Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TUTORIAL

BLOK PEDIATRI SKENARIO III


KOK ANAKKU BELUM BISA JALAN…?

Kelompok A5
BUKHORI AHMAD MUSLIM G0016047
CHANDRA PRABASWARA G0016049
M. PUTUT SATRIO TOMO G0016139
MASMAHATHIR MOHAMAD G0016145
MUHAMMAD HILMI SYAFR G0016239
FINA ZAKIYYAH G0016083
GINVA AMALIA G0016091
GUSTITIARA AN NISAA G0016097
HILLARINE VALENCIA G0016105
ILANIE FITROH ALAMIA G0016109
INDAH BERLIANA FAYEN G0016111
INTANIAR G0016113
TUTOR : DANUS HERMAWAN, dr.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Skenario 3
KOK ANAKKU BELUM BISA JALAN…?
Suryadi, bocah berusia 2,5 tahun itu hanya bergelayut manja di gendongan sang ibu.
Ia belum bisa merangkak apalagi berjalan, dan sampai saat ini belum sepatah katapun bisa
diucapkannya, hanya rengekan pelan yang keluar dari mulutnya. Berdasarkan hasil
pemeriksaan Denver II oleh dokter didapatkan adanya keterlambatan di semua domain
perkembangan.
BAB II

​ larifikasi istilah
Jump I : K

Dalam skenario ini kami mengklarifikasi beberapa istilah sebagai berikut:


1. Pemeriksaan Denver II : Alat ukur kualitatif perkembangan seorang anak hingga usia 6
tahun
2. Domain Perkembangan : Terdapat 4 domain perkembangan sesuai dengan pemeriksaan
denver II yaitu ​personal social, fine motor adaptive, language dan gross motor adaptive.​

Jump II : ​Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara mengenai

permasalahan

1. Bagaimana proses tumbuh kembang pada anak ?

2. Adakah pengaruh anak terus digendong dengan perkembangan sang anak ?

3. Bagaimana pertumbuhan anak umur 2,5 tahun ?

4. Bagaimana cara mengetahui proses perkembangan anak ?

5. Bagaimana cara membaca pemeriksaan Denver II dan Domain Perkembangan ?

6. Kapankah anak kecil diajarkan bicara, merangkak, berjalan, dan mandiri ?

7. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak ?

8. Adakah pengaruh jenis kelamin terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak ?

9. Adakah pengaruh antara domain satu dengan yang lain ?

10. Apa saja yang dinilai dari pertumbuhan dan perkembangan anak ?

11. Apa edukasi yang diberikan kepada ibu terkait perkembangan dan pertumbuhan anak?

12. Apa saja kelainan-kelainan yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak ?

Jump III:​ Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan pernyataan sementara

mengenai permasalahan pada langkah II

1. Bagaimana proses tumbuh kembang pada anak ?

Pertumbuhan :
- Perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi sel, jaringan, organ,

maupun individu.

- Bersifat kuantitatif, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang (cm, meter),

berat (gram, pound, kg), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (hormon)

Perkembangan :

- Bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

- Mempunyai pola yang teratur

- Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai

hasil interaksi dengan lingkungan

- Bersifat kualitatif yang pengukurannya lebih sulit daripada pertumbuhan

Tahap Tumbuh dan Kembang

1. Prenatal

a. Embrio : dari konsepsi sampai umur 8 minggu

b. Fetus : umur 8 minggu sampai trimester II (dini) dan trimester II

sampai trimester III (lanjut)

2. Postnatal

a. Neonatal : 0 - 28 hari

b. Pra sekolah

c. Pra-pubertas : 12 -13 tahun

d. Pubertas : 14-17 tahun

Masa anak-anak akan berakhir di umur 18 tahun

Pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti 4 pola, yaitu pola umum, neural,

limfoid, serta reproduksi. Organ-organ yang mengikuti pola umum adalah tulang

panjang, otot skelet, sistem pencernaan, pernafasan, peredaran darah, volume

darah. Perkembangan otak bersama tulang-tulang yang melindunginya, mata, dan

telinga berlangsung lebih dini. Otak bayi yang baru dilahirkan telah mempunyai
berat 25% berat otak dewasa, 75% berat otak dewasa pada umur 2 tahun, dan pada

umur 10 tahun telah mencapai 95% berat otak dewasa. Pertumbuhan jaringan

limfoid agak berbeda dengan dari bagian tubuh lainnya, pertumbuhan mencapai

maksimum sebelum remaja kemudian menurun hingga mencapai ukuran dewasa.

Sedangkan organ-organ reproduksi tumbuh mengikuti pola tersendiri, yaitu

pertumbuhan lambat pada usia pra remaja, kemudian disusul pacu tumbuh pesat pada

usia remaja.

Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan

faktor lingkungan. Faktor genetik/keturunan adalah faktor yang berhubungan

dengan gen yang berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi

lingkungan biologis, fisik, psikologis, dan sosial.

Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada

usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase

”Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk

memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat

terdeteksi apabila terjadi kelainan.

2. Adakah pengaruh anak terus digendong dengan perkembangan sang anak ?

Perkembangan anak juga dipengaruhi perilaku dan cara merawat orang tua. Jika anak

terus digendong dan tidak diajari kemampuan kognitif sesuai usianya maka bisa jadi

perkembangan anak ikut terganggu.

Usia 2,5 tahun seharusnya anak sudah bisa

- naik tangga sendiri

- bermain dengan barang kecil

- dapat makan sendiri dengan sendok dan garpu

- menunjuk dirinya

- berbicara dengan merangkai 2 kata


- menyebut nama gambar

- melepas pakaian sendiri

3. Bagaimana pertumbuhan anak umur 2,5 tahun ?

Tumbuh kembang anak usia 2,5 tahun:

- Anak usia 2,5 tahun normalnya telah dapat melakukan:

- naik tangga sendiri

- bermain dengan barang kecil

- dapat makan sendiri dengan sendok dan garpu

- menunjuk dirinya

- berbicara dengan merangkai 2 kata

- menyebut nama gambar

- melepas pakaian sendiri

- Pertumbuhan anak 2,5 tahun dapat dinilai dengan menggunakan grafik

pertumbuhan WHO dengan indikator pertumbuhan berupa panjang/tinggi

badan terhadap umur, berat terhadap umur, berat terhadap panjang/tinggi, dan

indeks massa tubuh terhadap umur

- Pertumbuhan somatik dan otak mulai melambat pada akhir umur 2 tahun

- Pada anak usia prasekolah diharapkan memiliki pertambahan berat badan

sebanyak 2 kg dan pertambahan tinggi badan sebanyak 7-8 cm per tahun

4. Bagaimana cara mengetahui proses perkembangan anak ?

Cara mengetahui proses tumbuh kembang anak, antara lain:

- Pemantauan fisik, gizi, maturitas, milestones perkembangan

- Deteksi dini pertumbuhan: mengukur tinggi badan, berat badan, lingkar kepala
- Perkembangan: menggunakan Denver II atau DDST II untuk menilai

perkembangan motorik kasar, motorik halus, personal sosial, dan bahasa anak

umur 0-6 tahun (dibandingkan dengan anak lain seusianya)

- Menggunakan kuesioner pre-skrining perkembangan

- Menilai fungsi pendengaran dengan TOD dan fungsi penglihatan dengan TON

- Menilai perilaku dengan kuesioner MME

- Menilai gangguan pemusatan perhatian dengan kuesioner Conners

5. Bagaimana cara membaca pemeriksaan Denver II dan Domain Perkembangan ?

Cara membaca pemeriksaan Denver II:

- Tentukan nama, tanggal lahir, dan tanggal tes. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui umur anak

- Apabila anak lahir prematur, maka umur anak sekarang dikurangi dengan

jumlah minggu prematurnya

- Tarik garis sesuai umur dari atas ke bawah

- Lakukan penilaian dari masing-masing poin

Skor penilaian:

- Pass (P): jika anak melakukan uji coba dengan baik atau ibu/pengasuh anak

memberikan laporan yang dipercaya bahwa anak dapat melakukannya

- Fail (F): jika anak tidak dapat melakukannya dengan baik

- No opportunity (No): jika tidak ada kesempatan bagi anak untuk melakukan

uji coba karena ada hambatan

- Refusal: jika anak menolak untuk melakukan uji coba

Penilaian individual:

- Lebih (​advanced​): jika seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di

sebelah kanan garis umur


- Normal: jika seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba di sebelah

kanan garis umur

- Peringatan (​caution)​ : jika seorang anak gagal atau menolak uji coba yang

terletak pada garis umur atau antara persentil 75 dan 90

- Keterlambatan (​delayed​): jika seorang anak gagal atau menolak melakukan uji

coba yang terletak di sebelah kiri garis umur

- No opportunity: tidak ada kesempatan uji coba yang dilaporkan orangtua

Interpretasi Denver II:

- Normal: apabila tidak ada keterlambatan dan/atau paling banyak satu ​caution

- Suspek: apabila didapatkan lebih dari atau sama dengan 2 ​caution dan/atau

lebih dari atau sama dengan 1 keterlambatan

- Tidak dapat diuji: apabila ada skor menolak pada lebih dari atau sama dengan

1 uji coba terletak di sebelah kiri garis umur atau menolak lebih dari 1 uji coba

yang ditembus garis umur pada daerah 75-90%

6. Kapankah anak kecil diajarkan bicara, merangkak, berjalan, dan mandiri?

Mengajari anak kecil melakukan hal-hal tersebut disesuaikan dengan Denver II.

7. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak ?

Faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak :

a. Faktor internal/genetik

- Jenis kelamin : Perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki

- Ras : Pertumbuhan ras kaukasian lebih cepat

- Keluarga

- Penyakit genetik

- Umur

b. Faktor eksternal/lingkungan
- Faktor prenatal : gizi ibu saat hamil, psikologis ibu saat hamil, riwayat

infeksi

- Faktor persalinan : trauma kepala

- Faktor pasca-natal : sosial-ekonomi, gizi, kasing sayang orang tua,

stimulasi

8. Adakah pengaruh jenis kelamin terhadap pertumbuhan dan perkembangan

anak ?

Gambar di samping menunjukkan perubahan tinggi

badan pada anak laki-laki dan perempuan dari saat

lahir sampai usia 20 tahun. Perhatikan bahwa

masing-masing pertumbuhan berjalan paralel

hampir sama sampai akhir dekade pertama

kehidupan. Antara usia 11 dan 13 tahun, estrogen

wanita mulai terbentuk dan menyebabkan

pertumbuhan yang cepat pada tinggi badan tetapi

penyatuan epifisis tulang-tulang yang lebih dini berlangsung kira-kira pada usia l4

sampai 16 tahun, sehingga pertumbuhan tinggi badan kemudian terhenti. Hal ini

kontras dengan efek testosteron pada pria, yang menyebabkan pertumbuhan tambahan

pada usia yang sedikit lebih tua-terutama antara usia 13 sampai 17 tahun. Akan tetapi,

pria mengalami pemanjangan masa pertumbuhan yang lebih lama karena

penghambatan penyatuan epifisis terjadi lebih besar, sehingga tinggi badan akhir pria

lebih besar daripada wanita.

Perbedaan mencolok perkembangan pada anak laki-laki dan perempuan adalah awitan

masa pubertas. Pada anak perempuan awitan pubertas terjadi pada usia 8 tahun

sedangkan anak laki-laki terjadi pada usia 9 tahun. Ini dikarenakan adanya peredaan

perkembangan organ kelamin dan hormon pada laki-laki dan perempuan. Pada masa
awal pra-sekolah, ada perbedaan perkembangan moral anak laki-laki dan perempuan

terutama pada sudut pandanganya. Banyak anak perempuan merasa lebih senang

dengan sudut pandang "memperhatikan", yang menekankan hubungan interpersonal

dan perhatian untuk orang lain. Sedangkan anak laki-laki lebih umum menggunakan

“keadilan” sebagai sudut pandangnya.

9. Adakah pengaruh antara domain satu dengan yang lain?

Ada. Jika domain satu terlambat maka dapat memperlambat domain yang lain.

10. Apa saja yang dinilai dari pertumbuhan dan perkembangan anak?

Pertumbuhan anak menilai hal-hal kuantitatif seperti berat badan, tinggi badan,

lingkar kepala. Perkembangan anak menilai hal-hal kualitatif seperti kemampuan

bahasa, motorik kasar dan halus, dll.

11. Apa edukasi yang diberikan kepada ibu terkait perkembangan dan

pertumbuhan anak?

Bayi usia 6 bulan:

- ajak bicara, usahakan senyum ke bayi

Usia 12 bulan:

- ajak bicara, suruh bicara

Usia 21 bulan:

- latihan kubus ukuran 2,5 cm dan diajarkan menumpuk kubus

Usia 30 bulan:

- Sediakan bola dirumah, ajak bermain bola

12. Apa saja kelainan-kelainan yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak ?

a. Pertumbuhan fisik:

Faktor pre-natal: genetika/infeksi TORCH

Faktor post-natal: bakteri, virus

Hidrosefalus, mikrosefalus
b. Gangguan perkembangan mototrik:

cerebral palsy, spina bifida

c. Gangguan emosi dan perilaku

Jump IV:​ Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan pernyataan sementara

mengenai permasalahan pada langkah III

Jump V​: Merumuskan tujuan pembelajaran

1. Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan anak normal

2. Menjelaskan pemantauan milestone

3. Menjelaskan 4 domain menurut Denver II

4. Menjelaskan kelainan perkembangan sesuai DD (Developmental delay, Austism

Spectrum Disorder, Pervasive Developmental Disorder, Mental Retardation)

5. Edukasi dan komunikasi, prognosis, tata laksana dari diferensial diagnosis di

atas

6. Menjelaskan manifestasi klinis gangguan pertumbuhan anak.

7. Pemeriksaan fisik dan penunjang yang digunakan

Jump VI:​ Mengumpulkan Informasi Baru (Belajar Mandiri)

Jump VII:​ Melaporkan, Membahas, dan Menata Kembali Informasi Baru yang

diperoleh.

1. Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan anak normal

● ​Pertumbuhan

pertumbuhan (​growth​) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran


atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, kilogram) ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Dalam pengertian lain dikatakan bahwa pertumbuhan merupakan bertambahnya
ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh baik sebagian maupun seluruhnya karena
adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah
besarnya sel (IDAI, 2002).

Pertumbuhan anak dapat diukur dari pengukuran panjang/tinggi badan, berat badan, dan
lingkar kepala. Setelah dilakukan pengukuran, dibandingkan menggunakan kurva
pengukuran, kemudian dievaluasi normal atau tidaknya.

Untuk pemantauan pertumbuhan anak Indonesia menggunakan WHO growth chart


2005 untuk anak sampai usia 5 tahun.

● Perkembangan

perkembangan (​development)​ adalah bertambahnya kemampuan serta struktur dan


fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan
diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang terorganisasi dan berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Dalam hal ini perkembangan juga
termasuk perkembangan emosi, intelektual dan perilaku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan

Tahapan perkembangan pada anak dapat dilihat dari empat aspek, yaitu:

a. Motorik kasar

b. Motorik halus

c. Personal-sosial

d. Bahasa dan kognitif lainnya


2. Menjelaskan pemantauan milestone

Pemantauan milestone sangat penting untuk mengetahui perkembangan si anak. Kita

bisa memantau milestone melalui cara anak tersebut untuk bermain, belajar, berbicara,

berperilaku dan gerak geriknya. Pemantauan milestone berdasarkan CDC, bisa dilihat

dari usia 2 bulan hingga usia 5 tahun Beberapa petunjuk penting yang bisa kita pantau

untuk anak berusia 2 tahun:

● Sosial/emosional:

o Meniru, khususnya terhadap anak yang lebih besar dan dewasa

o Merasa senang ketika bersama teman sebayanya

o Menunjukkan rasa independen yang terus bertambah

o Menunjukkan sikap keras kepala

o Bermain disamping anak anak lainnya, tetapi memulai menerima teman yang lain

seperti bermain kejar-kejaran.

● Komunikasi:

o menunjuk barang atau gambar yang memiliki nama

o Mengetahui nama dari orang terdekat dan bagian tubuh

o mengucapkan kalimat sederhana dengan 2-4 kata

o mengikuti instruksi sederhana

o Mengulang kata-kata yang didengar dalam suatu percakapan

o menunjukkan sesuatu di sebuah buku

● Kognitif:

o Mampu untuk menemukan barang tersembunyi dalam 2-3 lapis penutup

o Mampu untuk mengatur bentuk dan warna

o mampu menyelesaikan kalimat dan rima pada buku yang familiar

o bermain permainan sederhana seperti ​roleplay ​(masak-masakan)

o menyusun balok balok menjadi suatu gedung dengan 4 atau lebih balok
o menggunakan satu tangan lebih sering dari yang sebelahnya

o Dapat mengikuti instruksi dua langkah seperti “angkat sepatu dan letakkan di lemari

sepatu”

o Menamai sesuatu di suatu buku seperti kucing, anjing, burung.

● Perkembangan fisik:

o Berdiri dengan menjinjit

o Dapat menendang bola

o Mulai bisa untuk berlari

o Dapat memanjat dan turun dari furnitur tanpa bantuan

o Dapat menaiki dan menuruni tangga dengan berpegangan

Untuk tanda-tanda milestone selain umur 2 tahun, dapat dilihat pada lampiran.

3. Menjelaskan 4 domain menurut Denver II

Tes Skrining Perkembangan Denver: Tes Skrining Pengembangan Denver (DDST)

adalah penilaian yang banyak digunakan untuk memeriksa anak-anak usia 0-6 tahun

mengenai kemajuan perkembangan mereka. Nama "Denver" mencerminkan fakta bahwa

tes skrining ini dibuat di University of Colorado Medical Center di Denver.

Ada sejumlah penilaian perilaku lainnya untuk bayi dan anak kecil. Ini termasuk:

● Skala Penilaian Perilaku Neonatal (NBAS) dirancang oleh dokter anak Harvard T.

Berry Brazleton dan lebih dikenal sebagai "the Brazleton;"

● Skala ELM (Early Language Milestone) untuk anak-anak berusia 0-3 tahun;

● CAT (Clinical Adaptive Test) dan CLAMS (Clinical Linguistic and Auditory

Milestone Scale) untuk anak-anak usia 0-3 tahun;

● Sistem Pemantauan Bayi untuk anak-anak berusia 4-36 bulan;

● Inventaris Penapisan Dini untuk anak-anak usia 3-6 tahun; dan


● Tes Kosakata Gambar Peabody ("Peabody") untuk menguji anak-anak usia 2 1/2

hingga 4 tahun.

Tujuan penilaian perkembangan tergantung pada usia anak. Tes ini membahas empat

domain perkembangan anak: personal-sosial (misalnya, melambaikan tangan untuk

ungkapan​ bye-bye​), motorik halus dan adaptif (menempatkan blok mainan dalam

wadah), bahasa (menggabungkan kata-kata), dan motorik kasar (lompat).

1) ​Personal Social​ (perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi

dengan lingkungannya.

2) ​Fine Motor Adaptive​ (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan

otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

3) ​Language​ (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan

berbicara spontan

4) ​Gross motor (​ gerakan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

Untuk bayi baru lahir, pengujian dapat mendeteksi masalah neurologis, seperti c​erebral

palsy​. Untuk seorang bayi, tes sering berfungsi untuk meyakinkan orang tua atau untuk

mengidentifikasi sifat masalah cukup dini diharapkan untuk merawat mereka.

Kemudian di masa kanak-kanak, pengujian dapat membantu menggambarkan masalah

akademik dan sosial, sekali lagi, semoga tepat waktu untuk menyelesaikannya.
4. Menjelaskan kelainan perkembangan sesuai DD (Developmental delay, Austism

Spectrum Disorder, Pervasive Developmental Disorder, Mental Retardation)

Developmental Delay:

Ada banyak jenis keterlambatan perkembangan pada bayi dan anak kecil. Mereka
termasuk masalah dengan:
● bahasa atau ucapan
● penglihatan
● gerakan - keterampilan motorik
● keterampilan sosial dan emosional
● berpikir - keterampilan kognitif

Terkadang, penundaan terjadi di banyak atau semua bidang ini. Ketika itu terjadi, itu
disebut "keterlambatan perkembangan global." Keterlambatan perkembangan global
dapat terjadi karena salah satu dari alasan berikut:
● cacat genetik, seperti sindrom Down
● fetal alcohol syndrome, disebabkan oleh seorang ibu minum alkohol selama
kehamilan
● sindrom X rapuh, jenis gangguan kognitif bawaan
● masalah medis parah berkembang segera setelah lahir, sering dikaitkan dengan
prematuritas
● seringkali tidak ada penyebab yang dapat ditemukan

1.​ E
​ tiologi

Penyebab keterlambatan tumbuh kembang

a)​ P
​ enyakit kronis

​ nemia ​sickle cell


1)​ A

2)​ A
​ sma

3)​ F
​ ibrosis kistik

4)​ P
​ enyakit jantung, ginjal, hati

5)​ I​ nflammatory Bowel Disease​ (IBD)

6)​ J​ uvenile Rheumatoid Arthritis (​ Dowshen S, 2011).

b)​ K
​ omplikasi selama kelahiran
Alasan dari wanita hamil tidak boleh merokok atau minum-minuman keras karena dapat
membuat lambatnya pertumbuhan pada bayi. Bayinya mungkin bisa terlalu kecil sangat
dilahirkan. Infeksi selama kehamilan, masalah lain saat kehamilan dan beberapa penyakit
genetik tertentu juga dapat menyebabkan ukuran yang kecil saat bayi lahir (Dowshen S,
2011).

c)​ K
​ egagalan pertumbuhan

Beberapa bayi tidak tumbuh dan berat badannya tidak bertambah secara normal setelah
mereka lahir. Hal ini dinamakan kegagalan pertumbuhan. Hal ini bisa terjadi pada anak
dengan kebutuhan gizi yang tidak cukup (Dowshen S, 2011).

d)​ K
​ ondisi genetik

Beberapa kondisi genetik dapat membuat anak tidak tumbuh dan berkembang sesuai dengan
umurnya. Beberapa anak perempuan dengan sindrom Turner memiliki tinggi badan tidak
lebih dari 150 cm saat mereka dewasa. Kondisi yang lain terjadi pada sindrom Marfan. Anak
dengan sindrom Marfan memiliki postur tubuh yang tinggi, dengan tangan dan kaki yang
panjang. Mereka juga memiliki masalah pada jantung dan mata (Dowshen S, 2011).

2.​ F
​ aktor risiko keterlambatan tumbuh kembang anak

a)​ P
​ engaruh Biologis

Pengaruh biologis pada perkembangan meliputi faktor-faktor genetik, terpajan terhadap


teratogen di dalam rahim, rasa sakit sesudah melahirkan, terpajan zat-zat kimia yang
berbahaya dan maturasi. Penyelidikan anak kembar mengemukakan bahwa adanya perbedaan
besar pada IQ dan kepribadian disebabkan oleh faktor-faktor genetik. Perkembangan biologis
yang berhubungan dengan pemajanan terhadap teratogen sebelum kelahiran seperti dengan
air raksa dan alkohol serta masalah-masalah medis sesudah kelahiran seperti meningitis telah
dipelajari secara intensif. Penyakit yang kronis mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, khususnya penyakit yang ada hubungannya dengan perkembangan
(Needlman R.D, 2012).
b)​ P
​ engaruh Psikologis

Meskipun pentingnya pengenalan sifat-sifat bawaan, pengaruh dari lingkungan


pergaulan seorang anak berpengaruh langsung pada model-model perkembangan. Erik
erikson mengidentifikasi bahwa tahun pertama kehidupan adalah saat “kepercayaan dasar” itu
muncul, berdasarkan pada seringnya seorang ibu mendengarkan apa yang dibutuhkan oleh
anak. Penyelidikan tentang bayi di banyak rumah sakit dan tempat penitipan anak
membuktikan betapa menyedihkan dampak terampasnya kasih sayang ibu dan hal ini
mengacu pada pentingnya kasih sayang. Kasih sayang mengacu pada suatu kecenderungan
biologis seorang anak untuk dekat dengan orang tuanya selama mengalami stres. Anak yang
terjamin kasih sayangnya dapat mempergunakan orang tua mereka untuk menumbuhkan
kembali pemikiran yang sehat setelah anak itu mengalami stres. Tidak terjaminnya kasih
sayang seorang anak merupakan suatu tanda dari hubungan yang tidak serasi antara anak dan
orang tua mungkin perilakunya di masa depan serta cara untuk menghadapi berbagai macam
persoalan (Needlman R.D, 2012)

Austism Spectrum Disorder

a. Pengertian

Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD)merupakan

suatu kondisi yang ditandai dengan gangguan perilaku

sosial, komunikasi dan bahasa dengan ketertarikan

terhadap sesuatu yang khusus dan unik dan dilakukan

secara berulang. Kondisi ini mulai terjadi pada usia

anak, saat 5 tahun awal perkembangan anak dan dapat

menetap hingga dewasa. Berdasarkan data dari WHO

bahwa 1 dari 160 anak menderita Autisme. Anak laki laki lebih banyak menderita

autism dibandingkan anak

perempuan.

Beberapa masalah kesehatan lainnya yang sering

mengikuti autisme adalah gangguan pada sistem

pencernaan, kejang, gangguan tidur, gangguan perhatian

dan hiperaktif (Attention Deficit and Hyperactivity

Disorder/ ADHD)

b. Etiologi
Bukti ilmiah

menyatakan bahwa penyebab autisme berkaitan dengan

faktor genetik dan environment (lingkungan).

Penelitian yang dilakukan di Inggris pada tahun 2009

menyatakan bahwa genetik merupakan faktor terbesar

penyebab autisme.

Faktor dari lingkungan yang menjadi pencetus dan

menentukan tingkat keparahan gangguan autisme ini.

Yang dimaksud dengan faktor lingkungan adalah :

1. Zat toksin, zat mengandung toksin ini banyak kita

temukan di pestisida, plastik (phtalates), dan lain

sebagainya.

2. Obat - obatan, seperti Terbutaline (obat asma),

asam valproat (obat epilepsi), antipsikosis dan mood

stabilizer (obat gangguan jiwa)

3. Nutrisi Ibu pada saat hamil

4. Usia Ibu dan bapak pada saat konsepsi

5. Infeksi selama kehamilan (toksoplasmosis, infeksi

virus, dsb)

Penelitian yang dilakukan pada 95,000 anak pada

tahun 2015, kembali memberikan hasil negatif

terhadap hubungan vaksin MMR sebagai penyebab

timbulnya gejala autisme. Jurnal kedokteran Amerika

(JAMA/Journal of the American Medical Association)

melaporkan:

“ Consistent with studies in other populations, we


observed no association between MMR vaccination

and increased ASD risk “

“We also found no evidence that receipt of either one

or two doses of MMR vaccination was associated

with an increase of ASD among children who had

older siblings with ASD”

Dari pernyataan dari jurnal tersebut maka, vaksinasi

dapat dihilangkan sebagai penyebab dari faktor

lingkungan.

c. Gejala Awal

Gejala - gejala yang mungkin terjadi pada anak

yang dicurigai menderita autism:

- Pada usia 6 bulan, tidak ada ekspresi gembira,

tidak ada senyum dari interaksi sosial, tidak ada

kontak mata atau sangat terbatas

- Pada usia 9 bulan, tidak ada respon balik

terhadap rangsangan suara

- Pada usia 12 bulan, tidak bergumam,

tidak menggunakan bahasa tubuh pada saat

berkomunikasi (menunjuk, melambai, dsb.),

tidak ada respon pada saat namanya dipanggil

- Pada usia 16 bulan, tidak mengeluarkan kata -

kata

- Pada usia 24 bulan, hanya dapat berbicara 1 - 2 kalimat yang tidak berarti.
Sehingga walaupun secara genetik

ada risiko terkena autisme, namun dari faktor

lingkungan dapat dikendalikan peningkatan resiko

dan tingkat keparahannya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan

risiko adalah:

1. Membatasi terpapar faktor kimia baik obat - obatan

yang tidak terlalu dibutuhkan, maupun bahan kimia

dari tempat lainnya seperti pestisida, kandungan

pada plastik, bahan kimia pengawet, dsb pada saat

merencanakan kehamilan dan pada saat hamil.

2. Mengkonsumsi suplemen kehamilan, penelitian

membuktikan bahwa suplemen yang dikonsumsi

secara teratur dapat menurunkan risiko terjadinya

autisme.

3. Mengkonsumsi makanan sehat alami, tanpa

pengawet.

Anak yang berkebutuhan khusus juga memiliki cara yang khusus untuk

berkomunikasi, bukan berarti anak dengan autisme tidak dapat berkomunikasi sama

sekali. Tingkat intelegensi anak autisme dapat setara nahkan lebih daripada anak pada

umumnya. Bisanya anak berkebutuhan khusus ini lebih kreatif, lebih bertalenta.

Orang tua hanya harus lebih peka untuk mengetahui minat dari anak ini.

Pervasive Developmental Disorder

a. Pengertian
Gangguan perkembangan pervasif atau pervasif developmental disorder (PDDs)

adalah ​suatu gangguan perilaku atau fungsi pada berbagai area perkembangan​.

Gangguan ini pada umumnya menjadi tampak nyata pada tahun-tahun pertama

kehidupan dan seringkali dihubungkan dengan retardasi mental. Gangguan ini pada

umumnya diklasifikasikan sebagai

bentuk psikosis pada edisi awal Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder

(DSM).

Jumlah penderita gangguan perkembangan pervasif masih belum jelas, studi

komunitas terbaru yang dilakukan terhadap anak-anak prasekolah di Inggris

menunjukan bahwa 0,6% dari seluruh anak-anak memenuhi kriteria salah satu

gangguan perkembangan pervasif, terutama autis.

Autis merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PPD (Pervasif

Development Disorder) diluar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan

ADD

(Attention Deficit Disorder). Terdapat beberapa jenis gangguan perkembangan

pervasif dengan

masing-masing karakteristik berbeda, yaitu :

a. Autistic Spectrum Disorder (ASD)

Muncul sebelum usia 3 tahun dengan gejala adanya hambatan dalam interaksi sosial,

komunikasi, dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku

stereotip pada

minat dan aktivitas.

b. Asperger’s Sindrom

Hambatan perkembangan interaksi sosial, aktivitas yang terbatas, secara umum tidak

menunjukan keterlambatan bahasa dan bicara, memiliki tingkat intelegensi rata-rata


hingga

diatas rata-rata.

c. Rett’s Sindrom

Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki.

Anak

sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran atau

kehilangan

kemampuan yang dimilikinya, kehilangan kemampuan fungsional tangan yang

digantikan

dengan gerakan-gerakan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1-4 tahun.

d. Pervasive Developmental Disorder- Not Otherwise Specified (PDD-NOS)

Merujuk istilah atypical autis, diagnosis PPD-NOS berlaku bila seorang anak tidak

menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosis tertentu (Autis, Asperger atau Rett’s

Sindrom).

e. Childhood Disintregative Disorder (CDD)

Menunjukan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia

perkembangan.

Pada tahun berikutnya anak kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai

sebelumnya.

Retardasi Mental

Definisi

Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai dengan : Fungsi intelek yang

dibawah normal (IQ<70), hambatan dalam kemampuan adaptif, yaitu kemampuan merawat

diri, komunikasi, tinggal dirumah, fungsi sosial, kesehatan, keselamatan, fungsi akademik

dan bekerja, dan manifes dalam masa perkembang (sebelum usia 18 tahun).
Epidemiologi

Sekitar 3% dari seluruh populasi mempunyai IQ kurang dari 70. Delapan puluh sampai

90% merupakan retardasi mental ringan, dan kebanyakan berasal dari golongan sosial

ekonomi yang kurang. Hampir 10% merupakan retardasi mental berat dan sangat berat, dan

dapat berasal dari berbagai tingkat sosial ekonomi. Anak-anak retardasi mental dapat

menimbulkan masalah klinis maupun masalah sosial, dimana masalah sosial kadang-kadang

lebih besar dari masalah klinisnya karena mereka selalu membutuhkan perawatan dan

bimbingan dalam menjalankan kehidupan mereka sehari-hari.

Etiologi dan patogenesis

Penyebab retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Beberapa faktor dapat

saling memberatkan sehingga terjadi gangguan fungsi otak yang merupakan dasar terjadinya

retardasi mental. Beberapa faktor yang potensial menyebabkan retardasi mental antara lain;

1. Faktor prakonsepsi, seperti kelainan genetik, kromosom atau mitokondria, misal pada

Sindroma Fragile-X, penyakit inborn error metabolism.

2. Faktor pranatal, seperti kelainan kromosom (sindroma Down), infeksi (TORCH),

teratogen (alkohol, radiasi), ibu malnutrisi, ibu DM, ibu toxemia gravidarum.

3. Faktor perinatal, seperti kelahiran prematur, BBLR, asfiksia, trauma lahir,

hipoglikemia, hiperbilirubinemia, infeksi (meningitis).

4. Faktor postnatal, seperti trauma kepala, infeksi (ensefalitis, meningitis), asfiksia,

gangguan metabolik, toksin, malnutrisi.

5. Faktor lingkungan, seperti kemiskinan, keluarga yang tidak harmonis, interaksi

anak-pengasuh yang tidak baik, sosiokultural, penelantaran anak.

6. Penyebab yang tidak diketahui.


Klasifikasi

Berdasarkan nilai IQ, retardasi mental dapat dikelompokkan sebagai :

1. Retardasi mental ringan, IQ 70 – 50

2. Retardasi mental sedang, IQ 49 – 35

3. Retardasi mental berat, IQ 34 - 20 dan

4. Retardasi mental sangat berat, IQ kurang dari 20.

Retardasi mental dapat juga dikelompokkan berdasarkan kemampuan sosial dan

pendidikan yang dapat dicapai yaitu:

1. Retardasi mental ringan sebagai mampu didik, mereka dapat diajar baca dan tulis

serta dapat diberi latihan keterampilan tertentu yang akan berguna bagi pekerjaan

mereka setelah dewasa dan mampu mandiri sebagai orang dewasa normal.

2. Retardasi mental sedang sebagai mampu latih, mereka tidak mampu didik tetapi dapat

diberi latihan keterampilan tertentu dan harus selalu dibawah pengawasan.

3. Retardasi mental berat hanya dapat dilatih higiene dasar, dan retardasi mental sangat

berat memerlukan bantuan dalam semua kegiatan dan ketergantungan seumur hidup.

Pembagian yang lain berdasarkan intensitas dukungan dan pelayanan yang dibutuhkan

untuk melakukan fungsi sehari-hari, yaitu: intermitten, extensif dan pervasif.

Manifestasi klinis

Anak-anak retardasi mental berat biasanya dapat dikenali dari bentuk fisiknya, umumnya

sudah dapat diidentifikasi sejak lahir atau pada awal masa bayi, contoh anak dengan sindroma

Down, sindroma Fetal alkohol dan mikrosefali. Tanda utama anak retardasi mental adalah

terlambat mencapai milestone perkembangan. Anak-anak dengan retardasi mental berat

ditandai dengan keterlambatan ketrampilan psikomotor dalam tahun pertama kehidupan,


sedangkan anak dengan retardasi mental sedang mungkin menunjukkan perkembangan

motorik normal, kemudian terlihat keterlambatan dalam berbicara dan bahasa. Pada retardasi

mental ringan biasanya tidak dikenali karena penampilannya seperti anak normal, sampai

mereka masuk sekolah dimana mereka kesulitan untuk mengikuti pelajaran.

Diagnosis

Anak retardasi mental dapat diidentifikasi dari pemeriksaan perkembangan rutin dalam

rangka pemeriksaan kesehatan anak secara umum. Riwayat perkembangan keterampilan dan

perilaku anak dapat dikumpulkan dari laporan orang tua, pengasuh anak atau guru.

Pemeriksaan sekrining perkembangan seperti DDST dilakukan untuk anak yang dicurigai

dan pemeriksaan IQ untuk konfirmasi diagnosis. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan

untuk mengevaluasi dan dilakukan sesuai indikasi.

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium sering didapatkan

faktor-faktor spesifik yang mungkin menyebabkan retardasi mental. Beberapa pemeriksaan

penunjang dapat dipertimbangkan seperti : Pemeriksaan gen dan analisa kromosom bila

ditemukan gambaran dismorfik, beberapa kelainan fisik, kelainan kongenital atau ibu dengan

riwayat tercemar zat-zat teratogen. Pemeriksaan CT scan otak atau MRI bila dijumpai

pembesaran kepala yang progresif, kejang fokal, dicurigai tuberosklerosis atau masa

intrakranial. EEG bila ada kejang atau ada gangguan bahasa reseptif yang berat. Pemeriksaan

titer antibodi terhadap infeksi kongenital bila ditemukan tuli sensorineural,

hepatospelomegali neonatal, kotioretinitis, mikroftalmia, mikrosefali dan kalsifikasi

intrakranial. Beberapa pemeriksaan metabolik mungkin diperlukan pada pasien tertentu.

Kebutuhan anak Retardasi mental


Anak retardasi mental mempunyai kebutuhan umum yang sama seperti anak normal

lainnya, meliputi gizi, imunisasi, pelayanan kesehatan dan pengobatan penyakit. Selain itu

mereka juga mempunyai kebutuhan khusus yang berkaitan dengan keterbatasannya.

Kebutuhan tersebut meliputi perawatan, bimbingan, alat, fasilitas, dukungan emosi dan

psikologis dan kesempatan yang lebih dari pada anak yang normal.

Anak retardasi mental perlu bimbingan, perawatan dan pelayanan seumur hidupnya, dan

mereka mempunyai masa-masa sulit yang dikenal sebagai masa transisi didalam perjalanan

hidup mereka sampai menuju dewasa. Masa transisi pertama dari pelayanan intervensi dini ke

fasilitas prasekolah, yaitu pada umur sekitar 3 tahun. Masa transisi kedua dari fasilitas

pendidikan ke fasilitas latihan kerja atau lapangan kerja yaitu pada masa dewasa. Banyak

anak tidak berhasil dengan baik melalui masa tersebut, terutama pada masa transisi kedua

dimana mereka tidak berhasil mendapatkan lapangan kerja yang sesuai.

Tatalaksana

Penanganan anak retardasi mental melibatkan berbagai disiplin ilmu dan sangat

individual. Dokter spesialis anak harus memberikan keterangan yang baik mengenai

kecacatan anak, kemungkinan penyebab, penyakit-penyakit yang lain, rencana pengobatan,

dukungan yang diperlukan dan bekerja sama dengan keluarga.

Target penanganan anak retardasi mental adalah mengembangkan potensi mereka

seoptimal mungkin. Semua anak harus mendapat pelayanan kesehatan umum seperti

imunisasi, gizi, monitor pertumbuhan dan perkembangan, pengobatan dan lain-lain. Selain itu

mungkin diperlukan terapi khusus bagi anak-anak yang membutuhkan seperti anak dengan

dengan epilepsi, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, masalah gizi, gangguan

perilaku dan lainlain.


Beberapa ahli terlibat dalam penanganan mereka seperti psikolog, dokter anak, psikiater,

ahli saraf, pekerja sosial, ahli rehabilitasi medik, terapis bicara, pelayanan intervensi dini dan

pendidikan luar biasa.

5. Pemeriksaan fisik dan penunjang yang digunakan

Klinik Tumbuh Kembang berdasarkan kualitas pelayanan dibagi menjadi 3 tingkatan

(Level I, Level II dan Level III). Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah

sebagai berikut:

1. Sarana Pelayanan Klinik Tumbuh Kembang Level I

Diperkirakan sanggup menangani sebesar 30% kasus gangguan perkembangan yang

ada di masyarakat.
2. Sarana Pelayanan Klinik Tumbuh Kembang Level II

Diperkirakan sanggup menangani sebesar 30-70% kasus gangguan perkembangan

yang ada di masyarakat.


3. Sarana Pelayanan Klinik Tumbuh Kembang Level III

Diperkirakan sanggup menangani sebesar 80-100% kasus gangguan perkembangan

yang ada di masyarakat.


BAB III

A. KESIMPULAN

Pada skenario diketahui bahwa pasien seorang anak laki-laki berusia 2,5 tahun datang dengan

keluhan belum bisa merangkak, berjalan, dan berbicara.

Di usia pasien yang sudah menginjak 2,5 tahun menurut Denver II, seharusnya

perkembangan pasien sudah mencapai kemampuan motorik kasar berupa berjalan, bangkit,

dan beridiri. Kemudian kemampuan motorik halus dan adaptif pasien seharusnya sudah
mencapai memasukan balok dalam cangkir. Kemudian personal-sosial pasien seharusnya

sudah mampu minum dari gelas dan meniru gerakan orang lain. Kemudian kemampuan

bahasa pasien seharusnya sudah mampu mengucapkan kata mama dan papa, kemudian

mengucapkan 1-2 kata lainnya.

Sehingga dari hasil pemeriksaan didapatkan adanya keterlambatan di semua domain

perkembangan. Keterlambatan perkembangan pada anak dapat disebabkan beberapa faktor

yang meliputi faktor internal dan faktor eksternal seperti faktor prenatal, faktor persalinan,

dan faktor pascanatal.

B. SARAN

Secara umum, diskusi pada skenario 3 ini sudah berjalan lancar. Namun, masih terdapat

beberapa hal yang perlu diperbaiki diantaranya:

1. Diharapkan semua mahasiswa berpartisipasi secara aktif dalam berjalannya tutorial

2. Diharapkan mahasiswa dapat melatih clinicalreasoning dalam membahas skenario

3. Diharapkan mahasiswa dapat berdiskusi dengan cara problem-basedlearning bukan

problem solving

4. Diharapkan seluruh mahasiswa dapat menguasai materi yang dibahas berdasarkan Standar

Kompetensi Dokter Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Ivantoni, Redha dan Muhimmah, Izzati. (2015). Aplikasi Penentuan Tingkat Tumbuh

Kembang Anak Menggunakan Tes Denver II. Available at:

https://anzdoc.com/queue/ddst-denver-development-screening-test.html (Accessed: 13 Maret


2019)

Kementrian Kesehatan RI (2010). Pedoman Penanganan Kasus Rujukan Kelainan Tumbuh

Kembang Balita. --- Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Hal 101-116

Kliegman, R. M., Stanton, B. F., St Geme, J. W., & Schor, N. F. (2016). Nelson TEXTBOOK

of PEDIATRICS (20th ed.). Elseevier, Inc.

Muslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-II dan DSM-5. (2016).

Jakarta. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

Nugroho, H. S. (2009). Petunjuk Praktis: Denver Developmental Screening Test.Yogyakarta:

EGC.

Soedjatmiko. (2001). Sari Pediatri Vol.3: Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita.

Available at: https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/999 (Accessed: 15

Maret 2019)

Soetjiningsih, dkk. (2013). Tumbuh Kembang Anak, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai