Anda di halaman 1dari 62

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA PADA GANGGUAN

PERKEMIHAN, SISTEM MUSKULOSKELETAL DAN PENCERNAAN

Dosen: Siti Santy Sianipar,S.Kep.,M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Indra Wahyu NIM: 2020-01-14401-014


Natasya Kristiya NIM: 2020-01-14401-020
Sintia Praditha NIM: 2020-01-14401-025
Yetri Dea Puspitasari NIM: 2020-01-14401-027

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PALANGKA RAYA

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................

1.2 Manfaat...............................................................................................................

1.3 Tujuan.................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Asuhan Keperawatan Pada Lansia Gangguan Perkemihan.................................

2.2 Asuhan Keperawatan Pada Lansia Gangguan Muskuloskeletal.......................24

2.3 Asuhan Keperawatan Pada Lansia Gangguan Pencernaan...............................43

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................56

3.2 Saran.................................................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Lansia adalah seseorang yang mengalami perubahan biologis, fisik,

kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh

aspek kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu

mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama

mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga

dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan. seseorang dikatakan lanjut

usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit,

namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia

adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan

keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan

penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara

individual.

1.2 Tujuan

Menjelaskan proses asuhan Keperawatan Gerontik dengan gangguan sistem

perkemihan, sistem muskuloskeletal, dan sistem pencernaan

1.3 Manfaat

Diharapkan dengan terselesaikan makalah ini dapat mengaplikasikan

asuhan Keperawatan Gerontik dengan dengan gangguan sistem

perkemihan, sistem muskuloskeletal, dan sistem pencernaan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asuhan Keperawatan Pada Lansia Gangguan Perkemihan

Lansia adalah seseorang yang mengalami perubahan biologis, fisik,

kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh

aspek kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu

mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar

selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya

sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan. seseorang

dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas.

Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu

proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk

beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh

kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi

stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan

untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual

a. Pengertian inkontinensia urine

Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih

yang tidak terkendali atau terjadi di luar keinginan. Inkontinensia urine

adalah ketidakmampuan menahan air kencing. Gangguan ini lebih sering

terjadi pada wanita yang pernah melahirkan daripada yang belum pernah

melahirkan. Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin tanpa disadari

dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah

gangguan kesehatan atau sosial Inkontinensia urine adalah pelepasan urine

2
secara tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga dapat

dianggap merupakan masalah bagi seseorang.

b. Klasifikasi

1. Inkontinensia Urgensi adalah pelepasan urine yang tidak

terkontrol sebentar setelah ada peringatan ingin melakukan

urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang

berlebihan atau kontraksi kandung kemih yang tidak

terkontrol.

2. Inkontinensia Tekanan adalah pelepasan urine yang tidak

terkontrol selama aktivitas yang meningkatkan tekanan dalam

lubang intra abdominal. Batuk, bersin, tertawa dan mengangkat

beban berat adalah aktivitas yang dapat menyebabkan

inkontinensia urine.

3. Inkontinensia Aliran Yang Berlebihan ( Over Flow Inkontinensia

) terjadi jika retensi menyebabkan kandung kemih terlalu

penuh dan sebagian terlepas secara tidak terkontrol, hal ini

pada umumnya disebabkan oleh neurogenik bladder atau

obstruksi bagian luar kandung kemih

c. Etiologi

melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali,

kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan

seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi

(gerakan) abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun

kandung kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin

3
berkemih. Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain terkait

dengan gangguan di saluran kemih bagian bawah, efek obat-obatan,

produksi urin meningkat atau adanya gangguan kemampuan/keinginan

ke toilet.

d. Epidemiologi

Diperkirakan prevalensi inkontinensia urin berkisar antara 15–30%

usia lanjut di masyarakat dan 20-30% pasien geriatri yang dirawat di

rumah sakit mengalami inkontinensia urin, dan kemungkinan

bertambah berat inkontinensia urinnya 25-30% saat berumur 65-74

tahun.

e. Patofisiologi

Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara

lain fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih

bocor bila batuk atau bersin. Bisa juga disebabkan oleh kelainan di

sekeliling daerah saluran kencing. Fungsi otak besar yang terganggu

dan mengakibatkan kontraksi kandung kemih. Terjadi hambatan

pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih, urine banyak

dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan. Inkontinensia

urine dapat timbul akibat hiperrefleksia detrusor pada lesi suprapons

dan suprasakral. Ini sering dihubungkan dengan frekuensi dan bila

jaras sensorik masih utuh, akan timbul sensasi urgensi.

f. Manifestasi klinik

4
1. Inkontinensia stres: keluarnya urin selama batuk, mengedan, dan

sebagainya. Gejalagejala ini sangat spesifik untuk

inkontinensia stres.

2. Inkontinensia urgensi: ketidakmampuan menahan keluarnya urin

dengan gambaran seringnya terburu-buru untuk berkemih.

3. Gejala infeksi urine (frekuensi, disuria, nokturia), obstruksi

(pancara lemah, menetes), trauma (termasuk pembedahan,

misalnya reseksi abdominoperineal), fistula (menetes terus-

menerus), penyakit neurologis (disfungsi seksual atau usus

besar) atau penyakit sistemik (misalnya diabetes) dapat

menunjukkan penyakit yang mendasari

g. Terapi

a. Terapi non farmakologi Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang

mendasari timbulnya inkontinensia urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi

saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi, dan lain-lain. Adapun terapi

yang dapat dilakukan adalah :

1) Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval

waktu berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga

frekwensi berkemih 6-7 x/hari. Lansia diharapkan dapat menahan

keinginan untuk berkemih bila belum waktunya. Lansia dianjurkan

untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mulamula setiap jam,

selanjutnya diperpanjang secara bertahap sampai lansia ingin

berkemih setiap 2-3 jam.

5
2) Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah

ditentukan sesuai dengan kebiasaan lansia.

3) Melakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan

otot dasar panggul secara berulang-ulang.

b. Terapi farmakologi

1) Obat - obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen

adalah antikolinergik seperti Oxybutinin, Propantteine,

Dicylomine, flavoxate, Imipramine.

2) Pada inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu

pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi urethra.

3) Pada sfingter relax diberikan kolinergik agonis seperti

Bethanechol atau alfakolinergik antagonis seperti prazosin untuk

stimulasi kontraksi, dan terapi diberikan secara singkat.

6
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas klien dan penanggung jawab
a. Identitas klien
Nama : Ny. W
Tempat/Tanggal lahir : Solo, 12 Mei 1956
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jalan Merdeka No. 5

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMK
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jalan Merdeka No. 5
Hubungan dengan klien : Anak kandung

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama

7
Klien mengatakan BAK terus-menerus, tidak bisa menahannya
sehingga mengompol.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang kerumah sakit dengan keluhan BAK terus menerus
dengan frekuensi lebih dari 10 kali dalam sehari. Klien tidak bisa
menahan kencingnya untuk pergi ke toilet sampai klien mengompol.
Klien mengaku mengurangi minum dan menahan rasa haus.
c. Riwayat penyakit keluarga
Anak klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit seperti itu sebelumnya dan tidak ada penyakit
keturunan.
d. Riwayat psikologi
Klien merasa malu jika keluar rumah karena sering mengompol dan
bau kencingnya sangat menyengat.
e. Riwayat kehamilan
Klien memiliki 2 orang anak dan tidal pernah mengalami keguguran.

3. Pola fungsi kesehatan


a. Pola manajemen kesehatan/penyakit
1) Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakit
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini.
2) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Klien mengatakan belum berobat kemanapun saat mengalami
penyakit ini.
3) Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
Klien mengatakan tidak tahu penyebab penyakit ini.
b. Pola aktivitas dan latihan
1) Sebelum sakit
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √

8
Eliminasi √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi √
Naik tangga √

2) Saat sakit

Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi di tempat √
tidur
Berpindah √
Ambulasi √
Naik tangga √

Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu orang lain dan peralatan
4 : Ketergantungan / tidak mampu
c. Pola istirahat dan tidur
1) Sebelum sakit
a) Klien mengatakan tidur siang ±2 jam dari jam 13.00-15.00
WIB

9
b) Klien mengatakan tidur malam ±8 jam dari jam 21.00-05.00
WIB
2) Saat sakit
a) Klien mengatakan tidur siang ±2 jam dari jam 13.00-15.00
WIB
b) Klien mengatakan tidur malam ±8 jam dari jam 21.00-05.00
WIB
d. Pola nutrisi dan metabolik
1) Sebelum sakit
a) Klien mengatakan makan 3 x 1 sehari dengan menu nasi dan
lauk, habis 1 porsi
b) Klien mengatakan minum 7 – 8 gelas sehari
2) Saat sakit
a) Klien mengatakan makan 3 x 1 sehari dengan menu nasi dan
lauk, habis 1 porsi
b) Klien mengatakan minum 4 – 5 gelas sehari
e. Pola eliminasi
1) Sebelum sakit
a) Klien mengatakan BAB normal 1 kali sehari konsisten padat,
bau khas dan warna kecoklatan.
b) Klien mengatakan BAK ± 2 – 6 kali sehari, warnanya kuning
bening
2) Saat sakit
a) Klien mengatakan BAB normal 1 kali sehari konsisten padat,
bau khas dan warna kecoklatan.
b) Klien mengatakan BAK ± 9 – 10 kali sehari, warnanya
kuning keruh dan bau urin menyengat.
f. Pola toleransi - koping
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari-hari
(menjahit).
2) Saat sakit

10
Klien mengatakan merasa malu jika keluar rumah karena sering
mengompol dan bau kencingnya sangat menyengat.
g. Pola hubungan peran
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan bisa berkumpul berbincang dengan keluarga
dan tetangganya dan menjahit.
2) Saat sakit
Klien mengatakan merasa malu untuk berkumpul berbincang
dengan tetanggannya dan sudah tidak bisa menjahit lagi.
h. Pola nilai dan keyakinan
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan bahwa ia beribadah 5 waktu sehari.
2) Saat sakit
Klien mengatakan dapat beribadah 5 waktu sehari dan berdoa
meminta kesembuhan oleh ALLAH untuk sabar dan pasrah akan
kesembuhannya.

4. Pengkajian fisik
a. Penampakan umum
Keadaan umum Klien tampak sakit sedang, klien tampak
lemas.
Kesadaran Composmentis
BB 71 kg TB : 155 cm
TD:160/90mmHg Suhu:370C RR:19x/ Nadi:90x/
menit menit
b. Kepala dan leher
1) Rambut
a) Inspeksi
Rambut klien tampak bersih, berwarna hitam dan putih dan
potongan rambut pendek
b) Palpasi

11
Rambut klien tampak bersih, lembut dan tidak ada nyeri
tekan.
2) Mata
a) Inspeksi
Bentuk mata simetris antara kanan dan kiri dan konjungtiva
pucat pandangan kabur dan berkunang-kunang.
b) Palpasi
Tidak ada pembengkakan pada mata.
3) Telinga
a) Inspeksi
Bentuk dan posisi telinga simetris, tidak ada cairan yang
keluar seperti nanah atau darah.

b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada telinga.
4) Hidung
a) Inspeksi
Bentuk dan posisi hidung simetris, tidak ada pendarahan dan
tanda – tanda infeksi.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada hidung.
5) Mulut
a) Inspeksi
Bentuk mulut simetris, lidahnya berwarna putih dan mukosa
bibir kering.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada bagian bibir.
6) Leher
a) Inspeksi
Pada leher terlihat normal dengan gerakan ke kanan dan ke
kiri.
b) Palpasi

12
Tidak ada nyeri tekan pada leher.
7) Dada
a) Inspeksi
Bentuk dada simetris antara kanan dan kiri.
b) Palpasi
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
c) Perkusi
Tidak ada masalah.
d) Auskultrasi
Bunyi jantung normal.
8) Jantung
a) Inspeksi
Jantung tidak nampak dari luar.
b) Palpasi
Terjadi palpitasi jantung.
c) Perkusi
Tidak dilakukan pemeriksaan.
d) Aukultrasi
Detak jantung takikardi 90x/menit.
9) Abdomen
a) Inspeksi
Tampak simetris, tidak nampak lesi, bersih.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak ada pembesaran
hepar.
c) Perkusi
Tidak flatulen.
d) Auskultrasi
Terdengar suara bising usus.
10) Inguinal dan genetalia
a) Inspeksi
Tidak tampak adanya pembengkakan.

13
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan.
11) Ekstrimitas
a) Inspeksi
Bagian atas dan bawah tampak simetris, tidak ada deformitas,
pergerakan normal.
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada ekstrimitas atas dan bawah.

c) Kekuatan otot

5 5

5 5
Keterangan :
0 : otot tak mampu bergerak.
1 : jika otot ditekan masih terasa ada kontraksi.
2 : dapat menggerakan otot/bagian yang lemah sesuai
perintah.
3 : dapat menggerakan otot dengan tahanan.
4 : dapat bergerak dengan melawan hambatan yang ringan.
5 : bebas bergerak dan dapat melawan hambatan.

14
B. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah

15
1. DS : Kegagalan mekanisme Kekurangan
- Klien mengatakan regulasi volume cairan
mengurangi
minum.
- Klien mengatakan
sering merasa
haus.
DO :
- Membran mukosa
kering.
- Turgor kulit
kering.
- TTV :
- TD : 160/90
mmHg.
- N : 90x/menit.
- RR :
19x/menit.
- S : 37°C.
- BB 71kg
- Frekuensi minum
4-5 gelas dalam
sehari.

16
2. DS : Gangguan fungsi Inkontinensia
- Klien mengatakan kognisi urinarius
kencing sebanyak fungsional
lebih dari 10 kali
dalam sehari.
- Klien mengatakan
bahwa dirinya
tidak bisa
menahan kencing
untuk sampai ke
toilet.
DO :
- Klien sering
mengompol.

17
3. DS : Gangguan turgor kulit Kerusakan
- Klien mengatakan integritas kulit
perih di daerah
perinealnya.
DO :
- Tampak
kemerahan di
area perineal.
- Turgor kulit
kering.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme
regulasi.
2. Inkontinensia urinarius fungsional berhubungan dengan gangguan fungsi
kognitif.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras oleh urine.

18
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
. keperawatan
1. Kekurangan Setelah dilakukan Jaga intake/asupan yang
volume asuhan keperawatan akurat dan catat output.
cairan selama 1x24 jam klien
berhubungan mampu menunjukan Monitor status hidrasi
dengan hidrasi yang adekuat, (misalnya : membran
kegagalan dengan kriteria : mukosa lembab,denyut
mekanisme 1. Keseimbangan nadi adekuat, dan
regulasi intake dan output tekanan darah ortostatik.
dalam 24 jam.
2. Turgor kulit elastis. Monitor tanda tanda vital
3. Kelembapan pasien.
membran mukosa.
4. TTV stabil. Monitor makanan/cairan
yang dikonsumsi dan
hitung asupan kalori
harian.
Distribusikan asupan
cairan salama 24 jam.

2. Inkontinensia Setelah dilakukan Jaga privasi klien saat


urinarius asuhan keperawatan berkemih.
fungsional selama 1x24 jam klien
Modifikasi pakaian dan
berhubungan mampu mengontrol pola
lingkungan untuk
dengan berkemih, dengan
mempermudah akses ke
gangguan kriteria :
toilet.
fungsi 1. Klien dapat
Batasi intake cairan 2-3
kognitif. merespon saat
jam sebelum tidur.
kandung kemih
penuh dengan tepat
waktu. Instruksikan klien untuk

19
minum minimal 1500 cc
air per hari.

3. Kerusakan Setelah dilakukan Bantu pasien


integritas asuhan keperawatan membersihkan perineum.
kulit selama 1x24 jam klien
berhubungan mampu menunjukan Jaga agar area perineum
dengan perbaikan keadaan tetap kering.
irigasi turgor dan
kontras oleh mempertahankan Bersihkan area perineum
urine. keutuhan kulit, dengan secara teratur.
kriteria :
Berikan posisi yang
1. Kulit perianal tetap
nyaman.
utuh.
2. Urin jernih dengan Berikan lotion

sedimen minimal. perlindungan yang tepat


(misalnya : zink oksida,
petrolatum).

E. Implementasi dan Evaluasi


Tanggal No. Implementasi Evaluasi

20
Dx
23-09-19 1. 1. Menjaga intake/asupan S :
(07.00 yang akurat dan catat - Klien mengatakan
s/d 14.00 output. mengurangi minum.
WIB) - Respon : Klien - Klien mengatakan
mengatakan masih sering merasa haus.
sering merasakan haus
karena intake dibatasi. O:
2. Memonitor status hidrasi - Membran mukosa
(misalnya : membran kering.
mukosa lembab,denyut - Turgor kulit kering.
nadi adekuat, dan tekanan - TTV :
darah ortostatik. - TD : 160/90
- Respon : mmHg
- Membran mukosa - N : 90x/menit.
tampak kering. - RR : 19x/menit.
- Turgor kulit tidak - S : 37°C.
elastis. - BB 71 kg
3. Memonitor tanda tanda - Frekuensi minum 4-
vital pasien. 5 gelas dalam sehari.
- Respon :
- TD : 160/90 A :
mmHg. Masalah belum teratasi.

- N : 90x/menit.
- RR : 19x/menit. P:

- S : 37°C. Intervensi dilanjutkan :

4. Berkolaborasi dengan - Menjaga

keluarga untuk intake/asupan yang

mengawasi asupan cairan akurat dan catat

pasien. output.

- Respon : Keluarga - Memonitor status

mengatakan pasien hidrasi (misalnya :

21
sering mengeluh haus. membran mukosa
lembab,denyut nadi
adekuat, dan tekanan
darah ortostatik.
- Memonitor tanda
tanda vital pasien.
- Berkolaborasi
dengan keluarga
untuk mengawasi
asupan cairan pasien.
24-09-19 2. 1. Menjaga privasi klien S :
(07.00 saat berkemih. - Klien mengatakan
s/d 14.00 - Respon : Pasien tampak frekuensi pipis masih
WIB) lebih nyaman saat 10x dalam sehari.
sedang berkemih dan - Klien mengatakan
tidak merasa bahwa dirinya masih
malu/terganggu dengan belum bisa menahan
orang di sekitar. pipis untuk sampai
2. Memodifikasi pakaian ke toilet.
dan lingkungan untuk
mempermudah akses ke O :
toilet. - Tampak masih
- Respon : Klien sudah mengompol.
terlihat lebih mudah
saat akan berkemih. A:
Masalah belum teratasi.
3. Membatasi intake cairan P :
2-3 jam sebelum tidur. Intervensi dilanjutkan :
- Respon : Klien masih - Memodifikasi
terlihat mengompol pakaian dan
tetapi dalam jumlah lingkungan untuk
yang sedikit/jarang. mempermudah akses

22
4. Menginstruksikan klien ke toilet.
untuk minum minimal - Membatasi intake
1500 cc air per hari. cairan 2-3 jam
- Respon : Klien sebelum tidur.
mengatakan/tampak
tidak mengalami
dehidrasi karena output
berlebih.
25-09-19 3. 1. Membantu pasien S :
(07.00 membersihkan perineum. - Klien mengatakan
s/d 14.00 - Respon : Pasien terlihat perih pada area
WIB) lebih nyaman jika perinealnya.
perenieumnya bersih.
2. Menjaga agar area O :
perineum tetap kering. - Terdapat lecet di
- Respon : Pasien tampak area perineal.
sangat memperhatikan
perenieumnya agar A :
tidak lembab/basah. Masalah belum teratasi.

3. Membersihkan area
perineum secara teratur. P:

- Respon : Pasien tampak Intervensi dilanjutkan :


sering mengeluh perih - Menjaga agar area

saat sedang dibersihkan. perineum tetap

4. Memberikan posisi yang kering.

nyaman. - Membersihkan

- Respon : Pasien masih area perineum

tampak kurang nyaman secara teratur

dan sering - Memberikan

berganti/berpindah posisi yang

posisi. nyaman.

5. Memberikan lotion

23
perlindungan yang tepat
(misalnya : zink oksida,
petrolatum).
- Respon : Pasien tampak
tidak khawatir lagi
dengan keadaan
pereniumnya setelah
diberikan lotion.

2.2 Asuhan Keperawatan Pada Lansia Gangguan Muskuloskeletal

24
A. Anatomi Dan Fisiologi
1. Anatomi
Anatomi Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang
memberi bentuk pada tubuh. Skelet atau kerangka adalah rangkaian
tulang yang mendukung dan melindungi organ lunak, terutama dalam
tengkorak dan panggul. Tulang membentuk rangka penunjang dan
pelindung bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang
menggerakan kerangka tubuh. Tulang juga merupakan tempat primer
untuk menyimpan dan mengatur kalsiumdan fosfat (Price dan Wilson,
2006).
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh
dan tempat untuk melekatnya otot- otot yang menggerakan kerangka
tubuh. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan
mengatur kalsium dan fhosfat. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas
206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan
darah.
Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama
garam- garam kalsium ) yang membuat tulang keras dan kaku. tetapi
sepertiga dari bahan tersebut adalah fibrosa yang membuatnya kuat
dan elastis (Price dan Wilson, 2006). Tulang ekstrimitas bawah atau
anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan perantara
gelang panggul terdiri dari 31 pasang antra lain: tulang koksa, tulang
femur, tibia, fibula, patella, tarsalia, meta tarsalia, dan falang (Price
dan Wilson, 2006).
a. Tulang Koksa (tulang pangkal paha) OS koksa turut membentuk
gelang panggul, letaknya disetiap sisi dan di depan bersatu dengan
simfisis pubis dan membentuk sebagian besar tulang pelvis.
b. Tulang Femur ( tulang paha) Merupakan tulang pipa dan terbesar
di dalam tulang kerangka pada bagian pangkal yang berhubungan
dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput
femoris, disebelah atas dan bawah dari kolumna femoris terdapat
taju yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor. Dibagian

25
ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan
yang disebut kondilus lateralis dan medialis. Diantara dua kondilus
ini terdapat lakukan tempat letaknya tulang tempurung lutut
(patella) yang di sebut dengan fosa kondilus.
c. Osteum tibialis dan fibularis (tulang kering dan tulang betis)
Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang
membentuk persendian lutut dengan OS femur, pada bagian
ujungnya terdapat tonjolan yang disebut OS maleolus lateralis atau
mata kaki luar. OS tibia bentuknya lebih kecil dari pada bagian
pangkal melekat pada OS fibula pada bagian ujung membentuk
persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang
disebut OS maleolus medialis. Agar lebih jelas berikut gambar
anatomi os tibia dan fibula.
d. Tulang tarsalia (tulang pangkal kaki) Dihubungkan dengan tungkai
bawah oleh sendi pergelangan kaki, terdiri dari tulang-tulang kecil
yang banyaknya 5 yaitu sendi talus, kalkaneus, navikular, osteum
kuboideum, kunaiformi.
e. Meta tarsalia (tulang telapak kaki) Terdiri dari tulang- tulang
pendek yang banyaknya 5 buah, yang masing-masing berhubungan
dengan tarsus dan falangus dengan perantara sendi.
f. Falangus (ruas jari kaki) Merupakan tulang-tulang pipa yang
pendek yang masing-masingterdiri dari 3 ruas kecuali ibu jari
banyaknya 2 ruas, pada metatarsalia bagian ibu jari terdapat dua
buah tulang kecil bentuknya bundar yang disebut tulang bijian
(osteum sesarnoid).

2. Fisiologi
Sistem musculoskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan peran
dalam pergerakan. Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon,
ligament, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan
struktur tersebut (Price dan Wilson, 2006). Tulang adalah suatu
jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel antara lain :

26
osteoblast, osteosit dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang
dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks
tulang dan jaringan osteoid melalui suatu proses yang di sebut
osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid ,
osteoblast mengsekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang
memegang peran penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat
kedalam matriks tulang, sebagian fosfatase alkali memasuki aliran
darah dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah
dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang
setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke
tulang.
Ostesit adalah sel- sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteklas
adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat di absorbsi. Tidak seperti osteblas dan osteosit,
osteklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghsilkan enzim-enzim
proteolotik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang
melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke
dalam aliran darah. Secara umum fungsi tulang menurut Price dan
Wilson (2006) antara lain:
a. Sebagai kerangka tubuh.
Tulang sebagai kerangka yang menyokong dan memberi bentuk
tubuh.
b. Proteksi
Sistem musculoskeletal melindungi organ- organ penting, misalnya
otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-
paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang di bentuk
oleh tulangtulang kostae (iga).
c. Ambulasi dan Mobilisasi
Adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya pergerakan
tubuh dan perpindahan tempat, tulang memberikan suatu system
pengungkit yang di gerakan oleh otot- otot yang melekat pada

27
tulang tersebut ; sebagai suatu system pengungkit yang digerakan
oleh kerja otot- otot yang melekat padanya.
d. Deposit Mineral
Sebagai reservoir kalsium, fosfor,natrium,dan elemen- elemen lain.
Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor tubuh
e. Hemopoesis
Berperan dalam bentuk sel darah pada red marrow. Untuk
menghasilkan sel- sel darah merah dan putih dan trombosit dalam
sumsum merah tulang tertentu.
3. Proses penyembuhan tulang
a. Cedera tulang
Ketika fraktur tulang, pembuluh darah dalam tulang dan jaringan
lunak disekitarnya robek dan mulai berdarah, membentuk
hematoma. Jaringan tulang nekrotik yang berdekatan dengan
fraktur menyebabkan respon inflamasi yang intens yang ditandai
dengan vasodilatasi, pembentukan eksudat, dan migrasi sel darah
putih ke tempat fraktur.

b. Pembentukan kalus fibrokartilaginosa


Faktor pembekuan dalam hematoma membentuk serat
fibrin. Dalam 48 jam, fibroblast dan kapiler baru tumbuh kedalam
fraktur dari jaringan granulasi yang secara bertahap menggantikan
hematoma. Fagosit mulai untuk mengeluarkan debris sel.
Osteoblast, sel pembentuk tulang, berproliferasi dan
bermigrasi ke dalam tempat fraktur, membentuk kalus
fibrokartilaginosa. Osteoblast membentuk jejaring serat kolagen
dari kedua sisi tempat fraktur yang pada akhirnya menggabungkan
fragmen tulang sehingga membelat tulang. Kondroblas membentuk
potongan kartilago yang memberi dasar unruk pertumbuhan tulang.
c. Pembentukan kalus tulang
Osteoblast terus berproliferasi dan menyintesis serat kolagen dan
matriks tulang, yang secara bertahap memineralisasi kalsium dan

28
garam mineral untuk membentuk massa spons tulang beranyam.
Trabekula tulang beranyam menjembatani fraktur. Osteoblast
bermigrasi ke tempat perbaikan dan mulai membentuk cadangan
tulang dalam kalus. Pembentukan kalus tulang biasanya
berlangsung selama 2 hingga 3 bulan.
d. Remodeling tulang
Osteoblast terus membentuk tulang beranyam baru, yang diatur
kedalam struktur lamela tulang padat. Osteoklas meresorpsi
kelebihan kalus karena digantikan dengan tulang matur.
Seiring dengan penyembuhan tulang dan terpajan pada stres
mekanik pada penggunaan setiap hari, osteoblas dan osteoklas
berespon dengan remodeling tempat perbaikan disepanjang garis
tekanan. Hal ini memastikan bahwa bagian tulang yang sembuh
pada akhirnya menyerupai struktur bagian yang tidak mengalami
cedera(Priscilla,2016)

29
1. Pengkajian

1. Identitas Klien
a. Nama : Nenek Y
b. Umur : 03 April 1947, 68 tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Pedagang
f. Suku/bangsa : Indonesia
g. Status marital : -
h. Tanggal pengkj : 11 Desember 2017
i. Ruang : ruang 09
j. Alamat : Gonilan
2. Identitas Penanggungjawab
a. Nama : Ny. M
b. Umur : 34 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Hub. Dgn klien: Anak
g. Alamat : Gonilan
3. Status Kesehatan Saat Ini
Kesehatan saat ini tidak terlalu baik (tangan kanan klien tidak dapat
digerakan, pada kaki kanan klien terjadi deformitas tulang, dan pada
kaki kiri klien terdapat luka cedera), klien mengatakan kaki dan
tangan nya sakit dan sulit saat digerakkan.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluh kesakitan pada saat berjalan dan duduk akibat
cedera pada kakinya, kaki kiri klien terdapat sejumlah luka dan
balutan luka yang masih basah.

b. Kesehatan dahulu
Pasien memiliki riwayat terkena Diabetes Melitus (DM) dan
Hipertensi. Pasien mengalami kecelakaan beberapa tahun silam

c. Kesehatan keluarga
Keluarga mempunyai riwayat kesehatan dengan penyakit
hipertensi.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Tingkat kesadaran : Compos Mentis (Kesadaran penuh)
Penampilan : Rapi & bersih

30
Tanda vital
Tekanan Darah : 150/90mmHg
Nadi : 96 x/menit
Respiratory Rate : 20x/menit
Suhu : 36,80C
b. Kepala dan leher
Rambut : Tampak beruban
Kulit kepala : Tampak bersih
Bentuk kepala : Simetris, mesocepal
Bentuk leher : Simetris
c. Sistem respirasi
Inspeksi : Dada simetris, bernafas tanpa batuan otot
tambahan
Palpasi : Tidak ada pembesaran abnormal, ictus
cordis teraba
Perkusi : Suara paru kanan kiri sama dan seimbang
Auskultasi : Suara pekak, redup dan tanpa wheezing
d. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : Keadaan umum baik
Palpasi : Tidak ada pelebaran pembuluh darah, dan
tidak ada pembesaran jantung
Perkusi : Tidak ada suara redup, pekak dan lainnya
Auskultasi : Irama jantung teratur
e. Sistem gastrointestinal
Klien mengkonsumsi makanan yang disiapkan oleh anaknya.
Ditambah dengan konsumsi kopi. Klien mampu menghabiskan 1
porsi makan yang disediakan tanpa keluhan mual. Klien setelah
operasi membuatnya makan teratur. Klien makan 3x/hari dengan
snack 2x/hari dan tambahan susu, teh atau kopi sehingga klien
merasa badannya lebih gemuk. BB sekarang 56kg, keadaan gigi
klien sudah ompong, klien mengatakan tidak kesulitan menelan
dan mengunyah.
f. Sistem genitourinaria
Klien mengatakan biasa buang air kecil dikamar mandi, frekuensi
3-4x perhari, jumlah biasa (100cc). Tidak mengalami ngompol.
Akan tetapi setelah sakit klien tidak dapat ke kamar mandi sendiri
dan menggunakan pispot.
g. Sistem musculoskeletal

31
klien tidak mampu berjalan sendiri karena terjadi cidera pada kaki
kiri, kaki kanan klien mengalami deformitas dan tangan klien
tidak dapat digerakkan. Skala nyeri 6 seperti tersayat – sayat, saat
berjalan klien sering tersandung.
h. Sistem integumen
Kulit terlihat keriput, kendor dan terdapat bekas luka pada kaki
kiri
i. Sistem neurosensori
Respon komunikasi klien baik , biicara normal jelas suara tidak
pelo, bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia dan jawa
Keadaan mata kanan terdapat sekret, penglihatan agak kabur akan
tetapi mampu pergi keluar rumah. Klien mampu melihat dalam
jarak pandang 50meter.
Kemampuan pedengaran agak menurun sehingga lawan bicara
harus bicara agak keras agar klien mendengar.
j. Sistem endokrin
Klien mengatakan menderita kencing manis. Tidak terdapat
pembesaran kelenjar tyroid.
6. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
1) Psikososial
Kondisi psikososialnya baik (klien bersahabat), mampu
komunikasi dengan baik dan terbuka namun pendengaran agak
menurun.
2) Emosional
Kondisi emosional stabil
Identifikasi masalah emosional :
Pertanyaan tahap I
 Apakah klien mengalami sukar tidur ?
Tidak
 Apakah klien sering merasa gelisah
Iya (kadang-kadang)

 Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?


Tidak
 Apakah klien sering was-was atau khawatir ?
Iya
Lanjutkan ketahap 2 bila minimal ada satu jawaban “ya” pada
tahap I
Pertanyaan tahap II
 Keluhan lebih dari 3 bulan/lebih dari 1 kali dalam 1 bulan?
Tidak

32
 Ada masalah atau banyak pikiran ?
Klien sering memikirkan keadaan cucu dan anak-anaknya
 Ada gangguan/masalah dengan keluarga klien ?
Tidak
 Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter ?
Tidak menggunakan obat
 Cenderung mengurung diri ?
Iya, klien cenderung mengurung diri (lebih suka di kamar
daripada di luar)
Jika ada minimal 1 jawaban “ya” maka : masalah emosional (+)
Masalah emosisonal klien : (+)
3) Spiritual
Baik, klien rajin beribadah, melakukan solat 5 waktu dan
mengikuti pengajian.
7. Pengkajian Fungsional Klien
a. Kartz Indeks
A. Mandiri dalam makan, kontinensia
(BAB/BAK), menggunakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah, dan mandi
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu
fungsi diatas
C. Mandiri kecuali mandi dan salah satu
fungsi yang lain
D. Mandiri kecuali mandi, berpakaian,
dan satu fungsi yang lain
E. Mandiri kecuali mandi, berpakaian,

ke toilet, dan salah satu fungsi yang lain
F. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet,
berpindah dan salah satu fungsi yang lain
G. Ketergantungan semua fungsi di atas
H. Lain-lain

b. Bartel Indeks
Dengan
No Kriteria Mandiri Ket
Bantuan
Makan Frekuensi : 3x sehari
1. 10 Jumlah : seimbang
Jenis : sayur dan lauk
2. Minum 10 Frekuensi : Sering

33
Jumlah : Seimbang
Jenis : Air putih
Berpindah dari kursi roda
3. ke tempat tidur atau 15
sebaliknya
Personal toilet (cuci muka, Frekuensi :
4. menyisir rambut, dan 0 Dituntukan oleh keluarga
gosok gigi)
Keluar masuk toilet
(mencuci pakaian, Klien dimandikan dan sering
5. 5
menyeka tubuh, atau BAK sembarangan
menyiram)
6. Mandi 5 Frekuensi : 1x sehari
7. Jalan di permukaan datar 5 Dapat berjalan dengan baik
8. Naik turun tangga 5 Tidak mampu
9. Mengenakan pakaian 5 Dipakaikan oleh keluarga
Kontrol bowel Frekuensi : terkadang
10. 5
sembarangan
Kontrol bladder Frekuensi : jarang
11. 5
Olahraga dan latihan Jenis : olahraga senam
Rekreasi dan pemanfaatan Klien tidak merajut, tidak
12. waktu luang 5 melakukan aktivitas, hanya
duduk-duduk

Total Score : 70

Klien Ketergantungan sebagian


Jadi bartel indeks klien, termasuk kategori :
Mandiri : 130
Ketergantungan sebagian : 65-125
Ketergantungan total : < 60

8. Pengkajian Status Mental Gerontik


a. Short Portable Mental Status Quisioner
Benar Salah No Pertanyaan
X 1 Tanggal berapa hari ini ?

34
X 2 Hari apa sekarang ?
X 3 Apa nama tempat ini ?
X 4 Dimana alamat anda ?
X 5 Berapa umur anda ?
X 6 Kapan anda lahir ?
X 7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
X 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
X 9 Sebutkan nama ibu anda ?
X 10 Kurang 3 dari 20 terus menerus secara menurun

Total score : Salah 4

Jadi klien mengalami :


Fungsi intelektual utuh : jika jumlah salah 0-3
Fungsi intelektual ringan : jika jumlah salah 4-5
Fungsi intelektual sedang : jika jumlah salah 6-8
Fungsi intelektual berat : jika jumlah salah 9-10
b. Mini Mental Status Exam
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
kognitif Maks Klien
Menyebutkan dengan benar
o Tahun
o Musim
1 Orientasi 5 0 o Tanggal
o Hari
o Bulan

Dimana kita berada ?


o Negara Indonesia
o Provinsi Jawa Barat
Orientasi 5 5 o Kota Bandung
o PSTW.......
o Wisma ......

35
Sebutkan nama 3 objek oleh pemeriksa
masing-masing 1 detik kemudian minta
klien untuk menyebutkan ulang ketiga
2 Registrasi 3 3 objek tersebut ?
o Objek .....
o Objek .....
o Objek .....
Minta klien untuk memulai angka 100
dikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat
o 93
Perhatian dan
3 5 o 86
kalkulasi
5 o 79
o 72
o 65

Minta klien untuk mengingat objek pada


nomor 2 (registrasi) dan nilai 1 poin
4 Mengingat 3 3 untuk jawaban benar untuk masing-
masing objek

Tunjukkan pada klien suatu benda dan


minta pada klien menyebutkan namanya
o Jam tangan
o Pulpen
Minta klien untuk mengulang kata-kata
5 Bahasa 9 4 berikut “tak ada jika atau tetapi”

 Pernyataan benar 2 buah : tak ada,


tetapi

Minta klien untuk mengikuti perintah


yang terdiri dari 3 langkah :
“ambil kertas ditangan anda, lipat dua
dan taruh dilantai”
o Ambil kertas ditangan anda
o Lipat dua
o Taruh dilantai

Perintahkan klien untuk mengikuti hal


berikut :
o “Tutup mata anda”

36
Perintahkan klien untuk membuat
kalimat dan suatu gambar
o Tulis satu kalimat
o Manyalin gambar

Total Nilai 30 20

Total Score :
Aspek kognitif dan fungsi mental baik : jika total skor > 23
Kerusakan aspek fungsi mental ringan : jika total skor 18-22
Terdapat kerusakan aspek fungsi : jika total skor < 17
mental berat
9. Pengkajian Status Mental Gerontik
Nilai 1 : Jika klien menunjukkan kondisi di bawah ini
Nilai 0 : Jika klien tidak menunjukkan kondisi di bawah ini

Komponen Langkah Kriteria Nilai


utama dalam
bergerak
Perubahan Mata dibuka Tidak bangun dari tempat
posisi/gerakan Bangun dari duduk dengan satu gerakan,
keseimbangan kursi tetapi mendorong tubuhnya
keatas dengan tangan atau 1
bergerak ke depan kursi
terlebih dahulu, tidak stabil
pada saat berdiri pertama
kali

Duduk ke Menjatuhkan diri ke kursi,


kursi tidak duduk ditengah kursi 1

Menahan Pemeriksa mendorong


dorongan pada sternum (perlahan-lahan
sternum sebanyak 3 kali). Klien
menggerakkan kaki, 1
memegang objek untuk
dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya

37
Mata ditutup Kriteria sama dengan
Bangun dari kriteria untuk mata terbuka 1
kursi

Duduk ke Kriteria sama dengan


kursi kriteria untuk mata terbuka 1

Menahan Kriteria sama dengan


dorongan pada kriteria untuk mata terbuka 1
sternum

Perputaran Menggerakkan kaki,


leher memegang obyek untuk
dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya, 0
keluhan vertigo, pusing atau
keadaan tidak stabil

Gerakan Tidak mampu untuk


menggapai menggapai sesuatu dengan 1
sesuatu bahu fleksi max, sementara
berdiri pada ujung-ujung
jari kaki tidak stabil,
memegang sesuatu untuk
dukungan

Membungkuk Tidak mampu


membungkuk untuk
mengambil objek-objek
kecil dari lantai, memegang 1
objek untuk bisa berdiri,
memerlukan usaha-usaha
multiple untuk bangun

Gaya berjalan Minta klien Ragu-ragu tersandung,


dan gerak untuk berjalan memegang objek untuk
ke tempat dukungan 1
yang
ditentukan

38
Ketinggian Kaki tidak naik dari lantai
langkah kaki secara konsisten (menggeser
(saat berjalan) atau menyeret kaki), 1
mengangkat kaki terlalu
tinggi (>50 cm)

Kontinuitas Setelah langkah-langkah


langkah kaki awal, langkah-langkah
(diobservasi menjadi tidak konsisten, 1
dari sampinh memulai mengangkat satu
klien) kaki sementara yang lain
menyentuh tanah

Kesimetrisan Tidak berjalan pada garis


langkah lurus, bergelombang dari
(diobservasi sisi ke sisi 0
dari samping
klien)

Penyimpanga Tidak berjalan pada garis


n jalur pada lurus, bergelombang dari
saat berjalan sisi ke sisi
(diobservasi 0
dari belakang
klien)

Berbalik Berhenti sebelum berbalik,


jalan sempoyongan, 1
bergoyang, memegang
obyek untuk dukungan

Total Score : 11

0-5 : Resiko jatuh rendah


6-10 : Resiko jatuh sedang
11-15 : Resiko jatuh tinggi

39
Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


Berdasarkan data pengkajian data
di atas diperoleh lah data sebagai
deformitas tulang Gangguan mobilitas fisik
berikut.
akibat kecelakaan
1) DO: beberapa tahun silam
- Ditemukan deformitas
pada kaki kanan klien
- Terdapat luka cidera
padaa kaki kiri klien
- Tangan kanan klien tidak
dapat digerakkan
DS:
- Klien mengatakan tangan
dan kakinya sulit saat
digerakkan

2) DO:
- P: saat digerakkan
Q: tersayat-sayat
R: kaki kiri
S: 6
T: kadang-kadang Agen cedera fisik
- Pada kaki kiri klien Nyeri
ditemukan sejumlah luka
dan terdapat balutan luka
yang masih basah.
DS:
- Klien mengeluh kaki
kirinya sakit dan terus
memegang balutan luka.
- Klien mengatakan
kakinya sering /
tersandung.
- Klien memiliki riwayat
Diabetes Melitus (DM)

40
3) DO:
- Bentuk tulang klien tidak
sama (tidak simetris)
- Klien tidak mampu untuk
berjalan dengan baik
- Deformitas pada kaki
kanan
DS:
- Klien mengatakan sering
tersandung ketika
berjalan
- Klien mengatakan
dibantu ketika berjalan

Gangguan pada kaki. Resiko jatuh

2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
tulang akibat kecelakaan beberapa tahun silam
2. Nyeri berhubungan dengan Agen cedera fisik
3. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan fisiologis
(Deformitas kaki kanan)
3. Intervensi keperawatan
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas tulang
akibat kecelakaan beberapa tahun silam
Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
- Klien mampertahankan kekuatan dan ketahanan sistem
muskuloskeletal dan fleksibilitas sendi-sendi dibuktikan oleh tidak
adanya kontraktur.

41
Intervensi Keperawatan Rasional

i. Observasi tanda dan gejala Memberikan informasi sebagai dasar


penurunan mobilitas sendi, dan dan pengawasan keefektifan intervensi.
kehilangan ketahanan

ii. Observasi status respirasi dan fungsi


jantung klien. Memberikan informasi tentang status
respirasi dan fungsi jantung klien.
iii. Observasi lingkungan terhadap
bahaya-bahaya keamanan yang
potensial. Ubah lingkungan untuk
menurunkan bahaya-bahaya
Mencegah risiko cedera pada lansia
keamanan.

iv. Ajarkan tentang tujuan dan


pentingnya latiha

v. Ajarkan penggunaan alat-alat bantu


yang tepat

Meningkatkan harga diri:


meningkatkan rasa kontrol dan
kemandirian klien

Membantu perawatan diri dan


kemandirian pasien.

2. Nyeri berhubungan dengan Agen cedera fisik


Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
- Klien menyatakan nyeri terkontrol
- Klien mampu membatasi fungsi posisi dengan pembatasan
kontraktur

42
- Klien mampu mempertahankan atau meningkatkan kekuatan
dan fungsi kompensasi tubuh.
- TTV dalam batas normal
Intervensi Keperawatan Rasional

1. Evaluasi atau lanjutkan pemantauan Tingkat aktifitas atau latihan


tingkat inflamasi atau rasa sakit pada tergantung dari perkembangan atau
sendi. resolusi dari proses inflamasi

2. Bantu dan ajari keluarga klien untuk Istirahat sistemik dianjurkan selama
pertahankan istirahat tirah baring atau eksaserbasi akut dan seluruh fase
duduk jika diperlukan, jadwal aktifitas penyakit yang penting untuk
untuk memberikan periode istirahat mencegah kelelahan dan
yang terus menerus dan tidur dimalam mempertahankan kekuatan.
hari yang tidak terganggu.

3. Bantu  dan ajari keluarga dengan


Mempertahankan atau menigkatkan
rentang gerak aktifatau pasif, demikian
fungsi sendi, kekuatan otot dan
juga latihan resistif dan isometric jika
stamina umum. Catatan: latihan yang
memungkinkan.
tidak adekuat dapat menyebabkan
kekakuan sendi

4.  Ajari klien dan keluarga ubah posisi


dengan sering dengan personel cukup
  Menghilangkan tekanan pada
serta demonstrasikan atau bantu tehnik
jaringan dan meningkatkan  sirkulasi,
pemindahan dan penggunaan bantuan
tehnik pemindahan yang tepat dapat
mobilitas, mis: trapeze.
mencegah robekan abrasi kulit.

5.  Dorong klien mempertahankan


postur tegak dan duduk tinggi, berdiri,
berjalan. Memaksimalkan fungsi sendi,

43
mempertahankan mobilitas.

6. Ajarkan keluarga untuk memberikan


lingkungan yang aman, mis: menaikkan
Menghindari cedera akibat kecelakaan
kursi atau kloset, menggunakan
atau jatuh.
pegangan tangga pada bak atau
pancuran dan toilet, penggunaan alat
bantu mobilitas atau kursi roda

2.3 Asuhan Keperawatan Pada Lansia Gangguan Sistem Pencernaan


a. Pengertian

Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung terutama pada mukosa

gaster (Hadi, 1995). Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang

dapat bersifat akut, kronik, atau lokal (Price & Wilson, 1992). Gastritis adalah

peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila

mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain

(Charlene J, Reeves, 2001).

Gastritis adalah suatu istilah kedokteran untuk suatu keadaan inflamasi

jaringan mukosa (jaringan lunak) lambung. Gastritis atau yang lebih dikenal

dengan magh berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘gastro’ yang berarti perut atau

lambung, dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. Gastritis bukan

merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang

kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.

b. Etiologi

44
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya

sebagai berikut :

1) Gastritis Akut

Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin

(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa

lambung). Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada,

steroid dan digitalis.

2) Gastritis Kronik

Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis

ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada

peminum alkohol, dan merokok.

g. Patofisiologi

Terdapat gangguan keseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensif,

antara lain:

1) Gastritis akut

Adanya zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi

mukosa lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang

mungkin terjadi :

a) Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasinya

lambung akan meningkatkan sekresi mukosa yang berupa HCO3, di

lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCl sehingga

menghasilkan HCl dan NaCO3. Hasil dari persenyawaan tersebut

akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat

45
maka akan menimbulkan rasa mual muntah yang berakibat pada

gangguan nutrisi cairan dan elektrolit.

b) Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika

mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari

kerusakan HCl maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan

terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindung mukosa

lambung, maka yang akan terjadi adalah erosi pada mukosa

lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh

darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri

dan hypovolemik.

2) Gastritis kronis

Gastritis kronik dapat diklasifikasikan sebagai Tipe A atau Tipe B.

Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari

perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler.

Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia

permisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B

(kadang disebut dengan gastritis H. pylory mempengaruhi antrum dan

pilorus. Gastritis kronik dihubungkan dengan bakteri H. pylory , faktor

diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan alkohol dan obat-

obatan, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung.

h. Manifestasi Klinis

1) Gatritis akut

a) Nyeri epigastrum

b) Nausea, muntah-muntah, anorexia

46
c) Cepat sembuh bila penyebab cepat dihilangkan

Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala

mual dan sakit pada perut bagian atas.

2) Gastritis kronik

a) Tampak pucat, Hb tidak normal

b) Perut terasa panas

c) Anorexia, epigstrum terasa tegang

d) BAO/MAO ( Basal acid output/maximal acid output) rendah

dapat diketahui dengan biopsi ( Mansjoer Arief  M, dkk, 2001 ).

Sedangkan gastritis kronik yang berkembang secara bertahap

biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut

bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera.

i. Komplikasi

1) Gastritis Akut

Terdapat perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa

hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik,

khusus untuk perdarahan SCBA perlu dibedakan dengan tukan peptik.

Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama, namun pada tukak

peptik penyebab utamanya adalah infeksi. Helicobakteri pulori sebesar

100% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan

endoskopi

2) Gastritis Kronik

47
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, periforasi, dan anemia

karena gangguan absorbsi vitamin B12 ( Mansjoer Arief  M, dkk,

2001).

j. Pencegahan

Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa

saran untuk dapat mengurangi resiko terkena Gastritis.

1) Makan secara benar

Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang

pedas, asam, gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan

pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana

cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada

waktunya dan lakukan dengan santai.

2) Hindari Alkohol

Penggunaan Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa

lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan perdarahan.

3) Jangan merokok

Merokok mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih

rentan terhadap Gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam

lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan

penyebab utama terjadinya kanker lambung.

4) Lakukan olah raga secara teratur

Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga

dapat menstimulasi aktivitas otot usus sehingga membantu

mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.

48
5) Kendalikan stress

Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan

sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan

kulit. Stres juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan

memperlambat kecepatan pencernaan. Karena stres bagi sebagian

orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah dengan

mengendalikannya secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi,

istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.

6) Ganti obat penghilang nyeri

Jika memungkinkan hindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini

akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat

peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan

penghilang nyeri yang mengandung Acetaminophen.

7) Ikuti rekomendasi dokter

k. Penatalaksanaan Medis

1. Gastritis Akut

Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor

pompa proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung

yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.

2. Gastritis Kronik

Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid,

antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.

l. Pemeriksaan Penunjang

49
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan

pemeriksaan penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.

Pemeriksaan ini meliputi :

a) Pemeriksaan Darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. pylori dalam

darah, dan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan

lambung akibat Gastritis.

b) Pemeriksaan Pernafasan

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.

pylori atau tidak.

c) Pemeriksaan Feses

Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam feses atau tidak.

Hasil yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga

dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan

adanya perdarahan pada lambung.

d) Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas

Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran

cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X.

e) Rontgen Saluran Cerna Bagian Atas

Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit

pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan

Barium terlebih dahulu sebelum dilakukan Rontgen. Cairan ini akan

melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dirontgen.

50
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Pengkajian Umum :

1. Identitas

 Nama : Ny. A
 TTL : Surabaya, 17 Agustus 1943
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pendidikan : SR
 Agama : Islam
 Status Perkawinan : Duda
 TB / BB / IMT : 152 cm / 50 Kg / 20,08 Kg (Normal)
 Penampilan : Rapi dan bersih
 Alamat : Jl. Merdeka No. XX Kel. Karah Surabaya
 Orang yang Dekat : Ny. E
 Hubungan : Anak kandung
 Alamat / Telepon : Jl. Merdeka No.XX Kel. Karah Surabaya
2. Riwayat kesehatan keluarga

51
Ny. A tinggal serumah dengan anak perempuannya Ny. E, anggota yang
tinggal serumah tidak punya riwayat penyakit menular. Ibu Ny. A
memiliki riwayat penyakit DM.

B. Diagnosa Keperawatan

Analisa Data

Data Problem Etiologi

DS : Nyeri akut Inflamasi mukosa

Klien mengeluh sakit lambung

perut

DO :

 Keluhan utama:

- P : Ny. A telat makan

- Q : nyeri perutnya

seperti tertusuk dan

melilit

- R : daerah abdomen

- S : skala nyeri 3 dari

52
5, tingkat keparahan

Ny. A sampai tidak

bisa jalan

- T : sejak tadi pagi

 Klien tampak merintih

kesakitan

DS : Risiko Gangguan intake yang tidak

Klien mengeluh tidak pemenuhan kebutuhan adekuat

nafsu makan nutrisi kurang dari

DO : kebutuhan tubuh

 Mukosa bibir kering

 Turgor kulit jelek

 Frekwensi makan

2x/hari

DS : Keterbatasan aktivitas kelemahan fisik

Klien mengeluh akibat

sakitnya klien tidak

dapat berjalan

DO :

 Index Barthel : tingkat

ketergantungan Ny. A

sebagian

53
 Klien tampak lemah

Daftar Diagnosa Keperawatan Gerontik dengan Gangguan Sistem Pencernaan :

1) Nyeri akut pada Ny. A berhubungan dengan Inflamasi mukosa lambung,

yang ditandai dengan Klien mengeluh sakit perut, skala nyeri 3 dari 5

2) Risiko Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

3) Keterbatasan aktivitas berhunbungan dengan kelemahan fisik, yang

ditandai dengan tingkat ketergantungan Ny. A sebagian

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diangnosa Keperawatan : Nyeri akut pada Ny. A berhubungan dengan Inflamasi


mukosa lambung
No. Tujuan Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan 1) Kaji skala nyeri dan 1) Menentukan derajat

tindakan lokasi nyeri nyeri yang dikeluhkan

keperawatan klien

selama 1 x 24 jam, 2) Observasi TTV 2) Mengetahui fungsi

nyeri pada lansia 3) Berikan lingkungan vital dari keadaan

Ny. A dapat yang tenang dan klien

berkurang, dengan nyaman 3) Memberikan

54
kriteria hasil : 4) Ajarkan teknik kenyamanan untuk

1) Klien mengeluh relaksasi dan membantu

nyeri berkurang distraksi menurunkan nyeri

2) Skala nyeri klien

berkurang ≤ 3 5) Lakukan kolaborasi 4) Relaksasi dan

atau hilang dalam pemberian distraksi dapat

skala nyeri 0 obat sesuai dengan membantu

3) Klien nampak indikasi untuk menurunkan nyeri

rileks mengurangi nyeri klien

5) Agen farmakologis

dapat mengurangi

nyeri

55
IMPLEMENTASI

No. Hari/tanggal Tindakan Paraf

1. Jumat, 6 1) Mengkaji skala nyeri dan lokasi nyeri

Desember 2021 Ny. A

R/ skala nyeri klien 3 dari 5

lokasinya di ulu hati

2) Mengobservasi TTV

T :130/90 mmHg N :

110x/menit

S :37C RR :

24x/menit

3) Memberikan lingkungan yang tenang

dan nyaman

R/ klien merasa nyaman saat

diberikan posisi nyaman

4) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

R/ klien mampu mempraktikan

teknik relaksasi

5) Lakukan kolaborasi dalam pemberian

obat sesuai dengan indikasi untuk

mengurangi nyeri

R/ klien meminum obat analgesik

56
EVALUASI

No. Hari / tanggal Evaluasi

57
1. Sabtu, 7 Desember S : Klien sudah tidak mengeluh sakit perut

2021 O:

 Skala nyeri 0

 Klien sudah nampak rileks

 Klien sudah tidak mengeluh nyeri perut

A : tujuan teratasi

P : intervensi dihentikan

BAB III

PENUTUP

58
3.1 Kesimpulan

Akibat dari proses menua seluruh sistem tubuh pada lansia akan mengalami

penurunan fungsi, salah satunya adalah gangguan pada sistem pencernaan.

Akibat dari gigi yang ompong, penuruan peristaltik usus, dan kemampuan

indera pengecap melemah. Hal ini akan menimbulkan berbagai macam

masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang ditimbulkan dari

gangguan sistem pencernaan adalah gastritis. Sebagian besar lansia akan

mengalami gastritis. Oleh karena itu diperlukan intervensi khusus untuk

membantu lansia mengahadapi maslah kesehatan. Karena lansia dianggap

sebagai individu dalam suatu komunitas.

3.2 Saran

 Lansia merupakan individu yang membutuhkan peran perawat untuk

membantu memenuhi kebutuhan lansia

 Lansia merupakan bagian dari komunitas yang merupakan kelompok

berisiko terhadap masalah kesehatan karena terjadi penurunan berbagai

sistem fungsi tubuh

59
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2011. Standar Kompetensi Himpunan Perawat Gawat Darurat


(HIPGABI). Jakarta.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia(PPNI). (2018). Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia(PPNI). (2019). Standar Luaran
Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia(PPNI). (2017). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Emelyani, Haris. 2019. Pengatuh Tehnik Relaksasi Pernapasan Terhadap
Inkontinensia Urin Pada Lanssia Usia Lanjut Di PSTW “MECI ANGI”
BIMA. Poltekes Kemenkes
Mubarak, W. I., Chayatin, N., & Santoso, B. A. (2012). Ilmu Keperawatan
Komunitas Konsep dan Aplikasi. Salemba Medika.
Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. CV Andi
Offset.

60

Anda mungkin juga menyukai