Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA

GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

INKONTINENSIA
URIN
PENDAHULUAN
 Lansia adalah seseorang yang mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial,
perubahan ini akan memberikan pengaruh pada
seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatanya,
 Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual.
INKONTINENSIA URIN
 adalah pengeluaran urin tanpa disadari
dalam jumlah dan frekuensi yang cukup,
sehingga berakibat timbulnya masalah
gangguan kesehatan, sosial, psikologi, fisik
dan seksual.
 Inkontinensia urin merupakan keluhan
utama yang seringkali kita temukan pada
orang usia lanjut.
inkontinensia urine merupakan eliminasi
urine dari kandung kemih yang tidak
terkendali atau terjadi di luar keinginan.
inkontinensia urine adalah
ketidakmampuan menahan air kencing.
gangguan ini lebih sering terjadi pada
wanita yang pernah melahirkan daripada
yang belum pernah melahirkan.
Klasifikasi
Inkontinensia Urgensi
 adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada peringatan ingin
melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang berlebihan atau
kontraksi kandung kemih yang tidak terkontroL.

Inkontinensia Tekanan
 adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas yang meningkatkan
tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersin, tertawa dan mengangkat
beban berat adalah aktivitas yang dapat menyebabkan inkontinensia urine.

Inkontinensia Aliran Yang Berlebihan ( Over Flow Inkontinensia )

 terjadi jika retensi menyebabkan kandung kemih terlalu penuh dan


sebagian terlepas secara tidak terkontrol, hal ini pada umumnya disebabkan
oleh neurogenik bladder atau obstruksi bagian luar kandung kemih.
Etiologi
 melemahnya otot dasar panggul akibat
kehamilan berkali-kali
 kebiasaan mengejan yang salah,
 batuk kronis. Ini mengakibatkan seseorang
tidak dapat menahan air seni.
 Selain itu, adanya kontraksi (gerakan) abnormal
dari dinding kandung kemih, sehingga
walaupun kandung kemih baru terisi sedikit,
sudah menimbulkan rasa ingin berkemih
Epidemiologi
 Diperkirakan prevalensi inkontinensia urin
berkisar antara 15–30% usia lanjut di masyarakat
dan 20-30% pasien geriatri yang dirawat di
rumah sakit mengalami inkontinensia urin, dan
kemungkinan bertambah berat inkontinensia
urinnya 25-30% saat berumur 65-74 tahun.
Patofisiologi
 Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai
manifestasi, antara lain fungsi sfingter yang terganggu
menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau bersin.
 Bisa juga disebabkan oleh kelainan di sekeliling daerah
saluran kencing. Fungsi otak besar yang terganggu dan
mengakibatkan kontraksi kandung kemih. Terjadi
hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung
kemih, urine banyak dalam kandung kemih sampai
kapasitas berlebihan. Inkontinensia urine dapat timbul
akibat hiperrefleksia detrusor pada lesi suprapons dan
suprasakral. Ini sering dihubungkan dengan frekuensi dan
bila jaras sensorik masih utuh, akan timbul sensasi urgensi
Manifestasi klinik
○ Inkontinensia stres: keluarnya urin selama batuk,
mengedan, dan sebagainya. Gejala- gejala ini sangat
spesifik untuk inkontinensia stres.
○ Inkontinensia urgensi: ketidakmampuan menahan
keluarnya urin dengan gambaran seringnya terburu-buru
untuk berkemih.
○ Gejala infeksi urine (frekuensi, disuria, nokturia),
obstruksi (pancara lemah, menetes), trauma (termasuk
pembedahan, misalnya reseksi abdominoperineal), fistula
(menetes terus- menerus), penyakit neurologis (disfungsi
seksual atau usus besar) atau penyakit sistemik (misalnya
diabetes) dapat menunjukkan penyakit yang mendasari.
Terapi
Therapi non farmakologi
 Melakukan latihan menahan kemih
 Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan sesuai
dengan kebiasaan lansia.
 Melakukan latihan otot dasar panggul

Terapi farmakologi

Obat - obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah
antikolinergik seperti Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine, flavoxate,
Imipramine.

