Anda di halaman 1dari 59

Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak

SONI HERSONI
PENGERTIAN

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik


(anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau
seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah
banyak) sel-sel tubuh dan juga disebabkan oleh
bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi dan ber-
tambah besarnya ukuran sel berarti ada pertambahan
secara kuantitatif dan hal terse- but terjadi sejak
terjadinya konsepsi hingga dewasa. Konsepsi yaitu
bertemunya sel telur dan sperma (IDAI, 2002).
Ciri-Ciri Tumbuh kembang

• Tumbuh kembang merupakan suatu proses terus menerus dari


konsepsi sampai dewasa,
• Pola tumbuh kembang pada semua anak umumnya sama, hanya
kecepatan- nya berbeda. Perkembangan fungsi organ tubuh, terjadi
menurut dua hukum tetap:
• perkembangan terjadi lebih dulu didaerah kepala, kemudian menuju
ke arah kaudal / anggota tubuh (pola sefalokaudal),
• perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah proksimal (gerak kasar)
lalu berkembang kebagian distal seperti jari-jari yang mempu- nyai
kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
Tahap-tahap Tumbuh Kembang

Masa pranatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan)
terbagi
• Masa zigot / mudigah: sejak konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu
• Masa embrio : umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
• Masa janin / fetus : umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. Pada masa janin ada 2 periode :
• Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester
ke 2 kehamilan.
• Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan.
Masa bayi / infancy (umur 0-12 bulan) terbagi:

• Masa neonatal usia 0-28 hari, terbagi


menjadi: 1) Neonatal dini (perinatal) : 0-7
hari dan 2) Neonatal lanjut: 8-28 hari
• masa post (pasca) neonatal umur 29 hari
sampai 12 bulan
Masa balita dan prasekolah usia 1 - 6 tahun, terbagi menjadi:
• Masa balita: mulai 12-60 bulan tahun dan masa Pra sekolah: mulai
60-72 bulan tahun Setiap anak akan melewati tahapan tersebut
secara flexible dan berkesinambungan. Misalnya pencapaian
kemampuan tumbuh kembang pada masa bayi, tidak selalu dicapai
pada usia 1 tahun secara persis, tetapi dapat dicapai lebih awal
atau lebih dari satu tahun. Masing-masing tahap memiliki ciri khas
dalam anatomi, fisiologi, biokimia dan karakternya.
• Masa Pranatal
• Periode terpenting pada masa prenatal adalah trimester I
kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat peka
terhadap pengaruh lingkungan janin. Kehidupan bayi pada masa
pranatal dikelompokkan dua periode, yaitu:
1. Masa embrio yang dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan
delapan minggu. Pada masa ini ovum yang telah dibuahi, dengan
cepat menjadi suatu organisme yang berdeferensiasi dengan cepat
untuk membentuk berbagai sistem organ tubuh.
2. Masa fetus yaitu sejak kehamilan 9 minggu sampai
kelahiran. Masa fetus ini terbagi dua yaitu masa fetus
dini (usia 9 minggu sampai trimester dua), dimana
terja- di percepatan pertumbuhan dan pembentukan
manusia sempurna dan alat tubuh mulai berfungsi.
Berikutnya adalah masa fetus lanjut (trimester akhir)
yang ditandai dengan pertumbuhan tetap berlangsung
cepat disertai perkembangan fungsi-fungsi.
Masa Neonatal
• Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah serta organ-organ tubuh mulai
berfungsi. Saat lahir berat badan normal dari ibu yang sehat
berkisar 3000 gr - 3500 gr, tinggi badan sekitar 50 cm, berat otak
sekitar 350 gram. Pada sepuluh hari pertama biasanya terdapat
penurunan berat badan sepuluh persen dari berat badan lahir,
kemudian berangsur-angsur mengalami kenaikan.
Masa bayi (1-12 bulan)
• Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi
secara cepat. Umur 4-5 bulan berat badan bayi sudah 2x berat
badan lahir dan umur 1 tahun sudah 3x berat badan saat lahir.
Sedangkan untuk panjang badannya pada 1 tahun sudah satu
setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan lingkar
kepala juga pesat. Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar
kepala sudah 50%. Oleh karena itu perlu pemberian gizi yang
baik yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi seimbang.
Masa Toddler (1 – 3 tahun)
• Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih pelan daripada
masa bayi tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat.
Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak
langsing dan berotot, dan anak mulai belajar jalan. Pada mulanya,
anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan
berpegangan. Sekitar usia enam belas bulan, anak mulai belajar
berlari dan menaiki tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Oleh
karena itu, anak perlu diawasi karena dalam beraktivitas, anak
tidak memperhatikan bahaya.
Masa Prasekolah
• Pada usia 5 tahun, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap.
Anak kelihatan lebih langsing. Pertumbuhan fisik juga
relatif pelan. Anak mampu naik turun tangga tanpa
bantuan, demikian juga berdiri dengan satu kaki secara
bergantian atau melompat sudah mampu dilakukan.
Anak mulai berkembang superegonya (suara hati) yaitu
merasa bersalah bila ada tindakannya yang keliru.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh
Kembang

1. Genetik Faktor
genetik akan mempengaruhi cepat lambatnya pertumbuhan, kematangan
tulang, alat seksual dan saraf sehingga merupakan modal dasar dalam
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
2. Pengaruh hormone
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal yaitu saat janin berumur
4 bulan yang mana saat tersebut terjadi pertumbuhan cepat. Hormon yang
berpengaruh terutama hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan
oleh kelenjar pituitari. Selain itu kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar
tiroksin yang berguna untuk metabolisma, maturasi tulang, gigi dan otak.
3. Faktor pra natal (selama kehamilan), meliputi ;
• Gizi, misal nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama
trimester akhir kehamilan.
• Mekanis, misal Posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan
kelainan kongenital misalnya club foot.
• Toksin, zat kimia, radiasi
• Kelainan endokrin
• Infeksi TORCH, penyakit menulat seksual
• Kelainan imunologi
• Psikologis ibu b. Faktor kelahiran / Persalinan Misal riwayat kelahiran dengan
vakum ekstraksi atau forceps dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi
sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.
4.Faktor pasca natal Seperti halnya pada masa pranatal,
faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
anak adalah gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital,
lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosio
ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-
obatan.
• 
BERMAIN

Dimata anak-anak, >>>kenapa permainan dibutuhkan


sebagai media pembelajarnya.
Menurut Sudono (2006: 20) alasan tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Anak-anak membutuhkan pengalaman yang
kaya, bermakna, dan menarik, (2) Otak anak
senang pada sesuatu yang baru dan hal hal baru
yang menantang dan menarik, (3) Rangsangan otak
sensori multimedia penting dalam pembelajaran.
(4)Anak umumnya senang bergerak, jadi
jangan lupa memasukan gerak dalam
pembelajaran, (5) Pengulangan adalah kunci
belajar. Berikan kegiatan yang membuat
siswa dapat mengulang pembelajaran tanpa
rasa bosan dan jenuh, (6) Permainan (games)
menyenangkan bagi anak
Kompetensi yang dicapai melalui hasil
permainan 
Kompetensi khsusnya kompetensi yang erat kaitannya
dengan perkembangan anak. Ralibi (2008: 23)
mengemukakan tentang kompetensi dari hasil permainan
a/ sbb: (1) Self Awareness, yaitu kemampuan menyadari
emosi dan pikiran di dalam diri sendiri serta menyadari
tindakan apa yang harus dilakukan atas emosi yang sedang
disadarinya.(2) Self Direction, yaitu kemampuan
menggunakan pilihan-pilihan dalam mengahdapi
persoalan.(3) Self Management, Yaitu keampuan
mengelola atau mengorganisasi persoalan atautugas secara
mandiri
4) Empathy, kemampuan menyadari emosi yang
dirasakan oleh orang lain. (5) Assertive, yaitu
kemampuan mengkondisikan  diri diantara perilaku
submisif (cenderung mengikuti) dan agresif. (6)
Followership, yaitu kemampuan memosisikan diri
untuk dipimpin orang lain. (7) Craetive Thinking,
yaitu kemampuan berpikir dengan car memadukan
pengalaman pikiran dan tindakannya dalam
menghadapi persoalan.
(8) Team Work, yaitu kemampuan bekerjasama dalam sebuah
tim. (9) Problem Solving, yaitu kemampuan memecahkan
persoalan. (10) Oppeness, yaitu kemampuan membuka diri
terhadap oranglain. (11) Team Spirit. yaitu kemampuan
menghidupkan semangat secara kolektif. (12) Effective
Comunication, yaitu kemampuan berinteraksi satu sama lain
secara verbal maupun non verbal. (13) Self Communication,
yaitu kemampuan beinteraksi satu sama lain baik secara verbal
maupun nonverbal. (14) Self Motivation, yaitu kemampuan
memacu motivasi di dalam diri
Syarat pemilihan dan penggunaan alat dan
bahan permainan

1. Pilih alat atau bahan yang mengundang perhatian anak


2. Pilih bahan yang mencerminkan karakteristik tingkat usia anak.  
3. Pilih alat atau bahan yang memiliki unsur multiguna.
4. Alat    permainan     sebaiknya    beraneka    macam      sehingga   
anak dapat bereksplorasi dengan berbagai macam alat permainan.
5.Pilih    bahan     yang    dapat    memperluas       kesempatan     
anak    untuk  menggunakannya dengan bermacam cara. Tingkat
kesulitan sebaiknya disesuaikan dengan rentang usia anak.
 6. Peralatan mainan tidak terlalu rapuh.
• Pilih bahan yang tidak membedakan jenis kelamin dan tidak
meniru-niru.
* Pilih alat dan bahan yang sesuai dengan filsafat dan nafas
pendidikan.  Alat   dan   bahan   ini   sering   disebut   dengan   APE  
(Alat   Permainan     Edukatif)   untuk   mendapatkan  dapat 
berkonsultasi   dengan   seorang   ahli baik  , ahli  mainan, 
pendidik    anak   psikolog    atau   perawat anak  yang  profesional
Penggolongan kegiatan bermain anak
berdasarkan dimensi perkembangan

Penggolongan kegiatan bermain sesuai dengan dimensi


perkembangan anak menurut Gordon dalam Moeslichatoen
(2004:37) dibagi dalam 4 golongan yaitu: “ Bermain secara
soliter, bermain secara parallel, bermain secara asosiatif,
dan bermain secara kooperatif”. Bermain soliter artinya
bermain sendiri tanpa teman. Bermain parallel artinya
 kegiatan bermain yang dilakukan sekelompok anak dengan
menggunakan alat permainan yang sama, tetapi masing-
masing anak bermain sendiri.
Bermain Asosiatif artinya anak bermain dalam
permainan yang  sama tapi tidak ada peraturan.
Sedangkan bermain kooperatif adalah Masing-
masing anak memiliki peran tertentu guna
mencapai tujuan bermain. Anak-anak dari
kelompok usia akan menunjukan tahapan
perkembangan bermain sosial yang berbeda-beda
KOMUNIKASI

Tahap perkembangan kemampuan komunikasi anak yang dapat


Anda gunakan sebagai panduan untuk menyampaikan pesan dengan
efektif
• Kemampuan Komunikasi Anak Usia Dini (0-6 tahun)
• Pada usia ini, anak baru dapat berpikir konkrit. Ia belum mampu
membedakan antara fantasi dan realita. Selain itu, anak juga baru
mulai belajar teknis cara berbicara dan mengenal kosakata.
Keterbatasan kemampuan komunikasinya membuat anak sering
mengandalkan fisik/perilakunya dalam mengekspresikan diri.
Bagaimana cara kita berkomunikasi efektif
dengan anak usia dini?

1. Gunakan kata-kata yang positif dan singkat,


didukung dengan bahasa tubuh yang membantu
mengkonkritkan pesan seperti mengangguk,
mengembangkan tangan, tersenyum. Contoh:
“Adek hebat, mau meminjamkan mainan yang adek
suka.” 
2. Gunakan nada suara yang ramah.
3. Menggunakan lagu-lagu untuk pembiasaan
rutinitas, seperti lagu Bangun Tidur.
4. Bermain peran dan narasikan yang sedang Anda
lakukan. Misal, role play menyeberang jalan.
Katakan, “Aku tengok kanan, terus tengok kiri.
Kalau nggak ada mobil lewat, baru
menyeberang!”
5. Mengadakan rutinitas membaca buku.
Metode bercerita dan percakapan saat
bermain jauh lebih efektif dalam
menyampaikan pengajaran. Pilih buku yang
dekat dengan keseharian anak, seperti
tentang rutinitas, mengenal emosi, dan
membangun rasa percaya diri.
 
Masa Kanak-kanak Menengah (7-10 tahun)

Anak usia sekolah mulai bisa berpikir logis dan


mampu memahami kata tersirat. Mereka juga
kritis, ingin tahu, bahkan terlihat sok tahu.
Kemampuannya memahami sebab akibat
membuatnya mulai dapat melakukan prediksi.
Meskipun demikian, anak tetap membutuhkan
dukungan untuk membahas dan mengelola emosi
yang semakin beragam.
Bagaimana cara berkomunikasi yang
efektif dengan mereka?

1. Dalam keseharian, berikan kebebasan untuk memilih dan membuat


keputusan sendiri dengan memberi batasan. Contoh: “Boleh pergi bermain,
pilih sampai jam berapa ASALKAN sebelum maghrib.”
2. Mendemonstrasikan sikap pro sosial dan peduli lingkungan seperti antri,
membuang sampah pada tempatnya, membawa kantong belanja sendiri,
berdonasi.
3. Mengenalkan tata cara bercakap-cakap (conversation rules) yaitu saling
bergantian, tidak memotong dan tidak mendominasi pembicaraan.
4. Melibatkan anak dalam perencanaan kegiatan keluarga untuk melatih
kemampuan memecahkan masalah. Misal: “Kita liburan naik apa ya, Kak?
Pesawat mahal tapi cepat, kereta murah tapi lama.”
Masa Remaja (11-14 tahun)

Remaja sudah mampu berpikir abstrak dan logis,


mampu membuat perencanaan atau cita-cita
namun belum dapat menentukan prioritas.
Sayangnya, pubertas membuat mereka sering uring-
uringan dan meledak-ledak. Karenanya, mereka
membutuhkan dukungan dalam bentuk hubungan
yang aman dengan orang tua tanpa merasa
dihakimi.
Anticipatory guidance

petunjuk-petunjuk yang perlu diketahui


terlebih dahulu agar orang tua dapat
mengarahkan dan membimbing anaknya
secara bijaksana, sehingga anak dapat
bertumbuh dan berkembang secara
normal.
1.  Anticipatory guidance pada masa bayi
(0-12 bulan)

Usia 6 (enam) bulan pertama


• Memahami adanya proses penyesuaian antara orang tua dengan
bayinya, terutama pada ibu yang membutuhkan bimbingan/asuhan
pada masa setelah melahirkan
• Membantu orang tua untuk memahami bayinya sebagai individu
yang mempunyai kebutuhan dan untuk memahami bagaimana bayi
mengekspresikan apa yang diinginkan melalui tangisan
• Menentramkan orang tua bahwa bayinya tidak akan menjadi manja
dengan adanya perhatian yang penuh selama 4-6 bulan pertama
• Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal kebutuhan bayi dan orang
tuanya
• Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan bayi terhadap stimulasi
lingkungan
• Menyokong kesenangan orang tua dalam melihat petumbuhan dan
perkembangan  bayinya, yaitu dengan bersahabat dan mengamati respon
social anak misalnya dengan tertawa/tersenyum
• Menyipkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan kesehatan
bagi bayi misalnya imunisasi
• Menyiapkan orang tua untuk mengenalkan dan memberikan makanan padat
Usia 6 (enam) bulan kedua
• Menyiapkan orang tua akan danya ketakutan bayi terhadap orang yang belum
dikenal (stranger anxiety)
• Menganjurkan orang tua untuk mengizinkan anaknya dekat dengan ayah dan
ibunya serta menghindarkan perpisahan yang terlalu lama dengan anak
tersebut
• Membimbing orang tua untuk mengetahui disiplin sehubungan dengan semakin
meningkatnya  mobilitas (pergerakan si bayi)
• Menganjurkan untuk mengguanakan suara yang negative dan kontak mata
daripada hukuman badan sebagai suatu disiplin. Apabila tidak berhasil,
gunakan 1 pukulan pada kaki atau tangannya
• Menganjurkan orang tua untuk memberikan lebih banyak perhatian
ketika bayinya berkelakuan baik dari pada ketika ia menangis
• Mengajrkan mengenai pencegahan kecelakaan karena ketrampilan
motorik dan rasa ingin tahu bayi meningkat
• Menganjurkan orang tua untuk meninggalkan bayinya beberapa saat
dengan pengganti ibu yang menyusui
• Mendiskusikan mengenai kesiapan untuk penyapihan
• Menggali perasaan ornag tua sehubungan dengan pola tidur bayinya
• 
2.  Anticipatory guidance pada masa
toddler (1-3 tahun)

• Toilet training
• Merupakan aspek penting dalam perkembangan anak usia toddler
• Latihan untuk bekemih dan defekasi adalah tugas anak usia toddler
• Pada tahap usia toddler , kemampuan sfingter uretra untuk mengontrol rasa ingin beerkemih dan
sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi mulai berkembang
• Wong (2000) mengemukakan bahwa biasanya sejalan dengan anak mampu berjalan, kedua
sfingter tersebut semakin mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan defekasi
• Sensasi untuki defekasi lebih besar dirasakan oleh anak, dan kemampuan untuk
mengkomunikasikannya lebih dahulu dicapai oleh anak, sedangkan kemampuan untuk mengontrol
berkemih biasanya baru akan tercapai sampai usia 4-5 tahun
• Toilet training pada anak merupakan usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalm
melakukan buang air kecil dan buang air besar. DST
Cara toilet training pada anak:

Teknik lisan
• Cara:pemberian instruksi pada anak dengan kata-kata
sebelum & setelah BAK/BAB
• Teknik ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam
memberikan rangsangan untuk BAK/BAB           
mengapa???
• persiapan psikologis anak semakin matang     mampu
dengan baik BAB/BAK
Teknik modelling
• Cara: meniru untuk buang air besar atau
memberikan contoh
• Dampak jelek cara ini apabila contoh yang
diberikan salah       kebiasaan yang salah
pada anak
Indikasi Kesiapan Orang Tua Untuk “Toilet
Training”
• Mengenal tingkat kesiapan anak untuk
berkemih/defekasi
• Ada keinginan untuk meluangkan waktu yang
diperlukan untuk latihan berkemih atau defekasi
• Tidak mengalami konflik atau stres kluarga yang
berarti
Kesiapan anak :
1.    Fisik
• Usia 18 – 24 bulan, Pengontrolan saraf volunter spinkter ani
dan uretra
• Mampu untuk tetap kering (menahan BAK) selama 2 jam.
• Perkembangan ketrampilan motorik kasar : duduk, jongkok,
berjalan.
• Perkembangan ketrampilan motorik halus : mampu
membuka celana dan berpakaian.
2.    Psikologis
• Mengenai adanya dorongan untuk miksi dan defikasi.
• Kemampuan berkomunikasi : verbal dan non verbal mengindikasikan dorongan
untuk miksi atau defikasi.
• Kemampuan kognitif : meniru dengan tepat tingkah laku dan mengikuti
pengarahan.
• Mengekspresikan keinginan untuk menyenangkan orang tua.
• Mampu duduk atau jongkok diatas toilet 5 – 10 menit tanpa cerewet atau turun.
• Mengikuti tingkat kesiapan anak.
• Keinginan untuk meluangkan waktu : perlu kesabaran dan pengertian.
• Tidak ada stress keluarga atau perubahan seperti : perceraian, pindah rumah,
mendapat adik baru atau akan berlibur.
• Memberi pujian jika anak berhasil.
• 
3.    Kesiapan mental
• Mengenal rasa yang datang
• Komunikasi secara verbal dan nonverbal
• Ketrampilan kognitif untuk mengikuti
perintah atau mengikuti orang lain
• 
Petunjuk bimbingan usia 12-18 bulan
• Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah laku dari toddler,
terutama negativistic dan ritualisme. Negativistic adalah perilaku yang bertentangan dengan
kebiasaaan.
• Mengkaji kebiasaan makan sekarang dan menganjurkan penyapihan dari botol secara bertahap,
serta meningkatkan pemasukan makanan padat.
• Menyediakan makanan kecil/selingan diantara 2 waktu makan dengan rasa yang disukai, serta
adanya jadwal waktu makan yang rutin.
• Mengkaji pola tidur malam, terutama kebiasaan minum malam memakai botol yang merupakan
penyebab utama gigi berlubang dan perilaku menunda yang memperlambat jam tidur.
• Menyiapakan orang tua untuk mencegah bahaya yang potensial terjadi di rumah, seperti
kecelakaan kendaraan bermotor dan bahaya/kecelakaan jatuh. Berikan saran yang sesuai untuk
pengamanan di rumah.
• Mendiskusikan kebutuhan akan adanya ketentuan-ketentuan atau aturan yang disertai dengan
disiplin yang lembut dan cara-cara yang mengatasi negativistic dan tempertantrum, serta
menekankan pada keuntungan yang positif dari disiplin yang tepat atau sesuai.
• Mendiskusikan mainan baru yang dapat mengembangkan motorik halus, motorik kasar, bahasa,
pengetahuan dan keterampilan social.
 
PETUNJUK BIMBINGAN USIA 18-24 BLN

•   Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain.


• Menggali kebutuhan untuk menyiapan kehadiran saudara kandung/adiknya dan
menekankan tentang pentingnya persiapan anak terhadap kehadiran bayi baru.
• Menekankan kebutuhan akan pengawasan terhadap gigi dan tipe kebersihan di
rumah, serta kebiasaan makan yang merupakan factor penyebab gigi berlubang
dan menyarankan pentingnya penambahan fluoride untuk memperkuat
pertumbuhan tulang.
• Mendiskusikan metode disiplin yang ada dan keaktifannya serta menggali perasaan
orang tua mengenai negativistic anaknya dengan menekankan bahwa negativistic
adalah aspek penting dari perkembangan self assertion (penonjolan/tntutan diri)
dan independensi dan bukan merupakan tanda kemanjaan.
• Mendiskusikan tanda-tanda kesiapan untuk toilet training dan menekankan pentingnya
menunggu kesiapan fisik dan psikologi anak.
• Mendiskusikan berkembangnya rasa takut, seperti yang timbul ketika ada kegelapan atau suara
keras, dan kebiasaan seperti membawa selimut atau mengisap jari. Menekankan bahwa hal ini
normal dan merupakan perilaku yang bersifat sementara.
• Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi ketika anak mengalami stress.
• Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah sesaat dengan mudah dari orang tuanya di bawah
asuhan keluarga.
• Memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengekspresikan perasaan lelah, frustasi dan
jengkel dalam merawat balita.
• Menunjukkan harapan akan adanya perubahan pada anak di tahun mendatang seperti lingkup
perhatian anak yang semakin luas dan berkurangnya negativistic serta adanya perhatian yang
menyenangkan orang lain.
USIA 24-36 bulan

• Mendiskusikan pentingnya kebutuhan anak untuk meniru dan dilibatkan dalam


kegiatan.
• Mendiskusikan kegiatan yang dilakukan dalam toilet training terutama dengan
harapan-harapan dan sikap yang realistis dalam menghadapi keadaan-keadaan,
seperti mengompol dan buang air besar di celana.
• Menekankan keunikan dari proses berpikir anak toddler, terutama melalui bahasa
yang ia gunakan, pemahamannya terhadap waktu, dan ketidakmampuannya untuk
melihat kejadian dari perspektif yang lain.
• Menekankan disiplin dengan tetap terstruktur secara benar dan nyata, ajukan alas an
yang rasional, serta hindari kebingungan dan salah pengertian.
• Mendiskusikan adanya taman kanak-kanak atau pusat penitipan anak pada siang hari
(play group).
3-5 tahun

Pada masa ini petunjuk bimbingan tetap diperlukan


walaupun kesulitannya jauh lebih sedikit dibandingkan
tahun sebelumnya. Sebelumnya, pencegahan kecelakaan
dipusatkan pada pengamatan lingkungan terdekat, dan
kurang menekankan pada alas an-alasannya. Sekarang
proteksi pagar, penutup stop kontak disertai dengan 
penjelasan secara verbal dengan alas an yang tepat dan
dapat dimengerti.
PENCEGAHAN TERHADAP KECELAKAAN
PADA ANAK

Factor-faktor Yang Menyebabkan Kecelakaan


• Jenis kelamin biasanya lebih banyak pada laki-laki karena lebih
aktif di rumah.
Usia pada kemampuan fisik dan kognitif,  semakin besar akan
semakin tahu mana yang bahaya.
• Lingkungan
Adanya penjaga atau pengasuh.
Cara Pencegahan :
• Pemahaman tingkat perkembangan dan
tingkahlaku anak.
• Kualitas asuhan meningkat.
• Lingkungan aman.
BAHAYA UMUM YANG HARUS DIPERHATIAKN
ORTU
• Lantai rumah yang basah atau licin
• Rumah dengan tangga yang curam 7 tidak ada pegangan
• Alat makan dari bahan pecah belah
• Penyimpanan zat berbahaya yang terbuka & dapat dijangkau anak
• Adanya sumur yang terbuka
• Adanya parit di depan/samping rumah
• Rumah yang letaknya di pinggir jalan raya
• Kompor/alat memasak yang dijangkau anak
• Kabel listrik yang berantakan
• Stop kontak yang tidak tertutup
Upaya yang dapat dilakukan ortu di rumah:

• Benda tajam disimpan di tempat yang aman


• Benda kecil disimpan dalam laci yang tertutup
• Zat yang berbahaya disimpan dalam almari terkunci
• Amankan kompor dan berikan penutup yang aman
• Jaga lantai rumah selalu bersih dan kering
• Apabila ada tangga, pasang pintu di bagian bawah atau atas tangga
• Sekring listrik harus tertutup
• Apabila ada parit, tutup dengan papan atau semen
• Bagi yang rumahnya di tepi jalan raya, sebaiknya da pintu pagar yang tertutup rapat
• Apabila ada sumur, tutup sehingga tidak bisa dibuka anak
• Bila bayi tidur, berikan p[engaman di pinggir tempat tidur
IMUNISAS

• imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang


paling efektif dan jauh lebih murah dibanding mengobati
seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah
sakit.
• 
• Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi
berbahaya, maka mereka memiliki kesempatan beraktifitas,
bermain, belajar tanpa terganggu masalah kesehatan
IMUNISASI

• Imunisasi Hepatitis B (HB-O) untuk bayi yang usianya kurang dari 24


jam.
• Imunisasi BCG, Polio 1 untuk bayi usia satu bulan.
• Imunisasi DPT-HB-Hib, Polio 2 untuk bayi usia dua bulan.
• Imunisasi DPT-HB-Hib 2, Polio 3 untuk bayi usia tiga bulan.
• Imunisasi DPT-HB-Hib 3, Polio 4, dan IPV untuk bayi usia empat bulan.
• Imunisasi Campak/MR untuk bayi usia sembilan bulan.
• Imunisasi DPT-HB-Hib lanjutan dan MR lanjutan untuk anak usia 18
bulan.
• Imunisasi DT dan campak/MR untuk anak kelas 1 SD/Madrasah dan
sederajat.
• Imunisasi TD untuk anak kelas 2 SD/Madrasah dan sederajat.
• Imunisasi TD untuk anak kelas 5 SD/Madrasah dan sederajat.
• Vaksin Hepatitis B: untuk mencegah penyakit hepatitis B, yaitu
penyakit pada organ hati yang dapat berlangsung beberapa
minggu, bahkan seumur hidup.
Vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus): merupakan vaksin
kombinasi yang bisa mencegah ketiga penyakit mematikan
pada bayi tersebut. Difteri adalah penyakit yang dapat
membuat bayi sulit bernapas, lumpuh, dan mengalami
gagal jantung. Tetanus adalah penyakit yang dapat
menyebabkan kaku otot dan mulut mengunci. Sementara
itu, pertusis adalah batuk rejan yang bisa membuat bayi
batuk sangat parah hingga tak bisa bernapas dan tak
jarang juga mengakibatkan kematian.
• Vaksin BCG: untuk mencegah serangan penyakit tuberkulosis (TB)
yang terkadang juga bisa berkembang menjadi meningitis.
• Vaksin Polio: untuk mencegah penyakit polio yang sangat menular
dan dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. 
• Vaksin Hib: untuk mencegah meningitis, terutama pada bayi dan
anak-anak di bawah usia 5 tahun, juga infeksi pada telinga, paru-
paru, darah, maupun persendian.
Vaksin MR: untuk mencegah penyakit campak dan
rubella. Campak adalah penyakit menular dan
menyebabkan demam tinggi dan ruam serta dapat
berujung pada kebutaan, ensefalitis, hingga
kematian. Sementara rubella adalah infeksi virus
yang bisa berdampak ringan pada anak, tetapi
berakibat fatal bagi ibu hamil
ALHAMDULILLAH

Anda mungkin juga menyukai