Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMBUH KEMBANG ANAK


DI UPT PUSKESMAS SINGKAWANG BARAT 1

DISUSUN OLEH :
ANBIYA GALIH UTAMA
NIM.212133005

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
TUMBUH KEMBANG ANAK
DI UPT PUSKESMAS SINGKAWANG BARAT 1

Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Akademik


(Clinical Teacher) dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure).
Telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :

Mahasiswa,

Anbiya Galih Utama


NIM. 212133005

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ners. Emi Rosanty, S.Kep


NIP. NIP. 198008012006042017
A. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun
individuyang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),
ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Julizal et al., 2019).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(Skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan
(Wahyuningsih, 2020).
Walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung
kepada orang dewasa, misalnya mengkonsumsi makanan, perawatan,
bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh
karena itu semua orang-orang yang mendapat tugas mengawasi anak
harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
2. Aspek Pertumbuhan Anak yang Perlu Dilakukan Pemantauan
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam
penilaian pertumbuhan fisik adalah tinggi badan, berat badan, lingkar
kepala, lipatan kulit, lingkar lengan atas, panjang lengan, proporsi
tubuh, dan panjang tungkai. Menurut Nur (2014) macam-macam
penilaian pertumbuhan fisik yang dapat digunakan adalah :
a. Pengukuran Berat Badan (BB)
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau
pertumbuhan dan keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan
dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat Balita (KMS Balita)
sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan dilakukan
intervensi jika terjadi penyimpangan.
b. Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun
dilakukan dengan berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun
dilakukan dengan berdiri. Hasil pengukuran setiap bulan dapat
dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik pertumbuhan
tinggi badan.
c. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)
PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Biasanya ukuran
pertumbuhan tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga
bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka
perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran
dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3
kali pengukuran sebagai standar.
3. Aspek Perkembangan Anak yang Perlu Dilakukan Pemantauan
Menurut Pedoman Pemantauan Perkembangan Denver II
(Nur, 2014) yang terdiri dari 4 sektor, yaitu: personal sosial, motorik
halus-adaptif, bahasa, serta motoric kasar.
a. Sektor personal sosial meliputi komponen penilaian yang
berkaitan dengan kemampuan penyesuaian diri anak di masyarakat
dan kemampuan memenuhi kebutuhan pribadi anak.
b. Sektor motorik halus-adaptif berisi kemampuan anak dalam hal
koordinasi mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda
kecil serta pemecahan masalah.
c. Sektor bahasa meliputi kemampuan mendengar, mengerti, dan
menggunakan bahasa.
d. Sektor motorik kasar terdiri dari penilaian kemampuan duduk,
jalan, dan gerakan-gerakan umum otot besar. Selain keempat sektor
tersebut, itu perilaku anak juga dinilai secara umum untuk
memperoleh taksiran kasar bagaimana seorang anak menggunakan
kemampuannya.
4. Tahap Perkembangan Anak Sesuai Usia
Menurut Nur (2014) tahap perkembangan anak sesuai usia
adalah sebagai berikut :
a. Masa pranatal adalah masa kehidupan janin di dalam kandungan.
Masa ini dibagi menjadi dua periode, yaitu masa embrio dan masa
fetus. Masa embrio adalah masa sejak konsepsi sampai umur
kehamilan 8 minggu, sedangkan masa fetus adalah sejak umur 9
minggu sampai kelahiran.
b. Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri dari lima periode.
Periode pertama adalah masa neonatal dimana bayi berusia 0 - 28
hari dilanjutkan masa bayi yaitu sampai usia 2 tahun.
c. Masa prasekolah adalah masa anak berusia 2 – 6 tahun. Sampai
dengan masa ini, anak laki-laki dan perempuan belum terdapat
perbedaan, namun ketika masuk dalam masa selanjutnya yaitu
masa sekolah atau masa pubertas
d. Masa sekolah atau masa pubertas, perempuan berusia 6 – 10 tahun,
sedangkan laki-laki berusia 8 - 12 tahun. Anak perempuan
memasuki masa adolensensi atau masa remaja lebih awal dibanding
anak laki-laki, yaitu pada usia 10 tahun dan berakhir lebih cepat
pada usia 18 tahun. Anak laki-laki memulai masa pubertas pada
usia 12 tahun dan berakhir pada usia 20 tahun.
5. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu faktor dalam (internal) dan