Pada inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu
pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra.

Pada sfingter relax diberikan kolinergik agonis seperti Bethanechol atau
alfakolinergik antagonis seperti prazosin untuk stimulasi kontraksi, dan
terapi diberikan secara singkat
Konsep asuhan keperawatan pada paien lansia
dengan gangguan inkontinensia urin

Pengkajian
○ Identitas Klien
 Inkontinensia pada umumnya biasanya
sering atau cenderung terjadi pada lansia
(usia ke atas 65 tahun), dengan jenis
kelamin perempuan, tetapi tidak menutup
kemungkinan lansia laki-laki juga
beresiko mengalaminya.
○Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Sekarang


 Meliputi gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang dirasakan saat
ini. Berapakah frekuensi inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang
mendahului inkonteninsia (stres, ketakutan, tertawa, gerakan), masukan
cairan, usia/kondisi fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah cairan berkenaan
dengan waktu miksi. Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin
berkemih sebelum terjadi inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan.

Riwayat Kesehatan Keluarga


 Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa
dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan,
penyakit ginjal bawaan/bukan bawaan.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
 Klien tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi peningkatan karena
respon dari terjadinya inkontinensia.
- Inspeksi: Adanya kemerahan, iritasi / lecet dan
bengkak pada daerah perineal. Adanya benjolan atau
tumor spinal cord Adanya obesitas atau kurang gerak.
- Palpasi: Adanya distensi kandung kemih atau nyeri
tekan Teraba benjolan tumor daerah spinal cord
- Perkusi: Terdengar suara redup pada daerah kandung
kemih
Diagnosa keperawatan
○ Inkontinensia uri fungsional berhubungan dengan
kelemahan struktur panggul
  
○ Resiko infeksi berhubungan dengan kurang
pengetahuan
  
○ Hambatan rasa nyaman berhubungan dengan
gejela terkait penyakit
N
o Diagno SL SI
sa KI KI
1 Inkontinensia uri Kontinensia urin Latihan kebiasaan berkemih :
fungsional berhubungan Setelah di berikan intervensi 1. Simpan catatan spesifikasi penahan
dengan kelemahan kontinensia uri klien dapat selama 3 hari untuk membentuk pola
struktur panggul melakukan : pengosongan kandung kemih
1. Mengenali keinginan untuk 2. Tetapkan interval jadwal toilet awal
berkemih 3. Tetapkan interval toileting dan
2. Menjaga pola berkemih yang sebaiknya tidak kurang dari 2 jam
teratur 4. Gunakan kekuatan sugesti
3. Respon berkemih sudah tepat 5. Diskusikan pencatatan harian
waktu mengenai inkontinensia terhadap
4. Berkemih pada tempat yang tepat pasien
6. Libatkan kluarga
dalampendampingan pasien

2 gangguan rasa nyaman Setelah di berikan intervensi status Pengurangan kecemasan


berhubungan dengan gejela kenyaman (fisik) klien dapat 1. Gunakan pendektan yang tenang dan
terkait penyakit melakukan : menyakinkan
1. Kontrol terhadap gejala 2. Jelskan semua prosedur termasuk
2. Relaksasi otot sensasi yang akan diarakan
3. Intake cairan 3. Doron klarga untuk sealu
mendampingi klien
•Kesimpulan
Inkontinensia urin merupakan eliminasi urin dari
kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi
diluar keinginan. Inkontinensia urin dapat disebabkan
oleh cerebral clouding, infeksi, gangguan jalur dari
saraf pusat (lesi korteks), lesi neuron atas, lesi motor
neuron bawah, dan kerusakan jaringan.
Inkontinensia urin dapat ditangani dengan
beberapa cara, diantaranya adalah: katerisasi,
medkasi, pengaturan diet, terapi prilaku, dan latihan
otot panggul.

Anda mungkin juga menyukai