Disusun Oleh :
Kelompok 7
PALANGKA RAYA
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Manfaat...............................................................................................................
1.3 Tujuan.................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................56
3.2 Saran.................................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57
ii
BAB I
PENDAHULUAN
kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh
aspek kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu
mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama
dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan. seseorang dikatakan lanjut
usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
individual.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1
BAB II
PEMBAHASAN
kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh
aspek kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh
terjadi pada wanita yang pernah melahirkan daripada yang belum pernah
2
secara tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga dapat
b. Klasifikasi
terkontrol.
inkontinensia urine.
c. Etiologi
seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi
3
berkemih. Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain terkait
ke toilet.
d. Epidemiologi
tahun.
e. Patofisiologi
bocor bila batuk atau bersin. Bisa juga disebabkan oleh kelainan di
f. Manifestasi klinik
4
1. Inkontinensia stres: keluarnya urin selama batuk, mengedan, dan
inkontinensia stres.
g. Terapi
saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi, dan lain-lain. Adapun terapi
5
2) Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah
b. Terapi farmakologi
6
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas klien dan penanggung jawab
a. Identitas klien
Nama : Ny. W
Tempat/Tanggal lahir : Solo, 12 Mei 1956
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jalan Merdeka No. 5
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
7
Klien mengatakan BAK terus-menerus, tidak bisa menahannya
sehingga mengompol.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang kerumah sakit dengan keluhan BAK terus menerus
dengan frekuensi lebih dari 10 kali dalam sehari. Klien tidak bisa
menahan kencingnya untuk pergi ke toilet sampai klien mengompol.
Klien mengaku mengurangi minum dan menahan rasa haus.
c. Riwayat penyakit keluarga
Anak klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit seperti itu sebelumnya dan tidak ada penyakit
keturunan.
d. Riwayat psikologi
Klien merasa malu jika keluar rumah karena sering mengompol dan
bau kencingnya sangat menyengat.
e. Riwayat kehamilan
Klien memiliki 2 orang anak dan tidal pernah mengalami keguguran.
8
Eliminasi √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
2) Saat sakit
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan peralatan
4 : Ketergantungan / tidak mampu
c. Pola istirahat dan tidur
1) Sebelum sakit
a) Klien mengatakan tidur siang ±2 jam dari jam 13.00-15.00
WIB
9
b) Klien mengatakan tidur malam ±8 jam dari jam 21.00-05.00
WIB
2) Saat sakit
a) Klien mengatakan tidur siang ±2 jam dari jam 13.00-15.00
WIB
b) Klien mengatakan tidur malam ±8 jam dari jam 21.00-05.00
WIB
d. Pola nutrisi dan metabolik
1) Sebelum sakit
a) Klien mengatakan makan 3 x 1 sehari dengan menu nasi dan
lauk, habis 1 porsi
b) Klien mengatakan minum 7 – 8 gelas sehari
2) Saat sakit
a) Klien mengatakan makan 3 x 1 sehari dengan menu nasi dan
lauk, habis 1 porsi
b) Klien mengatakan minum 4 – 5 gelas sehari
e. Pola eliminasi
1) Sebelum sakit
a) Klien mengatakan BAB normal 1 kali sehari konsisten padat,
bau khas dan warna kecoklatan.
b) Klien mengatakan BAK ± 2 – 6 kali sehari, warnanya kuning
bening
2) Saat sakit
a) Klien mengatakan BAB normal 1 kali sehari konsisten padat,
bau khas dan warna kecoklatan.
b) Klien mengatakan BAK ± 9 – 10 kali sehari, warnanya
kuning keruh dan bau urin menyengat.
f. Pola toleransi - koping
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari-hari
(menjahit).
2) Saat sakit
10
Klien mengatakan merasa malu jika keluar rumah karena sering
mengompol dan bau kencingnya sangat menyengat.
g. Pola hubungan peran
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan bisa berkumpul berbincang dengan keluarga
dan tetangganya dan menjahit.
2) Saat sakit
Klien mengatakan merasa malu untuk berkumpul berbincang
dengan tetanggannya dan sudah tidak bisa menjahit lagi.
h. Pola nilai dan keyakinan
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan bahwa ia beribadah 5 waktu sehari.
2) Saat sakit
Klien mengatakan dapat beribadah 5 waktu sehari dan berdoa
meminta kesembuhan oleh ALLAH untuk sabar dan pasrah akan
kesembuhannya.
4. Pengkajian fisik
a. Penampakan umum
Keadaan umum Klien tampak sakit sedang, klien tampak
lemas.
Kesadaran Composmentis
BB 71 kg TB : 155 cm
TD:160/90mmHg Suhu:370C RR:19x/ Nadi:90x/
menit menit
b. Kepala dan leher
1) Rambut
a) Inspeksi
Rambut klien tampak bersih, berwarna hitam dan putih dan
potongan rambut pendek
b) Palpasi
11
Rambut klien tampak bersih, lembut dan tidak ada nyeri
tekan.
2) Mata
a) Inspeksi
Bentuk mata simetris antara kanan dan kiri dan konjungtiva
pucat pandangan kabur dan berkunang-kunang.
b) Palpasi
Tidak ada pembengkakan pada mata.
3) Telinga
a) Inspeksi
Bentuk dan posisi telinga simetris, tidak ada cairan yang
keluar seperti nanah atau darah.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada telinga.
4) Hidung
a) Inspeksi
Bentuk dan posisi hidung simetris, tidak ada pendarahan dan
tanda – tanda infeksi.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada hidung.
5) Mulut
a) Inspeksi
Bentuk mulut simetris, lidahnya berwarna putih dan mukosa
bibir kering.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada bagian bibir.
6) Leher
a) Inspeksi
Pada leher terlihat normal dengan gerakan ke kanan dan ke
kiri.
b) Palpasi
12
Tidak ada nyeri tekan pada leher.
7) Dada
a) Inspeksi
Bentuk dada simetris antara kanan dan kiri.
b) Palpasi
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
c) Perkusi
Tidak ada masalah.
d) Auskultrasi
Bunyi jantung normal.
8) Jantung
a) Inspeksi
Jantung tidak nampak dari luar.
b) Palpasi
Terjadi palpitasi jantung.
c) Perkusi
Tidak dilakukan pemeriksaan.
d) Aukultrasi
Detak jantung takikardi 90x/menit.
9) Abdomen
a) Inspeksi
Tampak simetris, tidak nampak lesi, bersih.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak ada pembesaran
hepar.
c) Perkusi
Tidak flatulen.
d) Auskultrasi
Terdengar suara bising usus.
10) Inguinal dan genetalia
a) Inspeksi
Tidak tampak adanya pembengkakan.
13
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan.
11) Ekstrimitas
a) Inspeksi
Bagian atas dan bawah tampak simetris, tidak ada deformitas,
pergerakan normal.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada ekstrimitas atas dan bawah.
c) Kekuatan otot
5 5
5 5
Keterangan :
0 : otot tak mampu bergerak.
1 : jika otot ditekan masih terasa ada kontraksi.
2 : dapat menggerakan otot/bagian yang lemah sesuai
perintah.
3 : dapat menggerakan otot dengan tahanan.
4 : dapat bergerak dengan melawan hambatan yang ringan.
5 : bebas bergerak dan dapat melawan hambatan.
14
B. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
15
1. DS : Kegagalan mekanisme Kekurangan
- Klien mengatakan regulasi volume cairan
mengurangi
minum.
- Klien mengatakan
sering merasa
haus.
DO :
- Membran mukosa
kering.
- Turgor kulit
kering.
- TTV :
- TD : 160/90
mmHg.
- N : 90x/menit.
- RR :
19x/menit.
- S : 37°C.
- BB 71kg
- Frekuensi minum
4-5 gelas dalam
sehari.
16
2. DS : Gangguan fungsi Inkontinensia
- Klien mengatakan kognisi urinarius
kencing sebanyak fungsional
lebih dari 10 kali
dalam sehari.
- Klien mengatakan
bahwa dirinya
tidak bisa
menahan kencing
untuk sampai ke
toilet.
DO :
- Klien sering
mengompol.
17
3. DS : Gangguan turgor kulit Kerusakan
- Klien mengatakan integritas kulit
perih di daerah
perinealnya.
DO :
- Tampak
kemerahan di
area perineal.
- Turgor kulit
kering.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme
regulasi.
2. Inkontinensia urinarius fungsional berhubungan dengan gangguan fungsi
kognitif.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras oleh urine.
18
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
. keperawatan
1. Kekurangan Setelah dilakukan Jaga intake/asupan yang
volume asuhan keperawatan akurat dan catat output.
cairan selama 1x24 jam klien
berhubungan mampu menunjukan Monitor status hidrasi
dengan hidrasi yang adekuat, (misalnya : membran
kegagalan dengan kriteria : mukosa lembab,denyut
mekanisme 1. Keseimbangan nadi adekuat, dan
regulasi intake dan output tekanan darah ortostatik.
dalam 24 jam.
2. Turgor kulit elastis. Monitor tanda tanda vital
3. Kelembapan pasien.
membran mukosa.
4. TTV stabil. Monitor makanan/cairan
yang dikonsumsi dan
hitung asupan kalori
harian.
Distribusikan asupan
cairan salama 24 jam.
19
minum minimal 1500 cc
air per hari.
20
Dx
23-09-19 1. 1. Menjaga intake/asupan S :
(07.00 yang akurat dan catat - Klien mengatakan
s/d 14.00 output. mengurangi minum.
WIB) - Respon : Klien - Klien mengatakan
mengatakan masih sering merasa haus.
sering merasakan haus
karena intake dibatasi. O:
2. Memonitor status hidrasi - Membran mukosa
(misalnya : membran kering.
mukosa lembab,denyut - Turgor kulit kering.
nadi adekuat, dan tekanan - TTV :
darah ortostatik. - TD : 160/90
- Respon : mmHg
- Membran mukosa - N : 90x/menit.
tampak kering. - RR : 19x/menit.
- Turgor kulit tidak - S : 37°C.
elastis. - BB 71 kg
3. Memonitor tanda tanda - Frekuensi minum 4-
vital pasien. 5 gelas dalam sehari.
- Respon :
- TD : 160/90 A :
mmHg. Masalah belum teratasi.
- N : 90x/menit.
- RR : 19x/menit. P:
pasien. output.
21
sering mengeluh haus. membran mukosa
lembab,denyut nadi
adekuat, dan tekanan
darah ortostatik.
- Memonitor tanda
tanda vital pasien.
- Berkolaborasi
dengan keluarga
untuk mengawasi
asupan cairan pasien.
24-09-19 2. 1. Menjaga privasi klien S :
(07.00 saat berkemih. - Klien mengatakan
s/d 14.00 - Respon : Pasien tampak frekuensi pipis masih
WIB) lebih nyaman saat 10x dalam sehari.
sedang berkemih dan - Klien mengatakan
tidak merasa bahwa dirinya masih
malu/terganggu dengan belum bisa menahan
orang di sekitar. pipis untuk sampai
2. Memodifikasi pakaian ke toilet.
dan lingkungan untuk
mempermudah akses ke O :
toilet. - Tampak masih
- Respon : Klien sudah mengompol.
terlihat lebih mudah
saat akan berkemih. A:
Masalah belum teratasi.
3. Membatasi intake cairan P :
2-3 jam sebelum tidur. Intervensi dilanjutkan :
- Respon : Klien masih - Memodifikasi
terlihat mengompol pakaian dan
tetapi dalam jumlah lingkungan untuk
yang sedikit/jarang. mempermudah akses
22
4. Menginstruksikan klien ke toilet.
untuk minum minimal - Membatasi intake
1500 cc air per hari. cairan 2-3 jam
- Respon : Klien sebelum tidur.
mengatakan/tampak
tidak mengalami
dehidrasi karena output
berlebih.
25-09-19 3. 1. Membantu pasien S :
(07.00 membersihkan perineum. - Klien mengatakan
s/d 14.00 - Respon : Pasien terlihat perih pada area
WIB) lebih nyaman jika perinealnya.
perenieumnya bersih.
2. Menjaga agar area O :
perineum tetap kering. - Terdapat lecet di
- Respon : Pasien tampak area perineal.
sangat memperhatikan
perenieumnya agar A :
tidak lembab/basah. Masalah belum teratasi.
3. Membersihkan area
perineum secara teratur. P:
nyaman. - Membersihkan
posisi. nyaman.
5. Memberikan lotion
23
perlindungan yang tepat
(misalnya : zink oksida,
petrolatum).
- Respon : Pasien tampak
tidak khawatir lagi
dengan keadaan
pereniumnya setelah
diberikan lotion.
24
A. Anatomi Dan Fisiologi
1. Anatomi
Anatomi Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang
memberi bentuk pada tubuh. Skelet atau kerangka adalah rangkaian
tulang yang mendukung dan melindungi organ lunak, terutama dalam
tengkorak dan panggul. Tulang membentuk rangka penunjang dan
pelindung bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang
menggerakan kerangka tubuh. Tulang juga merupakan tempat primer
untuk menyimpan dan mengatur kalsiumdan fosfat (Price dan Wilson,
2006).
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh
dan tempat untuk melekatnya otot- otot yang menggerakan kerangka
tubuh. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan
mengatur kalsium dan fhosfat. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas
206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan
darah.
Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama
garam- garam kalsium ) yang membuat tulang keras dan kaku. tetapi
sepertiga dari bahan tersebut adalah fibrosa yang membuatnya kuat
dan elastis (Price dan Wilson, 2006). Tulang ekstrimitas bawah atau
anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan perantara
gelang panggul terdiri dari 31 pasang antra lain: tulang koksa, tulang
femur, tibia, fibula, patella, tarsalia, meta tarsalia, dan falang (Price
dan Wilson, 2006).
a. Tulang Koksa (tulang pangkal paha) OS koksa turut membentuk
gelang panggul, letaknya disetiap sisi dan di depan bersatu dengan
simfisis pubis dan membentuk sebagian besar tulang pelvis.
b. Tulang Femur ( tulang paha) Merupakan tulang pipa dan terbesar
di dalam tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan
dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput
femoris, disebelah atas dan bawah dari kolumna femoris terdapat
taju yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor. Dibagian
25
ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan
yang disebut kondilus lateralis dan medialis. Diantara dua kondilus
ini terdapat lakukan tempat letaknya tulang tempurung lutut
(patella) yang di sebut dengan fosa kondilus.
c. Osteum tibialis dan fibularis (tulang kering dan tulang betis)
Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang
membentuk persendian lutut dengan OS femur, pada bagian
ujungnya terdapat tonjolan yang disebut OS maleolus lateralis atau
mata kaki luar. OS tibia bentuknya lebih kecil dari pada bagian
pangkal melekat pada OS fibula pada bagian ujung membentuk
persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang
disebut OS maleolus medialis. Agar lebih jelas berikut gambar
anatomi os tibia dan fibula.
d. Tulang tarsalia (tulang pangkal kaki) Dihubungkan dengan tungkai
bawah oleh sendi pergelangan kaki, terdiri dari tulang-tulang kecil
yang banyaknya 5 yaitu sendi talus, kalkaneus, navikular, osteum
kuboideum, kunaiformi.
e. Meta tarsalia (tulang telapak kaki) Terdiri dari tulang- tulang
pendek yang banyaknya 5 buah, yang masing-masing berhubungan
dengan tarsus dan falangus dengan perantara sendi.
f. Falangus (ruas jari kaki) Merupakan tulang-tulang pipa yang
pendek yang masing-masingterdiri dari 3 ruas kecuali ibu jari
banyaknya 2 ruas, pada metatarsalia bagian ibu jari terdapat dua
buah tulang kecil bentuknya bundar yang disebut tulang bijian
(osteum sesarnoid).
2. Fisiologi
Sistem musculoskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan peran
dalam pergerakan. Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon,
ligament, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan
struktur tersebut (Price dan Wilson, 2006). Tulang adalah suatu
jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel antara lain :
26
osteoblast, osteosit dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang
dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks
tulang dan jaringan osteoid melalui suatu proses yang di sebut
osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid ,
osteoblast mengsekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang
memegang peran penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat
kedalam matriks tulang, sebagian fosfatase alkali memasuki aliran
darah dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah
dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang
setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke
tulang.
Ostesit adalah sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteklas
adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat di absorbsi. Tidak seperti osteblas dan osteosit,
osteklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghsilkan enzim-enzim
proteolotik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang
melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke
dalam aliran darah. Secara umum fungsi tulang menurut Price dan
Wilson (2006) antara lain:
a. Sebagai kerangka tubuh.
