Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kebutuhan Dasar Eliminasi


1.1.1 Pengertian Eliminasi
Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yaitu eliminasi urine (buang air kecil)
dan eliminasi alvi (buang air besar), merupakan bagian dari kebutuhan
fisiologis dan bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa.
Gangguan eliminasi urine adalah keadaan ketika seseorang individu
mengalami atau beresiko mengalami disfungsi eliminasi urine (Capernito,
2006).

1.1.2 Sistem Eliminasi Urine


Sistem tubuh yang berperan dalam terjadi proses eliminasi urine adalah
ginjal, kandung kemih, dan uretra.
1. Ginjal
Merupakan organ retroperitoneal (di belakang selaput perut), terdiri atas
ginjal sebelah kanan dan kediri tulang punggung, yang berperan sebagai
pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh serta penyaring darah
untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai zat sisa.
2. Kandung Kemih
Merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus, berfungsi
menampung urine. Lapisan-lapisan kandung kemih, yaitu :
a. Detrusor, berfungsi untuk mengeluarkan urine bila terjadi kontraksi.
b. Otot lingkar, berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan
uretra, sehingga ureta dapat menyalurkan urine dari kandung kemih ke
luar tubuh.
3. Uretra
Merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi
uretra pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada pria. Pada pria
digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi ukuran
13,7-16,2 cm, yang terdiri atas prostat, selaput dan bagian yang berongga .
pada wanita, uretra ukuran 3,7-6,2 cm dan berfungsi sebagai tempat
menyalurkan urine ke bagian luar tubuh.

1
1.1.3 Etiologi
1. Diet dan Asupan
2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
3. Gaya hidup
4. Sterss Psikologis
5. Tingkat aktivitas
6. Tingkat Perkembangan
7. Kondisi penyakit, sosiokultural
8. Sosiokultural
9. Kebiasaan seseorang kebiasaan seseorang
10. Tonus Otot
11. Pembedahan
12. Pengobatan

1.1.4 Klasifikasi Perubahan Pola Eliminasi Urine


Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang
mengalami gangguan pada eliminasi urine, disebankan oleh multipel
(obstruksi anatomis), kerusakan motorik sensorik, infeksi saluran kemih.
Perubahan pola eliminasi terdiri atas :
1. Freukensi
Merupakan jumlah berkemih dalam sehari. Meningkatnya frekuensi
berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk.
2. Urgensi disuria
Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami
inkontinensia jika tidak berkemih.
3. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering
ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih (ISK), trauma, dan
struktur uretra.
4. Poliuria
Merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal
tanpa adanya peningkatan asupan cairan, biasanya banyak ditemukan
pada penderita DM, defisiensi anti diuretik hoermon (ADH), dan
penyakit ginjal kronik.
5. Urinaria supresi

2
Berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara normal, urine
diproduksi oleh ginjal secara terus-menerus pada kecepatan 60-120
ml/jam.

1.1.5 Manifestasi Klinis


1. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidak
mampuan kandung kemih untuk mengosongkan isinya, sehingga
menyebabkan distensi dari vesika urinaria. Kandung urine normal
dalam vesika urinaria sebesar 250-450 ml, dan dapat menampung
sebanyak 3000-4000 ml uriine.
2. Inkontinensia Urine
Ketidak mampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine. Penyebab inkontinensia urine adalah
penuaan, pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran, dan
pengginaan obat narkotik atau sedatif. Inkontinensia dibedakan :
1.) Inkontinensia dorangan, merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami pengeluaran urine tanpa sadar. Tanda-tanda : sering
miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali), spas,e kandung kemih
2.) Inkontinensia Total, merupakan kedaan dimana sesorang
mengalami pengeluaran urine yang terus-menerus dan tidak dapat
diperkirakan. Tanda-tanda : aliran konstan yang terjadi pada saat
tidak diperkirakan, tidak ada distensi kandung kemih, nokturia,
pengobatan inkontinensia tidak berhasil.
3.) Inkontinensia Stress, merupakan keadaan seseorang yang
mengalami kehilangan urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan
peningkatan abdomen. Tanda-tanda : adanya urine menetes dengan
peningkatan tekanan abdomen, adanya dorongan berkemih, sering
miksi (lebih dari 2 jam sekali).
4.) Inkotinensia Refleks, merupakan keadaan dimana sesorang
mengalami pengeluaran urine yang tidak dirasakan, terjadi pada
interval yang dapat diperkirakan bila volume kandung kemiih
mencapai jumlah tertentu. Tanda-tanda : tidak ada dorongan untuk
berkemih, merasa kendung kemih penuh, kontraksi atau spasme
kendung kemih tidak dihambat pada interval teratur.
5.) Inkontinenesia Fungsional

3
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran urine
secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan. Tanda-tanda :
adanya doronngan untuk berkemih, kontraksi kandung kemih cukup
kuat untuk mengeluarkan urine
3. Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih yang diakibatkan tidak
mampu mengontrol sfingter eksterna. Enuresia biasanya terjadi pada
anak-anak atau orang jompo, yang terjadi pada malam hari.

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Ureterotomi
Merupakan tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada dinding
prut untuk drainase urine. Operasi ini dilakuakn karena adanya penyakit
atau disfungsi pada kandnu kemih.
2. Pemeriksaan urologi laboratorim
3. Pemeriksaan feses laboratorium

1.1.7 Penatalaksanaan
1. Obsevasi tanda-tanda vital
2. Melakukan pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan
3. Menolong pasien untuk buang air kecil dengan menggunakan urinal
4. Melakukan pemasangan kateterisasi / pemasangan condom chateter
5. Mengaji faktor yang memicu/menybabkan pengeluaran urune yang
tidak adekuat
6. Memonitor perubahan retensi urine setiap hari

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Anamnesa
1. Keluhan Utama
Pengakajian pada kebutuhan eliminasi urine meliputi :
1.) Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi kebiasaan berkemih klien serta hambatan
yang dirasakan klien, frekuensi berkemih bergantung pada
kebiasaan dan kesempatan.
2.) Pola berkemih meliputi :

4
1. Frekuensi berkemih, menentukan berapa kali klien berkel=mih
dalam waktu 24 jam;
2. Urgensi;
3. Disuria;
4. Poliuria;
5. Urinaria suspensi, keadaan produksi yang berhenti secara
mendadak.
3.) Volume urine
Volume urine menentukan beberapa jumlah urine yang
dikeluarkan dalam waktu 24 jam. Berdasarkan usia, volunme
urine normal dapat ditentukan.
4.) Faktor yang mempengaruhi kebiasaan buang air kecil adalah :
1. Diet dan asupan
2. Gaya hidup
3. Stress psikologis dapat meningkatkan frekuensi keinginan
berkemih
4. Tingkat aktivitas.
5.) Keadaa urine, meliputi warna urine yang keluar, bau, berat jenis,
kejernihan, Ph, protein, darah, glukosa.
6.) Tanda klinis gangguan eliminasi sepoerti tanda retensi urine,
inkontinensia urine, enuresis, dll.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Mulai timbulnya masalah dan pengobatan gejala yang timbul saat
pengkajian faktor-faktor yang memperberat / mengurangi pola
eliminasi.
3. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Keadaan umum klien mulai dari masa anak-anak, dewasa khusus yang
ada kaitanya dengan penyakit sekarang.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Membuat genogram tiga generasi riwayat penyakit keluarga antara
lain DM, HT, Jantung.
5. Riwayat Psikososial dan Spiritual
Psikososial menggambarkan situasirumah dan orang terdekat,
termasuk keluarga dan orang terdekat, serta spiritual menggambarkan
keyakinan beragama pandangan / nilai kepercayaan.
6. Pola Aktivitas Sehari-hari

5
1.) Nutrisi, menggambarkan masukan nutrisi keseimbangan cairan
dan elektrolit
2.) Eliminasi, ekskresi usus, dan kandung kemih
3.) Aktivitas dan latihan, menggmbarkan pola latihan dan aktivitas
4.) Istirahat dan tidur, menggambarkan pola tidur, istirahat
5.) Seksualitas / reproduksi, menggambarkan masalah yang aktual /
dirasakan dengan seksualitas.
7. Keadaan Umum Pasien
Menggambarkan gambaran secara umum, misalnya kurus, gemuk,
lemah, gaya hidup, ekspresi wajah, distress.
8. Tanda-tanda Vital
Diambil saat melakukan pengkajian yang meliputi, suhu tubuh, pus/
nadi, nafas dan tekanan darah klien (Capernito, 2006).

1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik


1. Pemeriksaan Abdomen
Normal : Tidak ada distensi, simetris, bissing usus 8-12x/menit,tidak ada
massa
Abnormal : Distensi, asimetris, gerakan peristaltic < 8 dan > 12x/menit,
terdapat massa.
2. Pemeriksaan kelamin dan Genetalia
Genetalis : bersih dan tidak terpasang chateter,
Anus : tidak ada hemoroid, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
tanda inflamasi, warna tidak berubah, tidak ada lesi, tidak ada fistula

1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan


1.2.2.1 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi
urine sebagai berikut :
1. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan
1.) Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomali saluran urinaria
2.) Penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit
3.) Kerusakan pada saluran kemih
4.) Penurunan tonus otot akibat dampak pengobatan, dehidrasi, atau
faktor psikologis.
5.) Pasca pemasangan chateter indwelling
2. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan

6
1.) Penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan kemampuan
untuk mengenal isyarat akibat cedera atau kerusakan saraf
2.) Kerusakan mobilitas
3.) Hambatan lingkungan
4.) Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris
5.) Penurunan tonus kandung kemih akibat dampak pengobatan,
dehidrasi, atau faktor psikologis
3. Inkontinensia refleks berhubungan dengan gagalnya konduksi
rangsangan di atas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada medula
spinalis.
4. Inkontinensia total berhubungan dengan defisit komunikasi atau
persepsi
5. Retensi urine berhubungan dengan
1.) Adanya hambatan pada sfingter akibat penyakit striktur, BPH, dll
2.) Kerusakan atau ketidakadekuatan jaras eferen akibat cedera dan
penggunaan obat seperti antihistamin atau antikolinergik.
3.) Obstruksi jalan keluar kandung kemih akibat impaksi feses.
4.) Stress atau ketidak nyamanan.
6. Perubahan body iamge berhubungan dengan inkontinensia,
uretrostomi, dan eneuresis
7. Resiko terjadinya infeksi saluran kemih berhubungan dengan
pemasangan chateter, pemeriksaan sistoskopi, dan kebiasaan
perineum yang kurang.
8. Resiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhuungan
dengan gangguan drainase uretrosomi.
Batasan Karakteristik
Mayor
Melaporkan atau mengalami masalah eliminasi urine, seperti :
1. Dorongan berkemih
2. Sering berkemih
3. Keragu-raguan
4. Nokturia
5. Enuresis
6. Menetes
7. Distensi kandung kemih
8. Inkontinen
9. Volume residu yang banyak

7
Tujuan
1. Memahami arti eliminasi
2. Membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
3. Mencega infeksi
4. Mempertahankan integritas kulit
5. Memberikan rasa nyaman
6. Mengembalikan fungsi kandung kemih
7. Memberikan asupan cairan secara tepat
8. Mencegah kerusakan kulit
9. Mencegah tekanan emosional
10. Individu menjadi kontinen (terutama selama siang hari, malam, 24
jam)
Kriteria Hasil
1. Mampu mengidentifikasi penyebab inkontinensia
2. Menyebutkan rasional pengobatannya
3. Melaporkan pengeluaran urin secara normal
4. Mampu mempertahankan eliminasi urin secara normal

Intervensi dan rasional


1. Observasi perubahan faktor, tanda gejala terhadap masalah perubahan
eliminasi urine, retensi dan inkontinensia.
Rasional : guna mengetahui penyebab timbulnya masalah pola
pengeluaran urine
2. Memonitor perubahan retensi urine setiap hari
Rasional : memantau pengeluaran urin secara adekuat setiap hari
3. Memberi lingkungn yang nyaman sehingga tidak menimbulkan stress
Rasional : stress dapat memicu pengeluaran urin yang berlebih,
sehingga hal itu dapat memicu resiko infeksi pada saluran kencing
4. Beri pengetahuan pada klien untuk minum sedikit
Rasional : untuk menghindari terjadinya penegangan pada bleder
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat Anti Diuretik
Hormon (ADH).
Rasional : membantu pengeluaran urine yang secara normal
Evaluasi
Evaluasi keperawatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi urine
seacara umum dapat dilihat dari adanya kemampuan dalam :

8
1. Miksi secara normal, ditujukan dengan kemamapuan pasien berkemih
sesuia dengan asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa
menggunakan obat, kompresi pada kandung kemih dan chateter,
2. Mengosongkan kandung kemih, ditujukkan dengan berkurangnya
distensi volume urine residu, dan kelancaranny kepatenan drainase.
3. Mencegah infeksi, mempertahankan integritas kulit, dituj=njukkan
dengan tidak adanya tanda infeksi, tidak ditemukannya disuria,
urgensi, frekuensi, dan rasa terbakar.
4. Mempertahankan integritas kulit, ditunjukkan adanya perineal kering
tanpa inflamasi dan kulit sekitar uretrostomi kering.
5. Memberikan rasa nyaman, ditunjukkan dengan berkurangnya tanda
disuria, ditemukan adanya distensi pada kandung kemih, dan adanya
ekspresi senang.
6. Melakukan bledder training, ditunjukkan dengan berkurangnya
frekuensi inkontinensia dan mampu berkemih disaat ingin berkemih.

9
BAB II
TINJAUAN KASUS

1.1 Pengkajian
1.1.1 BIODATA
Nama : Tn. P No. Reg. 1208051
Nama Panggilan : Tn. P
Umur : 55 Tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Tani
Penghasilan :-
Alamat : Banyakan Kediri
Diagnosa Medis : CA Buli
Tanggal MRS : 07 Oktober 2012
Tanggal Pengkajian : 15 Oktober 2012
Golongan Darah :-

1.1.2 KELUHAN UTAMA


Pasien mengatakan terasa sakit saat kencing dan air kencing yang keluar
hanya menetes.

1.1.3 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien engatakan lebih kurang 1 minggu saat kencing masih terasa sakit dan
hanya menetes. Dan saat pengkajian pasien mengatakan kencingnya masih
menetes.

1.1.4 RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU


Pasien mengatakan 1 bulan yang lalu pernah melakukan operasi prostat di
Rumah Sakit Baptis Kediri.

1.1.5 RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Pasien mengatakan dari keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menurun
seperti DM, jantung, dan TBC.

10
GENOGRAM

Keterangan : : Perempuan

: laki-laki / pasien

: meninggal

: menikah

: tinggal satu rumah

: keturunan

1.1.6 DATA PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
1. Pasien dapat bekounikasi dengan baik 1. Pasien dapat berkomunikasi
oleh sanak keluarga. dengan keluarganya, dalam
berkomunikasi kurang lancar
berbicara bahasa Indonesia.
2. Pasien dapat bersosialaisasi dengan 2. Pasien kurang bersosialisasi
masyarakat. dengan perawat.
3. Dapat melakuakn ibadah dengan rutin. 3. Pasien tidak dapat melakukan
ibadah denga rutin.

1.1.7 POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

11
(Makan, istirahat, tidur, eliminasi, aktifitas, kebersihan, dan seksualitas)
DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
1. Makan 1. Makan
Nafsu makan baik 3 x 1 hari dengan Nafsu makan baik 3 x 1 hari
sayur, lauk, dan nasi. dengn diit lunak.
2. Istirahat 2. Istirahat
5 jam/ hari 4 jam / hari
3. Tidur 3. Tidur
Malam : 4 jam Malam : 3 jam
Siang : 1 jam Siang : 1 jam
4. Eliminasi 4. Eliminasi
BAB = 1 kali BAB = -
BAK = sering BAK = sering, hanya menetes,
5. Aktivitas dan sakit.
Dapat melakukan ibadah dan aktivitas 5. Aktivitas
du runah dengan baik. Hanya berbaring ditempat tidur

1.1.8 KEADAAN / PENAMPILAN UMUM PASIEN


Pasien nampak lemah, menahan sakit, dan sering mengeluh sakit saat kencing.

1.1.9 TANDA-TANDA VITAL


Suhu Tubuh : 36,7 oC
Denyut Nadi : 84 x/menit
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
BB/TB : 65 kg, 170 cm

1.1.10 PEMERIKSAAN FISIK


1. Pemeriksaan Leher dan Kepala
Kepala
Inspeksi : rambut berminyak, ikal, tebal, tidak ada lesi, rambut berwarna
hitam, tidak ada ketombe.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Mata
Inspeksi : simetris, sklera berwarna pucat, konjungtiva pucat, anemis.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada plebra.

