Disusun oleh :
Rachmawati
Desty Eka
Ria Kusuma W
Mike Susilowat
STIKES PERTAMEDIKA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau menggant dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tdak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus
menerus berlanjut secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya di alami pada semua makhluk
hidup. Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses alamiah
kehidupan yang tdak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setap individu. Penuaan adalah normal,
dengan perubahan fisik dan tngkah laku yang dapat diramalkan terjadi pada semua orang pada saat
mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang
kompleks dan mult dimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang pada
keseluruhan sistem. Walaupun hal itu terjadi pada tngkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter
yang cukup sempit, proses tersebut tdak tertandingi. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan
proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi
kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa,
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga
tubuh mat sedikit demi sedikit, dan terjadi juga pada sistem pencernaan.Pada tahap ini individu
mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai
fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai bagian dari proses
penuaan yang normal, sepert berkurangnya ketajaman panca indera, menurunnya daya tahan tubuh ,
lebih mudah terkena konstpasi merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut.Belum lagi mereka
masih harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta perpisahandengan orang-
orang yang dicintai. Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang
telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran
sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama lain . Proses menua yang terjadi pada lansia secara
linier dapat digambarkan melalui tga tahap yaitu,kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional
(functonal limitatons), ketdak mampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami
bersamaan dengan proses kemunduran.Pada lansia mengalami banyak perubahan, baik secara fisik
maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai bagian dari proses penuaan yang normal, sepert
berkurangnya ketajaman panca indera, menurunnya daya tahan tubuh, dan adanya inkontnensia baik
urine maupun tnja merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka masih
harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta perpisahan dengan orang-orang
yang dicintai.Inkontnensia urin merupakan salah satu manifestasi penyakit yang sering ditemukan pada
pasien geriatri.Diperkirakan prevalensi inkontnensia urin berkisar antara 15 – 30% usia lanjut di
masyarakat dan 20-30%pasien geriatri yang dirawat di rumah sakit mengalami inkontnensia urin, dan
kemungkinan bertambah beratnkontnensia urinnya 25-30% saat berumur 65-74
tahun.Ketdakmampuan mengontrol pengeluaran urin atau inkontnensia jarang dikeluhkan oleh pasien
atau keluargakarena dianggap sesuatu yang biasa, malu atau tabu untuk diceritakan pada orang lain
maupun pada dokter,dianggap sesuatu yang wajar tdak perlu diobat. Inkontnensia urine bukan
penyakit, tetapi merupakan gejalayang menimbulkan gangguan kesehatan, sosial, psikologi serta dapat
menurunkan kualitas hidup (Rochani,2002).
Inkontnensia urin yang dialami oleh pasien dapat menimbulkan dampak yang merugikan pada pasien,
sepertgangguan kenyamanan karena pakaian basah terus, risiko terjadi dekubitus (luka pada daerah
yang tertekan),dan dapat menimbulkan rasa rendah diri pada pasien. Inkontnensia urin yang tdak
segera ditangani juga akanmempersulit rehabilitasi pengontrolan keluarnya urin (Hariyat, 2000).1.
B. Tujuan
1.Mengetahui dan memahami mengenai definisi inkontnensia urin pada lanjut usia.
2.Mengetahui dan memahami mengenai etologi inkontnensia urin pada lanjut usia.
3.Mengetahui dan memahami mengenai faktor predisposisi atau faktor pencetus inkontnensia urinpada
lanjut usia.
4.Mengetahui dan memahami mengenai patofisiologi inkontnensia urin pada lanjut usia.
5.Mengetahui dan memahami mengenai tanda dan gejala inkontnensia urin pada lanjut usia.
7.Mengetahui dan memahami mengenai pathway inkontnensia urin pada lanjut usia.
8.Mengetahui dan memahami mengenai asuhan keperawatan inkontnensia urin pada lanjut usia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.A. Pengertan
Inkontnensia urin merupakan kehilangan kontrol berkemih yang bersifat sementara atau menetap. Klien
tdak dapat mengontrol sfingter uretra eksterna. Merembesnya urine dapat berlangsung terus menerus
atau sedikitsedikit (Potter dan Perry, 2005). Menurut Hidayat (2006), inkontnensia urin merupakan
ketdakmampuan ototsfingter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urin. Secara
umum penyebab inkontnensia dapat berupa proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, penurunan
kesadaran, dan penggunaan obat narkotk atau sedatf.Inkontnensia urin yang dialami oleh pasien dapat
menimbulkan dampak yang merugikan pada pasien, sepert gangguan kenyamanan karena pakaian
basah terus, risiko terjadi dekubitus (luka pada daerah yang tertekan),dan dapat menimbulkan rasa
rendah diri pada pasien. Inkontnensia urin yang tdak segera ditangani juga akan mempersulit
rehabilitasi pengontrolan keluarnya urin (Hariyat, 2000).
Adapun tpe-tpe inkontnensia urin menurut (Hidayat, 2006.1.)inkontnensia dorongan Keadaan dimana
seseorang mengalami pengeluaran urin tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat
setelah berkemih.Inkontnensia dorongan ditandai dengan seringnya terjadimiksi (miksi lebih dari 2 jam
sekali) dan spame kandungkemih (Hidayat, 2006). Pasien Inkontnensia dorongan mengeluh tdak dapat
menahan kencing segera setelah tmbulsensasi ingin kencing. Keadaan ini disebabkan otot detrusor
sudah mulai mengadakan kontraksi pada saat kapasitas kandung kemih belum terpenuhi. inkontnensia
total Keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin yang terus menerus dan tdak dapat
diperkirakan. Kemungkinan penyebab inkontnensia total antara lain: disfungsi neorologis,kontraksi
independen dan refleks detrusor karena pembedahan,trauma atau penyakit yang mempengaruhi saraf
medullaspinalis, fistula, neuropat.
inkontnensia stress tpe ini ditandai dengan adanya urin menetes denganpeningkatan tekanan
abdomen, adanya dorongan berkemih,dan sering miksi. Inkontnensia stress terjadi disebabkan
ototspingter uretra tdak dapat menahan keluarnya urin yangdisebabkan meningkatnya tekanan di
abdomen secara tba-tba.Peningkatan tekanan abdomen dapat terjadi sewaktu batuk,bersin,
mengangkat benda yang berat, tertawa (Panker, 2007).1.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau :
Untuk mengidentfikasi indikasi, kemajuan atau penyimpanan dari hasil yang diharapkan
Ø Pola berkemih berubah,sebagai contoh rasa panas sepert terbakar saat kencing , rasa terdesak saat
kencing
Ø Nyeri menetap atau bertambah sakit
Temuan-temuan ini dapat member tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan lebih
luas,sepert pemeriksaan radiology jika sebelumnya tdak dilakukan
4. Jika frekuensi menjadi masalah, jamin akses kekamar mandi, pispot dibawah tempat tdur atau
bedpan.Anjurkan pasien untuk berkemih kapan saja ada keinginan
Berkemih yang sering mengurangi stats urine pada kandung kemih dan menghindari pertumbuhan
bakteri
5. Berikan antbiotc.Buat berbagai variasi sedian minuman, termasuk air segar disamping tempat
tdur.Pemberian air sampai 2400 ml/hari
Akibat dari peningkatan haluan urina memudahkan sering berkemih dan membantu membilas saluran
kemih
2. Resiko tnggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya factor resiko nosokomial
Kriteria hasil : Klien dapat berkemih dengan urine jernih tanpa ketdaknyamanan,urinalisis dalam batas
normal,kultur urine menunjukkan tdak ada bakteri
INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan perawatan perineal dengan air sabun setap shift.Jika pasien inkontnensia,cuci perineal
sesegera mungkin
2. Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 kali perhari (merupakan bagian dari
waktu mandi pagi dan pada waktu akan tdur) dan setelah buang air besar
Kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik kesaluran perkemihan
3. Ikut kewaspadaan umum (cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung,pemakaian sarung
tangan),bila kontak dengan cairan tubuh atau darah yang mungkin terjadi (memberikan perawatan
perineal,pengosongan kantung drainase urina, penampungan specimen urine).Pertahanan teknik aseptc
bila melakukan kateterisasi, bila mengambil contoh urine dari kateter indwelling
3. Resiko tnggi terhadap ketdakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostc, pengobatan dan perawatan di rumah
Kriteria hasil : klien manyatakan mengert tentang kondisi, pemeriksaan diagnostc, rencana pengobatan,
tndakan perawatan diri preventf
INTERVENSI RASIONAL
a. Sumber infeksi
c. Jelaskan pemberian antbiotc yang meliput nama, tujuan, dosis, jadwal dan catat efek sampingnya
· Tujuan
· Gambaran singkat
Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana terapiutk
2. Pastkan klien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatanlanut dan instruksi tertulis
untuk tndakan pencegahan
3. Instruksi klien untuk menggunakan seluruh antbiotc yang diresepkan. Minum sebanyak 8 gelas/hari
Klien seringmenghentkan obat mereka, jika tanda dan gejala mereda. Cairan menolong membilas ginjal
C. PENATALAKSANAAN
· Minum banyak cairan untuk mengeluarkan bakteri yang ada dalam urine
· Membuat suasana air kemih menjadi basa yaitu dengan meminum baking soda yang di larutkan dalam
air
· Kaji haluan urine terhadap perubahan warna, bau, dan pola berkemih, masukan dan haluan setap 8
jam serta hasil urinalisis ulang
Drug / obat
Dosis
Intervensi keperawatan
Rasional
400 mg di minum
PO x 3 , 7 atau 10 hari
Menghindari hidangan yang mengandung cafein dan memperhatkan klien yang telah menerima
theophylline
Quinolones memperpanjang umur paruh cafein dan theophylline
Ciprofloxacin (cipro)
· 50 mg PO setelah coitus
Monitor untuk gejala sepert influenza pada klien lanjut usia dan pada klien dengan masalah paru - paru
· Nitrofuraton dapat menyebabkan iritasi GI : Makanan atau susu membantu penurunan masalah ini
· Interstsial pneumonits merupakan kasus yang jarang terjadi pada klien yang peka terhadap
nitrofurantoin
Sediakan masukan cairan yang cukup dan menghindari asam ascorbich dan ammonium klorit, yang akan
mengasamkan urine
· Sulfa mempunyai kecenderungan untuk mengkristal, terutama pada keasaman atau konsentrasi urine
Berikan perhatan pada klien dengan asma, defisiensi G6Pd, dan alergi yang lain
· Augmentn dapat menyebabkan iritasi GI : bantuan makanan dapat menurunkan problem ini
· Memberitahu klien urine akan berubah warna menjadi merah atau kuning keruh
D. DISCHARGE PLANNING
Mempersiapkan tentang HE dilaksanakan oleh pasien atau keluarga; memberikan HE pada klien tentang
kebersihan daerah genital klien; aktvitas, gizi harus terpenuhi dan kunjungan dokter.
E. EVALUASI
Perawat mengevaluasi keadaan klien , hasil yang di harapkan dan evaluasi tersebut adalah :
A. KESIMPULAN
Cystts merupakan peradangan yang terjadi pada kandung kemih. Cystts dibagi menjadi dua, yaitu tpe
infeksi (yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit) serta tpe non infeksi (yang disebabkan
oleh bahan kimia, radiasi, dan ideopatk). Insiden kebanyakan terjadi pada wanita. Berbagai pemeriksaan
bisa dilakukan untuk mengetahui tanda dan gejala cystts. Perawat harus mampu memberikan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan diagnosa yang ada
B. SARAN
Perawat diharapkan lebih telit dalam melakukan proses keperawatan yang disini ditujukan untuk
mempercepat proses kesembuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah volume 1. Jakarta : EGC.
Ignatavicius, donna, dkk. 1991. Medical Surgical Nursing. United State of America.
Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi 3. Jakarta : Balai penerbit FKUI.
http : // www.medicastore.com
http : // www.tanyadokter.com
http : // www.majalahnova.com