Anda di halaman 1dari 19

TUTORIAL SEVEN JUMPS 1

Buah Hatiku Saat Usia Prasekolah

Ny. V, mempunyai tiga orang anak, yang berusia prasekolah yaitu an. A berusia dua
tahun (toddler), An. B berusia lima tahun (prasekolah). Ny. V megalami kesulitan dalam
mengasuh kedua anaknya, An. A mudah marah dengan berguling-guling di lantai bila
keinginannya tidak terpenuhi dan sampai saat ini masih sering buang air kecil di celana
meskipun Ny. V sudah berusaha melakukan toilet training. Sementara itu An. B selalu
mengganggu adiknya untuk mencari perhatian keluarga.

1. Unfamiliar term
a. Tinuk: usia prasekolah
Luthfi: usia anak 3-6 tahun
b. Rohmat: Toddler
Paryati: usia anak 12-36 bulan
c. Ari: toilet training
Ipul: proses belajar buang air besar dan kecil di toilet selayaknya orang dewasa
Kartini: secara benar dan teratur
Jaswanto: proses belajar mengendalikan bak dan bab, berlatih untuk tidak mengompol

2. Define The Problem


a. Niken: apa yang dimaksud dengan konsep tumbuh kembang pada anak?
b. Ari: bagaimana tahapan tumbuh kembang anak usia toddler?
c. Ipul: faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada anak?
d. Luthfi: bagaimana tahapan tumbuh kembang usia anak prasekolah?
e. Niken: apa saja gangguan tumbuh kembang pada anak?
f. Kartini: penyebab gangguan tumbuh kembang ? tanda dan gejalanya?
g. Rohmat: tujuan toilet training? Usia efektif diajarkan toilet training?
h. Prayati: bagaimana stimulasi tumbuh kembang pada anak?
i. Yuan: bagaimana peran perawat dalam proses tumbuh kembang anak?
j. Tinuk: cara melatih anak toilet training?
k. Kartini: apa saja yang penting diajarkan pada anak usia toddler dan prasekolah?
l. Niken: bagaimana pola asuh orang tua pada usia toddler?
m. Jaswanto: alat yang digunakan untuk screening tumbuh kembang anak?
n. Kartini: bgaimana cara screning tumbuh kembang anak?

3. Brain Storming
a. Niken: apa yang dimaksud dengan konsep tumbuh kembang pada anak?
Paryati: pertumbuhan: bertambahnya struktur fisik, lingkar kepala, BB, TB
Perkembangan: meningkatnya fungsi organ (kemampuan pendengaran, penglihatan,
motorik kasar-halus)
Kartini: tumbuh (kuantitatif-bisa diukur), perkembangan (kualitatif)

b. Ari: bagaimana tahapan tumbuh kembang anak usia toddler?


Luthfi: 5 macam: volume otak berkembang pesat, kemampuan bereksplorasi,
ketrampilan melakukan hal secara mandiri, daya tahan tubuh, kebutuhan nutrisi
meningkat.
Ipul: kecepatan pertumbuhan menurun, perkembangan motorik kasar dan halus
meningkat

c. Ipul: faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada anak?


Niken: genetik, lingkungan, gizi, kehamilan, ras/adat
Yuan: stimulasi, sosial-ekonomi, agama dan budaya
Kartini: faktor internal: umur, jenis kelamin, ras, genetik
Faktor eksternal: prenatal, persalinan, post natal
Tinuk: permainan, tontonan, rekreasi dan mengenal dunia luas (lingkungan)
Jaswanto: stimulasi pengasuh dan fasilitas
Paryati: herediter
Ari: penyakit, infeksi, BBLR
Ipul: imunologi (kesehatan), psikologis orang tua dan lingkungan

d. Luthfi: bagaimana tahapan tumbuh kembang usia anak prasekolah?


