Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT REMAJA DENGAN

PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN MEROKOK

Oleh Kelompok 2B:


Rohmat Setiahadi 21/475338/KU/22999
Nurul Iswanti 21/475340/KU/23000
Salamatus Saidah 21/475353/KU/23004
Suhartiningsih 21/475359/KU/23007
Siti Ngindiasih 21/475369/KU/23008

PROGRAM ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting setelah melewati masa
kanak-kanak dan untuk melanjutkan ke masa dewasa dalam siklus kehidupannya. Pada
periode ini terjadi pematangan organ dan fungsi termasuk hormon sekunder yang
berdampak terjadinya perubahan baik secara fisik maupun psikososial. Pola
karakterisktik ini menimbulkan rasa keingintahuan yang tinggi pada remaja, sehingga
pada remaja cenderung mencoba hal-hal baru untuk mencari jati dirinya tanpa
memperhatikan akibat yang ditimbulkan (Kemenkes, 2015).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja
merupakan penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24
tahun dan belum menikah (Kemenkes RI,2017). Pada usia ini remaja sangat rentan
terhadap pengaruh lingkungan disekitarnya.
Lingkungan sosial budaya yang tidak positif merupakan faktor risiko bagi
remaja dalam berperilaku yang tidak sehat (Tarwoto, 2012). Perilaku remaja dengan
masalah kesehatan yang berisiko besar untuk mengalami titik pencapaian yang rendah,
permasalahan kesehatan utama pada remaja yang sering terjadi yaitu merokok,
penggunaan alcohol, penggunaan narkoba, seks pra nikah, cedera pada saat tawuran,
pembunuhan, kebut-kebutan di jalanan, masalah mental dan emosional (Smeltzer dan
Bare, 2002).
Sifat dan perilaku berisiko pada remaja tersebut memerlukan ketersediaan pelayanan
kesehatan peduli remaja yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan remaja.
Dibutuhkan program yang dapat menanggulangi permasalahan kesehatan yang terjadi
pada remaja (Kemenkes, 2015).
Berdasarkan data dari Riset Nasional dasar Kesehatan 2018, angka merokok
pada anak remaja mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini terlihat dari data
2013 yaitu sebanyak 7,2%, pada tahun 2016 sebanyak 8,8% dan pada tahun 2018
sebanyak 9,1% (Riskesdas,2018). Angka remaja merokok di Sumatera Barat juga
mengalami peningkatan setiap tahunnya, data ini didapatkan dari data BPS (Badan
Pusat Statistik) pada tahun 2015 sebanyak 32,42%, menjadi 30,59% pada tahun 2016
dan sebanyak 31,1% pada tahun 2018 (Riskesdas,2018).
Semakin meningkatnya fenomena yang dialami remaja dalam penyalahgunaan
narkotika,psikotropika, dan obat terlarang (NAPZA) serta perilaku merokok perlu
upaya pencegahan dan penanganan kasus tersebut supaya tidak bertambah secara
signifikan. Untuk mewujudkan penurunan angka remaja dengan ketergantungan
NAPZA dan merokok diperlukan kerjasama dan koordinasi antar pihak baik
pemerintah, petugas kesehatan, masyarakat, keluarga dan individu. Peran perawat
komunitas sebagai dasar pelayanan terhadap masyarakat sangat dibutuhkan.
Berdasarkan permasalahan tersebut perlu adanya tindak lanjut tentang
“Bagaimana asuhan keperawatan pada remaja dengan penyalahgunaan NAPZA dan
merokok?
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada agregat remaja dengan penyalahgunaan NAPZA
dan merokok?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada agregat remaja dengan
penyalahgunaan NAPZA dan merokok.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui tentang remaja dan tahapan- tahapan perkembangannya
b) Melakukan asuhan keperawatan pada penyalahgunaan NAPZA dan
merokok.
D. Manfaat
Dapat menjadi kajian literatur tentang asuhan keperawatan pada aregat remaja dengan
penyalahgunaan NAPZA dan merokok.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Konsep Remaja
1. Pengertian
Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama
kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia
mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011). Remaja pada tahap
tersebut mengalami perubahan banyak perubahan baik secara emosi, tubuh,
minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah pada masa
remaja (Hurlock, 2011).
2. Tahapan-tahapan perkembangan
Menurut Sarwono (2011) dan Hurlock (2011) ada tiga tahap perkembangan
remaja, yaitu:
a) Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun Seorang remaja
pada tahap ini masih heran akan perubahan perubahan yang terjadi
pada tubuhnya. Remaja mengembangkan pikiran-pikiran baru,
cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.
Pada tahap ini remaja awal sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh
orang dewasa. Remaja ingin bebas dan mulai berfikir abstrak.
b) Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja
merasa senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada
kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan
menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama pada
dirinya. Remaja cendrung berada dalam kondisi kebingungan
karena ia tidak tahu harus memilih yang mana. Pada fase remaja
madya ini mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan
jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual sehingga remaja mulai
mencoba aktivitas-aktivitas seksual yang mereka inginkan.
c) Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang
ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru.
c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.
e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan publik.
3. Karakteristik perkembangan remaja
Menurut Ali (2011), karakteristik sifat remaja adalah:
a) Kegelisahan
b) Pertentangan
c) Mengkhayal
d) Aktivitas kelompok
e) Keinginan mencoba segala sesuatu.
4. Faktor Resiko dan Masalah pada Agregat Remaja
a) Masalah
i. Penggunaan Zat
ii. Seks Bebas
iii. Kenakalan Remaja
iv. Pubertas dini
b) Resiko
i. Masalah emosional dan bunuh diri
ii. Jerawat
iii. Gizi rendah dan gangguan pola makan

B. Konsep NAPZA
1. Pengertian NAPZA
Narkotika adalah suatu zat atau obat yg berasal dari tanaman atau
bukantanaman baik sintetis maupun semisintetis yg dpt menyebabkan
penurunanatau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (UU RI
No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika).
2. Jenis- Jenis NAPZA
a) Golongan Narkotika (heroin, putaw, kokain, ganja dan kodein).
b) Golongan Psikotropika (shabu, ekstasi dan anfetamine)
c) Zat Adiktif (tembakau, minuman beralkohol dan inhalasi seperti
lem, tiner dan bensin).
3. Faktor-faktor penggunaan NAPZA
a) Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologi
Kecenderungan keluarga dalam penggunaan alcohol
menimbulkan ketidaknyamanan psikologis.
2) Faktor Biologik
Harga diri rendah, sering berhubungan dengan penganiayaan
pada masa kanak-kanak, perilaku maladaptif yang dipelajari
secara berlebihan, menarik kesenangan dan menghindari
rasa sakit, sifat keluarga termasuk tidak stabil, tidak ada
contoh yang positif, rasa kurang percaya tidak mampu
memperlakukan anak sebagai individu serta orang tua yang
adiksi.
3) Faktor Sosiokultural
ketersedian dan penerimaan sosialterhadap pengguna obat,
ambivalen sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan
zat, seperti tembakau, alkohol dan maryuana, sikap,nilai,
norma dan sosial kultural kebangsaan, etnis dan agama,
kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil dan
keterbatasan kesempatan
b) Faktor Presipitasi
1) Faktor Internal
Faktor kepribadian, intelegensia, usia, dorongan kenikmatan
dan keingintauan dan pemecahan masalah.
2) Faktor Eksternal
Faktor keluarga, factor teman sebaya atau kelompok, factor
kesempatan.
4. Penatalaksanaan Masalah Napza
Pengobatan dan rehabilitasi serta pencegahan kekambuhan.
C. Konsep Merokok
1. Pengertian
Rokok merupakan zat adiktif yang berdampak negative bagi kesehatan
anak. Karena, rokok dapat menyebabkan adikasi (ketagihan) dan
depensiasi (ketergantungan) bagi penghisap dan orang sekitar dari paparan
asap rokok. Konsekuensinya, menjauhkan anak dari paparan rokok bukan
hanya menjadi kebutuhan tetapi kewajiban bagi semua pihak agar jaminan
hak tumbuh kembang anak terfasilitasi dengan baik (Dr.Susanto, M.A ,
2017).
2. Komponen Rokok
Sudiono (2007) menyebutkan kandungan didalam rokok tidak hanya
tembakau, tetapi terdapat bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh.
Kandungan utama dalam rokok yaitu nikotin, tar, dan karbonmonoksida.
Nikotin merupakan bahan yang dapat menyebabkan adiksi atau
ketergantungan. Nikotin merupakan racun dan bila digunakan dalam dosis
besar dapat mematikan arena efek paralisis yang ditimbulkannya pada otot
pernafasan. Nikotin meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan
vasokontraksi pembuluh darah sehingga mengganggu sirkulasi darah.
Denyut jantung istirahat pada perokok muda meningkat 2-3 detik/ menit
Rokok juga mengandung sianida, senyawa kimia yang mengandung
kelompok cyano. Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia
organic yang mudah terbakar dan berwarna. Cadmium,sebuah logam yang
sangat beracun dan radioaktif. Methanol (alkohol kayu), alcohol yang
paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil alcohol yang paling
sederhana yang juga dikenal sebagai metil alcohol. Asetilena, merupakan
merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon
alkuna yang paling sederhana. Ammonia, dapat ditemukan dimana-mana,
tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk
mengawetkan mayat. Hydrogen sianida, racun yang digunakan sebagai
fumigant untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat
pembuat plastic dari pestisida. Arsenic, bahan yang terdapat dalam racun
tikus. Karbon monoksida, bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap
buangan mobil dan motor (Wangolds, 2013).
3. Faktor- Factor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Berdasarkan hasil penelitian Fiadah (2011) meyebutkan bahwa ada 4 faktor
yang memiliki peran besar dalam perilaku merokok dan berada sangat
dekat dengan perokok yaitu:
a) Pengaruh orang tua
Perilaku orang tua dalam merokok, akan berpengaruh pada anak.
Sebab, anak akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti
perilaku yang dicontohkan oleh orang tua.
b) Pengaruh teman
Hedman et al (2007) menyebutkan bahwa salah satu factor resiko
pencetus remaja untuk merokok adalah memiliki teman yang juga
sebagai perokok. Dantara remaja perokok terdapat 87% diantaranya
memiliki satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan
remaja bukan perokok.
c) Factor kepribadian
Salah satu sifat kepribadian yang mempengaruhi remaja
mengonsumsi rokok dan obat-obat, yaitu sifat konformitus sisoal.
Individu yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas
social lebih mudah menjadi pengguna rokok dan obat-obatan
dibandingkan dengan individu yang memiliki skor rendah.
d) Pengaruh iklan
Remaja tertarik untuk mengikuti perilaku seperti pada iklan rokok,
baik dari media cetak ataupun media elektronik
4. Penatalaksanaan Menghentikan Merokok
a) Metode Mengandalkan Perubahan Perilaku
1) Metode Cold Turkey
Perokok hanya perlu berhenti merokok. Metode ini tidak
menggunakan perencanaan yang panjang. Perokok cukup
menentukan kapan dia akan melakukannya.
2) Teori perilaku kognitif
Perokok hanya akan merubah prilaku buruk merokok kalua
dia tahu bahwa merokok itu buruk.
3) Pengondisian berbalik
Teknik ini sangat unik, yaitu memasangkan sebuah stimulasi
negative dengan prilaku yang ingin dirubah.
b) Metode Mengandalkan Terapi dan Obat-Obatan.
1) Penggantian nikotin
2) Pemberian obat-obatan (varenklin, bupropion dan klonidin)
c) Metode Hipnotis.
Hipnosis adalah suatu keadaan dimana seseorang fokus atau
berkonsentrasi penuh, sehingga mampu meningkatkan kemampuan
untuk menerima sugesti,hipnosis diasosiasikan dengaan keadaan
tenang atau rileks. Hipnosis merupakan salaah satu metode
psikoterapi yang valid untuk digunakan dalam praktik psikologi
klinis.
D. Kebijakan Program Pemerintah dan Masyarakat dalam penanganan kasus Remaja
dengan penyalahgunaan NAPZA dan perilaku merokok.
Mengingat semakin banyaknya kasus penyalahgunaanaan narkoba dan yang
menjadi pemakai paling banyak berdasarkan survei BNN adalah usia produktif
remaja, maka pemerintah sudah melakukan beberapa langkah untuk mengatasi
narkoba di Indonesia. Langkah – langkah yang dilakukan pemerintah antara lain:
melakukan sosialisasi dan penyuluhan tentang bahaya narkoba kepada masyarakat
melalui BNN, mengadakan seminar mengenai bahaya narkoba ke sekolah atau
kampus sehinggga remaja mendapat pengetahuan lebih dini agar tidak melakukan
penyalahgunan narkoba.Pemerintaah terus berupaaya memerangi peredaran dan
penyalahgunaan narkoba dengan berbagai cara,namun perkembangan regulasi juga
diperlukan agar daapat mengikuti dinamika masyarakat.
