Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

MODUL TUMBUH KEMBANG

KELOMPOK TUTORIAL 5
Claudia Sumampouw 15011101010
Andrew Paul Welang 15011101019
Anugrah Febriantama 15011101054
Mutiara Eugene Toreh 15011101089
Dewi Isa Cora 15011101046
Nikhita F. A. Mamesah 15011101036
Vania Elizabeth Laoh 15011101037
Angela A. Pangemanan 15011101039
Madeleine N. W. Senduk 15011101051
Fauzan I. Pratama 15011101097
Giovanna F. Kurnijuanto 15011101060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2018
Skenario
Seorang anak laki-laki berusia 20 bulan dibawa ibunya ke Puskesmas karena belum bisa
bicara dan berjalan dengan lancar. Ibu mengatakan anaknya bisa mengeluarkan suara
mengoceh, namun belum bisa berbicara jelas seperti memanggil mama-papa. Anak belum
bisa berjalan sendiri, bisa memegang sendok saat makan tapi belum bisa makan sendiri.

Kata Kunci
• Anak laki-laki 20 bulan
• Belum bisa bicara dan berjalan dengan lancar
• Bisa mengeluarkan suara mengoceh
• Bisa memegang sendok saat makan tapi tidak bisa makan sendiri

Masalah Dasar
Anak laki-laki 20 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan belum bisa bicara dan
berjalan dengan lancar

Pertanyaan dan Pembahasan


1. Definisi perkembangan motorik pada anak
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak.
Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot
anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola
interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol
oleh otak.
 Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan
atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan (4-6 tahun)
 Perkembangan gerakan motorik kasar
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian
besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
Motorik Kasar Motorik Halus
• melompat-lompat • mencoret-coret dengan 1 tangan
• berjalan mundur dan jinjit • menggambar garis tak beraturan
• menendang bola • memegang pensil
• memanjat meja atau tempat tidur • belajar menggunting
• naik tangga dan lompat di anak • mengancingkan baju
tangga terakhir • memakai baju sendiri
• berdiri dengan 1 kaki

2. Tahap-tahap perkembangan motorik kasar yang normal


Usia (bulan) Tahap perkembangan
Neonatus Menoleh ke satu sisi (tengkurap)
Menegakkan kepala > 2 detik ketika didudukkan
2 Mengangkat kepala 45o selama 20 detik (tengkurap)
4 Mengangkat kepala dan dada 90o
Terlentang dari posisi tengkurap
10 Berdiri dari posisi duduk (berpegangan)
Mulai eksplorasi lingkungan
12 Berdiri sendiri
Berjalan (berpegangan tangan pada 1 tangan)
15 Berjalan sendiri

3. Tahap-tahap perkembangan motorik halus yang normal


Usia (bulan) Motorik halus
3 Telapak tangan terbuka
4 Menyatukan kedua tangan
5 Memindahkan benda antara 2 tangan
6 Meraih unilateral
9 Menjimpit imatur
11 Menjimpit matur dengan jari
12 Melepaskan benda secara volunter
4. Definisi keterlambatan perkembangan motorik
Istilah keterlambatan perkembangan dapat digunakan untuk anak berusia di bawah 5
tahun, sedangkan retardasi mental umumnya dipakai untuk anak yang lebih tua. Anak
dengan gangguan perkembangan umum tidak selalu mengalami retardasi mental di
kemudian hari. (IDAI). Gejala dan tanda yang dapat terjadi jika anak mengalami
terlambatnya perkembangan motorik baik halus maupun kasar :
 Badan dan tungkai lunglai.
 Lengan dan kaki kaku.
 Tidak bisa duduk tanpa bantuan ketika usianya 9 bulan.
 Refleks tidak sadar lebih dominan dibandingkan dengan refleks saat dalam kondisi
sadar.
 Kakinya kesulitan menopang berat tubuh saat umur 1 tahun.
Keterlambatan motorik dapat menyebabkan anak merasa rendah diri, kecemburuan
terhadap anak lain, kekecewaan terhadap sikap orangtua, penolakan sosial.

5. Faktor yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan motorik


 Kondisi prenatal, perinatal, post-natal
 Kondisi lingkungan dan sosial
 Kesehatan gizi
 IQ
 Adanya stimulasi, dorongan, dan kesempatan

6. Cara deteksi dini keterlambatan perkembangan motorik


Menurut American Academy of Pediatric, penapisan dilakukan dalam 2 tahap:
 Pertama, dilakukan orang tua dengan tujuan identifikasi sebanyak mungkin terhadap
anak yang dicurigai mempunyai hambatan perkembangan
- Membuat orang tua lebih sadar pentingnya deteksi dini perkembangan anaknya
- Antara lain Ages and Stages Questionnaires (ASQ), Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP), dan Parents Evaluation of Developmental Status
(PEDS)
- Pada masing-masing instrumen tersebut terdapat aspek motorik
 Tahap selanjutnya dilakukan uji tapis untuk deteksi lebih rinci dan kompleks oleh
dokter atau petugas kesehatan lain
- Pemeriksaan singkat untuk mengetahui adanya penyimpangan dari
perkembangan normal
- Antara lain uji Denver II, Bayley Infant Neurodevelopmental Screener (BINS)

7. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologis, serta pemeriksaan penunjang


pada anak dengan kelainan perkembangan motorik
Anamnesis (Alloanamnesis)
a. Identitas pasien
- Nama
- Usia
- Jenis Kelamin
- Alamat
b. Riwayat Sekarang
- Keluhan Utama?
- Keluhan yang menyertai?
c. Riwayat Penyakit Dahulu (Masa Neonatal)
- Pernah didiagnosis suatu penyakit sebelumnya? Infeksi saraf pusat, trauma,
- Sudah pernah konsumsi obat apa sebelumnya?
d. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
- Bagaimana kehamilan? Pertumbuhan janin terhambat, prematur hipoglikemi,
DM, hipertensi, infeksi
- Bagaimana proses persalinan? Trauma jalan lahir
e. Riwayat Penyakit Keluarga
f. Riwayat Sosial – Ekonomi Keluarga
- Bagaimana keadaan ekonomi
- Pendidikan orang tua
- Pola Asuh anak (pemberian nutrisi, lingkungan)
g. Riwayat tahapan perkembangan anak
- Bagaimana perkembangan anak?
- Bagaimana perkembangan anak bila dibandingkan dengan anggota keluarga lain
Pemeriksaan Fisik
- TTV
- Pemeriksaan antropometri: BB TB LP, kemungkinan pertumbuhan abnormal
- Pemeriksaan Fisik Umum (Head to Toe)
Dismorfik wajah, kelainan pada mata dan telinga, kelainan bawaan, kelainan kulit,
organomegali
- Pemeriksaan fungsi motorik
Pemeriksaan tonus otot, refleks primitif, refleks postural, refleks patologis, gait

Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan atas indikasi
 Pemeriksaan USG, CT-Scan dan MRI  perubahan tingkah laku, LK abnormal,
kelainan motorik berat, kejang berulang
 Pemeriksaan EEG  kejang atau serangan menyerupai kejang
 Pemeriksaan kromosom  kelainan kongenital mayor atau anomali minor multipel
 Pemeriksaan koagulopati  gangguan perkembangan dengan hemiparesis.
 Pemeriksaan skrining metabolik  dicurigai ada kelainan metabolik.

8. Penatalaksanaan keterlambatan perkembangan motorik pada anak


Tujuan :
 Membantu anak menguasai ketrampilan motor baru
 Meningkatkan kualitas ketrampilan yang sudah dikuasai
Kerjasama berbagai bidang keahlian seperti dokter anak, dokter saraf anak, rehabilitasi
medik, terapi okupasi, fisioterapi, pekerja sosial dan berbagai bidang lain
Komunikasi dengan orangtua :
 Membantu keluarga memahami masalah anaknya
 Menjelaskan segala sesuatu yang dapat dilakukan keluarga untuk membantu anaknya
misalnya memberikan stimulasi, menyediakan mainan dan perlengkapan khusus

9. Tahap perkembangan Bahasa periode pre-linguistik, linguistik, prasekolah dan


sekolah yang normal pada anak
Perkembangan Bahasa terbagi menjadi 4 periode:
1. Periode pre-linguistik
Usia 0-12 bulan
Dapat berkomunikasi dengan kode, seperti kontak mata dan tersenyum.
Cooing, babbling, lalling, echolalia (usia 10 bulan mulai menggunakan ekspresi
wajah dan isyarat yangan untuk memperjelas penyampaian Bahasa.
Usia 12 bulan: dapat menggunakan 1 kata tunggal
2. Periode linguisitk awal
Usia 1-3 tahun
Menggunakan kata untuk menyampaikan sesuatu
12-18 bulan : menggunakan kata-kata tunggal, perbendaharaan sekitar 20 kata.
Mulaimengerti pembicaraan orang lain
18-24 bulan: menggunakan 2 kata dan mulai memakai syntax (aturan Bahasa),
perbendaharaan sekitar 20 – ratusan kata, meningkat kemampuan meniru kata-
kata dan berkomunikasi.
24-36 bulan: ekspansi sejumlah besar kata-kata, mampu mengekspresikan
perasaan, keinginan dan ketertarikan, mampu mengucapkan jumlah.
≥3 tahun: mengatakan namanya, usia, kelamin, mengenal objek dan gambar
umum, mengikuti 2 atau 3 step perintah.
3. Periode pra-sekolah
Usia 3-5 tahun
Mampu bercerita mengikuti 3 komponen perintah dan mengantisipasi kejadian
berikut
Respon terhadap pertanyaan ‘siapa, dimana, apa’ tetapi masih sulit untuk
‘bagaimana, mengapa’
Hampir semua bicara dimengerti orang lain
4. Periode sekolah
Usia 5-12 tahun
Lingkungan sekolah berbeda dengan rumah, anak butuh beradaptasi penggunaan
Bahasa sosial di kelas dan sekolah
Kemampuan cara bicara dan mengungkapkan ide meningkat.

10. Definisi gangguan bicara dan Bahasa


Gangguan bicara dan bahasa merupakan suatu keterlambatan dalam berbahasa ataupun
bicara dimana jika dilakukan penanganan dini akan sangat menolong anak dalam masalah
bahasa. (Jeniffer Fusco, 2002).

Bahasa dapat dirumuskan sebagai pengetahuan tentang sistem lambang yang


dipergunakan dalam komunikasi yang dilakukan secara lisan; sedangkan ucapan atau
berbicara adalah memperlihatkan pengetahuan tersebut dalam suatu tingkah laku yang
dapat didengar. Bahasa dapat dipandang sebagai dasar di atas mana kemudian dibangun
kemampuan berbicara tersebut, keduanya akan berkembang dalam progresi yang
beraturan. Kemampuan berbahasa diperlihatkan dengan cara bagaimana anak merespon
petunjuk lisan yang diberikan; gerakan yang diperlihatkan anak untuk
mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan serta penetahuan tenatng lingkungan serta
melalui permainan kreatif dan imajinatif. (Behrman, 1988)

11. Gangguan artikulasi, gangguan suara, gangguan kelancaran bicara pada anak
a. Gangguan Kefasihan
Penderita yang mengalami gangguan kefasihan berbicara (fluency disorder) biasanya
mengalami kegagapan, pengulangan kata-kata, latah, atau memperpanjang bunyi, silaba,
atau kata tertentu. Gangguan kefasihan umum terjadi pada anak-anak, misalnya
menambahkan bunyi ‘oh’, mengganti kalimat (seperti ‘mama pergi – mama kepasar’ ),
mengulangi frasa (seperti ‘aku mau, aku mau, aku mau pulang’, atau mengulangi bunyi
(seperti ‘a-a-a-aku mau permen). Seiring bertambahnya usia dan pengetahuannya tentang
bahasa, gangguan kefasihan tersebut bisa hilang. Namun demikian, gangguan tersebut
bisa saja bertahan hingga dewasa yang dapat menghambatnya dalam interaksi sosial.

Gagap biasanya diderita oleh anak-anak dan biasanya hilang seiring pertambahan
usianya. Namun demikian, tidak sedikit orang dewasa yang menderita gagap. Selain
gagap, gangguan kefasihan juga dapat berupa gangguan psikogenik seperti berbicara
manja, berbicara kemayu, dan latah.
b. Gangguan Artikulasi
Artikulasi bunyi melibatkan organ bicara seperti lidah, gigi, bibir, dan palatal. Ganguan
artikulasi dapat diakibatkan oleh kangker mulut tenggorokan, kecelakaan, bawaan lahir
(seperti celah bibir), atau factor lain yang mengakibatkan rusaknya organ bicara. Orang
yang mengalami gangguan artikulasi biasanya bermasalah dalam melafalkan bunyi atau
melafalkan bunyi dengan keliru. Perubahan bunyi menjadi, seperti pada pelafalan
’wambut’ untuk kata ‘rambut’, penghilangan bunyi, seperti pada pelafalan ‘and’ untuk
kata ‘hand’, salah pengucapan, seperti pada pelafalan ‘tsutsu’ untuk kata ‘susu’. Beberapa
kesalahan artikulasi juga dipengaruhi oleh factor Bahasa ibu dan dialek daerah.

Gangguan artikulasi pada anak-anak masih dianggap normal, namun seiring


perkembangannya, jika gangguan artikulasi masih terjadi, maka hal tersebut sudah dapat
dianggap sebagai sebuah kelainan atau penyakit. Walaupun gangguan artikulasi pada
anak-anak tidak menghambatnya dalam berkomunikasi, namun pada usia sekolah
biasanya mereka menjadi bahan tertewaan teman-temannya.

Selain faktor rusaknya organ wicara, factor neurologis juga dapat mengakibatkan
gangguan artikulasi. Dysarthria adalah gangguan motoric yang diakibatkan oleh lesi pada
otak didaerah yang bertanggung jawab untuk perencanaan, eksekusi, dan pengendalian
gerakan otot yang dibutuhkan untuk berbicara. Dysarthria umumnya ditemukan pada
orang yang pernah mengalami stroke, tumor, dan penyakit degenerative seperti
Parkinson. Orang yang mengalami Dysarthria biasanya mengalami serak atau parau,
bahkan tidak dapat berbicara sama sekali. Penderita biasanya berbicara pelan, tidak jelas,
dan sulit dimengerti karena kesalahan artikulasi konsonan. Indikasi lain Dysarthria
biasanya penderita berbicara melalui hidung dan seperti bergumam. Namun demikian,
gejalana tergantung pada lokasi dan kadar kerusakan sistem saraf.

c. Gangguan suara
Gangguan suara meliputi gangguan nada, gangguan kualitas bunyi, dan Gangguan
kenyaringan. Gangguan suara biasanya dapat berupa kemonotanan nada, parau, serak,
bunyi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, atau kualitas Bunyi nasal seseorang.
Gangguan suara dapat diakibatkan oleh,kecelakaan kerusakan atau penyakit pada
tenggorokan. Kerusakan atau penyakit pada tenggorokan dapat menyebabkan pita suara
tidak bekerja dengan baik sehingga menyebabkan gangguan suara.

Spasmodic dysphonia merupakan gangguan suara disebabkan oleh kejangnya pita suara.
Hal tersebut menggangu aliran udara pada pita suara sehingga menghasilkan bunyi
tersendat, gemetar, suara merintih. Kejang pada pita suara juga dapat menyebabkan
Aphonia (hilangnya suara), puberphonia (rentang suara yang sangat tinggi)
dandysphonia(penurunan kualitas suara.

12. Gangguan Bahasa ekspresif, reseptif, dan kombinasi


Reseptif
Anak yang mengalami gangguan bahasa secara reseptip memiliki kesulitan memahami
bicara atau apa yang dikatakan orang lain kepadanya.Meskipun pendengaran mereka
normal namun anak yang memiliki gangguan ini tidak dapat memahami suara-suara,kata-
kata atau kalimat-kalimat tertentu. Anak tersebut mengalami kesulitan memahami
bagian tertentu dari kata-kata atau pernyataan pernyataan.Dalam beberapa kasus yang
berat,anak tidak mampu memahami kosa kata dasar atau kalimat sederhana,dan
kemungkinan besar mereka juga mengalami ketidakmampuan mengolah suara, dan
kesulitan memahami simbol-simbol. Gejala hambatan bahasa reseptif setiap anak
berbeda, tetapi pada umumnya adalah:
 Tidak Nampak mendengarkan ketika ditegur
 Ketidakmampuan memahami kalimat secara utuh
 Ketidakmampuan untuk mengikuti perintah secara verbal
 Parrotingkataatauucapan(echolalia)
 Keterampilan berbahasanya rendah dibawah usianya.

Ekspretif
Gangguan bahasa ekspresif merupakan gangguan dalam penggunaan bahasa secara
ekspresif yang terjadi saat seseorang menjalin komunikasi,yang ditandai dengan
gangguan/kesulitan dalam mengungkapkan perasaan atau ide-idenya ,meskipun dia bias
memahami pembicaraan orang lain. Gejala gangguan tersebut sangat individual,tetapi
gejala umumnya antara lain adalah: o Menggunakan kata-kata pendek dan kalimat
sederhana.
 Membuat kesalahan dalam tata bahasa.
 Perbendaharaan katanya minimal/kurang memadai
 Kesulitan dalam menceriterakan atau mengingat kembali informasi.
 Ketidakmampuan memulai percakapan,dsb.

Kombinasi=gabungan dari keduanya.

13. Faktor penyebab dan diagnosis banding gangguan bicara-bahasa pada anak
Faktor penyebab
 Gangguan input bahasa
 Gangguan kognitif ,persepsi dan proses informasi
 Gangguan pendengaran
 Gangguan susunan saraf pusat

Diagnosa Banding:
 Tuli
 Gangguan intelektual
 Autisme
 Gangguan neurologi
 Gangguan perilaku
 Kurang stimulus lingkungan

14. Evaluasi anak dengan gangguan bicara dan Bahasa


Evaluasi anak dengan gangguan bicara-bahasa
 Identifikasi dini :
1. Gangguan bahasa : gangguan dalam berbicara, memahami, membaca dan
menulis. genetik, gangguan pendengaran, intelegensi rendah, kurang interaksi
dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, faktor keluarga, kembar, psikosis,
gangguan lateralisasi, masalah-masalah yang berhubungan dengan disleksia dan
afasia
Lahir – 3 bulan Tidak tersenyum atau bermain dengan yang lain
4 – 7 bulan Tidak babbling
7 – 12 bulan Hanya mengeluarkan sedikit suara. Tidak
menggunakan gerakan seperti melambai tagan atau
menunjuk
7 – 2 tahun Tidak megerti yang dikatakan orang lain
12 – 18 bulan Mengatakan hanya beberapa kata
1½ - 2 tahun tidak bisa menggabungkan kata
2 tahun Mengucapkan kurang dari 50 kata
2 – 3 tahun Sulit bermaindan berbicara dengan anak lain
2½ -3 tahun Sulit dalam membaca dan menulis awal. Anak tidak
suka menggambar atau melihat buku

2. Gangguan berbicara : tekanan dari orangtua agar anak berbicara dengan jelas,
anak yang meniru cara bicara keluarganya, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman,
faktor konstitusi, dan kepribadian anak. Faktor penyebab lainnya yaitu bibir
sumbing, atau sumbing palatum, maloklusi, adenoid, serebral palsi, dan frenulum
lidah yang pendek
1 – 2 tahun Tidak bisa mengucapkan p, b, m, h, dan w dengan
benar
2 – 3 tahun Tidak bisa mengucapkan k, g, f, t, d dan n dengan
benar. Menjadi sulit memahami, meskipun terhadap
orang yang mengenal anak tersebut dengan baik
- Bicara gagap
2½ - 3 tahun  Bermasalah dalam mengeluarkan suara atau
mengucapkan kata-kata
 Mengulangi kata pertama, seperti “b-b-b-bola”
 Berhenti banyak saat berbicara
 Memperpanjang kata sepeti “fffffarm”
3. Gangguan suara : sakit, banyak berteriak dan berbicara. Tanda-tanda seperti suara
parau, suara nasal
4. Kehilangan pendengaran
Lahir – 1 tahun Tidak memberi perhatian terhadap suara
7 bulan – 1 tahun Tidak merespon saat dipanggil namanya
1 – 2 tahun Tidak bisa mengikuti arahan sederhana
Lahir – 3 tahun Memiliki keterlambatan berbicara dan bahasa

 Diagnosa akurat : berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang


 Intervensi sesuai penyebabnya

Skrining perkembangan Bahasa


 Mac Arthur Communicative Development Inventory. Parent report untuk menilai
kemampuan berkomunikasi. Terdiri dari infant form (8 – 16 bulan) untuk kata dan
gerakan tubuh; dan toddler form (16 – 30 bulan) untuk kata dan kalimat
 Denver II. Digunakan pada bayi 1 tahun sampai anak 6 bulan dan terdiri dari 125
tugas yang mengandung 4 komponen yaitu personal-sosial, motor halus, Bahasa,
motor kasar. Menggunakan alat-alat yang sederhana seperti balok-balok kubua
ukuran 1x1x1 inchi, mainan benang wol warna merah, kricikan dengan pegangan
yang sempit, bel, botol kecil, bola pinsil, kismis atau manik-manik, cangkir kecil,
kertas
 Early Language Milestone (ELM). Digunakan untuk anak kurang dari 3 tahun. Tes
ini berfokus pada bahas ekspresif, reseptif,visual melalui parent report dengan
melakukan tes secara langsung pada anak. Format ELM mirip DDST. Skornya dalam
bentuk lulus atau tidak lulus.
 Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale (CLAMS). Pemeriksaan CLAMS
mengukur milestones Bahasa reseptif dan ekspresif. Milestones Bahasa ekspresif
diperoleh dari laporan orang tua terhadap kemampuan verbal anak. Di dalam CLAMS
terdapat 26 milestones Bahasa ekspresi yang meliputi 19 tingkatan usia pengujian,
yaitu usia 1 – 12 bulan (interval 1 bulan), usia 14,16,18 bulan (interval 2 bulan), usia
21 dan 24 bulan (interval 3 bulan), usia 30 dan 36 bulan (interval 6 bulan). Milestones
Bahasa reseptif diperoleh dari kombinasi laporan orang tua dan demonstrasi langsung
berupa pengertian konsep spesifik oleh anak.
 Sentence Repetition Screening Test. Suatu tugas di mana anak diminta untuk
mengulangi kata yang didengar secara cepat. Tes ini menyediakan informasi
mengenai kuat lemahnya Bahasa seseorang
15. Tatalaksana keterlambatan bicara bahasa pada anak
Tatalaksana Medis
• Tim Multidisiplin : melibatkan orang tua, guru sekolah, dokter anak, neurologi anak,
dokter THT
• Koreksi masalah medis yang mendasari
Terapi Wicara dan Bahasa
• Tujuan untuk memperbaiki, memulihkan kembali, meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan bahasa dan bicara, agar mampu berkomunikasi dan
berinteraksi dengan lingkungan
• Melibatkan keluarga  Parent Counseling
Terapi penunjang lainnya :
 Ergotherapy : terapi gerak dan sensoris yang lebih ditujukan untuk melatih jika anak
mempunyai masalah dalam pengucapan yang disebabkan oleh gangguan motoric
dasar, indra, terlalu sensitive serta gangguan fisik lainnya.
 auditory integration training : terapi penunjang melalui pirtani musik yaitu dengan
menggunakan musik untuk melatih otot telinga berefleksi dan meningkatkan
kemampuan otak untuk menyaring suara yang masuk

16. Status gizi dan masalah gizi pada anak


Masalah gizi pada anak :

Status nutrisi ibu sebelum hamil dan saat hamil memegang peran penting dalam
menentukan perkembangan anak. Misalnya, bayi dari ibu yang kekurangan vitamin B12
dapat mengalami keterlambatan perkembangan.

Pada anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap berbagai zat gizi semakin meningkat dan
tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja. Pada usia ini anak berada pada periode
pertumbuhan dan perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap infeksi dan secara fisik
mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi dengan
memperhitungkan aktivitas bayi/anak dan keadaan infeksi. Agar mencapai gizi seimbang
maka perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI atau MP-ASI, sementara ASI
tetap diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan
kepada makanan lain, mula-mula dalam bentuk lumat, makanan lembik dan selanjutnya
beralih ke makanan keluarga saat bayi berusia 1 tahun. Ibu sebaiknya memahami bahwa
pola pemberian makanan secara seimbang pada usia dini akan berpengaruh terhadap
selera makan anak selanjutnya, sehingga pengenalan kepada makanan yang
beranekaragam pada periode ini menjadi sangat penting. Secara bertahap, variasi
makanan untuk bayi usia 6-24 bulan semakin ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayuran
dan buah-buahan, lauk pauk sumber protein hewani dan nabati, serta makanan pokok
sebagai sumber kalori. Demikian pula jumlahnya ditambahkan secara bertahap dalam
jumlah yang tidak berlebihan dan dalam proporsi yang juga seimbang.

17. Ciri dan prinsip tumbuh kembang anak


CIRI-CIRI :
a. Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai
dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan
menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati
tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia
bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh
lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal
ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda,
baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan
pada masing-masing anak.
d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi
peningkatan mental, memori,daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat akan
bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Ada dua hukum tetap tentang terjadinya perkembangan fungsi organ tubuh yakni:
1) Pola sefalokaudal dimana organ tubuh bertumbuh dimulai dari bagian kepala kemudian
menuju bagian organ tubuh (kaudal).
2) Pola proksimodistal dimana yang pertama kali mengalami perkembangan adalah gerak
kasar (daerah proksimal) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan gerak halus.
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-
tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulumampu membuat
lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan
dan sebagainya.

PRINSIP
a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan
dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal
dari latihan dan usaha. Melaui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan
sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
b. Pola perkembang dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian
perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan
umum ke tahapan spesifik, dan potensi yang dimiliki anak
Daftar Pustaka
1. American Speech-Language-Hearing Association. Early identification of Speech,
Language, and Hearing Disorders. [Accesed on September 12th 2018]. Available on :
https://www.asha.org/public/Early-Identification-of-Speech-Language-and-Hearing-
Disorders/
2. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Penanganan Kasus Rujukan Kelainan Tumbuh
Kembang Balita. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2012
3. Soebadi A. Keterlambatan Bicara. 2013. [Accessed on September 12th 2018].
Available from : http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/keterlambatan-
bicara
4. Bahan Kuliah Pakar Dr. dr. Hesty Lestari, SpA (K) : Gangguan perkembangan motor
pada bayi dan anak & Gangguan perkembangan Bahasa dan bicara.
5. Ramakrishnan,U.,F.Grant.,T. Goldenberg., A.Zongrone., R. Martor., 2012., Effect of
Women’s Nutrition before and during Early Pregnancy on Maternal and Infant
Outcomes: A Systematic Review Paediatric and Perinatal Epidemiology,;, 26 (Suppl.
1),: 285–301.
6. Bicakci Z. Growth retardation, general hypotonia, and loss of acquired neuromotor
skills in the infants of mothers with cobalamin deficiency and the possible role of
succinyl-CoA and glycine in the pathogenesis. Med (United States). 2015;94(9):e584.
7. RI KK. Pedoman gizi seimbang. 2014;

Anda mungkin juga menyukai