12
Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada pus atau perdarahan, terdapat kotoran.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada cuping
hidung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada karies, tidak
ada pembesaran tonsil, dan uvula.
Leher
Inspeksi : tidak ada lesi.
Palpasi : tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada pebesaran
kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan.
2. Pemeriksaan Integumen, Kulit, dan Kuku
Kulit
Inspeksi : tidak terdapat luka, kulit berwarna sawo matang, turgor kulit
menurun.
Palpasi : turgor kulit > 2 detik, kulit kering
Kuku
Inspeksi : kuku panjang dan kotor
Palpasi : CRT < 2 detik
3. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak (bila diperlukan)
Payudara
Inspeksi : tidak ada lesi, simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa
Ketiak
Inspeksi : bersih
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar limfe

4. Pemeriksaan Dada / Thorax


Thorax
Inspeksi : tidak nampak kelainan bentuk thorax, tidak terdapat luka,
inspirasi dan ekspirasi simetris, tidak terdpat bentuk dada
yang tidak normal.
Palpasi : tidak teraba masa
Paru

13
Inspeksi : inpirasi dan ekspirasi simetris
Palpasi : getaran taktil fremitus sama
Perkusi : redup
Auskultasi : vesikuler

5. Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : tidak tampak ictus cordis pada daerah apeks jantung
midklavikula kiri.
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 = lup
S2 = dup

6. Pemeriksaan Abdomen
Auskultasi : bissing usus 10 x/menit
Inspeksi : pada abdomen tidak terdapat lukan jahitan
Palpasi : ada nyeri tekan
Perkusi : suara timpani

7. Pemeriksaan Kelamin dan Genetalia sekitarnya (bila diperlukan)


Genetalis : bersih dan tidak terpasang Chateter
Anus
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada hemoroid
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

8. Pemeriksaan Muskuloskeletal
5 5 Keterangan : 5 = gerakan penuh, mampu melawan grafitasi
5 5 mampu menahan beban maksimal
ROM = gerakan penuh
ADL = 2, dibantu orang lain

9. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran GCS 4, 5, 6
Ketetangan :
4 = respon membuka mata spontan
5 = respon verbal orientasi baik
6 = respon motorik mengikuti perintah

14
2. Kesadaran Composmentis
3. Reflek patela +/+
4. Reflek pupil +/+

10. Pemeriksaan Status Mental


Pasien mampu bersosialisasi dengan lingkungan, orang lain, dan waktu
dengan baik.

1.1.11 PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIS


Pemeriksaan Hasil Normal
1. Natrium 135 135 -147
2. Kalium 4.16 3.5 -5
3. BUN 28 10 - 23
4. Creatinin L : 0.85 -1.3
2.95
P :0.6 -1.0
5. GDS 105 0.8-1.3

Hasil Pemeriksaan Patologi


1. didapatkan invasive keratinizing squamoush cell carcinoa, infiltratif luas
sampai dengan tepi-tepi bahan operasi
2. pada semua irisan didapatkan sel-sel ganas tersebut, dengan pembentukan
keratin pearl yang tersebar luas
3. sel-sel ganas sudah ada yang menyusup otot dinding buli-buli
kesimpulan
1. buli-buli operasi TUR Buli
2. invasive keratinizing squmous cell carcinoma, infiltratif luas sampai dengan
tepi-tepi bahan operasi
3. sel-sel ganas sudah ada yang menyusup ke otot dinding buli-buli.

1.1.12 PELAKSANAAN / TERAPI


1. Parasetamol Q 4 jam PO
2. PSP 10mg Qh
3. Biokukem 10 mg Qh
4. Dopamet 3x1 tab
5. Holoperidol 2x0,25 mg

1.1.13 HARAPAN KLIEN/KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN


PENYAKITNYA

15
Pasien berharap dapat segera sembuh dari penyakitnya dan dapat berkumpul
denga keluarga sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hati seperti biasa.

Kediri, 15 Oktober 2012


Tanda Tangan Mahasiswa,

(Mahasiswa Ani Salisanti)

16
ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Tn. P


UMUR : 55 Tahun
NO. REGISTER : 1208051
DATA GAYUT
KEMUNGKINAN
DATA OBYEKTIF MASALAH
PENYEBAB
DATA SUBYEKTIF
DS : Pasien mengatakan sakit Gangguan eliminasi Inkompeten outlet
saat kencing dan air urine kandung kemih sekunder
kencing yang keluar akibat CA Buli.
sedikit.
DO:- keadaan umum pasien
lemah
- BAK sering, hanya
Menetes
- Pasien nampak
menyeringai menahan
sakit.
- Membran mukosa
kering
- TD = 130/80 mmHg

17
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. P


UMUR : 55 Tahun
NO. REGISTER :1208051
NO TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL TANDA
. MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI TANGAN
1. 15 Oktober 2012 Gangguan eliminasi urine
berhubungan dengan inkopeten
outlet kandung kemih sekunder
akibat CA Buli yang ditandai
dengan pasien mengatakan
sakit saat kencing dan yang
keluar sedikit, keadaan umum
pasien lemah, mukosa kering,
BAK sering dan hanya
menetes, pasien nampak
menyeringai menahan sakit,
TD = 130/80 mmHg.

18
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA PASEIN : Tn. P
UMUR : 55 Tahun
NO. REGISTER : 1208051
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD
1. Gangguan eliminasi urine Setelah dilakuakn asuhan keperawatan 1. Observasi TTV. 1. Untuk mengetahui keadaan umum
berhubungan dengan inkopeten selama 2 x 24 jam, diharapkan pasien pasien.
outlet kandung kemih sekunder dapat mengosongkan kandung 2. Observasi pengeluaran urine tiap 2. Mengetahui perkembangan
akibat CA Buli yang ditandai kemihnya secara adekuat dengan hari. pengosongan bleder yang adekuat.
dengan pasien mengatakan sakit kriteria hasil : 3. Memulihkan self esteem / 3. Tidak memicu penumpukan urine
saat kencing dan yang keluar 1. Pasien mampu mengeluarkan air mencegah tekanan emosional. pada bledr akibat gangguan
sedikit, keadaan umum pasien maninya secara normal. psikologis.
lemah, mukosa kering, BAK 2. Rasa sakit berkurang 4. Beri pengetahuan pasien untuk 4. Mencegah terjadi tekanan pada
sering dan hanya menetes, pasien 3. Pengeluaran urine normal. sedikit minum. bleder yang menimbulkan rasa
nampak menyeringai menahan 5. Kolaborasi dengan ahli gizi sakit.
sakit, TD = 130/80 mmHg. peberian diit lunak. 5. Mempercepat proses pemulihan.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam 6. Memeberi asupan nutrisi yang
pemberian obat sesuai advice . cukup.

19
TINDAKAN KEPERAWTAN

NAMA PASIEN : Tn. P


UMUR : 55 Tahun
NO. REGISTER : 1208051
NO NO. TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD
. DX
1. 1 15 Oktober 2012
08.00 1. Observasi TTV
S = 36,5 oC
P = 82 x/menit
N = 24 x/menit
TD = 140/90 mmHg
2. BAK sering dan terasa menetes
3. Menghindari tekanan emosional
4. Beri HE untuk sedikit minum
10.00 5. Memberi obat
- Parasetamol Q 4 jam PO
- Biokulem tid
- Noxetim 10 mg Qh
- Dopamet 3 x ½ tablet
- Haloperidol 2 x 0,25 mg

2. 16 Oktober 2012 1. Observasi TTV


08.00 S = 36,2 oC
P = 80 x/menit
N = 24 x/menit
TD = 130/80 mmHg
12.00 2. Mengukur intake dan output
urine
3. Memberikan makanan diit lunak
dan sedikit minum
4. Memberi obat
- Biokulkem
- Noxetim 10 mg
- IV aminofluid Q 12 jam

CATATAN PERKEMBANGAN

20
NAMA PASIEN : Tn. P
UMUR : 55 Tahun
NO. REGISTER : 1208051
NO. NO. DX JAM EVALUASI
1. 1. 15 Oktober 2012
12.00 S : Pasien mengatakan sakit kencing.
O : - keadaan umum lemah
- BAK sering dan menetes
- TD =170/100 mmHg
- Pasien nampak menahan sakit
A : Gangguan eliminasi urine belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Observasi dilanjutkan.
2. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat

2. 16 Oktober 2012
12.00 S : Pasien mengatakan kencing masih sakit dan
menetes
O : - keadaan umum lemah.
- Hanya berhubungan ditempat tidur
- Menahan sakitnya
- TD = 130/80 mmHg
- BAK sering, BAB berkurang
A : Gangguan eliminasi belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
- Observasi pengeluaran urine
- Pemberian lingkungan yang nyaman
- Kolaborasi dengan dokter

21
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10.
Halaman 502-503. Jakarta: EGC.

Hidayat. A. Aziz Alimul.2009. pengantar Dasra Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan Buku 2. Hlaman 79-103. Jakarta:
Salemba Medika

22

Anda mungkin juga menyukai