Ari: kecepatan pertumbuhan lambat dan berlangsung stabil, kecepatan motorik dan
fungsi ekspresif, aktivitas fisik bertambah, ketrampilan meningkat
Ipul: mampu mengontrol sistem tubuh, ke toilet, makan. Belajar membaca menulis
(kognitif), bersosialisasi dengan teman.
Niken: meningkatkan ketrampilan dan berpikir. Mampu menunjukkan keinginannya,
bermain dengan lingkungan sekitar.
Jaswanto: mandiri berpakaian, mengenal angka 1-20, mengenal arti kata.
Tinuk: berat dan TB mulai.. , kemampuan motorik meningkat, bisa berinteraksi
dengan orang lain, memahami kata2, mampu menunjuk bagian tubuh, mengucapkan
kalimat, mencari mainan dan meniru gerakan orang, melaksanakan instruksi
sederhana

e. Niken: apa saja gangguan tumbuh kembang pada anak?


Paryati: status gizi: gizbur, obes, stanting, autisme, gg pemusatan perhatian, down
syndrom.
Yuan: cerebral palsy, hiperaktif, disabilitas intelektual.
Rohmat: gg perkembangan sosial/interaksi sosial, gg sensori, gg pancaindera (suara,
aroma, pendengaran), ADHD, gg kecemasan
Ari: gangguan bicara dan bahasa, keterlambatan berjalan
Jaswanto: GPPH

f. Kartini: penyebab gangguan tumbuh kembang ? tanda dan gejalanya?


Luthfi: gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik/endokrin. Tanda dan gejala:
mayor dan minor.
Yuan: kurangnya stimulasi pada anak
Ipul: genetik, nutrisi, masalah pertumbuhan konstitusional, pubertas terlambat,
penyakit dan kelainan

g. Rohmat: tujuan toilet training? Usia efektif diajarkan toilet training?


Niken: melatih kemandirian anak sejak dini, usia: 18 bln-3 tahun
Paryati: melatih mengontrol kemandirian, usia 2-3 th

h. Paryati: bagaimana stimulasi tumbuh kembang pada anak?


Jaswanto: disesuaikan dengan usia anak, dilakukan sedini mungkin dan kontinyu.
Memberikan pujian kepada anak.
Niken: dilandasi kasih sayang supaya anak nyaman dan tidak tertekan, menggunakan
permainan sederhana dan aman
Ari: belajar mengenal huruf, warna, bentuk dasar
Kartini: memberikan contoh perilaku yang baik dan cara menyenangkan
Ipul: bermain kelompok untuk merangsang perkembangan sosialisasi anak
Tinuk: kontinyu di setiap kesempatan, dilakukan oleh orang terdekat, sesuai tahapan
usia.
Rohmat: tidak membandingkan anak satu dengan yang lain

i. Yuan: bagaimana peran perawat dalam proses tumbuh kembang anak?


Paryati: deteksi dini
Kartini: edukasi, penyuluhan
Niken: stimulasi perkembangan anak saat hospitalisasi sesuai usia
Jaswanto: melaksanakan program pemerintah (posyandu), deteksi dini, penyuluhan,
vaksinasi, program makanan tambahan
Tinuk: edukator, advokasi, peneliti, konseling, kolaborator

j. Tinuk: cara melatih anak toilet training?


Ari: perkenalkan potty/tanda mau bak/bab secara alami, tunjukan tempat buang air,
gunakan celana yang mudah dilepas, ajari anak proses sebelum, saat dan sesudah
buang air, biarkan anak membiasakan diri, berikan pujian.
Niken: tidak membiasakan anak menggunakan pampers, mengajarkan anak untuk
mengungkapkan keinginan bak / bab
Ipul: membiasakan anak bak sebelum tidur, ditatur setiap 2/3 jam sekali
Jaswanto: bangun tidur langsung diajak ke kamar mandi
Rohmat: menyediakan lingkungan yang aman
Tinuk: tidak membatasi anak minum

k. Niken: bagaimana pola asuh orang tua pada usia toddler?


Ipul: berbeda untuk setiap orang tua
Niken: otoriter tidak memperhatikan kebutuhan anak
Paryati: banyak faktor yang mempengaruhi (agama, ekonomi, pendidikan)
Kartini: demokratis, tetap memberikan kebebasan dengan arahan dan pengawasan
Ari: otoriter, demokratis, permisif

l. Jaswanto: alat yang digunakan untuk screening tumbuh kembang anak?


Yuan: buku KIA, Denver 2
Paryati: KPSP
Rohmat: buku SDIDTK
Niken: tes penglihatan snellen (tabel E)
Jaswanto: tes pendengaran, penglihatan, kuesioner masalah perilaku emosional
Rohmat: screening gizi

m. Kartini: bagaimana cara screening tumbuh kembang anak?


Ari: motorik kasar, motorik halus, sosialisasi dan kemandirian, bahasa
Ipul: sesuai instrumen yang digunakan

4. Formulating Learning Issue

TAHAPAN TUMBUH
KEMBANG ANAK

GANGGUAN TUMBUH
KEMBANG PADA ANAK

PERTUMBUHAN DAN SCREENING TUMBUH


PERKEMBANGAN ANAK KEMBANG PADA ANAK

PERAN PERAWAT
DALAM PROSES
TUMBUH KEMBANG

FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
KUALITAS TUMBUH
KEMBANG

5. Analyzing The Problem


a. Tahapan tumbuh kembang anak

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66


TAHUN 2014 TENTANG

PEMANTAUAN PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN, DAN GANGGUAN


TUMBUH KEMBANG ANAK

Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur halaman 127


Umur 0-3 bulan

oo Mengangkat kepala setinggi 45 0 .


o Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.
o Melihat dan menatap wajah anda.
o Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
o Suka tertawa keras.
o Bereaksi terkejut terhadap suara keras.
o Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.
o Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran,
kontak.
Umur 3-6 bulan
oo Berbalik dari telungkup ke telentang. I.
o Mengangkat kepala setinggi 90o.
o Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.
o Menggenggam pensil.
o Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.
o Memegang tangannya sendiri.
o Berusaha memperluas pandangan.
o Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.
o Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.
o Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat
bermain sendiri.

Umur 6-9 bulan


oo Duduk (sikap tripoid – sendiri).
o Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat
badan.
o Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.
o Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.
o Memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1
benda pada saat yang bersamaan.
o Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.
o Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatatata.
o Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.
o Bermain tepuk tangan/ciluk ba.
o Bergembira dengan melempar benda.
o Makan kue sendiri.
Umur 9-12 bulan

o Mengangkat badannya ke posisi berdiri. A.


o Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.
o Dapat berjalan dengan dituntun.
o Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang
diinginkan.
o Mengenggam erat pensil.
o Memasukkan benda ke mulut.
o Mengulang menirukan bunyi yang didengar.
o Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.
o Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja.
o Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
o Senang diajak bermain ”CILUK BA”
o Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum
dikenal.
Umur 12-18 bulan

o Berdiri sendiri tanpa berpegangan.


o Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.
o Berjalan mundur 5 langkah.
o Memanggil ayah dengan kata ”papa”, memanggil ibu dengan
kata ”mama”.
o Menumpuk 2 kubus.
o Memasukkan kubus di kotak.
o Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek,
anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau
menarik tangan ibu
o Memperlihatkan rasa cemburu / bersaing.
Umur 18-24 bulan

o Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.


o Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
o Bertepuk tangan, melambai-lambai.
o Menumpuk 4 buah kubus.
o Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
o Menggelindingkan bola kearah sasaran.
o Menyebut 3– 6 kata yang mempunyai arti.
o Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.
o Memegang cangkir sendiri, belajar makan - minum sendiri.
Umur 24-36 bulan

o Jalan naik tangga sendiri.


o Dapat bermain dan menendang bola kecil.
o Mencoret-coret pensil pada kertas.
o Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata.
o Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika
diminta.
o Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama
2 benda atau lebih.
o Membantu memungut mainannya sendiri atau
membantu mengangkat piring jika diminta.
o Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
o Melepas pakaiannya sendiri.
Umur 36-48 bulan

o Berdiri 1 kaki 2 detik


o Melompat kedua kaki diangkat
o Mengayuh sepeda roda tiga.
o Menggambar garis lurus
o Menumpuk 8 buah kubus.
o Mengenal 2-4 warna.
o Menyebut nama, umur, tempat.
o Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan.
o Mendengarkan cerita.
o Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
o Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
o Mengenakan sepatu sendiri.
o Mengenakan celana panjang, kemeja, baju
Umur 48-60 bulan

o Berdiri 1 kaki 6 detik.


o Melompat-lompat 1 kaki.
o Menari.
o Menggambar tanda silang.
o Menggambar lingkaran.
o Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.
o Mengancing baju atau pakaian boneka.
o Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
o Senang menyebut kata-kata baru.
o Senang bertanya tentang sesuatu
o Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.
o Bicaranya mudah dimengerti
o Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan
bentuknya
o Menyebut angka, menghitung jari
o Menyebut nama-nama hari
o Berpakaian sendiri tanpa dibantu.
o Menggosok gigi tanpa dibantu.
o Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.
Umur 60-72 bulan

o Berjalan lurus.
o Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik.
o Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap
o Menangkap bola kecil dengan kedua tangan
o Menggambar segi empat.
o Mengerti arti lawan kata
o Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih
o Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan
kegunaannya.
o Mengenal angka, bisa menghitung angka 5 -10
o Mengenal warna-warni
o Mengungkapkan simpati
o Mengikuti aturan permainan
o Berpakaian sendiri tanpa dibantu

Kemenkes RI (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun


2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta: Kemenkes RI.

b. Gangguan tumbuh kembang pada anak usia toddler dan pra sekolah
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66
TAHUN 2014 TENTANG
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN, DAN GANGGUAN
TUMBUH KEMBANG ANAK
Pada halaman 240
Jenis-Jenis Kasus Rujukan Gangguan Tumbuh Kembang
Pada buku ini akan dibahas beberapa gangguan tumbuh
kembang yang sering dijumpai di Klinik Tumbuh Kembang, yaitu :
a. Kelainan Bicara dan Bahasa
b. Kelainan Motorik
c. Kelainan Perilaku
d. Kelainan Pendengaran
e. Kelainan Penglihatan
f. Kelainan Pertumbuhan
g. Kelainan Mental Emosional

Kemenkes RI (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun


2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta: Kemenkes RI.

c. Screening tumbuh kembang pada anak usia toddler dan pra sekolah
Halaman 239

No. Jenis Kelainan InstrumenLevel III Pelaksana

1. SDIDTK : KPSP, CHATT, KMME Perawat/Bidan


Denver II Dokter
Tes daya dengar modifikasi Perawat/Bidan
Pemeriksaan TORCH Dokter Spesialis
Anak
Capute Scale Dokter Spesialis
Gangguan Anak
Pendengaran dan ELMS Dokter Spesialis
Keterlambatan Anak
Bicara & Bahasa PPDGJ III Dokter Spesialis
Jiwa
Tes Penglihatan Dokter/Dokter
Spesialis Mata
Pemeriksaan Fisik Rehab Medik Spesialis Rehab
Medik
Behavioral Audiometry Spesialis THT

No. Jenis Kelainan InstrumenLevel III Pelaksana


OAE – BERA Spesialis THT

Evaluasi status mental anak Spesialis


berdasarkan wawancara psikiatri Kedokteran Jiwa
pada anak, orangtua, dan Anak
keluarga

Evaluasi fungsi dan sistem


keluarga
Tes Psikologi Psikolog

2. Motorik kasar KPSP Perawat/Bidan


dan halus
Denver II Dokter/ Spesialis
Anak
GMFM/GMFCS (khusus CP) Dokter/ Spesialis
Anak
Pemeriksaan Rehab Medik Spesialis
Rehabilitasi
Medik Anak
Pemeriksaan Mata Lengkap (Tajam Spesialis Mata
Penglihatan, Fundus) Anak
Evaluasi status mental anak Dokter Spesialis
berdasarkan wawancara psikiatri Kesehatan Jiwa
pada anak, orangtua dan keluarga Konsultan Anak
Evaluasi fungsi dan sistem
keluarga

3. Mental Emosional KPSP, CHATT, KMME , Conners Perawat/Bidan


dan Prilaku
Denver II Dokter/Dokter
Spesialis Anak
SDQ Dokter

PSC 17 Dokter/ Spesialis


Anak/ Psikiater
Evaluasi status mental anak Dokter Spesialis
berdasarkan wawancara psikiatri Kesehatan Jiwa
pada anak, orangtua, dan keluarga Konsultan Anak

Evaluasi fungsi dan sistem


keluarga
SIPT Dokter Spesialis
Rehabilitasi
Medik
Tes Psikologi Psikolog

4. Gangguan Kurva Pertumbuhan (WHO 2005): Perawat/Bidan/


Pertumbuhan TB/BB/LK/ IMT D3 Gizi
Mental Emosional ( Interpretasi oleh
dan Prilaku dokter / Dokter
No. Jenis Kelainan InstrumenLevel III Pelaksana

Spesialis Anak)

Pemeriksaan Penunjang ( Darah Paramedis ,


Tepi, lengkap Radiologi Thoraks) Interpretasi
Dokter/Dokter
Spesialis Anak
Pemeriksaan TSH, T4 Interpretasi
Dokter Spesialis
Anak
Proporsi Tubuh Interpretasi
Dokter Spesialis
Anak
Bone Age Dokter Spesialis
Anak/Dokter
Spesialis
Radiologis
Pemeriksaan Rehabilitasi Medis Dokter Spesialis
Rehabilitasi
Medis
Tajam Penglihatan, sensitifitas Dokter Spesialis
kontras, Mata
Pemeriksaan GH dan Kromosom Interpretasi
Dokter Spesialis
Anak dan
Intervensi oleh
Konsultan Dokter
Anak Endokrin
MRI Dokter Spesialis
Radiologis
Evaluasi status mental anak Spesialis
berdasarkan wawancara psikiatri Kesehatan Jiwa
pada anak, orangtua, dan keluarga Konsultan Anak

Evaluasi fungsi dan sistem


keluarga
Behavioral Audiometry-OAE Dokter Spesialis
+BERA THT
5. Penglihatan KPSP Perawat/ Bidan

Tes Penglihatan Refraksionis/


Dokter
Tes Tajam Penglihatan Segmen Dokter Spesialis
Anterior dan Posterior Mata Anak
Kemenkes RI (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
2014 tentang Pemantauan Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta: Kemenkes RI.

d. Peran perawat dalam proses tumbuh kembang anak usia toddler dan pra sekolah

Peran Perawat Anak


Perawat merupakan anggota dari tim pemberi asuhan keperawatan anak dan orang
tuanya. Perawat dapat berperan dalam berbagai aspek dalam memberikan pelayanan
kesehatan dan bekerjasama dengan anggota tim lain, dengan keluarga terutama dalam
membantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan perawatan anak. Mari kita
bahas
secara jelas tentang peran perawat anak. Perawat merupakan salah satu anggota tim
kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang tua. Beberapa peran penting seorang
perawat, meliputi:
a. Sebagai pendidik.
Perawat berperan sebagai pendidik, baik secara langsung dengan memberi
penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua maupun secara tidak langsung
dengan menolong orang tua/anak memahami pengobatan dan perawatan anaknya.
Kebutuhan
orang tua terhadap pendidikan kesehatan dapat mencakup pengertian dasar penyakit
anaknya, perawatan anak selama dirawat di rumah sakit, serta perawatan lanjut untuk
persiapan pulang ke rumah. Tiga domain yang dapat dirubah oleh perawat melalui
pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan serta sikap keluarga dalam
hal
kesehatan khususnya perawatan anak sakit.
b. Sebagai konselor
Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan psikologis berupa
dukungan/dorongan mental. Sebagai konselor, perawat dapat memberikan konseling
keperawatan ketika anak dan keluarganya membutuhkan. Hal inilah yang
membedakan
layanan konseling dengan pendidikan kesehatan. Dengan cara mendengarkan segala
keluhan, melakukan sentuhan dan hadir secara fisik maka perawat dapat saling
bertukar
pikiran dan pendapat dengan orang tua tentang masalah anak dan keluarganya dan
membantu mencarikan alternatif pemecahannya.
c. Melakukan koordinasi atau kolaborasi.
Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan koordinasi dan kolaborasi
dengan anggota tim kesehatan lain dengan tujuan terlaksananya asuhan yang holistik
dan
komprehensif. Perawat berada pada posisi kunci untuk menjadi koordinator pelayanan
kesehatan karena 24 jam berada di samping pasien. Keluarga adalah mitra perawat,
oleh
karena itu kerjasama dengan keluarga juga harus terbina dengan baik tidak hanya saat
perawat membutuhkan informasi dari keluarga saja, melainkan seluruh rangkaian
proses
perawatan anak harus melibatkan keluarga secara aktif.
d. Sebagai pembuat keputusan etik.
Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik dengan
berdasarkan pada nilai normal yang diyakini dengan penekanan pada hak pasien
untuk
mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan pasien dan keuntungan
asuhan
keperawatan yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien. Perawat juga harus terlibat
dalam
perumusan rencana pelayanan kesehatan di tingkat kebijakan. Perawat harus
mempunyai
suara untuk didengar oleh para pemegang kebijakan dan harus aktif dalam gerakan
yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anak. Perawat yang paling mengerti
tentang
pelayanan keperawatan anak. Oleh karena itu perawat harus dapat meyakinkan
pemegang
kebijakan bahwa usulan tentang perencanaan pelayanan keperawatan yang diajukan
dapat
memberi dampak terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak.
e. Sebagai peneliti.
Sebagai peneliti perawat anak membutuhkan keterlibatan penuh dalam upaya
menemukan masalah-masalah keperawatan anak yang harus diteliti, melaksanakan
penelitian langsung dan menggunakan hasil penelitian kesehatan/keperawatan anak
dengan tujuan meningkatkan kualitas praktik/asuhan keperawatan pada anak. Pada
peran ini
diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam melihat fenomena yang ada dalam
layanan
asuhan keperawatan anak sehari-hari dan menelusuri penelitian yang telah dilakukan
serta
menggunakan literatur untuk memvalidasi masalah penelitian yang ditemukan. Pada
tingkat
kualifikasi tertentu, perawat harus dapat melaksanakan penelitian yang bertujuan
untuk
meningkatkan kualitas praktik keperawatan anak.

Yuliastati. Modul bahan cetak keperawatan, Keperawatan Anak. Retrieved March 3, 2022,
from http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/
Keperawatan-Anak-Komprehensif.pdf

e. Faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan


Kualitas tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal
dari dalam (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal) (Depkes, 2006).
Faktor internal terdiri dari:
a. Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki faktor herediter
ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
b. Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau
kurus.
c. Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat terjadi pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja.
d. Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki.
Tetapi setelah melewati masa pubertas pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
e. Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan
menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh
kembang anak. Salah satu contohnya adalah tubuh kerdil.
f. Kelainan kromosom.
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan dan
perkembangan seperti pada sindrom down dan sindrom turner.

Sedangkan faktor eksternal terdiri dari 3 (tiga) hal yaitu faktor prenatal, faktor
persalinan dan faktor pasca persalinan.
a. Faktor prenatal
1) Gizi.
Nutrisi yang dikonsumsi ibu selama hamil akan mempengaruhi pertumbuhan
janin yang dikandungnya. Oleh karena itu asupan nutrisi pada saat hamil harus
sangat diperhatikan. Pemenuhan zat gizi menurut kaidah gizi seimbang patut
dijalankan. Dalam setiap kali makan, usahakan ibu hamil mendapat cukup asupan
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
2) Mekanis.
Trauma dan posisi fetus yang abnormal dapat menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot, dislokasi panggul, falsi fasialis, dan sebagainya.
3) Toksin/zat kimia .
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomid dapat menyebabkan
kelainan kongenital palatoskisis.
4) Endokrin.
Diabetes mellitus pada ibu hamil dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, hyperplasia adrenal.
5) Radiasi.
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak,
kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toksoplasma, rubella,
cytomegalo virus, herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin,
seperti katarak, bisu tuli, mikrosepali, retardasi mental dan kelainan jantung
kongenital.
7) Kelainan imunologi.
Eritoblastosis fetalis timbul karena perbedaan golongan darah antara ibu dan
janin sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan
kern ikterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
8) Anoksia embrio.
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan
pertumbuhan janin terganggu.
9) Psikologis ibu.
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu
selama hamil serta gangguan psikologis lainnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin.
b. Faktor persalinan
Komplikasi yang terjadi pada saat proses persalinan seperti trauma kepala, asfiksia
dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak bayi.
c. Faktor pasca persalinan
1) Gizi.
Untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, maka bayi dan anak
memerlukan gizi/nutrisi yang adekuat. Pada masa bayi, makanan utamanya
adalah ASI. Berikan hak anak untuk mendapatkan ASI eksklusif, yaitu hanya ASI
sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah itu tambahkan makanan pendamping ASI
(MP ASI), yang diberikan sesuai dengan usia anak. Pemberian MP ASI harus
diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak. Secara garis besar pemberian
MP ASI dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu MP ASI untuk usia 6 bulan, dan MP ASI
untuk usia 9 bulan ke atas. Keduanya berbeda dalam rasa dan teksturnya, sesuai
dengan perkembangan dan kemampuan anak.
2) Penyakit kronis/kelainan congenital.
Penyakit-penyakit kronis seperti tuberculosis, anemia serta kelainan kongenital
seperti kelainan jantung bawaan atau penyakit keturunan seperti thalasemia
dapat mengakibatkan gangguan pada proses pertumbuhan.
3) Lingkungan fisik dan kimia.
Lingkungan sering disebut milieu adalah tempat anak hidup yang berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang
kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radio aktif, zat kimia
tertentu (plumbum, mercuri, rokok dan sebagainya) mempunyai dampak negatif
terhadap pertumbuhan anak.
4) Psikologis.
Faktor psikologis yang dimaksud adalah bagaimana hubungan anak dengan orang
di sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak
yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya.
5) Endokrin.
Gangguan hormon, seperti pada penyakit hipotiroid dapat menyebabkan anak
mengalami hambatan pertumbuhan.
6) Sosio-ekonomi.
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan
yang jelek dan ketidaktahuan. Keadaan seperti ini dapat menghambat proses
pertumbuhan dan perkembangan anak.
7) Lingkungan pengasuhan.
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh
kembang anak.
8) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan,
demikian juga dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang
menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

Depkes RI. (2006). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak di tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Dirjen Binkesmas. Depkes RI. (2006). Pedoman
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di tingkat
Pelayanan Dasar. Jakarta: Dirjen Binkesmas.

HUBUNGAN POLA ASUH DOMINAN ORANG TUA DENGAN SIBLING


RIVALRY ANAK USIA PRA SEKOLAH
AGUSTIN, NUR (2016) HUBUNGAN POLA ASUH DOMINAN ORANG TUA DENGAN SIBLING
RIVALRY ANAK USIA PRA SEKOLAH. Skripsi thesis, Universitas Muhammdiyah ponorogo.

Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku
orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai / norma,
memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan
panutan bagi anaknya. Sibling Rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara
laki-laki dan saudara perempuan

Agustin, N. (2016, September 17). Hubungan Pola Asuh Dominan Orang Tua dengan sibling
rivalry Anak usia pra sekolah. Umpo Repository. Retrieved March 3, 2022, from
http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/2163

Anda mungkin juga menyukai