Beberapa kebijakan pemerintah untuk pencegahan dan penanggulangan
penyalahgunaan narkoba:
1. Inpres No 2 Tahun 2020 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Pencegahan
dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan
Prekusor Narkotika (P4GN). Upaya Pencegahan dan Penanggulangan NAPZA
dapat dilakukan melalui beberapa cara ,sebagai berikut:
a) Preventif/Pencegahan, yaitu untuk membentuk masyarakat yang
mempunyai ketahanan dan kekebalan terhadap narkoba,seperti pembinaan
dan pengawasan dalaam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten
baik di sekolah maupun di forum sosial,pengawasan tempat tempat hiburan
malam, pengawasan peredaran obat ilegal,pendekatan spiritual.
b) Represif/penindakan, yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan
narkoba melalui jaalur hukum yang dilaakukan oleh penegak hukum atau
aparat keamanan yang dibantu oleh masyarakat.
c) Kuratif/pengobatan, yaitu penyembuhan korban NAPZA baik secara medis
maupun media lain.
d) Rehabilitatif/ rehabilitassi, berupaya menyantuni dan memperlakukan
secara wajar korban NAPZA agar dapat kembali ke masyarakat .
2. Peraturan Walikota Surabaya nomor 65 tahun 2014 tentang rencana aksi
kebijakan dan strategi daerah bidang P4GN, Perwali yang berkaitan dengan
bidang pencegahan penyalahguna narkoba yaitu, Sosialisasi bahaya narkoba,
membuat modul, pembentukan tim sebaya, memberikan pelatihan dan aktivitas
leadership untuk mencegah penggunaan narkoba, membentuk tim deteksi dini,
membentuk kader pendamping terhadap para pengguna narkoba, memberi
informasi dan edukasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, membentuk
kader anti narkoba.
3. PP No 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat
Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan
Pasal 25: Setiap orang dilarang menjual Produk Tembakau: a. menggunakan
mesin layan diri; b. kepada anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun; dan c.
kepada perempuan hamil.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Desa J RT 01 RW 01 di kelurahan Bonjoklor Kecamatan Bonorowo Kabupaten
Kebumen dengan jumlah penduduk ± 700 orang dan jumlah remaja di desa tersebut
berjumlah ± 400 orang. Mayoritas remajanya pernah menyalahgunakan narkoba.
Berdasarkan data yang kami dapat melalui wawancara singkat dengan warga setempat dan
pihak kelurahan terdapat 20% remaja pernah terlibat tawuran dan perkelahian, 30% remaja
pernah mengunakan minuman beralkohol, sabu-sabu, dan 80% remajanya memiliki
kebiasaan merokok. Perilaku tersebut didukung karena mudahnya akses untuk
mendapatkan rokok. Terdapat banyak warung dan swalayan yang menyediakan rokok.
Namun untuk akses mendapatkan zat terlarang belum diketahui secara pasti.
Warga mengatakan sering melihat adanya kumpul- kumpul dimalam hari dirumah
salah satu remaja dengan melakukan pesta minuman keras. Setelah melakukan pesta
tampak remaja keluar dengan keadaan kacau, jalan sempoyongan, pucat dan mata merah.
Banyak ditemukan botol- botol miras, pil ekstasi dan puntung rokok saat dilakukan
pembersihan. Banyak orangtua remaja mengeluh tentang perilaku anaknya dan tidak tahu
lagi cara mengatasi persoalan tersebut. Orangtua remaja mengeluhkan anaknya malas
berangkat kesekolah, tidak mau beribadah dan berani kepada orang tua.
