Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN POST NATAL CARE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktek Profesi Ners
Stase Keperawatan Maternitas

NAMA :
DJATI AJI NURBIANTORO
NIM : 20317034
Pembimbing :
Ns. Febi Ratnasari., S.Kep, M.Kep

PROGRAM STUDY PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)YATSI TANGERANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A.  KONSEP DASAR MEDIS
1.      Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal
sebelum hamil (Bobak,2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh
alat genetal baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3
bulan (Ilmu kebidanan, 2007).
Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika
alat-alat reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara F. Weller,2005).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang
dari 24 jam (Saifuddin,2002).
Post partum adalah masa pulih kembali dari persalinan sampai alat-alat
kandung kembali seperti sebelum hamil, lama massa nifas yaitu 6-8 minggu
(Rustam,1991)
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa
setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali
seperti semula tanpa adanya komplikasi.
2.      Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a.       Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-
jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b.      Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c.       Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

3.      Adaptasi Fisiologi


a.      Perubahan fisik
1)      Involusi
a)      Uterus
Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setengah pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750
1 minggu Pertengahan pusat sym 500
2 minggu Tidak teraba diatas sym 350
6 minggu Bertambah kecil 50
8 minggu Sebesar normal 30
b)      Placenta Bed
Ø Mengecil dan menonjol
Ø Kearah kavum uteri
c)      Jalan lahir
Ø Luka sembuh dalam 6-7 hari bila tanpa infeksi
d)     Abdomen
Ø Mulas (after pain) kontraksi selama + 2-4 post partum
e)      Pengeluaran
Ø L. Rubra (0-2 hari) warna merah (darah segar yang bercampur sisa selaput ketuban,
sel desidua, sisa vemuk, kaseosa, lanugo mekonium)
Ø L. Sangirdenta (3-7 hari) warna merah kuning (terdiri dari darah campur lendir)
Ø L. Serosa (7-14 hari) berwarna kuning
Ø L. Alba (14 hari – 6 minggu) hanya berupa cairan putih
f)       Servik
Ø Agar menganga seperti corong
Ø Merah kehitaman seperti corong
Ø Konsistensi lunak, kadang terdapat luka kecil
g)      Ligamen
Ø Ligament, fasia, diafragma pelvis menciut dan pulih kembali
h)      Vagina
Ø Laserasi, vugae baru ada setelah tiga minggu
i)        Muskulus
Ø Tonus otot berkurang
Ø Diastaks rektus abdominalis
Ø Sesasi ekstremitas bawah berkurang
j)        Perkemihan
Ø Diuresisi meningkat dalam 24 jam pertama
Ø Hematuria
k)      Sisa endokirn
Ø Penurunan estrogen, prgesteron setelah placenta lahir
Ø Polaktin meningkat laktasi
Ø Non laktasi, prolaktin menurun estrogen meningkat, fase folikular 3 minggu PP  dan
haid 12 minggu kemudian
Ø Laktasi, haid minggu ke-36 (anovulatory)
l)        Sistem pencernaan
Ø Motiltias usus menurun
Ø Kekurangan cairan
Ø Tidak usaman
m)    Sistem cardiovaskuler
Ø Bradikardi  : 50-70 x.mnt
Ø Takikardi
Ø Diaporesis dan menggigil
Ø Pembekuan darah menigkat
2)      Proses Laktasi
a)      Perubahan pada kelenjar mamae
b)      Poliferasi jaringan
c)      Pengeluaran clolstrum
d)     Hipervaskularisas
e)      Hormon prlaktim ber tambah

4.      Adaptasi Psikologis


Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa
transisi. Masa transisi pada post partum yang harus diperhatikan perawat adalah :
a.    “Honeymoon” adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara
ibu, ayah, anak. Kala ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang
memerlukan hal-hal romantis masing-masing saling memperhatikan anaknya dan
menciptakan hubungan yang baru.
b.    Bonding Attachment atau ikatan kasih. Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan.
“Bonding” adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan antara ibu dan anak.
Sedangkan “attachment” adalah suatu keterikatan antara orang tua dan anak. Peran
perawat penting sekali untuk memikirkan bagaimana hal tersebut dapat terlaksana.
Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan ikatan kasih tersebut.
Perubahan fisiologis pada klien post partum akan dikuti oleh perubahan
psikologis secara simultan sehingga klien harus beradaptasi secara menyeluruh.
Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah melahirkan
adalah:
 ”TAKING IN”
Suatu periode dimana ibu hanya berorientasi pada kebutuhan diri sendiri,
tingkah laku klien pasif dengan berdiam diri, tergantung pada orang lain. Ibu belum
mempunyai inisiatif untuk kontak dengan bayinya. Dia sangat membutuhkan orang
lain untuk membantu, kebutuhannya yang utama adalah istirahat dan makan. Selain
itu ibu mulai menerima pengalamannya dalam melahirkan dan menyadari bahwa hal
tersebut adalah nyata. Periode ini berlangsung 1 - 2 hari.
Menurut Gottible, pada fase ini ibu akan mengalami “proses
mengetahui/menemukan “ yang terdiri dari :
-             Identifikasi
Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari fisik bayi, gambaran tubuhnya untuk
menyesuaikan dengan yang diharapkan atau diimpikan.
-             Relating (menghubungkan)
Ibu menggambarkan anaknya mirip dengan anggota keluarga yang lain.
-             Menginterpretasikan
Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan. Pada fase
ini dikenal dengan istilah “ fingertip touch”
 “TAKING HOLD”
Periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan ketergantungan ke keadaan
mandiri. Perlahan-lahan tingkat energi klien meningkat merasa lebih nyaman dan
mulai berfokus pada bayi yang dilahirkan. Klien lebih mandiri, dan pada akhirnya
mempunyai inisiatif untuk merawat dirinya, mampu untuk mengontrol fungsi tubuh,
fungsi eliminasi dan memperhatikan aktifitas yang dilakukannya setiap hari.
Jika ibu merawat bayinya, maka ia harus memperhatikan kualitas dan
kuantitas dari produksi ASI. Selain itu, ibu seharusnya tidak hanya mengungkapkan
keinginannya saja akan tetapi harus melakukan hal tersebut, misalnya keinginan
berjalan, duduk, bergerak seperti sebelum melahirkan. Disini juga klien sangat
antusias merawat bayinya. Pada fase ini merupakan saat yang tepat untuk
memberikan pendidikan perawatan diri dan bayinya.
Pada saat ini perawat mutlak memberikan semua tindakan keperawatan seperti
halnya menghadapi kesiapan ibu menerima bayi, petunjuk-petunjuk yang harus
diikuti tentang bagaimana cara mengungkapkan dan bagaimana mengaturnya.
Perawat harus berhati-hati dalam memberikan instruksi dan tidak memaksakan
kehendaknya sendiri.
Apabila klien merasa tidak mampu berbuat seperti yang diperbuat oleh
perawat, maka perawat harus membantu ibu dalam melaksanakan kegiatan / tugas
yang telah didemonstrasikan dan memberi pujian untuk setiap tindakan yang tepat.
Bila ibu sudah merasakan lebih nyaman, maka ibu sudah masuk dalam tahap
ke- 2 “ maternal touch”, yaitu “total hand contact” dan akhirnya pada tahap ke- 3
yang disebut “ enfolding”. Dan periode ini berlangsung selama 10 hari.
“LETTING GO”
Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri dan mulai disibukan
oleh tanggung jawabnya sebagai ibu. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali
ke rumah.
“POST PARTUM BLUES”
Pada periode ini terjadi perubahan hormone estrogen dan progesterone yang
menurun, selain itu ibu tidak siap dengan tugas-tugas yang harus dihadapinya.
Gejala: menangis, mudah tersinggung, gangguan nafsu makan, gangguan pola
tidur, cemas. Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan ibu tidak mampu
menyesuaikan diri, maka akan menjadi serius yang dikenal sebagai POST PARTUM
DEPRESI.
c.    Adaptasi psikologis ayah
Respon ayah pada masa sesudah kelahiran tergantung keterlibatannya selama proses
persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingin selalu dekat dengan isteri dan
anaknya.
d.   Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan
hubungan dalam keluarga tersebut, misalnya anak yang lebih besar menjadi kakak,
orang tua menjadi kakek / nenek, suami dan isteri harus saling membagi perhatian.
Bila banyak anggota yang membantu merawat bayi, maka keadaan tidaklah sesulit
dengan tidak ada yang membantu, sementara klien harus ikut aktif melibatkan diri
dalam merawat bayi dan membantu rumah tangga.

5.      Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti
atau jelas terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) :
a.    Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
ketentraman otot rahim.
b.   Penurunan kadar progesterone
Pada akhir kehamilan kadar oxytocinbertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot
rahim.
c.    Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
d.   Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh
karena itu pada enencephalus kehamilan sering lebih lama dan biasa.
e.    Teori prostaglandin
Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan.

6.      Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi
dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari
kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks
ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-
sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen
dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu
setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.

7.      Manifestasi Klinis


Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan
(preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
a.    Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
b.    Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c.    Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terbawa janin.
d.   Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang
disebut “false labor pains”.
e.    Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa
bercampur darah (bloody shoe).
8.      Komplikasi Post Partum
a.    Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc
dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH,
1998).Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1)   Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2)   Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan
komplikasi perdarahan post partum :

1)   Menghentikan perdarahan.


2)   Mencegah timbulnya syok.
3)   Mengganti darah yang hilang.
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:

1)   Atonia Uteri


2)   Retensi Plasenta
3)   Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4)   Trauma jalan lahir
- Episiotomi yang lebar

- Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim

- Rupture uteri

5) Penyakit darah

Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.


b.   Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang - biaknya mikroorganisme
dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain
Iskandar, 1998).
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah
infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau
persalinan (Bobak, 2004).
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun
saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam
tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri,
seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1)   Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya
eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2)   Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat.Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun
kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3)   Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas
pada perineum, vulva, dan endometriurn.Kuman ini merupakan sebab penting dari
infeksi traktus urinarius.
4)   Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya.
Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh
dukun dari luar rumah sakit.
c.    Klien post partum komplikasi penyakit blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby
blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak
dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung
akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang
waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak
nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang
berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini
belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya
postpartum blues, antara lain:
1) Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek
supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi.

2) Faktor demografi yaitu umur dan paritas.

3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

4) Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan,


kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial
ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan
teman).

5) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.


9.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
-   Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
-   Keadaan umum: TTV, selera makan dll
-   Payudara: air susu, putting
-   Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
-   Sekres yang keluar atau lochea
-   Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
-   Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
-   Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

10.  Penatalaksanaan
a.    Penatalaksanaan Medis
1)   Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2)   6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
3)   Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian
informasi tentang senam nifas.
4)   Hari ke-2 : mulai latihan duduk
5)   Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Buku KIE Program KB


Nasional. BKKBN Provinsi Jawa Timur: t.p., 2010.
BPPKB Provinsi Jawa Timur. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi,
Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2013.
Depkes (2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID
Depkes RI.2012. Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012.
(Online).Tersedia : http://www.depkes.go.id. 13 November 2013
Gary dkk. (2009). Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC.
Indrawan, WS. 2003. Kamus Bahasa Indonesia. Jombang : Lintas Media
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini.
Jakarta : JNPK
Mc Closky & Bulechek. (2013). Nursing Intervention Classification
(NIC). United States of America: Mosby.
Meidian, JM. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States
of America: Mosby.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Nurul, Azizah. (2017). Efektifitas teknik meneran terhadap pencegahan ruptur
perineum spontan pada ibu bersalin primigravida di BPM Sidoarjo
Prawiroharjo, S. 2008. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka   
Rohani, dkk. 2011. Asuhan kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta :
Salemba Medika
Setiono, Wiwing. (2014). Laporan pendahuluan persalinan normal. Dimuat
dalam http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-
pendahuluan-persalinan-normal.html#.U_h8ZMWSw0o (Diakses
tanggal 24 Agustus 2014).
Susanti, Ni Nengah. (2009). Asuhan Keperawatan Ibu Intranatal : Buku Saku
Praktik. Jakarta : EGC.  
Wiknjosostro. (2008). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima
pustaka Sarwana Prawirohardjo.
Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi Dan Indikator Diagnostik. Jakarta. Dewan
pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta. Dewan pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta. Dewan pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai