan alfa adrenergic agonis,
yaitu pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethre.

3. Terapi pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi, bila terapi non farmakologis dan
farmakologis tidak berhasil
ASUHAN KEPERAWATAN
INKONTINENSIA
1. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pada lansia secara menyeluruh menurut Rosidawati, (2011) yaitu :
a. Karakteristik demografi
1) Identitas pasien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku bangsa, status
perkawinan, alamat sebelumnya, dan hobi
2) Riwayat keluarga, keluarga yang bisa dihubungi, jumlah saudara kandung, jumlah anak, riwayat
kematian keluarga dalam satu tahun, dan riwayat kunjungan keluarga
3) Riwayat pekerjaan dan status ekonomi, pekerjaan sebelumnya dan sumber pendapatan saat ini
4) Aktivitas dan rekreasi, meliputi jadwal aktivitas, hobi, wisata, dan keanggotaan organisasi.
b. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi
Pola nutrisi meliputi frekuensi makan, nafsu makanan, jenis makanan yang dimakan, kebiasaan sebelum
makan, makanan yang disukai dan tidak disukai, alergi dengan makanan, dan keluhan yang berhubungan
dengan makan. Selain makan juga perlu dikaji asupan cairannya, meliputi jumlah air yang diminum dalam
sehari, jenis minuman (air putih, teh, cokelat, minuman berkafein, bersoda, dan beralkohol), dan minuman
kesukaan
2) Pola eliminasi Menurut Maas, (2014) pengkajian pola eliminasi khusus untuk lansia dengan
inkontinensia urin yaitu :
a) Buang air kecil, frekuensi berkemih sepanjang hari, frekuensi berkemih di malam hari, kesulitan
dalam berkemih (perlu mengejan atau tidak), aliran urin, nyeri saat berkemih, adanya campuran darah
saat berkemih, dan warna urin
b) Buang air besar, frekuensi buang air besar, konsistensi, warna feses, keluhan saat buang air besar, dan
penggunaan obat pencahar
3) Pola personal hygiene
Menggambarkan frekuensi mandi, gosok gigi, mencuci rambut, penggunaan alat mandi (sabun,
pasta gigi, dan shampo), dan kebersihan tangan serta kuku
4) Pola istirahat dan tidur
Menggambarkan pola tidur, lamanya tidur saat malam hari, lama tidur saat tidur siang, dan
keluhan saat tidur
5) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan hubungan responden dengan keluarga, masyarakat, dan tempat tinggal
6) Pola sensori dan kognitif Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembau
7) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan konsep diri. Konsep
diri menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran dan identitas diri. Mengkaji tingkat depresi
responden menggunakan format pengkajian status psikologis
8) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan masalah terhadap seksualitas
9) Pola mekanisme stress dan kopping Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress
10) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual
11) Kebiasaan mengisi waktu luang Menggambarkan kegiatan responden dalam mengisi waktu luang
seperti mencuci baju, merajut, membaca majalah atau koran, mendengarkan radio, dan beribadah
12) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan Menggambarkan kebiasaan responden yang berdampak
pada kesehatan meliputi merokok, minum minuman beralkohol, dan ketergantungan terhadap obat.
c. Status kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
Biasanya adanya keluhan nyeri saat berkemih atau urin keluar dengan tiba-tiba, dan tingginya
frekuensi berkemih
2) Riwayat kesehatan masa lalu
a) Penyakit yang pernah diderita, meliputi diabetes, hipertensi, kolesterol, dan asam urat
b) Riwayat alergi (obat, makanan, minuman, binatang, debu, dan lain-lain)
c) Riwayat kecelakaan, lansia sering mengalami jatuh dan terpeleset saat berjalan
d) Riwayat dirawat di rumah sakit
e) Riwayat pemakaian obat, biasanya pemakaian obat diuretik yang cukup lama dapat
menyebabkan inkontinensia urin
3) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan meliputi keadaan umum, berat badan, kepala, dada, abdomen, kulit, ekstremitas
atas, dan ekstremitas bawah
4) Lingkungan dan tempat tinggal
Pengkajian terhadap kebersihan dan kerapian ruangan, penerangan, sirkulasi udara, dan
kebersihan toilet
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian di atas, dapat disimpulkan diagnosa yang muncul pada pasien
inkontinensia urine menurut SDKI (2017) :
a. Inkontinensia urin berlanjut berhubungan dengan neuropati arkus refleks, disfungsi neurologis,
kerusakan refleks kontraksi detrusor, trauma, kerusakan medula spinalis, dan kelainan anatomis
b. Inkontinensia berlebih berhubungan dengan blok sfingter, kerusakan atau ketidakadekuatan jalur
aferen, obstruksi jalan keluar urin, dan ketidakadekuatan detrusor
c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan ketidakmampuan atau penurunan mengenali
tanda-tanda berkemih, penurunan tonus kandung kemih, hambatan mobilisasi, faktor psikologis;
penurunan perhatian pada tanda-tanda keinginan berkemih, hambatan lingkungan, kehilangan
sensorik dan motorik, gangguan penglihatan
d. Inkontinensia urin refleks berhubungan dengan kerusakan konduksi impuls di atas arkus refleks,
dan kerusakan jaringan
e. Inkontinensia urin stres berhubungan dengan kelemahan intrinsik sfingter uretra, perubahan
degenerasi/non degenerasi otot pelvis, kekurangan estrogen, peningkatan tekanan
intraabdomen, dan kelemahan otot pelvis
f. Inkontinensia urgensi berhubungan dengan iritasi reseptor kontraksi kandung kemih,
penurunan kapasitas kandung kemih, hiperaktivitas detrusor dengan kerusakan kontraktilitas
kandung kemih, dan efek agen farmakologis
g. Kesiapan peningkatan eliminasi urin
h. Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan,
perubahan penampilan fisik, dan perubahan status mental
i. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