faktor luar (eksternal/lingkungan). Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan hasil interaksi dua faktor tersebut.
1. Faktor internal terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa,
keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan genetik, dan kelainan
kromosom. Anak yang terlahir dari suatu ras tertentu, misalnya
ras Eropa mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang
daripada ras Mongol. Wanita lebih cepat dewasa dibanding laki-
laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat
daripada laki-laki, kemudian setelah melewati masa pubertas
sebalinya laki-laki akan tumbuh lebih cepat. Adanya suatu kelainan
genetik dan kromosom dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak, seperti yang terlihat pada anak yang
menderita Sindroma Down.
2. Faktor eksternal/lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Contoh faktor lingkungan yang banyak
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah gizi,
stimulasi, psikologis, dan sosial ekonomi. Gizi merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak.
Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat dalam
darah ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya bahan
makanan dan kemampuan saluran cerna. Hasil penelitian tentang
pertumbuhan anak Indonesia (Kustini & Sandana, 2021)
menunjukkan bahwa kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi
pada usia 6-18 bulan. Penyebab gagal tumbuh tersebut adalah
keadaan gizi ibu selama hamil, pola makan bayi yang salah, dan
penyakit infeksi. Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh
stimulasi dan psikologis. Rangsangan/stimulasi khususnya
dalam keluarga, misalnya dengan penyediaan alat mainan,
sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain akan
mempengaruhi anak dlam mencapai perkembangan yang optimal.
Seorang anak yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh orang tua
atau yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di
dalam pertumbuhan dan perkembangan. Faktor lain yang tidak dapat
dilepaskan dari pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan
kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek, serta
kurangnya pengetahuan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Berat Badan (BB)
Berat badan (BB) adalah parameter pertumbuhan yang
paling sederhana,mudah diukur,dan diulang. BB merupakan ukuran
yang terpenting yang dipakai pada setiap pemeriksaan penilaian
pertumbuhan fisik anak pada semua kelompok umur karena BB
merupakan indikator yang tepat untuk mengetahui keadaan gizi dan
tumbuh kembang anak saat pemeriksaan (akut). Alasannya adalah
BB sangat sensitif terhadap perubahan sedikit saja seperti sakit dan
pola makan. Selain itu dari sisi pelaksanaan, pengukuran obyektif
dan dapat diulangi dengan timbangan apa saja, relatif murah dan
mudah, serta tidak memerlukan waktu lama.
Namun, pengukuran BB tidak sensitif terhadap proporsi
tubuh misalnya pendek gemuk atau tinggi kurus. Selain itu, beberapa
kondisi penyakit dapat mempengaruhi pengukuran BB seperti
adanya bengkak (udem), pembesaran organ (organomegali),
hidrosefalus, dan sebagainya. Dalam keadaan tersebut, maka ukuran
BB tidak dapat digunakan untuk menilai status nutrisi.
Penilaian status nutrisi yang akurat juga memerlukan data
tambahan berupa umur yang tepat,jenis kelamin, dan acuan standar.
Data tersebut bersama dengan pengukuran BB dipetakan pada kurve
standar BB/U dan BB/TB atau diukur persentasenya terhadap
standar yang diacu. BB/U dibandingan dengan standar, dinyatakan
dalam persentase
1) >120% disebut gizi lebih
2) 80-120% disebut gizi baik
3) 60-80% tanpa edema = gizikurang
4) Dengan edema = gizi buruk
5) <60% disebut gizi buruk Perubahan BB perlu mendapat
perhatian karena merupakan petunjuk adanya masalah nutrisi
akut. Kehilangan BB dapat dikategorikan menjadi: 1. Ringan =
kehilangan 5-15%, 2.Sedang = kehilangan 16-25%, Berat =
kehilangan >25%
b. Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan (TB) merupakan ukuran antropometrik
kedua yang terpenting. Pengukuran TB sederhana dan mudah
dilakukan. Apalabila dikaitkan dengan hasil pengukuran BB akan
memberikan informasi penting tentang status nutrisi dan
pertumbuhan fisik anak Ukuran tinggi badan pada masa
pertumbuhan dapat terus meningkat sampai tinggi maksimal dicapai.
TB merupakan indikator yang menggambarkan proses pertumbuhan
yang berlangsung dalam kurun waktu relatif lama (kronis), dan
berguna untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan fisik di masa
lampau. Indikator ini keuntungannya adalah pengukurannya
obyektif, dapat diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah
dibawa. Kerugiannya perubahan tinggi badan relatif lambat dan
sukar untuk mengukur tinggi badan secara tepat. Pengukuran TB
pada anak umur kurang dari 2 tahun dengan posisi tidur dan pada
anak umur lebih dari 2 tahun dengan berdiri. Seperti pada BB,
pengukuran TB juga memerlukan informasi seperti umur yang tepat,
jenis kelamin dan standar baku yang diacu. TB kemudian dipetakan
pada kurve TB atau dihitung terhadap standar baku dan dinyatakan
dalam persen. TB/U dibandingkan dengan standar baku (%)
1) 90-110% = baik/normal
2) 70-89% = tinggi kurang
3) <70% = tinggi sangat kurang
Rasio BB menurut TB (BB/TB)
Rasio BB/TB jika dikombinasikan dengan BB/U dan
TB/U sangat penting dan lebih akurat dalam penilaian status nutrisi
karena memberikan informasi mengenai proporsi tubuh. Indeks ini
digunakan pada anak perempuan hanya sampai tinggi badan 138 cm
dan pada anak lelaki sampai tinggi badan 145 cm. Setelah itu, hasil
perbandingan BB/TB menjadi tidak bermakna, karena adanya tahap
percepatan pertumbuhan (growth spurt) pada masa pubertas.
Interpretasi BB/TB (dalam %)
1) 120 % : obesitas
2) 110-120 % : overweight
3) 90-110 % : normal
4) 70-90% : gizi kurang
5) <70% : gizi baik
c. Lingkar Kepala (LK)
Lingkar kepala (LK) menggambarkan pertumbuhan otak
dari estimasi volume dalam kepala. Lingkar kepala dipengaruhi oleh
status gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran rutin dilakukan
untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan otak walaupun diperlukan pengukuran
LK secara berkala daripada sewaktu-waktu saja. Apabila
pertumbuhan otak mengalami gangguan yang dideteksi dari hasil
pengukuran LK yang kecil (dinamakan mikrosefali) maka hal ini
bisa mengarahkan si anak pada kelainan retardasi mental. Sebaiknya
kalau ada gangguan pada sirkulasi cairan otak (liquor cerebrospinal)
maka volume kepala akan membesar (makrosefali), kelainan ini
dikenal dengan hidrosefalus. Pengukuran LK paling bermanfaat pada
6 bulan pertama sampai 2 tahun karena pada periode inilah
pertumbuhan otak berlangsung dengan pesat. Namun LK yang
abnormal baik kecil maupun besar bisa juga disebabkan oleh faktor
genetik (keturunan) dan bawaan bayi Pada 6 bulan pertama
kehidupan LK berkisar antara 34-44 cm sedangkan pada umur 1
tahun sekitar 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm.
d. Lingkar Lengan Atas (LLA)
Lingkar lengan atas (LLA) menggambarkan tumbuh
kembang jaringan lemak di bawah kulit dan otot yang tidak banyak
terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat
badan (BB). LLA lebih sesuai untuk dipakai menilai keadaan
gizi/tumbuh kembang pada anak kelompok umur prasekolah (1-5
tahun). Pengukuran LLA ini mudah, murah, alat bisa dibuat sendiri
dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Alat yang digunakan biasanya
adalah pita ukur elastis. Namun, penggunaan LLA ini lebih tepat
untuk mengidentifikasi anak dengan gangguan gizi/pertumbuhan
fisik yang berat. Selain itu terkadang pengukurannya juga dengan
menekan pertengahan LLA yang dirasakan tidak nyaman bagi anak-
anak. Interpretasi hasil dapat berupa:
1) LLA (cm): < 12.5 cm = gizi buruk (merah), 12.5 – 13.5 cm =
gizi kurang (kuning), >13.5 cm = gizi baik (hijau).
2) Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan indeks
LLA/TB: <75% = gizi buruk, 75-80% = gizi kurang, 80-85% =
borderline , dan >85% = gizi baik (normal).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan tumbuh kembang
b. Resiko gangguan perkembangan
c. Resiko gangguan pertumbuhan
3. Intervensi
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Gangguan Setelah intervensi Observasi 1. Mengetahui
tumbuh keperawatan 1. Identifikasi kebutuhan anak
kembang selama 1 x 30 kebutuhan khusus sesuai
menit status anak dengan teman perkembangan
perkembangan sebaya 2. Menstimulasi
membaik dengan Terapeutik kemampuan
kriteria hasil : 2. Dukung anak interaksi anak
1. Keterampilan berinteraksi dengan 3. Mengekspresikan
sesuai usia anak lain perasaan dapat
meningkat 3. Dukung anak melatih interaksi
2. Kontak mata mengekspresikan sosial
meningkat perasaannya secara 4. Melatih
positif kemampuan
4. Dukung partisipasi sosialisasi dalam
anak di sekolah, komunitas
ekstrakurikuler dan 5. Melatih sikap
aktivitas komunitas Kerjasama dan
Edukasi menghargai
5. Ajarkan sikap antara anak
kooperatif, bukan
kompetisi diantara
anak
2 Resiko Setelah intervensi Observasi 1. Tugas
gangguan keperawatan 1. Identifikasi perkembangan
perkembanga selama 1 x 30 pencapaian tugas dapat menjadi
n menit status perkembangan anak parameter adanya
perkembangan Teraupetik gangguan
membaik dengan 2. Minimalkan perkembangan
kriteria hasil : kebisingan ruangan 2. Memberikan rasa
1. Keterampilan 3. Motivasi anak nyaman selama
sesuai usia berinteraksi dengan proses intervensi
meningkat anak lain 3. Memotivasi untuk
2. Kontak mata Edukasi dapat berinteraksi
meningkat 4. Jelaskan orang tua dengan anak
tentang milestone sebaya
perkembangan anak 4. Menstimulasi
dan perilaku anak untuk orang tua
5. Ajarkan anak mendukung
keterampilan tahapan
berinteraksi perkembangan
anak
5. Menstimulasi
kemampuan
interaksi anak

3 Resiko Setelah intervensi Observasi 1. Menyesuaikan


gangguan keperawatan 1. Identifikasi target indikasi skrining
pertumbuhan selama 1 x 30 populasi skrining yang tepat
menit status kesehatan 2. Instrument yang
pertumbuhan Teraupetik akurat dan valid
membaik dengan 2. Gunakan instrument agar
kriteria hasil : skrining yang valid menghasilkan
1. Berat badan dan akurat pengkajian yang
sesuai usia 3. Sediakan lingkungan tepat
meningkat yang nyaman selama 3. Menjaga rasa
2. Panjang/tinggi prosedur skrining nyaman anak
badan sesuai kesehatan 4. Mengetahui
usia 4. Lakukann adanya kelainan
meningkat pemeriksaan fisik, tahap
(PPNI, 2017, sesuai indikasi pertumbuhan
2018b, 2018a) Edukasi anak
5. Jelaskan tujuan dan 5. Mengedukasi
prosedur skrining anak dan orang
kesehatan tua tentang
6. Informasikan hasil pentingnya
skrining kesehatan skrining
kesehatan
6. Memberikan
informasi agar
orang tua dan
anak termotivasi
mempertahankan
dan
meningkatkan
tahap
pertumbuhan
DAFTAR PUSTAKA

Julizal, J., Lukman, L., & Sunoto, I. (2019). Rancang Bangun Aplikasi
Sistem Monitoring Pertumbuhan Anak sebagai Alat Deteksi
Pertumbuhan. STRING (Satuan Tulisan Riset Dan Inovasi
Teknologi), 4(1), 18. https://doi.org/10.30998/string.v4i1.3728
Kustini, K., & Sandana, K. N. (2021). Pelatihan Deteksi Dini Kelainan
Tumbuh Kembang Anak bagi Kader Posyandu di Desa
Bulubrangsi Kecamatan Solokuro Lamongan. Journal of
Community Engagement in Health, 4(2), 291–294.
https://doi.org/10.30994/jceh.v4i2.246
Nur, C. A. (2014). Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak. Jurnal Pendidikan Khusus, 1(3), 1–8.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP
PPNI.
PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP
PPNI.
PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP
PPNI.
Wahyuningsih, D. (2020). Model Pembelajaran BCCT Bagi Anak Usia
Dini Sesuai Dengan Tahap Perkembangan. Dunia Anak Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 58–69.

Anda mungkin juga menyukai