A. Pengkajian
1. Data Inti
a) Data demografi
Desa J RT 01 RW 01 di Kelurahan Bonjoklor Kabupaten Kebumen memiliki
jumlah penduduk ±700 orang dengan jumlah remaja sebanyak 400 orang.
b) Status perkawinan
Warga desa J RT 01 RW 01 Kelurahan Bonjoklor sudah ada yang menikah dan
belum menikah.
c) Nilai, keyakinan dan agama
Nilai yang dianut warga desa J RT 01 RW 01 taat kepada Tuhan dengan 70%
beragama islam, 20% beragama katholik dan lainnya beragama
2. Data Subsistem
a) Perumahan dan lingkungan (daerah)
Mayoritas bangunan di Desa J permanen terbuat dari tembok, batu bata dan
dekat dengan warga lain.
b) Lingkungan terbuka
Luas wilayah di desa J ±200 Ha dengan kepadatan rata- rata 9-10 rumah /
100m. Lingkungan di Desa J pada umumnya bersih, namun di beberapa tempat
masih terdapat tumpukkan sampah terutama yang mempunyai home industri.
c) Batas
Batas barat desa Bonjokidul. Batas timur RT 02. Batas selatan desa klepusari
dan batas utara RT 03.
d) Tingkat sosial dan ekonomi
Tingkat sosial ekonomi cukup sejahtera. Tingkat sosial ekonomi orangtua
remaja pengguna NAPZA menengah kebawah dan sebagian besar pekerjaan
sebagai buruh.
e) Kebiasaan
Remaja sering kmpul- kumpul mengadakan pesta minuman keras, remaja
sering merokok saat sedang berkumpul dan menggunakan obat-obatan
terlarang, remaja pernah terlihat sempoyongan di pagi hari setelah berkumpul
dengan teman-temannya.
f) Transportasi
Transportasi menggunakan kendaraan pribadi (motor dan sepeda), kendaraan
umum dan jalan kaki. 50% remaja menggunakan kendaraan pribadi.
g) Fasilitas umum
1) Kesehatan
Terdapat 1 dokter praktek umum
2) Sekolah
Di wilayah RW 1 terdapat 1 sekolah dasar. 80% remaja sudah
bersekolah lanjut menengah dan atas diluar wilayah desa J dan sering
bolos.
3) Agama
Terdapat 1 masjid dan 3 mushola di desa J.
4) Ekonomi
a) Terdapat beberapa warung milik warga dan adanya industri
rumah yang dimiliki warga.
b) Pendapatan keluarga rata-rata Rp 2.000.000,00
c) Pengeluaran penduduk relatif, masing-masing keluarga
mempunyai pengeluaran yang berbeda-beda
d) Masyarakat di desa J rata-rata mampu menyediakan makanan
yang bergizi tapi ada juga yang kesulitan memenuhi kebutuhan
sehari-hari
e) Ada sebagian masyarakat yang mempunyai tabungan kesehatan
berupa asuransi kesehatan berupa BPJS dan
f) Data dari kelurahan sekitar 300 remaja putus sekolah, remaja
yang putus sekolah tidak memiliki pekerjaan dan hanya
menganggur.
5) Pelayanan umum
Tidak terdapat fasilitas pelayananan umm seperti kantor pos, Bank
maupun Puskesmas di Desa J.
6) Politik
Terdapat poster politik. Remaja sulit diajak mengikuti kegiatan karang
taruna.
h) Pusat belanja
Terdapat warung- warung milik warga yang menjual kebutuhan sehari- hari
dan adanya pedagang keliling di wilayah desa J.
i) Suku bangsa
Sebagian besar penduduk merupakan suku jawa.
j) Kesehatan dan morbiditas
30% remaja menggunakan obat-obatan terlarang, 80% remaja memiliki
kebiasaan merokok. 20% pernah terlibat dalam perkelahian dan tawuran.
k) Sarana penunjang
Rata-rata remaja memiliki gedjet, memiliki televisi dan radio dirumah.
l) Komunikasi
a) Tidak adanya tempat berkumpul untuk remaja dalam bertukar
informasi.
b) Alat komunikasi yang dimiliki keluarga seperti televisi, koran, telepon
dan ponsel.
c) Tidak ada alat komunikasi umum yang tersedia di desa J
d) Media komunikasi di masyarakat dengan arisan dan pengajian.
e) Tidak ada konsultasi oleh tenaga medis dengan masyarakat desa J
m) Rekreasi
Remaja memiliki kebiasaan nongkrong di warnet di desa sebelah.
B. Analisa Data
No Analisa Data Masalah
1. DS: Koping Komunitas tidak efektif
1) Warga mengatakan sering berhubungan dengan tidak adanya
melihat remaja kumpul-kumpul sistem/regulasi dalam masyarakat
melakukan pesta minuman keras dalam penyelesaian masalah
dan merokok. Remaja dengan perilaku Napza dan
2) Warga melihat remaja berjalan merokok di Desa J
sempoyongan, mata cekung dan
merah dan keadaan kacau.
