Anda di halaman 1dari 38

A. Apa sebenarnya definisi “Bertumbuh” dalam “Tumbuh Kembang Anak” ?

Pertumbuhan adalah proses perubahan proses fisik seseorang , yang meliputi


pertumbuhan berat badan tinggi badan sesuai dengan umurnya ,misalnya
-Anak baru lahir ,berat badanya dapat 3 kg, tinggi badannya 49 cm
-Pada usia 3 bulan,biasanay 5 kg, tinggi badannya menjadi 59 cm.
Perkembangan adalah proses perubahan perilaku dan mental seseorang, yang
meliputi
emosi,sosial,kemampuan dan dan ketrampilan .Misalnya :
Anak baru lahir/bayi, untuk mengungkapkan rasa lapar,sakit, tkkut dsbnya bayi
tersebut menangis.
-Pada usia 1 th, rasa tersebut diungkapkan dengan kata-kata, misalnya "mama
sakit,mama minum" dan sebagainya.
Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan pada 1.000 hari pertama kehidupan
membuat pemantauan tumbuh kembang anak sangat penting pada usia ini. 1.000 hari
pertama kehidupan dihitung mulai dari saat pembuahan di dalam rahim ibu sampai anak
berusia 2 tahun. Pada anak usia 2 tahun tinggi badannya sudah mencapai setengah
dari tinggi orang dewasa dan perkembangan otaknya sudah mencapai 80% dari otak
dewasa.

Tumbuh adalah bertambahnya ukuran fisik, seperti berat dan tinggi


badan. Kembang ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh
menjadi lebih kompleks, seperti kemampuan bayi bertambah dari berguling menjadi
duduk, berdiri, dan berjalan. Kemampuan ini harus sesuai dengan umurnya, atau
disebut tonggak perkembangan anak.

Pada anak usia <2 tahun terjadi perkembangan otak yang sangat pesat. Masa ini disebut
dengan periode kritis perkembangan dan merupakan waktu yang tepat untuk melakukan
pemulihan bila ada gangguan perkembangan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013
menyebutkan angka kejadian anak pendek akibat masalah gizi di Indonesia sebesar
37,2 %, dan tentunya gangguan pertumbuhan ini akan mengganggu perkembangannya.
Maka, orangtua harus memantau tumbuh kembang anaknya terutama pada usia <2
tahun.
Pemantauan tumbuh kembang, adalah suatu kegiatan untuk menemukan secara dini
adanya penyimpangan pertumbuhan (status gizi kurang atau buruk, anak pendek),
penyimpangan perkembangan (terlambat bicara), dan penyimpangan mental emosional
anak (gangguan konsentrasi dan hiperaktif). Pemantauan tumbuh kembang bertujuan
untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak serta menemukan secara dini
adanya gangguan tumbuh kembang sehingga dapat ditindaklanjuti segera agar hasilnya
lebih baik.

Skrining pertumbuhan dilakukan dengan menimbang berat badan, mengukur panjang /


tinggi badan dan lingkar kepala. Data tersebut kemudian diplotkan ke dalam kurva
pertumbuhan yang sesuai untuk umur dan jenis kelamin yang ada di buku kesehatan
anak. Sedangkan skrining perkembangan dapat dilakukan dengan melakukan
pengamatan langsung pada bayi/ anak oleh petugas kesehatatan dan juga
menggunakan kuesioner yang dijawab oleh orangtua atau menggunakan buku
kesehatan Ibu dan Anak. Skrining/ pemantauan dilakukan pada semua anak umur 0-6
tahun (oleh pertugas kesehatan di tingkat Puskesmas), semua bayi/ anak yang
mempunyai risiko tinggi (oleh dokter anak di rumah sakit).

Bayi risiko tinggi adalah bayi yang dalam perkembangannya masih normal tetapi
dapat terjadi gangguan perkembangan, misalnya mempunyai riwayat lahir kurang
bulan, berat lahir rendah, bayi baru lahir yang mengalami infeksi, penurunan kadar gula
darah, sindroma sesak napas, atau kejang.

Bila bayi/anak yang dinyatakan normal masih diperlukan skrining perkembangan karena
tumbuh kembang anak merupakan suatu proses yang masih terus berlangsung dan
dalam perjalanannya dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Skrining / pemantauan tumbuh kembang bayi dianjurkan untuk dilakukan tiap bulan. Bagi
anak usia 12 – 24 bulan dianjurkan tiap 3 bulan, dan anak usia 24 bulan sampai 72 bulan
dianjurkan tiap 6 bulan.

Apa yang perlu dilakukan orangtua untuk mencegah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan?
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak bisa dicegah dengan adanya
peran orang tua, meliputi asuh, asih, asah:
1. Asuh: kebutuhan fisik-biomedis meliputi pemberian ASI, gizi yang sesuai,
kelengkapan imunisasi, pengobatan bila anak sakit, pemukiman yang layak,
kebersihan individu dan lingkungan, rekreasi dan bermain.
2. Asih: kebutuhan emosi dan kasih sayang.
3. Asah: kebutuhan akan stimulasi mental yang merupakan cikal bakal untuk proses
belajar anak.

Selain peran orangtua, pemerintah juga memiliki peran penting dalam perjalanan tumbuh
kembang anak, salah satunya dengan membentuk peraturan atau panduan terkait
pelaksanaan tumbuh kembang anak. Dalam Permenkes No. 66 Tahun 2014 tentang
pemantauan, perkembangan, dan gangguan tumbuh kembang anak terdapat berbagai
panduan terkait tumbuh kembang anak.

Pokok-pokok Kegiatan, antara lain:


A. Pendidikan Kesehatan Anak didik TK
1. Pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
2. Peningkatan kemampuan dan keterampilan petugas
B. Pelayanan kesehatan anak didik TK
1. Pemeriksaan/pemantauan kesehatan anak didik TK, meliputi kondisi umum
dan berat serta tinggi badan
2. Pelayanan kesehatan rutin, meliputi:

– Pemberian vitamin A, dan sirup besi serta kapsul yodium

– Pemberian obat kecacingan

– Kegiatan makan bersama, cuci tangan sebelum dan sesudah makan, gosok gigi
bersama
1. Pertolongan pertama pada kecelakaan.
2. Penanggulangan penyakit dan kelainan gizi.
3. Deteksi dan penanggulangan penyimpangan tumbuh kembang.
4. Deteksi, penanggulangan perilaku dan masalah kejiwaan.
5. Deteksi dan penanggulangan penyimpangan daya lihat dan daya dengar.
6. Pembinaan upaya kesehatan anak didik TK, meliputi pembinaan terhadap aspek
teknologi, sarana, dan ketenagaan

Ciri Anak Sehat:


1. Rambut bersih dan mengkilap, tidak kotor, tidak kusam, tidak berketombe, tidak
ada kutu.
2. Mata bersih dan bersinar, tidak merah, tidak bengkak, tidak gatal dan tidak
nyeri/sakit.
3. Telinga bersih dan sehat, tidak berbau, tidak keluar cairan dari lubang telinga dan
tidak ada keluhan sakit telinga.
4. Hidung bersih, tidak ada ingus, tidak mudah berdarah/mimisan. Rongga mulut
bersih, nafas tidak bau, gusi tidak mudah berdarah, tidak ada sariawan.
5. Gigi geligi bersih, tidak berlubang, tidak ada keluhan sakit gigi.
6. Bibir dan lidah tampak segar, bersih, tidak pucat, tidak kering dan tidak pecah-
pecah.
7. Leher berkulit bersih, tidak bersisik, tidak ada benjolan, tidak ada bercak putih,
panu, atau kadas, dan tidak gatal.
8. Tangan bersih, kuku pendek bersih, kulit bersih tidak bersisik, tidak ada luka, tidak
ada bisul, tidak ada koreng
9. Badan bersih, kulit bersih tidak bersisik, tidak ada bercak putih, tidak ada luka atau
bisul, tidak ada benjolan.
10. Kaki bersih, kuku pendek dan bersih, kulit tidak bersisik, tidak ada bercak
putih, tidak ada luka atau borok.

Di samping ciri fisik tersebut, status gizi dan tingkat perkembangan anak menunjukkan
tanda-tanda :
1. Tumbuh proporsional (berat badan dan tinggi badan sesuai umur), tidak terlalu
gemuk dan tidak terlalu kurus dan gizi anak baik.
2. Tahapan perkembangan tidak terlambat, kemampuan motorik, kognitif dan afeksi,
sosialisasi dan kemandirian anak sesuai dengan umurnya.
3. Tampak aktif/gesit dan gembira tidak lesu, tidak murung dan tidak pemarah.
4. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tidak cengeng dan tidak rewel.
Anak tidak mempunyai masalah kejiwaan dan kelainan perilaku.
5. Tidak menderita penyakit seperti batuk pilek, mencret, penyakit telinga, mata dan
kulit.

Terdapat 4 aspek yang perlu dinilai dalam tumbuh kembang anak:


1. Motorik kasar dan halus, seperti berjalan lurus, berdiri dengan 1 kaki selama
11 detik, menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap,
menangkap bola kecil dengan kedua tangan, menggambar segi empat
2. Kemampuan berbahasa dan kognitif, seperti mengerti arti lawan kata,
mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih, menjawab
pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya, mengenal angka
dan bisa menghitung angka 5 – 10, mengenal warna-warni
3. Emosi dan psiko-sosial, seperti mengungkapkan simpati, mengikuti aturan
main
4. Kemandirian, seperti berpakaian sendiri tanpa dibantu

Peran keluarga terutama orangtua sangat penting dalam mencapai tumbuh


kembang anak yang optimal. Peran keluarga dalam mencapai tumbuh kembang
anak yang optimal, antara lain:
 Memberikan kasih sayang dan perasaan aman.
 Menjamin keadaan fisik mental dan sosial yang sehat.
 Memfasilitasi anak ke pelayanan kesehatan jika membutuhkan.
 Memberikan makanan yang cukup dan bergizi seimbang.
 Memberikan anak kesempatan untuk memperoleh stimulasi tumbuh
kembang dan pendidikan dini di keluarga dan masyarakat, serta melakukan
kegiatan yang sesuai dan menarik minat anak.
 Memberi kesempatan anak bermain permainan yang merangsang
perkembangan anak.

SUMBER :
 Permenkes RI No.66 tahun 2014 tentang Pemantauan pertumbuhan,
perkembangan, dan gangguan tumbuh kembang anak.
2. Mengapa tinggi dan berat badan jadi indikator status gizi dan bahkan kesehatan anak

?
Di bawah ini beberapa status gizi yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu untuk anak di
bawah 5 tahun, anak usia 5 – 18 tahun, dan orang dewasa.
1. Anak di bawah 5 tahun
Indikator yang biasa dipakai untuk anak usia ini yaitu berat badan terhadap umur (BB/U),
tinggi badan terhadap umur (TB/U), dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB).
Ketiga indikator tersebut dapat menunjukkan apakah seorang anak memiliki status gizi
yang kurang, pendek (stunting), kurus (wasting), dan obesitas.
Berat kurang (underweight)
Underweight merupakan klasifikasi dari status gizi BB/U. BB/U menunjukkan
pertumbuhan berat badan anak terhadap umurnya, apakah sesuai atau tidak.
Jika berat badan anak di bawah rata-rata anak seusianya, anak tersebut dikatakan
underweight.
Namun, jangan khawatir karena berat badan anak dapat berubah dengan mudah.
Indikator ini tidak memberi indikasi masalah gizi yang berat pada anak.
Pendek (stunting)
Stunting merupakan klasifikasi dari indikator status gizi TB/U. Anak yang dikatakan
stunting yakni mereka yang memiliki tinggi badan tidak sesuai dengan umurnya.
Biasanya, anak yang terkena stunting akan lebih pendek daripada anak seusianya.
Stunting terjadi akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang panjang,
sehingga anak tidak bisa mengejar ketertinggalan pertumbuhan tinggi badannya.

Kurus (wasting)
Wasting merupakan salah satu klasifikasi dari indikator gizi BB/TB. Anak yang dikatakan
kurus yaitu mereka dengan berat badan rendah dan tidak sesuai terhadap tinggi badan
yang dimilikinya.
Wasting biasanya terjadi pada anak selama masa penyapihan atau selama 2 tahun
pertama kehidupannya. Setelah anak berumur 2 tahun, biasanya risiko ia mengalami
wasting akan menurun.
Wasting merupakan tanda bahwa anak mengalami kekurangan gizi yang serius. Kondisi
ini biasanya terjadi karena kurangnya asupan makanan atau infeksi, seperti diare pada
anak.
Gemuk
Merupakan lawan dari kurus, di mana sama-sama didapatkan dari pengukuran BB/TB.
Anak yang dikatakan gemuk adalah mereka yang mempunyai berat badan lebih terhadap
tinggi badan yang dimilikinya.
2. Anak usia 5 – 18 tahun
Anak usia 5 – 18 masih mengalami banyak pertumbuhan dan perkembangan. Anda bisa
mengetahui status gizi dari anak usia 5 – 18 tahun dengan menggunakan indikator TB/U
dan IMT/U.
Pendek (stunting)
Sama seperti penjelasan di atas, stunting didapatkan dari pengukuran tinggi badan
terhadap umur.
Pada usia 5 – 18 tahun, tinggi anak masih terus bertambah dan anak masih bisa
mengejar ketertinggalannya, walaupun mungkin kesempatannya hanya sedikit untuk bisa
mencapai tinggi badan normal.
Kurus, gemuk, dan obesitas
Yang satu ini didapatkan dari pengukuran IMT/U. IMT yaitu indeks massa tubuh
seseorang yang didapatkan dari perhitungan berat badan dibagi dengan tinggi badan.
Kemudian, IMT ini disesuaikan dengan umur yang dimiliki anak.
Jika IMT anak lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata anak seusianya, dikatakan
anak tersebut kurus.
Sebaliknya, jika IMT anak lebih tinggi atau lebih sangat tinggi dibandingkan dengan rata-
rata anak seusianya, dikatakan anak tersebut memiliki status gizi yang gemuk (obesitas
anak).

3. Dewasa atau lebih dari 18 tahun


Pada orang dewasa, Anda cukup menghitung indeks massa tubuh (IMT).
IMT merupakan indikator dari komposisi tubuh Anda, seperti massa lemak tubuh dan
komposisi tubuh lainnya selain lemak (seperti tulang dan air).
Anda dapat mengetahui IMT Anda dengan membagi berat badan (dalam kg) dengan
tinggi badan (dalam meter lalu dikuadratkan).
Setelah menghitung indeks massa tubuh Anda, Anda akan tahu status gizi Anda yang
dikualifikasikan sebagaimana di bawah ini.
 Kurus: jika IMT Anda kurang dari 18,5 kg/m²
 Normal: jika IMT Anda berkisar antara 18,5 – 24,9 kg/m²
 Overweight (berat badan lebih): jika IMT Anda berkisar antara 25 – 27 kg/m²
 Obesitas: jika IMT Anda lebih dari 27 kg/m²
Dengan mengetahui IMT Anda, Anda dapat mengetahui apakah Anda berada dalam
status gizi kurus, normal, atau kelebihan berat badan.
Anda juga dapat mengetahui apakah Anda kekurangan atau kelebihan gizi.
Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit infeksi, sementara
berat badan lebih meningkatkan risiko penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung dan
diabetes tipe 2.

Apa itu kekurangan gizi?


Kekurangan gizi, atau undernutrition, adalah istilah untuk menggambarkan kurangnya
asupan energi (kalori) dan zat gizi penting yang dibutuhkan seseorang untuk menjaga
kesehatannya.
Istilah kekurangan gizi sering kali dikaitkan dengan malnutrisi. Namun, malnutrisi sendiri
merupakan masalah kesehatan serius yang terjadi akibat asupan gizi yang tidak
seimbang.
Baik kekurangan maupun kelebihan gizi sama-sama tergolong sebagai malnutrisi.
Kurangnya asupan gizi menyebabkan berat badan rendah (underweight atau kurus),
sedangkan kelebihan gizi merupakan penyebab overweight dan obesitas.
Kedua kondisi malnutrisi tersebut sama-sama dapat mengakibatkan berbagai masalah
kesehatan.
Jenis-jenis kekurangan gizi
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), ada empat bentuk umum kekurangan gizi, yaitu
wasting, stunting, underweight, serta kekurangan vitamin dan mineral.
Kondisi tubuh yang kurang gizi membuat anak-anak lebih rentan terhadap penyakit dan
kematian. Berikut perbedaan antara keempat jenisnya.
1. Wasting
Jika seorang anak memiliki berat badan yang rendah dibandingkan tinggi badannya
(tinggi tapi kurus), ia dikatakan mengalami wasting.
Kondisi ini biasanya menandakan penurunan berat badan dalam jumlah besar dan waktu
yang cepat (bersifat akut).
Seseorang dapat mengalami wasting setelah tidak makan dalam waktu lama dan/atau
mengalami penyakit infeksi, misalnya diare.
Anak-anak yang mengalami wasting parah lebih berisiko mengalami kematian, tapi ada
beberapa metode untuk menanganinya.
2. Stunting
Kekurangan gizi juga bisa menyebabkan stunting, yaitu tinggi badan anak lebih pendek
dibandingkan tinggi badan anak-anak seusianya.
Kondisi ini biasanya berkaitan dengan kurangnya asupan gizi dalam jangka panjang dan
penyakit yang muncul berulang.
Ada pula faktor kurangnya asupan gizi ibu selama hamil, kondisi sosioekonomi yang tidak
memadai, dan asupan makanan yang tidak seimbang selama masa balita.
Tanpa penanganan, stunting bisa menghambat perkembangan fisik dan mental anak.
3. Underweight
Anak-anak dengan berat badan yang rendah pada usia rata-ratanya disebut mengalami
underweight.
Mereka juga dapat mengalami stunting, wasting, atau keduanya. Dalam jangka panjang,
kondisi ini juga bisa meningkatkan risiko penyakit.
Pada orang dewasa, underweight akibat kekurangan gizi ditandai dengan indeks massa
tubuh (IMT) kurang dari 18,5.
Penyebabnya cukup beragam, seperti masalah pada metabolisme dan pencernaan,
gangguan makan, dan olahraga yang berlebihan.
4. Kekurangan zat gizi mikro
Beberapa orang mungkin mendapatkan asupan zat gizi mikro yang cukup dari makanan
sehari-hari.
Zat gizi mikro merupakan zat gizi yang tubuh butuhkan dalam jumlah kecil, yaitu vitamin
dan mineral.
Meski kebutuhannya kecil, kekurangan vitamin dan mineral bisa menyebabkan banyak
masalah kesehatan.
Kekurangan vitamin D dan kalsium bisa menyebabkan osteoporosis. Begitu pun
kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia.
C. Berarti, sebagai orang tua memahami tahapan perkembangan anak menjadi
esensial, salah satunya, melalui Kartu Menuju Sehat (KMS). Lalu, seberapa
penting orang tua memahami cara membaca grafik dalam KMS ?

Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada tiga macam alat
memantau pertumbuhan anak, menggunakan KMS, buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku
KIA), dan aplikasi PrimaKu yang dikeluarkan IDAI.
Ketiganya memberikan informasi kelengkapan imunisasi anak dan memantau pemberian
ASI eksklusif pada bayi usia 0—6 bulan.
Selain itu, dalamnya terdapat tips dasar perawatan anak, seperti pemberian makanan
anak, dan perawatan anak bila mengalami diare.
Tidak hanya untuk anak, KMS, buku KIA, dan aplikasi PrimaKu juga memiliki catatan
untuk ibu mengenai kesehatan sejak hamil, melahirkan, sampai masa nifas.
Kartu Menuju Sehat (KMS), Manfaat dan Cara Membacanya

Kartu Menuju Sehat (KMS) sudah digunakan di Indonesia sejak tahun 1970-an sebagai
alat untuk memantau tumbuh kembang anak. Usia yang dipantau menggunakan KMS
yaitu 0—5 tahun dan biasanya diisi oleh dokter atau petugas kesehatan.
Namun, penting untuk orangtua memahami bagaimana cara membaca KMS agar bisa
memantau perkembangan anak dengan mudah. Berikut penjelasannya.
Apa itu Kartu Menuju Sehat (KMS)?

Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah catatan grafik perkembangan anak yang diukur
berdasarkan umur, berat badan, dan jenis kelamin.
Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada tiga macam alat
memantau pertumbuhan anak, menggunakan KMS, buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku
KIA), dan aplikasi PrimaKu yang dikeluarkan IDAI.
Ketiganya memberikan informasi kelengkapan imunisasi anak dan memantau pemberian
ASI eksklusif pada bayi usia 0—6 bulan.
Selain itu, dalamnya terdapat tips dasar perawatan anak, seperti pemberian makanan
anak, dan perawatan anak bila mengalami diare.
Tidak hanya untuk anak, KMS, buku KIA, dan aplikasi PrimaKu juga memiliki catatan
untuk ibu mengenai kesehatan sejak hamil, melahirkan, sampai masa nifas.
Orangtua dianjurkan untuk memperbarui data di kartu tersebut setiap bulan dengan
membawa anak balita ke posyandu atau dokter anak.
Memantau pertumbuhan anak melalui kartu ini bisa membuat dokter menentukan anak
tumbuh normal sesuai dengan usianya atau tidak.
Lanjutkan Membaca
Kartu menuju sehat, terdiri dari 1 lembar (2 halaman bolak-balik) dengan 5 bagian di
dalamnya.
Cara mengisi dan membacanya dibedakan antara anak laki-laki dengan anak
perempuan. KMS anak laki-laki berwarna biru dan anak perempuan berwarna merah
muda.
Kartu Menuju Sehat (KMS) tersedia dalam bentuk fisik yang diberikan oleh dokter setelah
kelahiran anak. Namun kini KMS juga tersedia secara online yang bisa diakses di sini.
Bagaimana cara membaca KMS?

Grafik tumbuh kembang anak dalam KMS


Setelah berat badan anak ditimbang dan tinggi badannya diukur, dokter atau tenaga
medis akan memberikan titik sesuai bulan waktu anak diperiksa.
Tugas orangtua selanjutnya adalah memperhatikan lokasi titik tersebut. Berikut
penjelasan seputar grafik pertumbuhan anak di KMS.
1. Berada di bawah garis merah
Bila grafik pertumbuhan anak berada di bawah garis merah, tandanya si Kecil mengalami
kurang gizi sedang hingga berat.
Jika anak berada di zona ini, konsultasi ke dokter anak untuk mendapatkan pemeriksaan
lebih lanjut. Biasanya dokter akan bertanya seputar kebiasaan makan dan mengubah
jadwal makan si Kecil.
Agar lebih jelas, orangtua bisa konsultasi pada dokter anak subspesialis metabolik yang
fokus terhadap kasus gizi kurang, gizi buruk, obesitas, dan kasus kelainan metabolik.
2. Terletak di area warna kuning (di atas garis merah)
Jika grafik pertumbuhan anak di KMS berada di area warna kuning, hal ini menunjukkan
si Kecil mengalami kurang gizi ringan.
idak perlu panik, orangtua hanya perlu membuat evaluasi pemberian makan pada si
Kecil. Untuk lebih jelasnya, bisa konsultasikan ke dokter.
3. Berada di warna hijau muda di atas garis kuning
Bila grafik pertumbuhan terletak di warna hijau muda di atas garis kuning, si Kecil memiliki
berat badan cukup atau status gizi baik dan dikatakan normal.
Meski begitu, berat badan anak tetap perlu ditimbang dan diberikan makanan sesuai
kebutuhan gizi anak agar perkembangannya tetap sesuai dengan umurnya.
4. Di atas warna hijau tua
Grafik KMS di atas warna hijau tua menunjukkan anak memiliki berat badan yang lebih
di atas normal.
Jika anak Anda mengalami hal ini, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang tepat.
Perlu diingat bahwa anak yang kelebihan berat badan mudah terkena berbagai penyakit,
seperti obesitas atau serangan jantung.
Di samping itu, orangtua juga perlu melihat perkembangan dan perubahan posisi titik
pada grafik di setiap bulan.
Apakah naik atau turun, semakin menanjak, atau malah menurun karena hal tersebut
memiliki arti berbeda.
 Titik grafik lebih tinggi dibandingkan sebelumnya: berat badan anak naik.
 Titik grafik sejajar dengan bulan sebelumnya: berat badan sama dengan bulan lalu.
 Titik terputus-putus: kurang rutin menimbang anak.
 Titik grafik lebih rendah dari bulan sebelumnya: berat badan anak turun.
Berat badan turun sering terjadi terutama bila anak mulai memasuki usia 6 bulan, ketika
gigi sudah mulai tumbuh.
Ketika sedang tumbuh gigi, anak akan mengalami demam ringan dan nafsu makan akan
sedikit menurun.
Jika anak tidak mengalami sakit, tetapi berat badannya tetap berkurang, ibu harus segera
membawanya ke dokter.
Di dalam KMS, istilah naik atau tidak naik berat badan anak dilambangkan dengan huruf
N dan T. N yaitu untuk berat badan naik dan T untuk berat badan tidak naik.
Berat badan naik (N) artinya grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan atau
kenaikan berat badan sama dengan kenaikan berat badan minimal (KBM) atau lebih.
Berat badan tidak naik (T) artinya grafik berat badan mendatar atau menurun memotong
garis pertumbuhan di bawahnya atau kenaikan berat badan kurang dari KBM.

D. Lalu, apakah mungkin jika terdapat kasus dimana menurut grafik di KMS, status
anak normal namun ia tampak lebih kecil dari teman sebayanya. Apakah anak
tersebut dapat tetap disebut bertumbuh dengan normal ?
E. Apa saja penyebab si kecil bertubuh pendek ataupun kecil ?

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu lama. Hal ini terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru
terlihat saat anak berusia dua tahun. Menurut UNICEF, stunting didefinisikan
sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah
minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari
standar pertumbuhan anak keluaran WHO.
Stunting masih menjadi masalah di Indonesia. Hasil Survei Status Gizi
Indonesia (SSGI) menyebutkan prevalensi stunting di Indonesia masih
21,6% pada tahun 2022.
Definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak
balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2.00 SD/standar
deviasi (stunted) dan kurang dari – 3.00 SD (severely stunted).
Sedangkan balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severaly
stunted) adalah balita dengan Panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U)
menurut umurnya kurang di banding dengan standar baku W HO multicentre
growth reference study tahun 2006.

Penyebab Stunting
Situs Adoption Nutrition menyebutkan, stunting berkembang dalam jangka panjang
karena kombinasi dari beberapa atau semua faktor-faktor berikut:

1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama


2. Retardasi pertumbuhan intrauterine
3. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori
4. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres
5. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak.
Perkembangan stunting adalah proses yang lambat, kumulatif dan tidak berarti bahwa
asupan makanan saat ini tidak memadai. Kegagalan pertumbuhan mungkin telah terjadi
di masa lalu seorang.

Gejala Stunting

1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya


2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk
usianya
3. Berat badan rendah untuk anak seusianya
4. Pertumbuhan tulang tertunda

Upaya pencegahan untuk mengatasi stunting


1. Orangtua rutin melakukan memeriksa kandungan ke fasilitas kesehatan
terdekat,
2. Rutin mengkonsumsi tablet tambah darah,
3. Memenuhi asupan gizi, seperti protein hewani yang baik bagi tumbuh
kembang janin.
4. Remaja putri aktif minum t ablet tambah darah 1 tablet seminngu sekali
5. Pemberian ASI ekslusif pada bayi selama enam bulan.
6. Bayi di atas enam bulan diberikan konsumsi protein hewani dan tetap
melanjutkan ASI.
7. Jangan lupa datang ke Posyandu setiap bulan untuk memantau
pertumbuhan dan perkembangan serta imunisasi balita.
8. Kementerian Kesehatan melakukan intervensi spesifik untuk
mencegah stunting melalui dua cara utama. Pertama intervensi gizi pada ibu
sebelum dan saat hamil. Kedua intervensi pada anak usia 6 bulan sampai 2
tahun.

Mencegah Stunting
Diakibatkan oleh asupan gizi yang kurang, mencegah Stunting tentu dapat dilakukan
dengan memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai. Namun, yang menjadi pertanyaan
adalah, bagaimana jalan yang paling tepat agar kebutuhan gizi dapat tercukupi dengan
baik?
Dampak Stunting umumnya terjadi karena diakibatkan oleh kurangnya asupan nutrisi
pada 1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai
anak berusia 2 tahun.
Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan
memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Gejala stunting jangka pendek
meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi
kognitif, dan gangguan sistem pembakaran. Sedangkan gejala jangka panjang meliputi
obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan
osteoporosis.
Oleh karena itu, upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin. Pada usia 1.000
hari pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan dikonsumsi oleh ibu
hamil. Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dirinya, asupan nutrisi yang baik
juga dibutuhkan jabang bayi yang ada dalam kandungannya.
Lebih lanjut, pada saat bayi telah lahir, penelitian untuk mencegah Stunting menunjukkan
bahwa, konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan
anak di atas 6 bulan.
Anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang
dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan
protein 7,5 persen dari total asupan kalori.
Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2
g/kg berat badan. Sementara anak usia 1 – 3 tahun membutuhkan protein harian
sebesar 1,05 g/kg berat badan. Jadi, pastikan si kecil mendapat asupan protein
yang cukup sejak ia pertama kali mencicipi makanan padat pertamanya.
Stunting bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil)
saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang tentunya sangat
mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas
di usia-usia produktif. Gejala yang ditimbulkan akibat stunting antara lain anak
berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal
tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya, berat badan rendah untuk
anak seusianya dan pertumbuhan tulang tertunda.

Proses stunting sebenarnya kronis. Dalam mengatasi stunting, perlu peran dari semua
sektor dan tatanan masyarakat. Pada 1000 hari pertama kehidupan harus dijaga baik
nutrisi maupun faktor di luar itu yang mempengaruhi stunting. Seribu hari pertama
kehidupan adalah pembuahan/hamil ditambah usia 2 tahun balita. Saat itulah stunting
harus dicegah dengan pemenuhan nutrisi dan lain-lain. Jika memang ada faktor yang
tidak baik yang bisa mengakibatkan stunting, di 1000 hari pertama itulah semua dapat
diperbaiki. Pola hidup sehat, terutama kualitas gizi dalam makanan perlu diperhatikan
dengan menerapkan konsep setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi
diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak
daripada karbohidrat. Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh
yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita. Edukasi tentang
kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para
calon ibu dalam memahami kebutuhan gizi saat hamil juga penting untuk disosialisasikan.
Selain itu, edukasi tentang persalinan yang aman di fasilitas kesehatan, serta pentingnya
melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) hingga pemberian colostrum air susu ibu (ASI)
juga wajib disosialisasikan. Akses terhadap sanitasi dan air bersih yang mudah dapat
menghindarkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu
membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar
sembarangan. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak
mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin
ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah.
Pertumbuhan yang baik adalah pertumbuhan ukuran fisik sesuai standarnya, baik itu
berat panjang atau tinggi dan lingkar kepala. Lingkar kepala kecil mempengaruhi
kecerdasan karena otak kecil. Pada saat pergi ke pelayanan kesehatan baik itu rumah
sakit, puskesmas maupun posyandu, mintalah untuk mengukur lingkar lengan atas bagi
6 – 9 bulan. Hal ini akan menentukan apakah balita gizi buruk, gizi ringan, normal.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan meliputi kemampuan motorik kasar,
motorik halus dan bahasa bicara atau cara berkomunikasi dengan orang (hubungan
sosial). Pemeriksaan rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan penting walau tidak dalam
kondisi sakit untuk mengecek pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia balita 3
bulan balita sebaiknya sudah miring, 4 bulan sudah tengkurep, 8 bulan sudah duduk dan
9 bulan sudah berdiri dan usia 1 tahun sudah dapat berjalan. Pada usia 2 tahun balita
setidaknya sudah menguasasi 6 kata. Jika mengalami keterlambat berbicara sebaiknya
diperiksakan ke dokter.
Tatalaksana penanganan kasus stunting menitikberatkan pada pencegahannya bukan
lagi proses pengobatan. Orang tua berperan untuk mengontrol tumbuh kembang
anaknya masing-masing dengan memperhatikan status gizinya. Pertumbuhan dan
perkembangan sesudah lahir harus naik atau baik dan apabila ada masalah harus segera
dikonsultasikan ke dokter atau ahli gizi. Upaya pencegahan lebih baik dilakukan
semenjak dini demi masa depan sang buah hati sebagai generasi penerus bangsa yang
berhak tumbuh dengan sehat.
BONUS
STUNTING
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN STUNTING?
Stunting atau perawakan pendek merupakan gangguan pertumbuhan yang sebagian
besar disebabkan oleh masalah nutrisi kronis sejak bayo dalam kandungan hingga masa
awal anak lahir yang biasanya tampak setelah ank berusia 2 tahun. Menurut Kemenkes
RI, balita pendek atau stunting bisa diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang
atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya ini
berada pada kisaran di bawah normal.

BAGAIMANA CARA MENDETEKSI STUNTING?


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang seharusnya selalu dipantau pada
setiap kunjungan ke dokter. Pemantauan pertumbuhan anak biasanya dilakukan dengan
memplot berat badan dan tinggi badan ke dalam suatu kurva pertumbuhan. Seorang
anak dikatakan pendek jika tinggi badan atau panjang badan menurut usia lebih dari dua
standar deviasi di bawah median kurve standar pertumbuhan anak WHO.

FAKTOR APA SAJA YANG MEMPENGARUHI STUNTING?


Stunting disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan yang
berperan dalam menyebabkan stunting antara lain status gizi ibu, pola pemberian makan
kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka kejadian infeksi pada anak. Faktor
iingkungan merupakan aspek penting yang masih dapat diintervensi sehingga stunting
dapat diatasi.
Selain disebabkan oleh lingkungan, stunting juga dapat disebabkan oleh faktor genetik
dan hormonal. Akan tetapi, sebagian besar stunting disebabkan oleh malnutrisi.

BAGAIMANA CIRI-CIRI ANAK STUNTING ?

 Keterlambatan pertumbuhan
 Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar
 Tanda pubertas terlambat
 Anak menjadi pendiam, sulit melakukan eye contact saat usia 8-10 tahun
 Wajah tampak lebih muda dari usianya
 Mudah mengalami penyakit infeksi
APA DAMPAK DARI STUNTING?

 Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,kecerdasan, gangguan


pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh
 Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga
mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia
tua.
Kesemuanya itu akan menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia,
produktifitas, dan daya saing bangsa.

KAPAN SEBAIKNYA DETEKSI DINI STUNTING INI DILAKUKAN?


Awal kehamilan sampai anak berusia dua tahun (periode 1000 Hari Pertama Kehidupan)
merupakan periode kritis terjadinya gangguan pertumbuhan, termasuk perawakan
pendek. Pada periode seribu hari pertama kehidupan ini, sangat penting untuk dilakukan
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan secara berkala dan tentu saja pemenuhan
kebutuhan dasar anak yaitu nutrisi, kasih sayang, dan stimulasi.

BAGAIMANA CARA MENGETAHUI GANGGUAN PERTUMBUHAN (STUNTING)


PADA ANAK?
Acuan yang digunakan untuk tiap kelompok usia dapat berbeda. Saat ini Indonesia
menggunakan kurva pertumbuhan milik Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan kurva dari
Center for Disease Control Prevention (CDC,2000).Indikator yang umum digunakan di
Indonesia adalah berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), meski ada juga indicator
lain seperti tinggi badan menurut usia (TB/U), dan berat badan menurut usia (BB/U).
Indikator BB/TB menentukan status gizi anak dengan membandingkan berat dengan
berat ideal menurut tinggi badannya, kemudian dapat diinterpretasikan sebagai obesitas,
gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, dan gizi buruk. Indikator TB/U membandingkan tinggi
badan seorang anak dengan anak yang sama jenis kelamin seusianya. Interpretasinya
adalah tinggi, normal, perawakan pendek, dan perawakan sangat pendek. Adapun
indicator BB/U membagi anak menjadi berat badan normal, berat badan kurang, dan
berat badan berlebih. Indicator ini membandingkan berat badan seorang anak dengan
anak seusianya.
Untuk memastikan pertumbuhan sesuai dengan acuan, bawalah anak secara teratur ke
layanan kesehatan. Bila curiga ada kelainan pertumbuhan, segera bawa anak ke dokter.
Pastikan setiap kali anak diukur berat, panjang/tinggi badan, dan lingkar kepalanya, data
diplot di kurva pertumbuhan yang sesuai agar dapat dinilai keadaannya saat ini. Bisa saja
anak memiliki pertumbuhan normal sampai usia tertentu, tetapi terjadi gangguan
setelahnya. Misalnya, seorang anak usia satu tahun tergolong gizi baik dengan tinggi
badan sesuai usia, tepai kemudian mengalami infeksi berat sehingga pertumbuhan
setelah usia satu tahun terhambat.
F. Apakah anak yang bertumbuh lebih kecil ini dapat diasosiasikan mengalami
stunting meski KMS nya normal ?
Sebaiknya periksa lagi kurva pertumbuhannya apakah sudah sesuai atau belum,
bisa jadi salah pengukuran atau memang anak itu TPG nya rendah atau bisa jadi
teman-teman sebayanya memang dgn gen yang tinggi, karena patokan teman-
teman sebaya tidak bisa diukur scr pasti.
Variasi kondisi syarat dan ketentuan berlaku. Perawakan normal batas bawah. BB
normal dalam Z score. Boleh dianggap normal, tapi biasanya BB normalnya pun
akan mengalami faltering. Misal bayi lahir 3 kg, saat ini seperti bayi 2,5 kg, berarti
ada faltering, namun saat ini masih normal batas bawah. Kondisi seperti ini ke
depannya akan berpotensi mengalami stunting. Pasti ada yang salah dengan pola
asah, asih dan asuhnya.

G. Menurut dokter, apa solusi yang tepat bagi orang tua dengan kondisi anak yang lebih
kecil dari teman sebayanya ini ?

APAKAH SEMUA ANAK PERAWAKAN PENDEK DISEBUT STUNTING ?


Seorang anak diklasifikasikan sebagai perawakan pendek jika panjang badan atau tinggi
badan menurut umur berada dibawah Zscore –2 WHO Growth Standard. Perawakan
sangat pendek jika panjang badan atau tinggi badan menurut umur berada dibawah
Zscore –3 WHO Growth Standard. Stunting jika perawakan pendek tersebut disebabkan
oleh kondisi kesehatan atau nutrisi yang suboptimal. Stunting harus dibedakan dengan
perawakan pendek lainnya oleh dokter spesialis anak untuk menentukan tatalaksana
selanjutnya. Terkadang perawakan pendeng yang bukan perawakan pendek
memerlukan terapi pemanjangan tungkai, sulih hormone atau sulih enzim.

APA YANG DAPAT DILAKUKAN ORANG TUA UNTUK MENGANTISIPASI


PERAWAKAN PENDEK PADA ANAK?​

1. Upaya tindakan antisipasi perawakan pendek sebaiknya dimulai dari masa


kehamilan. Bagi ibu hamil, upaya yang dapat dilakukan yaitu melakukan
pemeriksaan kehamilan secara teratur, menghindari asap rokok dan memenuhi
nutrisi yang baik selama masa kehamilan antara lain dengan menu sehat
seimbang, asupan zat besi, asam folat, yodium yang cukup.
2. Melakukan kunjungan secara teratur ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan
lainnya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu :

 setiap bulan ketika anak anda berusia 0 sampai 12 bulan


 setiap 3 bulan ketika anak anda berusia 1 sampai 3 tahun
 setiap 6 bulan ketika anak anda berusia 3 sampai 6 tahun
 setiap tahun ketika anak anda berusia 6 sampai 18 tahun

3. Memberikan ASI eksklusif sampai anak anda berusia 6 bulan dan pemberian
MPASI yang memadai
4. Mengikuti program imunisasi dasar dan tambahan

BAGAIMANA CARA MENGINTERVENSI STUNTING?

1. Ibu hamil mendapatkan minimal 90 tablet selama kehamilan


2. Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil
3. Pemenuhan gizi
4. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli.
5. Inisiasi menyusui dini
6. Berikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan
7. MPASI untuk bayi 6 bulan – 2 tahun
8. Berikan imunisasi dasar lengkap dan vitamin A
9. Pantau pertumbuhan Balita di Posyandu terdekat
10. Perilaku hidup bersih dan sehat

APAKAH STUNTING MASIH BISA DIATASI DAN DIPERBAIKI?


Sayangnya, stunting adalah kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak bisa
dikembalikan seperti semula. Maksudnya, ketika seorang anak sudah stunting atau
pendek sejak ia masih balita, maka pertumbuhannya akan terus lambat hingga ia
dewasa. Saat puber, ia tidak dapat mencapai pertumbuhan maksimal akibat sudah
terkena stunting di waktu kecil. Meskipun, Walaupun diberikan makanan yang kaya akan
gizi, namun tetap saja pertumbuhannya tidak dapat maksimal.
Namun, tetap penting bagi orangtua memberikan berbagai makanan yang bergizi
tinggi agar mencegah kondisi si kecil semakin buruk dan gangguan pertumbuhan yang
ia alami semakin parah. Oleh karena itu, sebenarnya hal ini dapat dicegah dengan cara
memberikan nutrisi yang maksimal saat awal-awal kehidupannya, yaitu 1.000 hari
pertama kehidupan.

KESIMPULAN
Stunting adalah perawakan pendek yang diakibat oleh kondisi kesehatan yang
suboptimal terutama kuantitas dan kualitas asupan makanan yang salah. Stunting akan
berdampak pada kecerdasan anak serta risiko timbulnya penyakit degeneratif (obesitas,
DM, penyakit jantung koroner, dll) dikemudian hari. Stunting dapat dicegah dengan
memperhatikan kuantitas dan kualitas protein yang dikonsumsi balita. Batita dianjurkan
mengonsumsi 1,1 g protein/kg BB yang berkualitas tinggi (mengandung asam amino
esensial lengkap) setiap hari, yang didapat dari sumber hewani, yaitu daging
(sapi,ayam,ikan), telur atau susu.
H. Apakah anak yang bertubuh kecil dan pendek secara genetic dapat bertumbuh lebih
besar ? Jika iya, apa saja hal-hal yang perlu disiapkan ?
I. Kapan rentang waktu yang tepat untuk melakukan intervensi terhadap kondisi anak
yang tampak lebih kecil ini ?
0-2 tahun
Siapa yang tak mendamba memiliki anak sehat, dengan tumbuh kembang baik sesuai
dengan usianya. Bisa memahami emosi, sekaligus memiliki fisik yang proposional.
Namun, adakalanya kita lengah di tengah jalan walau sudah berusaha semaksimal
mungkin. Ketika anak mengalami stunting dan gagal tumbuh sesuai perkembangannya,
bisakah ia kembali tumbuh dengan baik? Sebatas mana stunting bisa diperbaiki?
“Anak saya usia dua tahun ketika ketahuan stunting. Apakah pertumbuhannya masih bisa
dikejar?”
Menurut Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, stunting masih bisa dikoreksi selama anak
belum berusia 2 tahun, atau masih berada dalam 1000 hari pertama kehidupannya.
Namun, jika usianya sudah lebih dari 2 tahun, perbaikan gizi yang dilakukan hanya
sebatas mampu menaikkan berat badan anak. Untuk pertambahan tinggi badan sulit
dikejar jika anak terlanjur pendek.
Stunting bersifat irreversible, tidak dapat diperbaiki apalagi setelah anak mencapai usia
dua tahun. Apabila terjadi penurunan berat badan (weight faltering) pada kondisi anak
stunting, maka anak harus segera ditangani secara medis agar bisa diketahui penyebab
dan solusinya.
Baca: Apa Beda Stunting, Wasting, dan Underweight?
“Apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi stunting?”
Salah satunya adalah dengan cara pengaturan pola gizi (Isi Piringku), yaitu makan bukan
sekadar kenyang namun harus diperhatikan nutrisinya. Karena periode 1-5 tahun adalah
periode emas untuk pertumbuhan anak, terutama otak, Isi Piringku juga harus
disesuaikan dengan usia yang ditentukan.
Untuk usia 1-5 tahun, menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia tahun 2013,
kebutuhan energinya adalah sebanyak 1350 kalori. Komposisinya adalah makanan
pokok sebanyak 35% (setara dengan 5-6 sendok makan nasi atau roti tawar sebanyak 1
lembar), diikuti dengan lauk pauk yang terdiri dari protein hewani dan nabati. Jumlahnya,
harus mencapai 35% seperti makanan pokok. Ada pula satu sumber protein lain dan bisa
menjadi tambahan asupan protein, yaitu protein susu. Sebagai pelengkap 30% Isi
Piringku, diperlukan mikronutrisi berupa vitamin dan mineral penting dari sayur dan buah.
Selain itu, buah dan sayur juga penting sebagai antioksidan dan sumber serat yang
melancarkan sistem pencernaan. Selain itu, lakukan berbagai aktivitas untuk stimulasi
tumbuh kembang dan kecerdasan sosial emosionalnya, juga penuhi kebutuhan kasih
sayangnya.
“Ketika ada perbaikan gizi, seberapa besar pengaruhnya pada kesehatan anak?”
Nutrisi dari makanan yang didapat berfungsi sebagai zat penyusun sistem imunitas anak,
sehingga daya tahan tubuh meningkat dan anak tidak mudah sakit.
“Adakah obat atau vitamin tambahan penunjang perbaikan gizi anak stunting?”
Vitamin dan suplemen penambah nafsu makan bisa diberikan namun yang tetap utama
adalah mengubah kebiasaan makan. Jangan sepelekan waktu makan dan nutrisi pada
makanan. Jangan lengah pada anak yang sulit makan sehingga memilih untuk
menyantap panganan tidak sehat bahkan melewatkan waktu makan. Biasakan makan
besar tiga kali sehari, diselingi dengan dua kali camilan sehat. Berikan waktu pada anak
untuk merasa lapar. Jangan makan lebih dari 30 menit, serta berikan camilan berat saat
anak sedang sulit makan.
Jadi, jangan sepelekan isi piring anak. Bekali diri dengan informasi makanan bergizi yang
baik untuk tumbuh kembang anak. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan jika perlu.

J. Bagaimana jika salah satu penyebab si kecil berbadan lebih kecil dibandingkan teman
seusianya adalah infeksi yang terus menerus dalam tubuhnya ?
Stunting dapat terjadi sejak janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak
berusia dua tahun. Stunting dibentuk oleh kondisi growth faltering dan catch up growth
yang tidak memadai yang mencerminkan ketidakmampuan untuk mencapai
pertumbuhan optimal. Stunting yang telah terjadi bila tidak diimbangi dengan kejar
tumbuh (catch-up growth) akan mengakibatkan kondisi penurunan pertumbuhan,
meningkatkan risiko kesakitan, kematian dan hambatan

Sedangkan upaya yang dilakukan untuk pengobatan stunting jika anak sudah didiagnosa
menderita stunting adalah sebagai berikut:

1. melakukan terapi awal seperti memberikan asupan makanan yang bernutrisi dan
bergizi;
2. memberikan suplemen tambahan berupa vitamin A, Zinc, zat besi, kalsium dan
yodium;
3. memberikan edukasi dan pemahaman kepada keluarga untuk menerapkan pola
hidup bersih dengan menjaga sanitasi dan kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 prevalensi stunting pada balita di Indonesia sebesar
30,8%. Kondisi tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi stunting
di dunia menurut WHO yaitu sebesar 22%. Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga
dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara, dengan rata-rata prevalensi balita
stunting tahun 2005-2017 adalah 36,4%
Sesuai dengan amanat Presiden Republik Indonesia mengenai percepatan
penurunan stunting demi mewujudkan Indonesia Emas 2045, Kementerian Keuangan
telah menyiapkan anggaran untuk menangani stunting yang terdiri atas anggaran untuk
Kementerian/Lembaga di pemerintah pusat, Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan Dana
Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik. Dengan anggaran yang tersedia untuk
menangani stunting tersebut diharapkan kasus stunting di Indonesia menurun, dengan
target 14% di tahun 2024.

Dampak masalah stunting di Indonesia :


1. Dampak kesehatan :
a. Gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus), hambatan perkembangan
kognitif dan motoric.
b. Gangguan metabolik pada saat dewasa → risiko penyakit tidak menular (diabetes,
obesitas, stroke, penyakit jantung, dan lain sebagainya).
2. Dampak ekonomi :
Berpotensi menimbulkan kerugian setiap tahunnya : 2-3 % GDP.
Penyebab Stunting
Ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya stunting, antara lain yaitu :
1. Asupan kalori yang tidak adekuat.
a. Faktor sosio-ekonomi (kemiskinan).
b. Pendidikan dan pengetahuan yang rendah mengenai praktik pemberian makan
untuk bayi dan batita (kecukupan ASI).
c. Peranan protein hewani dalam MPASI.
d. Penelantaran
e. Pengaruh budaya
f. Ketersediaan bahan makanan setempat.
2. Kebutuhan yang meningkat.
a. Penyakit jantung bawaan.
b. Alergi susu sapi.
c. Bayi berat badan lahir sangat rendah.
d. Kelainan metabolisme bawaan.
e. Infeksi kronik yang disebabkan kebersihan personal dan lingkungan yang buruk
(diare kronis) dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi (Tuberculosis /
TBC, difteri, pertussis, dan campak).
Apakah stunting bisa dicegah?
Tentu stunting dapat dicegah. Berikut beberapa tips mencegah stunting :
1. Saat Remaja Putri
Skrining anemia dan konsumsi tablet tambah darah.
2. Saat Masa Kehamilan
Disarankan untuk rutin memeriksakan kondisi kehamilan ke dokter. Perlu juga memenuhi
asupan nutrisi yang baik selama kehamilan. Dengan makanan sehat dan juga asupan
mineral seperti zat besi, asam folat, dan yodium harus tercukupi.
3. Balita
a. Terapkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
Sesaat setelah bayi lahir, segera lakukan IMD agar berhasil menjalankan ASI Eksklusif.
Setelah itu, lakukan pemeriksaan ke dokter atau ke Posyandu dan Puskesmas secara
berkala untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Imunisasi
Perhatikan jadwal imunisasi rutin yang diterapkan oleh Pemerintah agar anak terlindungi
dari berbagai macam penyakit.
c. ASI Eksklusif
Berikan ASI eksklusif sampai anak berusia 6 (enam) bulan dan diteruskan dengan MPASI
yang sehat dan bergizi.
d. Pemantauan tumbuh kembang à weight faltering.
4. Gaya Hidup Bersih dan Sehat
Terapkan gaya hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan sebelum makan,
memastikan air yang diminum merupakan air bersih, buang air besar di jamban, sanitasi
sehat, dan lain sebagainya.
Bagaimana alurnya jika menemukan kasus masalah gizi supaya dapat mencegah
stunting?
1. Surveilans gizi dan penemuan dan penangan kasus (Posyandu à Puskesmas).
2. Pelayanan sekunder atau tersier, memiliki Sp.A atau Sp.AK (gizi, tumbuh kembang).
Memiliki sarana dan prasarana : klinik khusus tumbuh kembang.

Referensi :
Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI. 2018. Situasi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia. Buletin Jendela. ISSN 2088 - 270 X.
Atikah Rahayu, SKM, MPH; Fahrini Yulidasari, SKM, MPH; Andini Octaviana Putri, SKM,
M.Kes; dan Lia Anggraini, SKM. 2018. Study Guide Stunting dan Upaya Pencegahannya.
CV Mine Yogyakarta.
World Health Organization (WHO)

Anda mungkin juga menyukai