Anda di halaman 1dari 17

Perkembangan Anak Menurut Pemeriksaan Denver II

Ryan Samuel Pierre Palenewen 102011315, Yudha Pratama 102016043, Darwin


Manuel 102016165, Muliaty Mardiani Putri 102013437, Gracecaella Arjanti
102016024, Cynthia Tambunan 102016091, Hardianti 102016134, Christina Sonia
Wibowo 102016197, Wan Aishah Fariha Binti Wan Nazri 102016269

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510

Email : gracecaella.2016fk024@civitas.ac.id

Abstrak

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik


seseorang. Sedangkan perkembangan (development) berkaitan dengan pematangan
dan penambahan kemampuan (skill) fungsi organ atau individu. Bayi membutuhkan
gizi yang cukup dan sesuai dengan umur karena berpengaruh terhadap tumbuh
kembangnya. Penilaian pertumbuhan anak dapat dilihat melalui status gizi yang dapat
diukur dengan antropometri dan perkembangannya dapat dilakukan melalui
pemeriksaan Denver II. Selain nutrisi yang sesuai, bayi membutuhkan imunisasi
untuk mencegah terjadinya penyakit. Dukungan orang tua juga berpengaruh kepada
proses pertumbuhan bayi.
Kata Kunci : Pertumbuhan, perkembangan, antropometri, pemeriksaan Denver II

Abstract

Growth is related to the problem of change in a person's physical size. While the
development associated with the maturation and addition of skills (skills) organs or
individual functions. Babies need adequate nutrition and age appropriate because it
affects the growth of flowers. Assessment of child growth can be seen through
nutritional status that can be measured by anthropometry and its development can be
done through a Denver II examination. In addition to the appropriate nutrients,
babies need immunization to prevent the occurrence of disease. Parental support also
affects the baby's growth process.

Keywords : Growth, development, anthropometry, Denver II examination

1
Pendahuluan

Anak merupakan aset bangsa. Tumbuh kembang merupakan manifestsi yang


kompleks dari perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak
konsepsi sampaai maturitas/dewasa. Pertumbuhan (growth) merupakan perubahan
yang bersifat kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat
sel, organ, maupun individu. Anak tidak hanya bertambah besar fisik, melainkan juga
ukuran struktur organ-organ tubuh dan otak.

Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan


kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel
tubuh, jaringan tubuh, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan perilaku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya.1

Tujuan ilmu kembangan adalah (1) memahami pola normal tumbuh kembang anak;
(2) mempelajari faktor-faktor yang terkait dengan tumbuh kembang anak; (3)
melakukan upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang fisik,
mental/kognitif, maupun sosial-emosional; (4) melakukan deteksi dini terhadap
kelainan tumbuh kembang dengan melakukan skrinning rutin serta melakukan
assesment untuk menegakkan diagnosis dan mencari penyebab; (5) melakukan
tatalaksana yang komprehensif terhadap masalah-masalah yang terkait dengan
tumbuh kembang anak, serta melakukan upaya pencegahan.

Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak


seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi
yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh
otak.
Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik
halus.

Perkembangan motorik kasar adalah kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan
melompat termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan
sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan

2
tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak.
Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang
anak berbeda dengan anak lainnya.
Perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang
menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. perkembangan
pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih
kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun blok termasuk contoh gerakan
motorik halus.1,2
Anamnesis

Anamnesis adalah wawancara antara dokter, penderita atau keluarga penderita yang
mempunyai hubungan dekat dengan pasien, mengenai semua data tentang penyakit.
Anamnesis juga merupakan sarana holostik dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
Dapat dibagikan kepada 2 jenis yaitu:

a. Alloanamnesis: riwayat penyakit didapat dari orang tua atau sumber lain.
Bagi kasus anak, anamnesis biasanya didapatkan dari jenis ini karena anak-
anak masih tidak bisa memahami keluhan yang mereka hadapi dan tidak tahu
untuk mengekpresikannya.
b. Autoanamnesis: riwayat penyakit yang langsung didapatkan dari pasien.
pasien sendiri yang menemui dokter dan memberitahu sendiri riwayat
penyakit dan keluhan yang mereka hadapi.

Dalam anamnesis dalam kasus ini, harus diketahui adalah riwayat kehamilan, riwayat
persalinan, riwayat tumbuh kembang, riwayat penyakit sekarang (RPS), riwayat
penyakit dahulu (RPD), riwayat penyakit keluarga (RPK), riwayat imunisasi dan
riwayat nutrisi.

Hasil Anamnesis

 Riwayat kehamilan: Tidak ada komplikasi, ANC teratur


 Riwayat persalinan: Lahir spontan per vaginam, tanpa komplikasi, bayi
menangis kuat dan aktif
 Riwayat tumbuh kembang:
 Personal sosial: bisa memasukkan biscuit ke mulut, berusaha mencapai
mainan, mengamati tangannya, belum bisa tepuk tangan, belum bisa
menyatakan keinginan tanpa menangis, belum bisa melambaikan tangan.

3
 Motorik halus adaptif: bisa mengambil 2 kubus, memindahkan kubus ke
tangan lain, menggaruk manik-manik, belum bisa memegang dengan ibu jari
dan jari, belum bisa membenturkan dua kubus, belum bisa menaruh kubus di
cangkir.
 Bahasa: bisa mengoceh, bisa mengucapkan lebih dari 3 silabel yang sama,
papa/mama tidak spesifik, belum bisa papa/mama spesifik, belum bisa 1, 2,
dan 3 kata
 Motorik kasar: bisa berdiri dengan pegangan, bisa duduk dengan pegangan,
bisa tengkurap sendiri, belum bisa bangkit untuk berdiri, belum bisa bangkit
terus duduk, belum bisa berdiri.

 Riwayat penyakit dahulu: Tiada


 Riwayat penyakit keluarga: Tiada
 Riwayat imunisasi: BCG, Hepatitis 3x, Polio 4x, DPT 3x
 Riwayat nutrisi: ASI dengan MPASI

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan antropometri anak

Antropometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran dimensi tubuh manusia


(ukuran, berat, volume, dan lain-lain) dan karakteristik khusus dari tubuh seperti
ruang gerak.2-4

Berat badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting, dipakai pada setiap
kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan
dipakai sebagai indikator yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi
dan tumbuh kembang anak, sensitive terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran
obyektif dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang lebih murah,
mudah, dan tidak memerlukan banyak waktu.

Tinggi badan/ Panjang badan

Merupakan antropometrik kedua yang terpenting. Keuntungan indikator TB/PB


adalah pengukurannya obyektif dan dapat diulang, merupakan indikator untuk
gangguan pertumbuhan fisik, sebagai perbandingan terhadap perubahan-perubahan
relative, seperti terhadap nilai BB dan LLA.

4
Lingkar kepala

Lingkar kepala dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh
dengan normal maka kepala akan kecil. Sehingga pada lingkar kepala yang lebih
kecil dari normal, maka menunjukkan adanya retardasi mental. Sebaliknya kalau ada
penyumbatan pada aliran cairan hidrosefalus akan meningkatkan volume kepala,
sehingga LK lebih besar dari normal.

Pada pemeriksaan antropometri di dalam kasus ini, didapatkan:


 Berat badan: 9 kg (Normal: 7,0-9,2 kg)
 Panjang badan: 70 cm (Normal: 66,0-72,3 cm)
 Lingkar kepala: 40 cm (Normal: 42-48 cm)
Pemeriksaan Denver

Selain pemeriksaan antropometri, pemeriksaan menurut Denver II juga selalu


digunakan. Denver II merupakan tes skrining untuk anak berumur antara 0-6 tahun.
Sebenarnya Denver II adalah revisi utama standardisasi ulang dari Denver
Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening
Test (DDST-R). Denver II adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Manfaat pengkajian
perkembangan dengan menggunakan DDST bergantung pada usia anak. Pada bayi
baru lahir, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis, salah satunya
serebral palsi. Pada tes ini sering kali dapat memberikan jaminan kepada orang tua
atau bermanfaat dalam mengidentifikasi berbagai problema dini yang mengancam
mereka. Pada anak, tes ini dapat membantu meringankan permasalahan akademik dan
sosial.3

Aspek Perkembangan yang Dinilai

Aspek Perkembangan yang dinilai terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang
diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas. Ada 4 sektor perkembangan
yang dinilai:

Sektor pertama yaitu perkembangan personal-sosial. Perkembangan personal-sosial


berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Perkembangan personal meliputi berbagai kemampuan yang
dikeompokkan sebagai kebiasaan (habbit), kepribadian, watak, dan emosi.1

5
(1) kebiasaan (habbit) dibagi menjadi kebiasaan makan, tidur, kontrol sfingter, dan
berpakaian. Saat lahir, terdapat suatu reaksi berantai mencari-menghisap-menelan,
tetapi umur 4 minggu reaksi ini menjadi sebuah rutinitas hingga akhirnya nayi bisa
menggigit, mengunyah dan menelan. Pada umur 28 minggu, bayi bisa mengunyakdan
mengeksplorasi segala sesuatu ke dalam mulutnya, 40 minggu, bayi bisa menggigit,
mengunyah, dan menelan. Umur 18 bulan anak bisa makan sendiri dengan sndok
walaupun sering terbalik. Pada umur 3 tahunn, anak bisa makan dengan baik dengan
menggunakan sendok dan garpu.

Tidur adalah tingkah laku yang dapat berubah dan berkembang. Kontrol sfingter
merupakan kemampuan dalam ekskresi. Secara bertahap, mekanisme involunter
berubah menjadi mekanisme kontrol volunter, kontrol tidak hanya karena
pembelajaran dan kebiasaan melainkan mengalmi perkembangan. Cara berpakaian,
pada umur 28 minggu, tidak menyukai segala sesuatu yang ditaruh di atas kepalanya,
tetapi seiring berjalannya waktu anak bisa melepas celana, kaos kaki, baju dan
akhirnya mulai memulai berpakaian sendiri. (2) Kepribadian adalah aspek pada
seseorang yang unik untuk setiap individu, dan berbeda sejak lahir. Kepribadian
mempunyai struktur yang menarik untuk suatu keadaan menyenangkan dari insting
dasar. (3) Watak mencerminkan karakteristik gaya emosional anak dan respon
tingkah laku terhadap berbagai situasi. Ini ditentukan oleh fator genetik dan
dimodifikasi oleh lingkungan. (4) Emosi adalah perubahan dalam arousal level, yang
ditandai dengan perubahan fisiologi, seperti denyut jantung atau frekuensi napas.
Beberapa emosi yang mengalami perkembangan adalah menangis, tersenyum dan
tertawa, cemas, rasa iri, marah dan menyerang.1,3

Kedua, aspek motorik halus adaptif (Fine Motor Adaptive) yang berhubungan dengan
kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat. Kemajuan perkembangan motorik halus, khususnya
ekstremitas atas, berlangsung ke arah proksimodistal, dimulai dari bahu menuju ke
arah distal sampai jari. Kemampuan motorik harus dipengaruhi oleh matangnya
fungsi motorik, dan koordinasi neuromuskular yang baik, fungsi visual yang akurat,
dan kemampuan intelek nonverbal. Pada bayi baru lahir, grasp palmar reflex terjadi
untuk mengepal ketika suatu objek menyentuh telapak tangan. Perkembangan

6
motorik halus pertama yang dengan mudah saat dikenali dan merupakan
perkembangan sangat penting adalah kemampuan mengepalkan tangan. Pada umur 2
bulan, kepalan bayi mulai berkurang, jari-jari bisa terbuka secara spontan. Bila umur
4 bulan (red flag) tangan bayi masih mengepal, ini merupakan indikasi bahwa bayi
mengalami disfungsi neuromotorik. Pada umur 3 bulan, bayi dapat menggapai
mainan yang digerakkan, dan dapat menggapai ke arah objek yang tiba-tiba
dijauhkan dari pandangannya. Pada umur 3-4 bulan, jika sebuah objek ditempatkan di
tangan, objek tersebut akan dipegang dengan 3 jari daerah ulnar dan selanjutnya jari
tangan yang lain akan ikut menggenggam.

Dengan menghilangnya grasp palmar reflex, bayi dapat meluruskan jari dan
mempertahankan tangan dalam posisi terbuka pada umur 4 bulan, sehingga
memudahkan perkembangan motorik halus selanjutnya. Pada umur 3-4 bulan, bayi
sudah bisa menempatkan tangannya ke bagian tengah tubuhnya, memainkan jari-
jemari, serta memasukkan tangan ke mulutnya. Umur 5 bulan, bayi bisa mendekatkan
objek ke telapak tangan, jari-jari fleksi bersama-sama dan menggenggam objek.
Umur 3-6 bulan bayi mampu meraih benda-benda yang berada dalam jangkauannya
dan mampu memegang pensil. Umur 6-7 bulan bayi mampu menjepit dengan baik
menggunakan jri telunjuk dan ibu jari. Umur 8 bulan bayi mampu mengambil kubus
yang diberikan kepadanya, dan memindahkan ke tangan lainnya. Umur 9 bulan,
mampu menemukan benda bila ditempatkan dibawah gelas. Pada umur 10-12 bulan,
bayi mampu mengambil kubus dari dalam gelas dan mampu menggenggam erat
pensil dan mengulurkan lengan/mencondongan badan untuk meraih mainan.

Ketiga, aspek bahasa. berhubungan dengan kemampuan anak untuk memberi respon
terhadap suara, menuruti perintah dan berbicara secara spontan. Hemisfer kiri
merupakan pusat kemampuan berbahasa pada 94% orang dewasa kinan, dan lebih
dari 75% pada orang dewasa kidal. Kemampuan berbahasa merupakan indikator
seluruh perkembangan anak, karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap
keterlambatan atau kelainan pada sistem lainnya, seperti kemampuan kognitif,
sensorimotor, psikologis, emosi, dan lingkungan disekitar anak. Seorang anak tidak
akan mampu berbicara tanpa dukungan dari lingkungannya.

7
Keempat, aspek motorik kasar (gross motor). Perkembangan motorik kasar
merupakan aspek perkembangan gerakan dan postur (posisi tubuh). Kira-kira umur 6
bulan, refleks primitif secara progresif ditekan dan semakin menghilang. Selanjutnya,
refleks ini dihambat oleh jalur kortikal yang lebih tinggi, sehingga muncul gerakan-
gerakan yang bertujuan. Pada umur 2 bulan, pada posisi tengkurap bayi dapat
mengangkat kepala (45o). Kepala tegak saat didudukkan rata-rata dicapai pada umur
2 bulan. Pada umur 3 bulan, tonus dan kekuatan meluas ke bahu dan lengan atas,
sehingga bayi dapat mengangkat kepala dan badan bagian atas lebih tinggi dengan
ditopang oleh siku. Pada usia ini, seluruh lengan bergerak saat dirangsang dengan
stimulus. Umur 4 bulan pada posisi bayi tengkurap, bayi mampu mengangkat kepala
setinggi 90o.

Umur 3-4 bulan bayi sudah mampu untuk tengkurap dan tengadah sendiri, rata-rata
pada umur 4 bulan asimeris tonic neck reflect nya menghilang. Kira-kira umur 5
bulan kekuatan menyebar ke bokong. Bersamaan dengan menghilangknya refleks
primitif terpacu perkembangan kemampuan duduk. Pada umur 5 bulan bayi bisa
duduk dengan disokong. Pada umur 6 bulan, bila didudukkan di lantai, bayi bisa
duduk sendiri tanpa disokong tetapi punggung masih membungkuk. Kontrol kepala
bayi mucul lebih dulu pada posisi tengkurap, sehingga bayi lebih dahulu berguling
dari posisi tengkurap daripada berguling dari posisi terlentang. Jika bayi tidak bisa
mengangkat kepala, bayi tidak akan bisa berguling. Pada usia 7 bulan, bayi mampu
bergerak sendiri dari posisi berbaring ke posisi duduk. Dengan menyebarnya
kekuatan tonus otot ke arah kaudal, bayi mengembangkan kemampuan untuk tegak di
atas kedua tangan dan lutut. Umur 8 bulan, muncullah pergerakan bolak-balik dan
bayi mulai merangkak. Bertambah kuat otot-otot bagian bawah, bokong, dan otot
tungkai atas yang ditunjang kekuatan otot lengan dan bahu, bayi mulai berdiri dari
posisi duduk atau posisi merangkak.

Pada usia 9 bulan, anak pertama kali melangkah dengan berpegangan. Pada umur ini,
bayi juga telah mampu duduk sendiri dari posisi berbaring. Umur 10-11 bulan, bayi
bisa berdiri dan melangkah 1-2 langkah. Umur 12 bulan, bayi dapat melangkah tanpa
berpegangan. Namun, rentang umur sangat bervariasi. Pada umur 12 bulan
merupakan puncak perkembangan motorik kasar dini, yakni saat anak mulai berlari.

8
Alat yang digunakan
 Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, peralatan makan,
peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/
kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung
usia kronologis anak saat diperiksa).
 Lembar formulir DDST II
 Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan
cara penilaiannya.
Prosedur DDST3,5

Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:

1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia: 3-6
bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun

2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan


perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.

Cara Pemeriksaan

1. Tentukan umur anak dan buat garis umur:


 Instruksi umum: Catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal pemeriksaan pada
formulir. Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi
tanggal lahir. Bila anak lahir prematur, koreksi faktor prematuritas. Untuk anak
yang lahir lebih dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan berumur kurang
dari 2 tahun, maka harus dilakukan koreksi.
 Tarik garis umur dari garis atas ke bawah dan cantumkan tanggal
pemeriksaan pada ujung atas garis umur. Lakukan tugas perkembangan untuk
tiap sektor perkembangan dimulai dari sektor yang paling mudah dan dimulai
dengan tugas perkembangan yang terletak di sebelah kiri garis umur, kemudian
dilanjutkan sampai ke kanan garis umur
i. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling
dekat di sebelah kiri garis umur serta tiap tugas perkembangan yang
ditembus garis umur.
ii. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu ujicoba pada
langkah ‘i’ (“gagal”; “menolak”; “tidak ada kesempatan”), lakukan

9
ujicoba tambahan ke sebelah kiri garis umur pada sektor yang sama
sampai anak dapat “lulus” 3 tugas perkembangan.
iii. Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkembangan pada
langkah ‘i’, lakukan tugas perkembangan tambahan ke sebelah kanan
garis umur pada sektor yang sama sampai anak ”gagal” pada 3 tugas
perkembangan..
2. Pemberian skor
Skor dari tiap ujicoba ditulis pada kotak segi empat.
 L: Pass/ lulus. Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu atau pengasuh
anak memberi laporan anak dapat melakukannya.
 G: Fail/ gagal. Anak tidak dapat melakukan ujicoba dengan baik atau
ibu/pengasuh anak memberi laporan anak tidak dapat melakukannya dengan
baik.
 R: Refusal/ menolak. Anak menolak untuk melakukan ujicoba.
3. Interpretasi hasil Denver II
 Lebih (advanced) bilamana lewat pada uji coba yang terletak di kanan garis
umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut.
 Normal bila gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan disebelah
kanan garis umur, dikatagorikan sebagai normal. Demikian juga bila anak lulus
(P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugas perkembangan dimana garis umur
terletak antara persentil 25 dan 75, maka dikatagorikan sebagai normal.
 Caution/ peringatan bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) tugas
perkembangan, dimana garis umur terletak pada atau antara persentil 75 dan
90.
 Delayed/keterlambatan bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R)
melakukan ujicoba yang terletak lengkap disebelah kiri garis umur.
 No Opportunity/ tidak ada kesempatan. Pada tugas perkembangan yang
berdasarkan laporan, orang tua melaporkan bahwa anaknya tidak ada
kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tersebut. Hasil ini tidak
dimasukkan dalam mengambil kesimpulan.
4. Interpretasi tes ( kesimpulan)
 Normal, bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu
 Caution, lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.
 Suspect/ Suspek bila didapatkan > 2 caution dan/atau > 1 keterlambatan.
Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat
seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan.
 Untestable/ Tidak dapat diuji, bila ada skor menolak pada > 1 uji coba terletak
disebelah kiri garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis
umur pada daerah 75-90%, lakukan uji ulang dalam 1 -2 minggu.

10
Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable: Skrining ulang pada 1
sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer.

11
Gambar 1. Test Denver

12
Working diagnosis (Diagnosis kerja)

Setelah dilakukan anamnesis, dan pemeriksaan fisik pada pasien, diagnosis kerja di
dalam kasus ini dapat ditegakkan yaitu bayi tersebut normal. Hal ini dibuktikan dari
pemeriksaan Denver bahawa tumbuh kembang bayi adalah normal.

Penatalaksanaan

Edukasi dan melatih orang tua (Nonfarmakoterapi)

Edukasi dan melatih orang tua adalah dengan memberikan informasi yang bersifat
edukatif terhadap orang tua bayi yang bersangkutan. Informasi tersebut dapat berupa
info gizi, peran imunisasi, dan pentingnya kasih sayang orang tua terhadap tumbuh
kembang bayi.

Kecerdasan seorang anak ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu faktor genetik, nutrisi,
dan stimulasi. Faktor genetik tentu tidak dapat diubah karena diturunkan dari orang
tua kepada sang anak. Orang tua bisa mengoptimalkan tumbuh kembang bayi dan
anak melalui pemberian nutrisi yang bergizi baik dan seimbang serta melalui
stimulasi positif secara kontinu dan berkualitas.5,6

Nutrisi (Nonfarmakoterapi)

Kebutuhan bayi akan zat-zat gizi adalah yang paling tinggi, bila dinyatakan dalam
satuan berat badan karena bayi sedang berada dalam periode pertumbuhan yang
sangat pesat.

Kebutuhan bayi akan energi adalah 110-100 kal/kg berat badan per harinya dan
kebutuhan akan protein adalah 3-4 gr/ kg BB sehari. Untuk pertumbuhan tulang
kerangka, kebutuhan Ca dan P harus sangat diperhatikan.7

Ketika dilahirkan, bayi tidak cukup dibekali cadangan vitamin A dan vitamin K
sehingga harus diberi kedua vitamin ini sejak umur dini postnatal, juga unsur Fe
termasuk yang cepat menyusut pada neonatus.

0-6 bulan - ASI ekslusif / susu formula + Fe


6-7 bulan - ASI/ susu formula + Fe
- Bubur sereal bayi + Fe

13
- Juice buah & sayur saring

- ASI/ susu formula + Fe


7-9 bulan - Bubur sereal bayi + Fe
- Juice buah & sayurn, dagaing saring
- Roti gandum
10-12 - ASI/ susu formula + Fe
bulan - Juice buah tinggi vit C (digelas)
- Sayuran & buah & daging giling

Makanan Pendamping

Setelah 0-6 bulan, bayi diberikan ASI eksklusif atau susu formula. Setelah itu, bayi
juga membutuhkan makanan pendamping ASI untuk mencukupi kebutuhan gizinya,
yaitu bubur sereal, jus buah, atau sayuran saring. Setelah 7-9 bulan, perlu
ditambahkan lagi roti gandum dan setelah 10-12 bulan ditambahkan lagi jus buah
yang tinggi vitamin C dan daging giling.7,8

Imunisasi (Farmakoterapi)

Vaksinasi atau yang lebih sering disebut dengan imunisasi adalah pemberian suatu
vaksin ke dalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit
tertentu. Pada 1977, WHO memulai program imunisasi di Indonesia yang disebut
Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Sebenarnya banyak sekali macam
imunisasi yang dicanangkan oleh pemerintah, namun hanya lima jenis imunisasi
untuk balita yang diwajibkan, yakni:8

1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin)

Berupa bakteri tuberculosis bacillus yang telah dilemahkan yang digunakan untuk
mencegah penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG terbukti 80% efektif
mencegah TBC selama 15 tahun, namun efeknya bergantung pada keadaan
geografis. Imunisasi BCG hanya dilakukan sekali yakni ketika bayi berusia 0-11
bulan.

2. Vaksin DPT/DTP

14
Merupakan campuran dari tiga vaksin yang diberikan untuk memberikan
kekebalan pada tubuh terhadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin ini
diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan jarak waktu antar
pemberian minimal empat minggu. Kemudian diberikan lagi pada umur 18 bulan
dan 5 tahun.

3. Vaksin polio

Dibuat dari poliovirus yang dilemahkan. Biasanya diberikan kepada anak-anak


dengan meneteskannya ke dalam mulut untuk mencegah terjadinya penularan
virus polio dari lingkungan. Imunisasi pertama kali dilakukan setelah bayi lahir,
dilanjutkan pada usia 2, 4, 6, dan 18 bulan. Yang terakhir, vaksin polio diberikan
saat berumur 4 hingga 6 tahun. Vaksin polio dapat dikombinasikan dengan vaksin
DPT.

4. Vaksin campak

Penyakit campak hanya menyerang satu kali dalam seumur hidup. Imunisasi ini
dilakukan satu kali pada bayi usia 9-11 bulan dengan disuntik pada bagian lengan
atas.

5. Vaksin Hepatitis B

Karena hepatitis B merupakan jenis hepatitis yang paling berbahaya dan dapat
menyebabkan kematian, vaksin ini sangat penting untuk diberikan sebagai
pencegahan, mengingat hingga sekarang belum ditemukan obat untuk mengobati
orang yang telah terjangkit. Berupa virus yang dilemahkan dan biasanya diberikan
tak lama setelah bayi dilahirkan.

Imunisasi sangat penting dilakukan pada balita karena pada umur tersebut mereka
masih sangat rentan terhadap penyakit. Oleh karena itu, hendaknya para orang tua
lebih memperhatikan jadwal imunisasi bagi anaknya.

15
Tabel 1: Jadwal imunisasi 2014 rekomendasi IDAI.

Kesimpulan

Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh nutrisi saat dalam masa kandungan dan
setelah kelahiran. Pemenuhan kebutuhan asuh, asih, dan asah juga berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak. Pemeriksaan Denver II digunakan untuk mengukur
perkembangan anak sesuai dengan usia nya dan memantau perkembangan bayi atau
anak yang berisiko terjadinya gangguan perkembangan. Dalam skenario didapatkan
anak tidak dapat duduk sendiri, sedangkan anak umur 9 bulan seharusnya sudah
dapat duduk sendiri. Tetapi apabila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada
tugas perkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75, maka
dikatagorikan sebagai normal.

Daftar Pustaka

1. Soetjiningsih, Ranuh G. Tumbuh kembang anak. Edisi ke 2. Jakarta: EGC; 2013

2. Aziz AH. Asuhan neonatus, bayi dan balita. Jakarta: ECG; 2007.h.2-14.

16
3. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Jilid 1. 2007. Jakarta; Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: h. 43, 151-2.

4. Cameron Noel. Anthropometric Measurements, The Measurement of Human


Growth, British Library Cataloguing in Publication Data. 1984: 56.

5. Sediaoetama AD. Ilmu gizi. Edisi pertama. Jakarta: Dian Rakyat; 2004. h. 235-9.

6. Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni EW. Biologi 2. Edisi pertama. Jakarta:


Erlangga; 2007. h. 321-31.

7. Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni EW. Biologi 2. Edisi pertama. Jakarta:


Erlangga; 2007. h. 321-31.

8. Damayanti RS, Endang LD, Mexitalia M, Nasar S. Buku ajar nutrisi pediatrik dan
penyakit metabolik. Jakarata: IDAI; 2011.

17

Anda mungkin juga menyukai