Tulang sebagai kerangka yang menyokong dan memberi bentuk
tubuh.
b. Proteksi
Sistem musculoskeletal melindungi organ- organ penting, misalnya
otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-
paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang di bentuk
oleh tulangtulang kostae (iga).
c. Ambulasi dan Mobilisasi
Adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya pergerakan
tubuh dan perpindahan tempat, tulang memberikan suatu system
pengungkit yang di gerakan oleh otot- otot yang melekat pada
27
tulang tersebut ; sebagai suatu system pengungkit yang digerakan
oleh kerja otot- otot yang melekat padanya.
d. Deposit Mineral
Sebagai reservoir kalsium, fosfor,natrium,dan elemen- elemen lain.
Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor tubuh
e. Hemopoesis
Berperan dalam bentuk sel darah pada red marrow. Untuk
menghasilkan sel- sel darah merah dan putih dan trombosit dalam
sumsum merah tulang tertentu.
3. Proses penyembuhan tulang
a. Cedera tulang
Ketika fraktur tulang, pembuluh darah dalam tulang dan jaringan
lunak disekitarnya robek dan mulai berdarah, membentuk
hematoma. Jaringan tulang nekrotik yang berdekatan dengan
fraktur menyebabkan respon inflamasi yang intens yang ditandai
dengan vasodilatasi, pembentukan eksudat, dan migrasi sel darah
putih ke tempat fraktur.
28
garam mineral untuk membentuk massa spons tulang beranyam.
Trabekula tulang beranyam menjembatani fraktur. Osteoblast
bermigrasi ke tempat perbaikan dan mulai membentuk cadangan
tulang dalam kalus. Pembentukan kalus tulang biasanya
berlangsung selama 2 hingga 3 bulan.
d. Remodeling tulang
Osteoblast terus membentuk tulang beranyam baru, yang diatur
kedalam struktur lamela tulang padat. Osteoklas meresorpsi
kelebihan kalus karena digantikan dengan tulang matur.
Seiring dengan penyembuhan tulang dan terpajan pada stres
mekanik pada penggunaan setiap hari, osteoblas dan osteoklas
berespon dengan remodeling tempat perbaikan disepanjang garis
tekanan. Hal ini memastikan bahwa bagian tulang yang sembuh
pada akhirnya menyerupai struktur bagian yang tidak mengalami
cedera(Priscilla,2016)
29
1. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : Nenek Y
b. Umur : 03 April 1947, 68 tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Pedagang
f. Suku/bangsa : Indonesia
g. Status marital : -
h. Tanggal pengkj : 11 Desember 2017
i. Ruang : ruang 09
j. Alamat : Gonilan
2. Identitas Penanggungjawab
a. Nama : Ny. M
b. Umur : 34 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Hub. Dgn klien: Anak
g. Alamat : Gonilan
3. Status Kesehatan Saat Ini
Kesehatan saat ini tidak terlalu baik (tangan kanan klien tidak dapat
digerakan, pada kaki kanan klien terjadi deformitas tulang, dan pada
kaki kiri klien terdapat luka cedera), klien mengatakan kaki dan
tangan nya sakit dan sulit saat digerakkan.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluh kesakitan pada saat berjalan dan duduk akibat
cedera pada kakinya, kaki kiri klien terdapat sejumlah luka dan
balutan luka yang masih basah.
b. Kesehatan dahulu
Pasien memiliki riwayat terkena Diabetes Melitus (DM) dan
Hipertensi. Pasien mengalami kecelakaan beberapa tahun silam
c. Kesehatan keluarga
Keluarga mempunyai riwayat kesehatan dengan penyakit
hipertensi.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Tingkat kesadaran : Compos Mentis (Kesadaran penuh)
Penampilan : Rapi & bersih
30
Tanda vital
Tekanan Darah : 150/90mmHg
Nadi : 96 x/menit
Respiratory Rate : 20x/menit
Suhu : 36,80C
b. Kepala dan leher
Rambut : Tampak beruban
Kulit kepala : Tampak bersih
Bentuk kepala : Simetris, mesocepal
Bentuk leher : Simetris
c. Sistem respirasi
Inspeksi : Dada simetris, bernafas tanpa batuan otot
tambahan
Palpasi : Tidak ada pembesaran abnormal, ictus
cordis teraba
Perkusi : Suara paru kanan kiri sama dan seimbang
Auskultasi : Suara pekak, redup dan tanpa wheezing
d. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : Keadaan umum baik
Palpasi : Tidak ada pelebaran pembuluh darah, dan
tidak ada pembesaran jantung
Perkusi : Tidak ada suara redup, pekak dan lainnya
Auskultasi : Irama jantung teratur
e. Sistem gastrointestinal
Klien mengkonsumsi makanan yang disiapkan oleh anaknya.
Ditambah dengan konsumsi kopi. Klien mampu menghabiskan 1
porsi makan yang disediakan tanpa keluhan mual. Klien setelah
operasi membuatnya makan teratur. Klien makan 3x/hari dengan
snack 2x/hari dan tambahan susu, teh atau kopi sehingga klien
merasa badannya lebih gemuk. BB sekarang 56kg, keadaan gigi
klien sudah ompong, klien mengatakan tidak kesulitan menelan
dan mengunyah.
f. Sistem genitourinaria
Klien mengatakan biasa buang air kecil dikamar mandi, frekuensi
3-4x perhari, jumlah biasa (100cc). Tidak mengalami ngompol.
Akan tetapi setelah sakit klien tidak dapat ke kamar mandi sendiri
dan menggunakan pispot.
g. Sistem musculoskeletal
31
klien tidak mampu berjalan sendiri karena terjadi cidera pada kaki
kiri, kaki kanan klien mengalami deformitas dan tangan klien
tidak dapat digerakkan. Skala nyeri 6 seperti tersayat – sayat, saat
berjalan klien sering tersandung.
h. Sistem integumen
Kulit terlihat keriput, kendor dan terdapat bekas luka pada kaki
kiri
i. Sistem neurosensori
Respon komunikasi klien baik , biicara normal jelas suara tidak
pelo, bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia dan jawa
Keadaan mata kanan terdapat sekret, penglihatan agak kabur akan
tetapi mampu pergi keluar rumah. Klien mampu melihat dalam
jarak pandang 50meter.
Kemampuan pedengaran agak menurun sehingga lawan bicara
harus bicara agak keras agar klien mendengar.
j. Sistem endokrin
Klien mengatakan menderita kencing manis. Tidak terdapat
pembesaran kelenjar tyroid.
6. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
1) Psikososial
Kondisi psikososialnya baik (klien bersahabat), mampu
komunikasi dengan baik dan terbuka namun pendengaran agak
menurun.
2) Emosional
Kondisi emosional stabil
Identifikasi masalah emosional :
Pertanyaan tahap I
Apakah klien mengalami sukar tidur ?
Tidak
Apakah klien sering merasa gelisah
Iya (kadang-kadang)
32
Ada masalah atau banyak pikiran ?
Klien sering memikirkan keadaan cucu dan anak-anaknya
Ada gangguan/masalah dengan keluarga klien ?
Tidak
Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter ?
Tidak menggunakan obat
Cenderung mengurung diri ?
Iya, klien cenderung mengurung diri (lebih suka di kamar
daripada di luar)
Jika ada minimal 1 jawaban “ya” maka : masalah emosional (+)
Masalah emosisonal klien : (+)
3) Spiritual
Baik, klien rajin beribadah, melakukan solat 5 waktu dan
mengikuti pengajian.
7. Pengkajian Fungsional Klien
a. Kartz Indeks
A. Mandiri dalam makan, kontinensia
(BAB/BAK), menggunakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah, dan mandi
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu
fungsi diatas
C. Mandiri kecuali mandi dan salah satu
fungsi yang lain
D. Mandiri kecuali mandi, berpakaian,
dan satu fungsi yang lain
E. Mandiri kecuali mandi, berpakaian,
ke toilet, dan salah satu fungsi yang lain
F. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet,
berpindah dan salah satu fungsi yang lain
G. Ketergantungan semua fungsi di atas
H. Lain-lain
b. Bartel Indeks
Dengan
No Kriteria Mandiri Ket
Bantuan
Makan Frekuensi : 3x sehari
1. 10 Jumlah : seimbang
Jenis : sayur dan lauk
2. Minum 10 Frekuensi : Sering
33
Jumlah : Seimbang
Jenis : Air putih
Berpindah dari kursi roda
3. ke tempat tidur atau 15
sebaliknya
Personal toilet (cuci muka, Frekuensi :
4. menyisir rambut, dan 0 Dituntukan oleh keluarga
gosok gigi)
Keluar masuk toilet
(mencuci pakaian, Klien dimandikan dan sering
5. 5
menyeka tubuh, atau BAK sembarangan
menyiram)
6. Mandi 5 Frekuensi : 1x sehari
7. Jalan di permukaan datar 5 Dapat berjalan dengan baik
8. Naik turun tangga 5 Tidak mampu
9. Mengenakan pakaian 5 Dipakaikan oleh keluarga
Kontrol bowel Frekuensi : terkadang
10. 5
sembarangan
Kontrol bladder Frekuensi : jarang
11. 5
Olahraga dan latihan Jenis : olahraga senam
Rekreasi dan pemanfaatan Klien tidak merajut, tidak
12. waktu luang 5 melakukan aktivitas, hanya
duduk-duduk
Total Score : 70
34
X 2 Hari apa sekarang ?
X 3 Apa nama tempat ini ?
X 4 Dimana alamat anda ?
X 5 Berapa umur anda ?
X 6 Kapan anda lahir ?
X 7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
X 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
X 9 Sebutkan nama ibu anda ?
X 10 Kurang 3 dari 20 terus menerus secara menurun
35
Sebutkan nama 3 objek oleh pemeriksa
masing-masing 1 detik kemudian minta
klien untuk menyebutkan ulang ketiga
2 Registrasi 3 3 objek tersebut ?
o Objek .....
o Objek .....
o Objek .....
Minta klien untuk memulai angka 100
dikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat
o 93
Perhatian dan
3 5 o 86
kalkulasi
5 o 79
o 72
o 65
36
Perintahkan klien untuk membuat
kalimat dan suatu gambar
o Tulis satu kalimat
o Manyalin gambar
Total Nilai 30 20
Total Score :
Aspek kognitif dan fungsi mental baik : jika total skor > 23
Kerusakan aspek fungsi mental ringan : jika total skor 18-22
Terdapat kerusakan aspek fungsi : jika total skor < 17
mental berat
9. Pengkajian Status Mental Gerontik
Nilai 1 : Jika klien menunjukkan kondisi di bawah ini
Nilai 0 : Jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini
37
Mata ditutup Kriteria sama dengan
Bangun dari kriteria untuk mata terbuka 1
kursi
38
Ketinggian Kaki tidak naik dari lantai
langkah kaki secara konsisten (menggeser
(saat berjalan) atau menyeret kaki), 1
mengangkat kaki terlalu
tinggi (>50 cm)
Total Score : 11
39
Analisa Data
2) DO:
- P: saat digerakkan
Q: tersayat-sayat
R: kaki kiri
S: 6
T: kadang-kadang Agen cedera fisik
- Pada kaki kiri klien Nyeri
ditemukan sejumlah luka
dan terdapat balutan luka
yang masih basah.
DS:
- Klien mengeluh kaki
kirinya sakit dan terus
memegang balutan luka.
- Klien mengatakan
kakinya sering /
tersandung.
- Klien memiliki riwayat
Diabetes Melitus (DM)
40
3) DO:
- Bentuk tulang klien tidak
sama (tidak simetris)
- Klien tidak mampu untuk
berjalan dengan baik
- Deformitas pada kaki
kanan
DS:
- Klien mengatakan sering
tersandung ketika
berjalan
- Klien mengatakan
dibantu ketika berjalan
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
tulang akibat kecelakaan beberapa tahun silam
2. Nyeri berhubungan dengan Agen cedera fisik
3. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan fisiologis
(Deformitas kaki kanan)
3. Intervensi keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas tulang
akibat kecelakaan beberapa tahun silam
Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
- Klien mampertahankan kekuatan dan ketahanan sistem
muskuloskeletal dan fleksibilitas sendi-sendi dibuktikan oleh tidak
adanya kontraktur.
41
Intervensi Keperawatan Rasional
42
- Klien mampu mempertahankan atau meningkatkan kekuatan
dan fungsi kompensasi tubuh.
- TTV dalam batas normal
Intervensi Keperawatan Rasional
2. Bantu dan ajari keluarga klien untuk Istirahat sistemik dianjurkan selama
pertahankan istirahat tirah baring atau eksaserbasi akut dan seluruh fase
duduk jika diperlukan, jadwal aktifitas penyakit yang penting untuk
untuk memberikan periode istirahat mencegah kelelahan dan
yang terus menerus dan tidur dimalam mempertahankan kekuatan.
hari yang tidak terganggu.
43
mempertahankan mobilitas.
gaster (Hadi, 1995). Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronik, atau lokal (Price & Wilson, 1992). Gastritis adalah
peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila
mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain
jaringan mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal
dengan magh berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘gastro’ yang berarti perut atau
lambung, dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan
b. Etiologi
44
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya
sebagai berikut :
1) Gastritis Akut
2) Gastritis Kronik
ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada
g. Patofisiologi
antara lain:
1) Gastritis akut
mungkin terjadi :
45
maka akan menimbulkan rasa mual muntah yang berakibat pada
lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh
dan hypovolemik.
2) Gastritis kronis
permisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B
diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan alkohol dan obat-
h. Manifestasi Klinis
1) Gatritis akut
a) Nyeri epigastrum
46
c) Cepat sembuh bila penyebab cepat dihilangkan
2) Gastritis kronik
i. Komplikasi
1) Gastritis Akut
endoskopi
2) Gastritis Kronik
47
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, periforasi, dan anemia
2001).
j. Pencegahan
2) Hindari Alkohol
3) Jangan merokok
48
5) Kendalikan stress
istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
k. Penatalaksanaan Medis
1. Gastritis Akut
yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
2. Gastritis Kronik
l. Pemeriksaan Penunjang
49
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan
a) Pemeriksaan Darah
b) Pemeriksaan Pernafasan
c) Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak.
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dirontgen.
50
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian Umum :
1. Identitas
Nama : Ny. A
TTL : Surabaya, 17 Agustus 1943
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SR
Agama : Islam
Status Perkawinan : Duda
TB / BB / IMT : 152 cm / 50 Kg / 20,08 Kg (Normal)
Penampilan : Rapi dan bersih
Alamat : Jl. Merdeka No. XX Kel. Karah Surabaya
Orang yang Dekat : Ny. E
Hubungan : Anak kandung
Alamat / Telepon : Jl. Merdeka No.XX Kel. Karah Surabaya
2. Riwayat kesehatan keluarga
51
Ny. A tinggal serumah dengan anak perempuannya Ny. E, anggota yang
tinggal serumah tidak punya riwayat penyakit menular. Ibu Ny. A
memiliki riwayat penyakit DM.
B. Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
perut
DO :
Keluhan utama:
- Q : nyeri perutnya
melilit
- R : daerah abdomen
52
5, tingkat keparahan
bisa jalan
kesakitan
DO : kebutuhan tubuh
Frekwensi makan
2x/hari
dapat berjalan
DO :
ketergantungan Ny. A
sebagian
53
Klien tampak lemah
yang ditandai dengan Klien mengeluh sakit perut, skala nyeri 3 dari 5
INTERVENSI KEPERAWATAN
keperawatan klien
54
kriteria hasil : 4) Ajarkan teknik kenyamanan untuk
5) Agen farmakologis
dapat mengurangi
nyeri
55
IMPLEMENTASI
2) Mengobservasi TTV
T :130/90 mmHg N :
110x/menit
S :37C RR :
24x/menit
dan nyaman
teknik relaksasi
mengurangi nyeri
56
EVALUASI
57
1. Sabtu, 7 Desember S : Klien sudah tidak mengeluh sakit perut
2021 O:
Skala nyeri 0
A : tujuan teratasi
P : intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP
58
3.1 Kesimpulan
Akibat dari proses menua seluruh sistem tubuh pada lansia akan mengalami
Akibat dari gigi yang ompong, penuruan peristaltik usus, dan kemampuan
3.2 Saran
59
DAFTAR PUSTAKA
60