Inkontinensia urin berlanjut b.d kerusakan Setelah dilakukan tindakan selama 1 x 24 jam, Perawatan inkontinensia urine (I.04163)
refleks kontraksi detrusor maka Kontinensia Urine (L.04036) membaik  
dengan kriteria hasil : Tindakan
  Observasi
 Kemampuan berkemih meningkat  Identifikasi penyebab inkontinensia urine
 Nokturia menurun (Mis. Disfungsi neurologis, gangguan
 Frekuensi berkemih membaik medula spinalis, gangguan refleks
 Sensasi berkemih membaik detrusor)
Terapeutik
 Bersihkan genital dan kulit sekitar secara
teratur
 Berikan pujian atas keberhasilan
mencegah inkontinensia
 Buat jadwal konsumsi obat obatan
diuretik
Edukasi
 Jelaskan definisi, jenis inkontinensia dan
penyebab
 Jelaskan program penanganan
inkontinensia urine
 Anjurkan membatasi konsumsi cairan 2 -3
jam menjelang tidur
 Anjurkan memantau cairan keluar dan
masuk serta pola eliminasi urine
Kolaborasi
 Rujuk ke ahli inkontinensia, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah aksi dalam melakukan tindakan dari keperawatan, selesaikan
perencanaan mandiri dan kolaboratif untuk membantu pasien mencapai hasil dan tujuan yang
diinginkan. Tindakan mandiri adalah aktivitas dimana perawat menggunakan pertimbangannya
sendiri (Potter & Perry, 2010)

5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi dengan klien yang dilakukan terapi kegel exercise.
Klien merupakan sumber evaluasi hasil dari respons terbaik bagi asuhan keperawatan. Perawat
harus mengevaluasi efektivitas intervensi keperawatan dengan membandingkan tujuan.
Bandingkan hasil aktual dengan hasil yang diharapkan untuk menentukan keberhasilan sebagian
atau penuh (Potter & Perry, 2010).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai