Disusun oleh:
VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat
Regional Tahun 2020"
MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GERONTIK DIABETES MILITUS
DI UPT PUSKESMAS SINGKAWANG BARAT 1
Mahasiswa,
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan limpahan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan
ini. Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini penulis telah melibatkan bantuan
moril dan material dari banyak pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
pendahuluan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini masih
jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaanlaporan pendahuluanini. Semoga laporan
pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa di Poltekkes
Kemenkes Pontianak dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran mahasiswa di
Prodi Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Pontianak.
Penulis
BAB I
KONSEP DASAR
Aterosklerosis Katogenesis
Kekebalan tubuh Poliphagi Viskolita darah
Ketonuria
Neoropati sensori Polidipsi Aliran darah
perifer Ketoasidosis melambat
Poliurea
Klien merasa sakit Makro veskuler Mikro vaskuler Ischemic
pada luka jaringan
Jantung serebral
Retina ginjal
Gangreen
Aktivitas terganggu
Gangguan integritas
kulit/jaringan
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan pengumpulan informasi subjektif dan objektif
(mis: tanda-tanda vital, wawancara pasien/keluarga, pemeriksaan fisik dan
peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medic (NANDA, 2018).
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian
perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data
tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap
berikutnya, meliputi nama pasien,umur, keluhan utama.
1. Identitas Klien
Di identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, status
perkawinan, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada pasien dengan diabetes melitus biasanya akan merasakan
badannya lemas dan mudah mengantuk terkadang juga muncul
keluhan berat badan turun dan mudah merasakan haus. Pada pasien
diabetes dengan ulkus diabetic biasanya muncul luka yang tidak
kunjung sembuh.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya merasakan nyeri, merasakan paresthesia
ekstremitas bawah, luka yang susah untuk sembuh, turgor kulit jelek,
mata cekung, nyeri kepala, mual dan muntah, kelemahan otot, letargi,
mengalami kebingungan dan bisa terjadi koma.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya hipertensi dan penyakit jantung. Gejala yang muncul
pada pasien DM tidak terdeteksi, pengobatan yang di jalani berupa
kontrol rutin ke dokter maupun instansi kesehatan terdekat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Muncul akibat adanya keturunan dari keluarga yang menderita
penyakit DM.
3. Pola sehari-hari
1) Pola persepsi
Persepsi pasien ini biasanya akan mengarah pada pemikiran
negative terhadap dirinya yang cenderung tidak patuh berobat dan
perawatan.
2) Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya kurang
insulin maka kadar gula darah tidak bisa dipertahankan sehingga
menyebabkan keluhan sering BAK, banyak makan, banyak minum,
BB menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang mempengaruhi
status kesehatan.
3) Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan
pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi
relatif tidak ada gangguan.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan
istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan
aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan
kelemahan otot – otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita
tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal,
penderita mudah mengalami kelelahan.
5) Pola tidur dan istirahat
Istirahat kurang efektif adanya poliuri, nyeri pada kaki
diabetic, sehingga klien mengalami kesulitan tidur.
6) Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati/mati
rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan
mengalami penurunan, gangguan penglihatan.
7) Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri.
Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
8) Peran hubungan
Luka gangren yang susah sembuh dan berbau menjadikan
penderita kurang percaya diri dan menghindar dari keramaian.
9) Seksualitas
Menyebabkan gangguan kualitas ereksi, gangguan potensi
seks, adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun
dan terjadi impoten pada pria risiko lebih tinggi terkena kanker prostat
berhubungan dengan nefropati.
10) Koping toleransi
Waktu peraatan yang lama, perjalanan penyakit kronik, tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang
negatif seperti marah, cemas,mudah tersinggung, dapat mengakibatkan
penderita kurang mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif/adaptif.
11) Nilai keprercayaan
Perubahan status kesehatan, turunnya fungsi tubuh dan luka
pada kaki tidak menghambat penderita dalam melakukan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadahnya.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Status kesehatan umum : meliputi keadaan penderita yang sering
muncul adalah kelemahan fisik.
b) Tingkat kesadaran : normal, letargi, stupor, koma (tergantung kadar
gula yang dimiliki dan kondisi fisiologis untuk melakukan kompensasi
kelebihan kadar gula dalam darah)
c) Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah (TD) : biasanya mengalami hipertensi dan juga ada
yang mengalami hipotensi.
2) Nadi (N) : biasanya pasien DM mengalami takikardi saat
beristirahat maupun beraktivitas.
3) Pernapasan (RR) : biasanya pasien mengalami takipnea
4) Suhu (S) : biasanya suhu tubuh pasien mengalami peningkatan jika
terindikasi adanya infeksi.
5) Berat badan : pasien DM biasanya akan mengalami penuruan BB
secara signifikan pada pasien yang tidak mendapatkan terapi dan
terjadi peningkatan BB jika pengobatan pasien rutin serta pola
makan yang terkontrol.
d) Kepala dan leher
1) Wajah : kaji simetris dan ekspresi wajah, antara lain paralisis
wajah (pada klien dengan komplikasi stroke).
2) Mata : kaji lapang pandang klien, biasanya pasien mengalami
retinopati atau katarak, penglihatan kabur, dan penglihatan ganda
(diplopia).
3) Telinga : pengkajian adakah gangguan pendengaran, apakah
telinga kadang-kadang berdenging, dan tes ketajaman pendengaran
dengan garputala atau bisikan.
4) Hidung : tidak ada pembesaran polip dan tidak ada sumbatan, serta
peningkatan pernapasan cuping hidung (PCH).
5) Mulut :
a) Bibir : sianosis (apabila mengalami asidosis atau penurunan
perfusi jaringan pada stadium lanjut).
b) Mukosa : kering, jika dalam kondisi dehidrasi akibat diuresis
osmosis.
c) Pemeriksaan gusi mudah bengkak dan berdarah, gigi mudah
goyah.
6) Leher : pada inspeksi jarak tampak distensi vena jugularis,
pembesaran kelenjar limfe dapat muncul apabila ada infeksi
sistemik.
7) Thorax dan paru-paru
a) Inspeksi : bentuk dada simetris atau asimetris, irama
pernapasan, nyeri dada, kaji kedalaman dan juga suara nafas
atau adanya kelainan suara nafas, tambahan atau adanya
penggunaan otot bantu pernapasan.
b) Palpasi : lihat adnya nyeri tekan atau adanya massa.
c) Perkusi : rasakan suara paru sonor atau hipersonor.
d) Auskultasi: dengarkan suara paru vesikuler atau
bronkovesikuler.
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum purulent (tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : frekuensi pernapasan meningkat dan batuk.
8) Abdomen
a) Inspeksi : amati bentuk abdomen simetris atau asimetris.
b) Auskultasi : dengarkan apakah bising usus meningkat.
c) Perkusi : dengarkan thympany atau hiperthympany.
d) Palpasi : rasakan adanya massa atau adanya nyeri tekan.
9) Integumen
a) Kulit : biasanya kulit kering atau bersisik
b) Warna : tampak warna kehitaman disekitar luka karena adanya
gangren, daerah yang sering terpapar yaitu ekstremitas bagian
bawah.
c) Turgor : menurun karena adanya dehidrasi
d) Kuku : sianosis, kuku biasanya berwarna pucat
e) Rambut : sering terjadi kerontokan karena nutrisi yang kurang.
10) Sirkulasi
Gejala :adanya riwayat hipertensi, klaudikasi, kebas, dan
kesemutan pada ektremitas, ulkus pada kaki dan penyembuhan
lama.
Tanda : adanya takikardia, perubahan tekanan darah postural,
hipertensi, disritmia.
11) Genetalia : adanya perubahan pada proses berkemih, atau poliuria,
nokturia, rasanyeri seperti terbakarpada bagian organ genetalia,
kesulitan berkemih (infeksi).
12) Neurosensori : terjadi pusing, pening, sakit kepala, kesemutan,
kebas pada otot. Tanda : disorientasi; mengantuk, letargi,
stupor/koma (tahap lanjut).
2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan aktual atau
potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan
intervensi untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat (SDKI,
2018). Diagnosa Keperawatan yang muncul pada diabetes melitus yaitu:
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
(D.0027)
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik (D.0077)
3. Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan dengan aliran darah melambat
(D.0009)
4. Gangguan Integritas kulit/jaringan berhubungan dengan ganggren
(D.0129)
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
. Keperawatan Hasil
1. Ketidakstabilan Kestabilan Kadar Manajemen Hiperglikemia
gula darah Glukosa (I.03115)
berhubungan Darah(L.05022) 1. Observasi
dengan resistensi setelah dilakukan a. Identifkasi kemungkinan
insulin. tindakan keperawatan penyebab hiperglikemia
diharapkan kadar b. Identifikasi situasi yang
glukosa dalam darah menyebabkan kebutuhan
membaik. insulin meningkat (mis.
Kriteria Hasil: penyakit kambuhan)
a. koordinasi c. Monitor kadar glukosa
meningkat darah, jika perlu
b. mengatuk, d. Monitor tanda dan gejala
pusing, lesu, hiperglikemia (mis.
lelah, keluhan poliuri, polidipsia,
lapar menurun polivagia, kelemahan,
c. kadar glukosa malaise, pandangan kabur,
dalam darah sakit kepala)
membaik e. Monitor intake dan output
cairan
f. Monitor keton urine,
kadar analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi
nadi
2. Terapeutik
a. Berikan asupan cairan oral
b. Konsultasi dengan medis
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
c. Fasilitasi ambulasi jika
ada hipotensi ortostatik
3. Edukasi
a. Anjurkan olahraga saat
kadar glukosa darah lebih
dari 250 mg/dL
b. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
c. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
d. Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian
keton urine, jika perlu
e. Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis. penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan,
penggantian karbohidrat,
dan bantuan professional
kesehatan)
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
c. Kolaborasipemberian
kalium, jika perlu
2. Nyeri Akut Tingkat Nyeri (L. (Manajemen nyeri I.08238)
berhubungan 08066) 1. Observasi
dengan Agen Tujuan : a. Identifikasi lokasi,
cedera fisik. setelah dilakukan karakteristik nyeri, durasi,
tindakan keperawatan frekuensi, intensitas nyeri
diharapkan tingkat b. Identifikasi skala nyeri
nyeri menurun. c. Identifikasi faktor yang
Kriteria hasil : memperberat dan
a. Pasien memperingan nyeri
mengatakan 2. Terapeutik
nyeri a. Berikan terapi non
berkurang dari farmakologis untuk
skala 7 mengurangi rasa nyeri
menjadi 2 b. Kontrol lingkungan yang
b. Pasien memperberat rasa nyeri
menunjukkan (mis: suhu ruangan,
ekspresi wajah pencahayaan,kebisingan)
tenang 3. Edukasi
c. Pasien dapat a. Anjurkan memonitor nyeri
beristirahat secara mandiri
dengan b. Ajarkan teknik non
nyaman farmakologis untuk
mengurangi nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Perfusi Perifer Perfusi perifer (L. Perawatan Sirkulasi (I.02079)
tidak efektif 02011)
berhubungan setelah dilakukan 1. Observasi
dengan aliran tindakan keperawatan a. Periksa sirkulasi
darah melambat. diharapkan perfusi perifer(mis. Nadi perifer,
perifer membaik. edema, pengisian kalpiler,
Kriteria Hasil: warna, suhu, angkle
a. Denyut nadi brachial index)
perifer b. Identifikasi faktor resiko
meningkat gangguan sirkulasi (mis.
b. Warna kulit Diabetes, perokok, orang
pucat menurun tua, hipertensi dan kadar
c. Pengisian kolesterol tinggi)
kapiler, akral, c. Monitor panas,
turgor kulit kemerahan, nyeri, atau
membaik bengkak pada ekstremitas
2. Terapeutik
a. Hindari pemasangan infus
atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
b. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas pada
keterbatasan perfusi
c. Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet
pada area yang cidera
d. Lakukan pencegahan
infeksi
e. Lakukan perawatan kaki
dan kuku
f. Lakukan hidrasi
3. Edukasi
a. Anjurkan berhenti
merokok
b. Anjurkan berolahraga
rutin
c. Anjurkan mengecek air
mandi untuk menghindari
kulit terbakar
d. Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika
perlu
e. Anjurkan minum obat
pengontrol tekakan darah
secara teratur
f. Anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat
beta
g. Ajurkan melahkukan
perawatan kulit yang
tepat(mis. Melembabkan
kulit kering pada kaki)
h. Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
i. Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi( mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan,
omega3)
j. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan( mis. Rasa
sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)
4. Gangguan Integritas kulit dan Perawatan Luka( I.14564 )
Integritas jaringan (L. 14125) 1. Observasi
kulit/jaringan setelah dilakukan a. Monitor karakteristik luka
berhubungan tindakan keperawatan (mis:
dengan ganggren. diharapkan kerusakan drainase,warna,ukuran,bau
jaringan menurun. b. Monitor tanda –tanda
Krtiteria hasil: inveksi
a. Kerusakan 2. Terapeutik
jaringan a. lepaskan balutan dan
menurun plester secara perlahan
b. Kerusakan b. Cukur rambut di sekitar
lapisan kulit daerah luka, jika perlu
menurun c. Bersihkan dengan cairan
c. Elastis, NACL atau pembersih
hidrasi,perfusi non toksik,sesuai
jaringan kebutuhan
meningkat d. Bersihkan jaringan
nekrotik
e. Berika salep yang sesuai
di kulit /lesi, jika perlu
f. Pasang balutan sesuai
jenis luka
g. Pertahan kan teknik seteril
saaat perawatan luka
h. Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
i. Jadwalkan perubahan
posisi setiap dua jam atau
sesuai kondisi pasien
j. Berika diet dengan kalori
30-35 kkal/kgBB/hari dan
protein1,25-1,5
g/kgBB/hari
k. Berikan suplemen vitamin
dan mineral (mis vitamin
A,vitamin C,Zinc,Asam
amino),sesuai indikasi
l. Berikan terapi
TENS(Stimulasi syaraf
transkutaneous), jika
perlu
3. Edukasi
a. Jelaskan tandan dan gejala
infeksi
b. Anjurkan mengonsumsi
makan tinggi kalium dan
protein
c. Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi prosedur
debridement(mis:
enzimatik biologis
mekanis,autolotik), jika
perlu
b. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses tgl 11 juni 2017 Diabetes
bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-bacics
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Smeltzer, S.C dan B, G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Jakarta: EGC