DO:
1) Terdapat data 30% remaja
pernah mengunakan minuman
beralkohol, sabu-sabu
2) 80% remajanya memiliki
kebiasaan merokok.
3) 20% pernah terlibat dalam
perkelahian dan tawuran.
4) Adanya dukungan akses yang
mudah untuk mendapatkan
minuman keras dan rokok.
5) Saat bersih desa terdapat botol
bekas minuman alcohol di
tempat kumpul remaja.
2 DS: Defisit Kesehatan Komunitas
Warga mengatakan bahwa mereka berhubungan dengan risiko masalah
sering melihat remaja keluar dari sebuah kesehatan remaja dengan perilaku
rumah dengan keadaan kacau Napza dan merokok di Desa J
diantaranya jalan sempoyongan, mata
merah.
DO:
Pihak warga maupun polisi setempat
menemukan korban kecelakaan di area
tikungan, setelah di periksa ternyata ada
pengaruh obat terlarang.

C. Diagnosa Keperawatan Komunitas


1).Koping Komunitas tidak efektif berhubungan dengan tidak adanya
sistem/regulasi dalam masyarakat dalam penyelesaian masalah Remaja dengan
perilaku Napza dan merokok di Desa J
2). Defisit Kesehatan Komunitas berhubungan dengan risiko masalah
kesehatan remaja dengan perilaku Napza dan merokok di Desa J
D. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Rencana Kegiatan Evaluasi
o Keperawatan
Komunitas Strategi Intervensi Kriteria hasil Evaluator
1 .Koping Setelah 1.Dapat teridentifikasi Mahasisw
Komunitas dilakukan  Observasi 4. Identifikasi kemampuan yang dimiliki a PSIK
tidak efektif tindakan  Terapetik kemampuan/sumber masyarakat UGM
berhubungan keperawatan  Edukasi daya yang dimiliki 2.Masyarakat memahami Kader
dengan tidak selama 5 masyarakat dampak negatif akibat PokJaKes
adanya minggu 5. Identifikasi dampak perilaku remaja merokok dan
sistem/regula diharapkan situasi terhadap penyalahgunaan NAPZA
si dalam masyarakat perubahan dalam 3.Dapat di identifikasi metode
masyarakat mampu masyarakat terkait penyelesaian masalah terkait
dalam menentukan perilaku remaja di perilaku remaja di Desa J
penyelesaian koping untuk Desa J 5.Sistem pendukung mampu
masalah menyelesaika 6. Identifikasi metode didaya gunakan dalam
Remaja n masalah penyelesaian masalah penyelesaian masalah remaja
dengan remaja perilaku remaja di di Desa J
perilaku dengan Desa J 6.Terciptanya kerja sama
Napza dan perilaku 7. Identifikasi sistem antara
merokok di merokok dan pendukung yang ada keluarga,sekolah,masyarakat,d
Desa J menggunaka an pihak terkait yang
n NAPZA di di masyarakat berkoordinasi dalam upaya
Desa J 8. Fasilitasi masyarakat penyelesaian masalah remaja
dalam memperoleh di Desa J
informasi yang 7.Masyarakat mampu
dibutuhkan menentukan metode
9. Tinjau kembali penyelesaian masalah di desa J
kemampuan
masyarakat dalam
upaya menyelesaikan
masalah
10. Lakukan kerja sama
dengan keluarga,
sekolah, masyarakat
atau pihak terkait
untuk menentukan
metode pemecahan
masalah remaja di
Desa J.
11. Dukung masyarakat
untuk menentukan
koping/cara
penyelesaian masalah
remaja dengan
perilaku merokok dan
penyalahgunan Napza
yang baik dan benar.

2 Defisit Setelah  Observasi 1. Identifikasi riwayat Mahasisw


Kesehatan dilakukan  Terapetik merokok dan 1. Teridentifikasi riwayat a PSIK
Komunitas tindakan  Pendidika penggunaan remaja berperilaku merokok UGM
berhubungan keperawatan n NAPZA pada dan menggunakan NAPZA Kader
dengan risiko selama 5 kesehatan remaja di Desa J 2. Teridentifikasi faktor PokJakes
masalah minggu  Kolaboras 2. Identifikasi kondisi penyebab remaja
kesehatan diharapkan i lingkungan dan
berperilaku merokok dan
remaja masyarakat aspek psikososial
pengguna NAPZA di Desa J
dengan mampu penyebab merokok
3. Terbentuk rencana/metode
perilaku memahami dan penggunaan
untuk menyelesaikan
Napza dan risiko tinggi NAPZA
masalah oleh masyarakat
merokok di dan 3. Buat rencana
Desa J
Desa J mencegah penanganan khusus
4. Sosialisasi dengan
peningkataan dan penyelesaian
penggunaan masalah remaja di masyarakat terkait resiko

zat yang tinggi penggunaan NAPZA


dapat Desa J dan perilaaku merokok
menimbulkan 4. Diskusikan/ tepat sasaran
risiko sosialisasi kepada 5. Masyarakat mampu
/dampak masyarakat terkait menentukan
berbahaya di risiko /gejala metode/koping
Desa J fisik,kognitif dan
penyelesaian masalah
withdrawal akibat
remaja di Desa J
perilaku remaja di
6. Tercipta koordinasi dengan
Desa J.
pihak terkait,program
5. Dukung masyarakat
kelompok atau terapis.
untuk menentukan
metode
penyelesaian
masalah sehingga
remaja dengan
perilaku merokok
tidak berkelanjutan
dan tidak ada
peningkatan
jumlaah pengguna
di Desa J.
6. Koordinasi/rujuk ke
program kelompok
atau terapis jika
perlu
7. Kolaborasi dengan
organisasi sumber
daya Nasional dan
lokal terkait
program yang
sudah disepakati
masyarakat untuk
penyelesaian
masalah perilaku
remaja di Desa J
E. Implementasi dan Dokumentasi Keperawatan
F. Analisa Solusi Kasus Remaja dengan NAPZA dan perilaku merokok
Sebagai perawat komunitas kita dapat memberikan analisa solusi untuk kasus
remaja dengan perilaku penyalahgunaan NAPZA dan merokok di masyarakat, melalui
upaya pencegahan yang meliputi:
1).Pencegahan primer, yaitu mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan
NAPZA dan melakukan intervensi kepada mereka agar tidak menggunakan NAPZA.
Upaya ini dilakukan sejak dini, agar faktor yang dapat menghambat proses tumbuh
kembang anak dapat terdeteksi dan diatasi dengan baik.
2).Pencegahan Sekunder,yaitu upaya mengobati dan memberikan intervensi agar
remaja pengguna NAPZA tidak lagi menggunakan NAPZA.
3).Pencegahan Tersier, yaitu berkoordinasi dengan pihaak terkait untuk melakukan
rehabilitasi pengguna NAPZA,sehingga pengguna dapat kembali ke masyarakat dalam
keadaan baik. Mempersiapkan lingkungan di masyarakat juga harus dipertimbangkan
dalam hal ini.
BAB IV
PENUTUP
12. Kesimpulan
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan zat terlarang secara terus menerus
bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang
parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Peran perawat mempengaruhi pada
keberhasilan dalam mencapai tujuan dan hasil akhir yang diharapkan dalam perawatan.
Dimana asuhan keperawatan pada pasien penyalahgunaan NAPZA dan merokok
ditekankan pada aspek psikososial, kejiwaan, komunitas dan keagamaan. Peran keluarga
dan lingkungan juga sangat diperlukan untuk mempercepat proses pemulihan pasien
penyalahgunaan NAPZA. (kebanyakan dari pengguna menjadikan NAPZA sebagai
pelarian atau pemecahan suatu masalah.
13. Saran
Upaya mencegah kekambuhan klien dengan penyalahgunaan NAPZA sangat
tergantung dari motivasi internal dari klien itu sendiri untuk terlepas dari kecanduan. Tidak
kalah penting dari hal itu juga peran serta orang terdekat untuk senantiasa memberi
dukungan dan memberikan pengawasan kepada penderita.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan
saran pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.
Badan Narkotika Nasional RI.(2011). Pencegahan penyalahgunaan Narkotika Bagi
Remaja (Buku Praktis Untuk Remaja).
Jakarta Inpres No 2 Tahun 2020. Rencana Aksi Nasional (RAN) Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan
Prekusor Narkotika (P4GN).
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1(2016)
Standar Luaran keperawataan Indonesia ,Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1 (2016)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,Definisi dan Tindakan Keperawatan,Edisi
1(2016).

Anda mungkin juga menyukai