Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Bp. H DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG C


RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA 2023

Disusun Oleh :
KEVIN PAUL PASARIBU
(2204080)

JUDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Asuhan Keperawatan dengan judul “Laporan Pendahuluan dan


Asuhan Keperawatan Pada Bp. H Dengan Diabetes melitus Di Ruang C
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta” ini telah diperiksa dan disetujui oleh
pembimbing klinik Rumah Sakit Bethesda dan Pembimbing akademik
STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.

Yogyakarta, Mei 2023

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Ns. Yohanes Eko P W, S.Kep.) (Nining Indrawati,


S.Kep.,Ns.,M.Kep., Sp.Kep.MB.)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Bp. H dengan Diabetes Melitus di
Ruang C Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta ini dengan baik. Asuhan
Keperawatan ini telah penulis susun dengan sistematis dan sebaik mungkin. Hal
ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Stase Keperawatan Medikal
Bedah. Dalam proses penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan didukung
oleh berbagai pihak, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada: 
1. Ibu Nurlia Ikaningtyas, S.Kep.,Ns. M.Kep.,Sp.Kep.MB.,PhD.,NS, selaku
Ketua STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.

2. Ibu Indah Prawesti, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners STIKES Bethesda Yakkun
Yogyakarta. 

3. Ibu Nining Indrawati, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep., MB selaku


Pembimbing Akademik STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyusun laporan
ini. 

4. Bapak Ns. Yohanes Eko P.W , S.Kep selaku Pembimbing Klinik di Ruang
Flamboyan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan, maka penulis mengharapkan kritik


dan saran yang bersifat membangun demi meningkatkan kesempurnaan asuhan
keperawatan ini. Semoga laporan ini bermanfaat sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, Mei 2023


Penulis

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang berbeda dari
kebanyakan penyakit lainnya dengan dua alasan penting. Pertama, seperti
halnya hipertensi, diabetes dapat merupakan pembunuh tersembunyi.
Yaitu karena hanya terdapat sedikit gejala, sampai tahap akhir penyakit,
dimana pada waktu tersebut biasanya sudah terlambat untuk memulihkan
kerusakan yang diakibatkan. Kedua, para penderita harus terlibat secara
aktif dalam pengobatannya (Michael, 2012), sehingga DM dapat di
perkirakan meningkat apabila penderita tidak ikut serta dalam kepatuhan
pengobatan.

Menurut WHO prevalensi DM dari tahun 1980 sampai 2014, meningkat


dari 4,7% menjadi 8,5%. Dalam beberapa dekade terakhir, prevalensi DM
meningkat lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan menengah
daripada di negara berpenghasilan tinggi (Pusat Data dan Informasi
Kementrian RI). (RI & Informasi, 2018)

DM adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling penting.


Prevalensi DM telah meningkat secara dramatis disebagian besar negara di
dunia. Baru-baru ini, diperkirakan bahwa jumlah pasien DM akan
meningkat dari 171 juta menjadi 366 juta antara tahun 2000 dan 2030.
(Jannoo, Wah, Lazim, & Hassali,2017)

DM sangat lazim dan telah diperkirakan bahwa pada tahun 2040 lebih dari
640 juta orang akan terpengaruh di seluruh dunia. (Paduch, Kronis, Sehat,
& Hidup, 2017)

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien diabetes melitus Di RS


Bethesda ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan laporan asuhan keperawatan ini dibedakan menjadi


tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit

Bethesda

2. Tujuan Khusus

a) Mengkaji klien diabetes melitus di Rumah Sakit

Bethesda

b) Merumuskan diagnosis keperawatan klien diabetes

melitus di Rumah Sakit Bethesda

c) Menyusun perencanaan keperawatan klien diabetes

melitus di Rumah Sakit Bethesda

d) Melaksanakan intervensi keperawatan klien diabetes

melitus di Rumah Sakit Bethesda

e) Mengevaluasi klien diabetes melitus di Rumah Sakit

Bethesda

B. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penyusunan tugas akhir ini adalah:

a. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan informasi bagi peneliti tentang

asuhan keperawatan dengan masalah diabetes melitus selain itu

tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara penulis

dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di dalam


perkuliahan.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Manfaat penulisan tugas akhir ini sebagai masukan dan

tambahan wacana pengetahuan, menambah ilmu bagi

mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kaltim.

c. Bagi Profesi Keperawatan

Penulisan tugas akhir ini adalah sebagai masukan untuk menambah


bahan informasi, referensi dan ketrampilan dalam melakukan asuhan
keperawatan terutama pada klien diabetus mellitus.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis

1. Definisi

Diabetes mellitus adalah sekelompok gangguan metabolisme


yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa dalam darah
(hiperglikemia) dan kekurangan dalam produksi atau aksi insulin
yang diproduksi oleh pankreas di dalam tubuh. (Ullah & Khan,
2016)
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan
karena adanya hiperglikemia yang dikarenakan organ pankreas
tidak mampu memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas
insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas yang di temukan
pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ada pada
penderita penyakit diabetes melitus dikarenakan aktivitas insulin
pada target sel kurang (Kerner and Bruckel, 2014).
Diabetes melitus merupakan kelainan yang terjadi karena
meningkatnya kadar gula darah atau hiperglikemia. Diabetes
melitus adalah penyakit metabolik yang terjadi karena
peningkatan kadar gula dalam darah yang terjadi karena adanya
kelainan sekresi insulin sehingga memperlambat kerja insulin
(Hasdinah dan Suprapto, 2014)
2. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1

(Wanennoor, 2014)

a. Kelenjar pankreas

Pankreas adalah suatu alat tubuh yang agak

panjang terletak retroperitonial dalam abdomen

bagian atas, di depan vertebrae lumbalis I dan II.

Kepala pankreas terletak dekat kepala duodenum,

sedangkan ekornya sampai ke lien

(limpa). Pankreas mendapat darah dari arteri

lienalis dan arteri masenterika superior. Duktus

pankreatikus bersatu dengan duktus koledukus

dan masuk ke duodenum, pankreas menghasilkan

dua kelenjar yaitu kelenjar endokrin dan kelenjar

eksokrin.

Pankreas menghasilkan kelenjar endokrin bagian

dari kelompok sel yang membentuk pulau-pulau

langerhans. Pulau-pulau langerhans berbentuk


oval tersebar di seluruh pankreas. Dalam tubuh

manusiaterdapat 1-2 juta pulau-pulau langerhans

yang dibedakan atas granulasi dan pewarnaan,

setengah dari sel ini menyekresi hormon insulin.

Dalam tubuh manusia normal pulau langerhans

menghasilkan empat jenis sel:

1) Sel-sel A (alfa) sekitar 20-40%

memproduksi glukagon menjadi factor

hiperglikemik, mempunyai anti-insulin

aktif

2) Sel-sel B (beta) 60-80% fungsinya membuat


insulin

3) Sel-sel D 5-15% membuat somatostasin

4) Sel-sel F 1% mengandung dan menyekresi

pankreatik polipeptida

Insulin merupakan protein kecil terdiri dari dua

rantai asam amino, satu sama lain di hubungkan

oleh ikatan disulfide. Sebelum dapat


berfungsi ia harus berikatan dengan protein reseptor yang

besar dalam membrane sel. Sekresi insulin dikendalikan

oleh kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang

berlebihan akan merangsang sekresi insulin dan bila kadar

glukosa normal atau rendah maka sekresi insulin akan

berkurang.

b. Mekanisme kerja insulin:

1) Insulin meningkatkan transpor glukosa kedalam

sel/jaringan tubuh kecuali otak, tubulus ginjal, mukosa

usus halus, dan sel darah merah. Masuknya glukosa

adalah suatu proses difusi, karena perbedaan

konsentrasi glukosa bebas luar sel dan dalam sel.

2) Meningkatkan transpor asam amino ke dalam sel.

3) Meningkatkan sentesis protein di otak dan hati.

4) Menghambat kerja hormone yang sensitive terhadap

lipase, meningkatkan sekresi lipida.

5) Meningkatkan pengambilan kalsium dari cairan sekresi.

c. Efek insulin:

1) Efek insulin pada metabolisme karbohidrat, glukosa

yang diabsorbsi dalam darah menyebabkan sekresi

insulin lebih cepat, meningkatkan penyimpanan dan

penggunaan glukosa dalam hati, dan meningkatkan

metabolisme glukosa dalam otot. Penyimpanan

glukosa dalam otot meningkatkan transpor glukosa

melalui membran sel otot.

2) Efek insulin pada metabolisme lemak dalam jangka


panjang.Kekurangan insulin menyebabkan arteriosklerosis,
serangan jantung,
stroke, dan penyakit vascular lainnya. Kelebihan

insulin menyebabkan sintesis dan penyimpanan lemak,

meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel hati,

kelebihan ion sitrat, dan isositrat. Penyimpanan lemak

dalam sel adiposa menghambat kerja lipase yang

sensitif hormon dan meningkat transpor ke dalam sel

lemak.

3) Efek insulin pada metabolisme protein: Transpor aktif

banyak asam amino ke dalam sel, membentuk protein

baru meningkatkan translasi messenger RNA,

meningkatkan kecepatan transkipsi DNA.

Kekurangan insulin dapat menyebabkan kelainan yang dikenal

dengan diabetes melitus, yang mengakibatkan glukosa tertahan di luar sel

(cairan ekstraseluler), mengakibatkan sel jaringan mengalami kekurangan

glukosa/energi dan akan merangsang glikogenolisis di sel hati dan sel

jaringan. Glukosa akan dilepaskan ke dalam cairan ekstrasel sehingga

terjadi hiperglikemia. Apabila mencapai nilai tertentu sebagian tidak

diabsorbsi ginjal, dikeluarkan melalui urine sehingga terjadi glikosuria dan

poliuria.

Konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang berlawanan

dengan sekresi glukagon. Penurunan glukosa darah meningkatkan sekresi

glukosa yang rendah. Pankreas menyekresi glukagon dalam jumah yang

besar. Asam amino dari protein meningkatkan sekresi insulin dan

menurunkan glukosa darah.

Pada orang normal, konsentrasi glukosa darah diatur sangat sempit

90 mL/100 ml. Orang yang berpuasa setiap pagi sebelum makan 120-140
mg/100 ml, setelah makan akan meningkat, setelah 2 jam kembali
ke tingkat normal. Sebagian besar jaringan dapat menggeser ke
penggunaan lemak dan protein untuk energi bila tidak terdapat
glukosa. Glukosa merupakan satu-satunya zat gizi yang dapat
digunakan oleh otak, retina, dan epitel germinativum.(Syarifuddin,
2013)

3. Etiologi

a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi
dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik
biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor
lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :

1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta


sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta,
antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet
dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel- sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta
oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan
kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor
insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir
terhadap insulin.
b. Gangren Kaki Diabetik
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki
diabetik dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen :
a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen :
a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat

4. Manifestasi Klinis
Gejala yang lazim terjadi pada diabetes mellitus pada tahap awal
sering ditemukan sebagai berikut :

a. Poliuri (banyak kencing)


Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah
meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap
glukosa sehingga terjadi osmotik diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien banyak kencing

b. Polidipsi (banyak minum)


Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan
kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehngga untuk
mengeimbangi klien lebih banyak minum

c. Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel


mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya
klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanya kan berada
sampai pada pembuluh darah.

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang


Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur
jadi glukosa, maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat
dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena
tubuh terus merasakan lapar maka tubuh termasuk yang
berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan
DM banyak makan akan tetap kurus.

e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas (glukosa-sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin.
Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga
menyebabkan pembentukkan katarak

5. KLASIFIKASI

Diabetes mellitus dapat digolongkan dalam

berbagai cara tetapi satu bentuk klasifikasi adalah

sebagai berikut :

a. Diabetes tipe I (tergantung insulin)

disebabkan oleh kerusakan sel beta yang

dimediasi oleh kekebalan tubuh,

menyebabkan untuk defisiensi insulin.

b. Diabetes idiopatikdiabetes adalah tipe

1 tanpa etiket yang diketahui dan sangat

diturunkan.

c. Diabetes tipe II (tidak tergantung insulin)

disebabkan oleh defek sekresi insulin

dan resistensi insulin.

d. Diabetes mellitus gestasional adalah

segala bentuk intoleransi terhadap

glukosa dengan onset atau pengakuan

pertama kehamilan.
Namun diabetes sebagian besar pada dasarnya diklasifikasikan menjadi DUA
tipe utama: Diabetes Tipe I (IDDM) dan Diabetes Tipe II (NIDDM). (Ullah
& Khan, 2016)

6. KOMPLIKASI

a. Komplikasi akut

1) Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah)
terjadi apabila kadar glukosa darah turun dibawah 50 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.

Adanya penyakit gangren kaki diabetik akan mempengaruhi kehidupan


individu dan keluarga. Adapun dampak masalah yang bisa terjadi
meliputi :

a. Pada Individu
Pola dan gaya hidup penderita akan berubah dengan adanya
penyakit ini, Gordon telah mengembangkan 11 pola fungsi kesehatan
yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan tersebut.

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat


Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan
persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya
pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga
menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan
kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan
perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan
yang benar dan mudah dimengerti pasien.

2. Pola nutrisi dan metabolisme


Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya
defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat
dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing,
banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah
lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan penderita.
3. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan
pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi
alvi relatif tidak ada gangguan.

4. Pola tidur dan istirahat


Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi
rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan
istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita
mengalami perubahan.

5. Pola aktivitas dan latihan


Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada
tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita
mudah mengalami kelelahan.

6. Pola hubungan dan peran


Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau
menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.

7. Pola sensori dan kognitif


Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati /
mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya
trauma.

8. Pola persepsi dan konsep diri


Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran
diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self
esteem ).
9. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di
organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek,
gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada
proses ejakulasi serta orgasme.

10. Pola mekanisme stres dan koping


Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang
kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan
menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme
koping yang konstruktif / adaptif.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan


Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi
tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah
penderita.

b. Dampak pada keluarga


Dengan adanya salah satu anggota keluarga yang sakit dan dirawat di
rumah sakit akan muncul bermacam –macam reaksi psikologis dari
kelurga, karena masalah kesehatan yang dialami oleh seorang anggota
keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Waktu perawatan
yang lama dan biaya yang banyak akan mempengaruhi keadaan ekonomi
keluarga dan perubahan peran pada keluarga karena salah satu anggota
keluarga tidak dapat menjalankan perannya.

7. PENATALAKSANAAN

Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan (Nurarif

& Kusuma, 2015):

a. Penurunan berat badan yang cepat


b. Hiperglikemia berat disertai ketosis
c. Ketoasidosis diabetik (KAD) atau Hiperglikemia hyperosmolar non
ketotik (HONK)
d. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
e. Gagal dengan kombinasi obat hipoglikemik oral (OHO) dosis optimal
f. Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA atau infark
miokard akut, stroke)
g. Kehamilan dengan DM/diabetes mellitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makanan
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
i. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap obat hipoglikemik oral (OHO)
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Smelzer dan Bare, pemeriksaan penunjang untuk penderita


diabetes melitus antara lain :
a. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi


keringatnya (menurun atau tidak), kemudian bulu pada jempol kaki
berkurang (-).
2) Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah-pecah , pucat, kering yang
tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa juga
teraba lembek.

b. Pemeriksaan Vaskuler
c. Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas subkutan, adanya benda
asing, osteomelietus.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah
Sewaktu), GDP (Gula Darah Puasa),
2) Pemeriksaan urine , dimana urine diperiksa ada atau tidaknya
kandungan glukosa pada urine tersebut.
Pathway/patoflowdiagram diabetus mellitus

 Faktor genetic Kerusakan sel beta Kerusakan produksi insulin Gula dalam darah tidak dapat dibawa
 Infeksi virus
 Pengrusakan masuk dalam sel
imunologik
Glikosuria Batas melebihi ambang ginjal Hiperglikemia Anabolisme protein menurun

Diaresis osmotik Vikositas darah meningkat


Syok hiperglikmik Kerusakan pada antibodi

Poliuri Aliran darah lambat


Koma diabetik Kekebalan tubuh menurun
Kehilangan sel elektrolit dalam Iskemik jaringan
sel Nekrosis luka
Perfusi perifer tidak efektif
Dehidrasi
Gangrene Gangguan Integritas jaringan

Risiko Hipovolemi Kehilangan kalori

Sel kekurangan bahan untuk Protein dan lemak dibakar


Merangsang hipotalamus

Pemecahan protein Intoleransi


Pusat lapar dan haus Katabolisme lemak Keletihan
Aktifitas
Ketonuria
Polidipsia dan polipagida Asam lemak Keton

Bagan 2.1 Pathway Diabetes Mellitus (Nurarif & Kusuma,


2016 dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diabetes Melitus

1. Pengkajian

a. Identitas

Nama, usia (DM Tipe 1 usia < 30 tahun. DM Tipe 2 usia > 30

tahun, cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), kelompok

etnik di Amerika Serikat golongan Hispanik serta penduduk asli

Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar, jenis

kelamin, status, agama, alamat, tanggal : MRS, diagnosa masuk.

Pendidikan dan pekerjaan, orang dengan pendapatan tinggi

cenderung mempunyai pola hidup dan pola makan yang salah.

Cenderung untuk mengkonsumsi makananyang banyak

mengandung gula dan lemak yang berlebihan. Penyakit ini

biasanya banyak dialami oleh orang yang pekerjaannya dengan

aktifitas fisik yang sedikit.

b. Keluhan Utama

1) Kondisi Hiperglikemi

Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak BAK,

dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.

2) Kondisi Hipoglikemi

Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar,

sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan

daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan

emosional, penurunan kesadaran.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus,

berat badan berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu

penyakit DM, baru tahu setelah memeriksakan diri ke pelayanan


kesehatan.

d. Riwayat Penyakit Terdahulu

DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan

penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat–obatan

seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker,

kontrasepsi yang mengandung estrogen, hipertensi, dan obesitas.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Menurun menurut silsilah karena kelainan gen yang

mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin

dengan baik.

f. Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan

dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan

atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu

aktivitas pasien.

2) Pola aktivitas dan latihan

Kaji keluhan saat beraktivitas. Biasanya terjadi perubahan

aktivitas sehubungan dengan gangguan fungsi tubuh.

Kemudian pada klien ditemukan adanya masalah dalam

bergerak, kram otot tonus otot menurun, kelemahan dan

keletihan.

3) Pola nutrisi dan metabolic

Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari

klien (pagi, siang dan malam). Kemudian tanyakan

bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,

pantangan atau alergi.


4) Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan

karakteristiknya. Berapa kali miksi dalam sehari,

karakteristik urin dan defekasi. Serta tanyakan adakah

masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah

penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.

5) Pola istirahat dan tidur

Tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien. Dan

bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur, apakah

merasa segar atau tidak.

6) Pola kognitif persepsi

Kaji status mental klien, kemampuan berkomunikasi dan

kemampuan klien dalam memahami sesuatu, tingkat

ansietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien,

dan identifikasi penyebab kecemasan klien.

7) Pola sensori visual

Kaji penglihatan dan pendengaran klien.

8) Pola toleransi dan koping terhadap stress

Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS

(financial atau perawatan diri). Kemudian kaji keadaan

emosi klien sehari – hari dan bagaimana klien mengatasi

kecemasannya (mekanisme koping klien). Tanyakan pakah

ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien

sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat,


apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan dan

tanyakan apakah sedang mengalami stress yang

berkepanjangan.

9) Persepsi diri/konsep diri

Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan

dirinya sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien

mengubah gambaran dirinya. Kemudian tanyakan apa yang

menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi

atau takut, apakah ada hal yang menjadi pikirannya.

10) Pola seksual dan reproduksi

Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan

penyakitnya, kapan klien mulai menopause dan masalah

kesehatan terkait dengan menopause, apakah klien

mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan

kebutuhan seks.

11) Pola nilai dan keyakinan

Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-

pantangan dalam beragama serta seberapa taat klien

menjalankan ajaran agamanya.

2. Diagnosa Keperawatan

Setelah didapatkan data dari pengkajian yang dilakukan secara

menyeluruh, maka dibuatlah analisa data dan membuat kesimpulan

diagnosis keperawatan. Berikut adalah uraian dari masalah yang


timbul bagi klien dengan diabetus mellitus dengan menggunakan

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) dalam Tim

Pokja SDKI DPP PPNI 2017 (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):

1) Perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia (D.0009)

a. Definisi Perfusi Perifer Tidak Efektif

Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat

mengganggu metabolisme tubuh.

b. Gejala dan Tanda Mayor

1. Subjektif : (tidak tersedia)

2. Objektif : warna kulit pucat , Turgor kulit

menurun

c. Gejala dan Tanda Minor

1. Subjektif : (tidak tersedia)

2. Objektif : Edema, Penyembuhan luka lambat

d. Kondisi Klinis terkait

1) Tromboflebitis

2) Diabetes mellitus

3) Anemia

4) Gagal jantung kongestif

5) Kelainan jantung kongenital

6) Trombosis arteri

7) Varises

8) Trombosis vena dalam


9) Sindrom kompartemen

2) Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme

(D.0019)

a. Definisi defisit nutrisi

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme.

b. Gejala dan Tanda Mayor

1. Subjektif : (tidak tersedia)

2. Objektif : Berat badan menurun minimal 10%

dibawah rentang ideal.

c. Gejala dan Tanda Minor

1. Subjektif : Nafsu makan menurun

2. Objektif : Membran mukosa pucat, Diare

d. Kondisi klinis terkait


1) Stroke

2) Parkinson

3) Mobius syndrome

4) Cerebral palsy

5) Cleft lip

6) Cleft palate

7) Amytropic lateral sclerosis

8) Kerusakan neuromuskular

9) Luka bakar

10) Kanker
11) AIDS

3) Risiko Hipovolemia (D.0034)

a. Definisi

Berisiko mengalami penurunan volume cairan

intravaskuler, interstisiel,dan/atau intraseluler.

b. Faktor risiko

Kehilangan cairan secara aktif.

c. Kondisi klinis terkait

a) Penyakit Addison

b) Trauma/perdarahan

c) Luka bakar

d) AIDS

e) Penyakit Crohn

f) Muntah

g) Diare

h) Kolitis ulseratif

4) Gangguan integritas kulit/ jaringan b.d nekrosis luka

(D.0129)

a. Definisi gangguan integritas kulit/jaringan

Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau

jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon,

tulang, kartilago, kapsul, sendi dan/atau ligmen).


b. Gejala dan Tanda Mayor

1. Subjektif :(tidak tersedia)

2. Objektif : Kerusakan jaringan dan/atau lapisan

kulit

c. Gejala dan Tanda Minor

1. Subjektif :(tidak tersedia)

2. Objektif : Nyeri, Perdarahan, Kemerahan,

Hematoma

5) Intoleransi Aktivitas

a. Definisi

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari

hari

b. Gejala dan Tanda mayor

1. Subjektif : Pasien mengeluh lelah

2. Objektif : Frekuensi jantung meningkat

c. Gejala dan Tanda mayor

1. Subjektif : Dispnea saat/setelah aktivitas,

Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas,

Merasa lemah

2. Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari

kondisi istirahat, Gambaran EKG menunjukkan

aritmia saat/setelah aktivitas, Gambaran EKG

menunjukkan iskemia, Sianosis


d. Kondisi klinis terkait

1. Anemia

2. Gagal jantung kongestif

3. Penyakit jantung koroner

4. Penyakit katup jantung

5. Aritmia

6. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

7. Gangguan metabolik

8. Gangguan muskuloskeletal

6) Risiko infeksi bd hiperglikemia (D.0142)

a. Definisi risiko infeksi

Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme

potegenik.

b. Faktor risiko

Risiko infeksi dibuktikan dengan adanya penyakit

kronis (mis. Diabetes Melitus)

c. Kondisi klinis terkait

1. AIDS

2. Luka bakar

3. Penyakit paru obstruktif

4. Diabetes mellitus

5. Tindakan invasif

6. Kondisi penggunaan terapi steroid


7. Penyalahgunaan obat

8. Kanker

9. Gagal ginjal

10. Imunosupresi

11. Lymphedema

12. Leukositopenia

13. Gangguan fungsi hati

3. Intervensi Keperawatan
Berikut adalah uraian tujuan dan kriteria hasil untuk intervensi

bagi klien dengan diabetus mellitus dengan menggunakan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI). (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018;

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)

a. Perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia

Tabel 2.1 Intervensi Perfusi perifer tidak

efektif

No
Tujuan Intervensi
1. setelah dilakukan intervensi 1.1 Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi
keperawatan maka diharapkan perfusi perifer, edema, pengisian kapiler,
perifer dapat meningkat. warna, suhu, ankle-brachial index)
Kriteria hasil : 1.2 Identifikasi faktor risiko gangguan
1. Denyut nadi perifer meningkat sirkulasi (mis.diabetes, perokok,
2. Sensai meningkat orang tua, hipertensi dan kadar
3. Penyembuhan luka meningkat kolestrol tinggi)
4. Warna kulit pucat menurun 1.3 Monitor panas, kemerahan, nyeri,
5. Nekrosis menurun atau bengkak pada ekstremitas
6. Pengisian kapiler cukup 1.4 Hindari pengukuran darah pada
membaik ekstremitas dengan keterbatasan
7. Turgor kulit cukup membaik perfusi
8. Tekanan darah cukup membaik 1.5 Informasikan tanda gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)

b. Defisit nutrisi bd peningkatan kebutuhan metabolisme

Tabel 2.2 Intervensi Defisit Nutrisi

No
Tujuan Intervensi
2. setelah dilakukan intervensi maka 2.1 Identifikasi status nutrisi
diharapkan status nutrisi dapat 2.2 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
membaik. nutrien
Kriteria hasil : 2.3 Monitor asupan makanan
1. Porsi makan yang dihabiskan 2.4 Monitor berat badan
cukup meningkat 2.5 Monitor adanya mual dan muntah
2. Pengetahuan tentang pilihan 2.6 Ajarkan diet yang di programkan
makanan yang sehat 2.7 Kolaborasi pemberian medikasi
3. Pengetahuan tentang pilihan sebelum makan (mis. pereda nyeri,
minuman yang sehat antiemetik), jika perlu
4. Perasaan cepat kenyang menurun
5. Berat badan cukup membaik
6. Indeks massa tubuh cukup
membaik
7. Nafsu makan membaik

c. Resiko Hipovolemi

Tabel 2.3 Intervensi Resiko Hipovolemi


No
Tujuan Intervensi
3. setelah dilakukan intervensi maka 3.1 Periksa tanda dan gejala hipovolemia
diharapkan status cairan dapat ( mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
membaik. teraba lemah, tekanan darah menurun,
Kriteria hasil : tekanan nadi menyempit, turgor kulit
1. Kekuatan nadi meningkat menurun, membrane mukosa kering,
2. Turgor kulit meningkat volume urine menurun, hematocrit
3. Edema perifer menurun meningkat, haus, lemah).
4. Tekanan darah membaik 3.2 Monitor intake dan output cairan.
3.3 Berikan asupan cairan oral.
3.4 Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral.
3.5 Kolaborasi pemberian cairan IV.
d. Gangguan integritas jaringan/kulit b.d nekrosis luka

Tabel 2.4 Intervensi Gangguan Integritas Jaringan

No
Tujuan Intervensi
4. setelah dilakukan intervensi 4.1 Monitor karakteristik luka (mis.
keperawatan maka diharapkan drainase, warna, ukuran, bau)
integritas kulit dan jaringan dapat 4.2 Monitor tanda-tanda infeksi
meningkat. 4.3 Lakukan perawatan luka
Kriteria hasil : 4.4 Lakukan pembalutan luka sesuai
1. Perfusi jaringan cukup meningkat kondisi luka
2. Kerusakan jaringan menurun 4.5 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
3. Kerusakan lapisan kulit menurun perlu
4. Nyeri, perdarahan, kemerahan,
hematoma menurun
5. Nekrosis menurun
6. Sensasi dan tekstur membaik

e. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan


Tabel 2.5 Intoleransi aktivitas
No
Tujuan Intervensi
5. setelah dilakukan intervensi 5.1 Identifikasi gangguan fungsi tubuh
keperawatan maka diharapkan yang mengakibatkan kelelahan
toleransi aktivitas dapat meningkat. 5.2 Monitor kelelahan fisik dan
Kriteria hasil : emosional
1. Frekuensi nadi meningkat 5.3 Monitor pola dan jam tidur
2. Kemudahan dalam melakukan 5.4 Sediakan lingkungan nyaman dan
aktivitas sehari-hari meningkat rendah stimulus (mis.cahaya, suara,
3. Keluhan lelah menurun kunjungan)
4. Warna kulit membaik 5.5 Anjurkan melakukan aktifitas secara
5. Tekanan darah membaik bertahap
f. Resiko infeksi b.d hiperglikemia

Tabel 2.6 Intervensi Resiko

Infeksi

No.
Tujuan Intervensi
6. setelah dilakukan intervensi 6.1 Monitor tanda dan gejala infeksi local
keperawatan maka diharapkan tingkat dan sistemik
infeksi menurun. 6.2 Cuci tangan sebelum dan sesudah
Kriteria hasil : kontak dengan pasien dan lingkungan
1. Kebersihan tangan dan badan pasien
meningkat 6.3 Ajarkan cara mencuci tangan yang
2. Demam, kemerahan, nyeri, benar
bengkak menurun 6.4 Kolaborasi dengan pemberian
3. Kadar sel darah putih meningkat antibiotik
4. Integritas kulit normal

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah

status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry,

2011).

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses

keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan

melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada

tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas

yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar

implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap

biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan

klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan


mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan

mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan

kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat

mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses

keperawatan berikutnya.

Komponen tahap implementasi

1. Tindakan keperawatan mandiri.

2. Tindakan keperawatan edukatif

3. Tindakan keperawatan kolaboratif.

4. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien

terhadap asuhan keperawatan

5. Evaluasi Keperawatan

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh

manaperawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik

terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto &

Wartonah, 2011). Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi

sebagian, tidak teratasi atau muncul masalah baru adalah dengan

cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil

yang telah di tetapkan. Format evaluasi mengguanakan :

1) Evaluasi Formatif (Proses)

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses

keperawatan dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif

ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan


rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan.Perumusan evaluasi

formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan

istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien),

objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan

data dengan teori), dan perencanaan.

a. S (Subjektif)

Data subjektif adalah keluhan yang berupa ungkapan yang

didapat dari klien.

b. O (Objektif)

Data objektif dari hasil observasi yang dilakukan oleh

perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi

fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.

c. A (Analisis/assessment)

Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang

dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif.

Karena status klien selalu berubah yang mengakibatkan

informasi/data perlu pembaharuan, proses

analisis/assessment bersifat dinamis. Oleh karena itu sering

memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan

perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.


d. P (Perencanaan/planning)

Perencanaan kembali tentang

pengembangan tindakan

keperawatan, baik yang sekarang

maupun yang akan datang (hasil

modifikasi rencana keperawatan)

dengan tujuan memperbaiki keadaan

kesehatan klien.Proses ini

berdasarkan kriteria tujuan yang

spesifik dan periode yang telah

ditentukan.

2) Evaluasi Sumatif (Hasil)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi

yang dilakukan setelah semua aktivitas

proses keperawatan selesai dilakukan.

Evalusi sumatif ini bertujuan menilai

dan memonitor kualitas asuhan

keperawatan yang telah

diberikan.Metode yang dapat digunakan

pada evaluasi jenis ini adalah melakukan

wawancara pada akhir pelayanan,

menanyakan respon klien dan keluarga

terkait pelayanan keperawatan,


mengadakan pertemuan pada akhir

layanan.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi

yang terkait dengan pencapaian tujuan

keperawatan, yaitu:

a) Tujuan tercapai/masalah teratasi jika

klien menunjukkan perubahan sesuai

dengan standar yang telah

ditentukan.

Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian atau klien masih dalam proses
pencapaian tujuan jika klien
\
BAB III
PENGELOLAAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
Tanggal Pengkajian: 16 Mei 2023 Pukul: 09.00 WIB Oleh: Kevin Paul
Pasaribu
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Bp. H
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Demangan
Status Perkawinan : kawin
Agama : Islam

Suku Pendidikan : Diploma 1


Pekerjaan : Wiraswasta
Tgl masuk RS : 15 Mei 2023
Dx Kerja/Medis : Diabetes melitus
b. Keluarga / penanggung jawab
Nama : Ny. A
Hubungan : Istri
Umur : 42 Thn
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Demangan
1) Keluhan utama
hiperglikemia
2) Keluhan tambahan saat dikaji
Pasien mengatakan batuk
3) Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan karena badannya menggigil
4) Riwayat Penyakit Sekarang (sejak sebelum masuk RS sampai saat
dikaji)
Pasien mengatakan periksa ke Puskesmas Gondokusuman 1 dan
hasil gds puasa 273 mg/dl dan dari puskes minta rujukan untuk ke
RS Bethesda dan pasien masuk ke IGD RS Bethesda dan masuk
ruang C pada siang hari tanggal 15 Mei 2023 dan dilakukakan gds di
ruaang c hasil 257,3 mg/dl dan pada saat dikaji pasien mengeluh
batuk
5) Riwayat Penyakit yang lalu:
Pasien mengatakan pernah operasi amandel pada saat sd kelas 4
6) Alergi
Pasien tidak ada alergi

2. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit
a) Frekuensi makan : 3 kali sehari
b) Jenis makanan : Nasi Sayur dan lauk
c) Porsi yang dihabiskan : 1 piring
d) Makanan yang disukai :
Semua makanan disukai
e) Makanan yang tidak disukai:
Tidak ada
f) Makanan pantang:
Tidak ada
g) Makanan tambahan/vitamin : Tidak ada
h) Kebiasaan makan : dirumah
i) Nafsu makan: normal
j) Banyaknya minum (cc/24 jam) : 3000 cc
k) Jenis minuman : air putih
l) Minuman yang tidak disukai : Tidak ada
m) Minuman pantang : Tidak ada
n) Perubahan BB 6 bulan terakhir:
Tidak ada

2) Selama sakit (saat di rumah sakit)


- Pasien minum air putih sebanyak 2000 ml per hari
- Pasien makan setengah porsi diet dari Rumah Sakit

b. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit
Buang air besar BAB
a) Frekuensi : 1 kali
b) Waktu : pagi hari
c) Warna : coklat
d) Konsistensi : lembek
e) Posisi waktu BAB : jongkok
f) Penghantar untuk BAB : Tidak ada
g) Pemakaian obat : Tidak ada
h) Keluhan : Tidak
ada
i) Buang air kecil
(BAK)
a) Frekuensi (x/24 jam) : 3-4 kali
b) Jumlah (cc/24 jam) : kurang lebih 900-1200 cc
c) Warna : kuning
d) Bau : khas urine
e) Keluhan: Tidak ada
2) Selama sakit
Buang Air Besar (BAB)
a) Frekuensi : 10 kali
b) Waktu : pagi,siang,sore
c) Warna : kuning
d) Konsistensi : cair
e) Keluhan : tidak ada
f) Buang air kecil (BAK)
a) Frekuensi (x/24 jam) : 6 kali
b) Jumlah (cc/24jam) : 1200 cc
c) Warna : Kuning terang
d) Bau : khas urine
e) Alat bantu buang air kecil : Tidak ada
c. Pola Aktifitas istirahat-tidur
1) Sebelum sakit
a) Keadaan aktifitas
sehari-hari

Tabel 3
Aktifitas Pasien Sebelum Sakit

AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Eliminasi √
Mobilisasi di tempat √
Tidur
Pindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
Memasak √
Belanja √
Merapikan rumah √
Keterangan :
0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang
lain dan alat 4 =
tergantung total
b) Kebutuhan tidur
- Tidur siang : 1 – 2 jam
- Tidur malam : 6 jam
- Tidur malam yang diutamakan
- Kebiasaan pengantar tidur : Tidak ada
- Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur : Tidak ada
- Keluhan dalam hal tidur : Tidak ada

2) Selama Sakit
a) Keadaan Aktivitas
Tabel 4
Aktifitas Pasien Setelah Sakit

Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di TT √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √

Keterangan :
0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang
lain dan alat 4 =
tergantung total
b) Kebutuhan Tidur : 6 jam
c) Kebutuhan Istirahat : 2 jam
d. Pola Kebersihan Diri
1) Sebelum sakit
a) Kebersihan kulit
- Pasien mandi 3 x 1 hari
- Pasien mandi menggunakan sabun
- Keluhan: Tidak ada
b) Kebersihan rambut
- Kulit kepala bersih
- Keluhan: tidak ada
c) Kebersihan telinga
- Pasien tidak menggunakan alat bantu pendengaran
- Keluhan: Tidak ada
d) Kebersihan mata
- Mata pasien bersih
- Keluhan: Tidak ada
e) Kebersihan mulut
- Pasien menggosok gigi setiap mandi
- Keluhan: Tidak ada
f) Kebersihan kuku
- Kuku pasien bersih
- Keluhan: Tidak ada
e. Pola Pemeliharaan Kesehatan
1) Pasien tidak memiliki riwayat penyakit:
2) Penggunaan tembakau: sudah berhenti merokok sejak 4 tahun lalu saat
masih merokok 1 bungkus habis dalam 1-2 hari
3) NAPZA: Tidak
4) Alkohol: Tidak
f. Pola reproduksi-seksualitas
1) Pasien menikah
2) Keluhan : Tidak ada
g. Pola kognitif-persepsi/sensori
1) Keadaan mental : sadar
2) Berbicara :
a) Isi : Pasien dapat merespon dengan baik
b) Bahasa yang dikuasai : Bahasa indonesia
3) Kemampuan membaca : Tidak terkaji
4) Kemampuan berkomunikasi : pasien dapat berkomunikasi dengan baik
5) Kemampuan memahami informasi : pasien dapat memahami informasi
dari perawat dengan baik
6) Ketrampilan berinteraksi: pasien senang mengobrol
7) Pendengaran : pasien tidak memiliki gangguan pendengaran
8) Penglihatan : pasien tidak memiliki gangguan penglihatan
h. Pola Konsep Diri- persepsi diri
Tidak terkaji
i. Pola Mekanisme Koping
1) Pengambilan keputusan : pasien dan keluarganya
j. Pola Peran – Berhubungan
1) Sebelum sakit
Pasien menikah

2) Selama sakit
Pasien menikah

k. Pola Nilai dan Keyakinan


1) Sebelum sakit
a) Agama : Islam
b) Larangan agama : halal haram
c) Kegiatan keagamaan : Pasien sering beribadah ke masjid
2) Selama sakit: -
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran TB : 167 cm
b. Pengukuran BB : 79 kg
IMT = BB (kg) / TB(m)2
= 48/2,78
= 28 (gemuk)
c. Pengukuran tanda vital
1) Tekanan darah:
84/53 mmHg, diukur di lengan kanan, posisi pasien supinasi
2) Nadi:
92x/mnt, reguler, diukur manual dengan bantuan tensi digital
3) Suhu:
36,70C, diukur di temporalis menggunakan thermogun
Respirasi:
20x/ menit, regular, spontan
d. Tingkat Kesadaran (kuantitatif & kualitatif)
1) Kualitatif : Composmentis
2) Kuantitatif : 15
E : 4, V : 6 , M : 5
e. Keadaan umum
Pasien tampak sakit ringan
Alasan : Pasien terpasang infus, kesadaran Composmentis
f. Hasil Pemeriksaan Fisik:
1) Integumen secara keseluruhan
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, kulit kering
2) Kepala
a) Bentuk kepala normocephal
b) Pertumbuhan rambut tebal, rambut berwarna hitam
c) Kesan wajah simetris, tidak ada pembengkakan
3) Mata
a) Mata bersih, berwarna kemerahan
b) Konjungtiva kemerahan tidak anemis, sklera berwarna putih
4) Telinga
a) Bentuk telinga simetris
b) Tidak ada cairan/kotoran yang keluar dari telinga pasien
c) Telinga tampak bersih
5) Hidung
a) Posisi septum di tengah
b) Tidak terdapat sekret pada hidung, hidung bersih
c) Tidak ada aksesoris hidung

6) Mulut dan tenggorokan


a) Keadaan bibir: bibir bersih, dan tampak kering
b) Mulut bersih, tidak terdapat sekret
c) Lidah kotor dengan warna putih kekuningan
d) Uvula di tengah
e) Penggunaan aksesoris: Pasien tidak menggunakan tindik atau
behel

7) Leher
a) Bentuk leher simetris
b) Tidak terdapat pembesaran thyroid
8) Dada
a) Inspeksi
- Dada tampak simetris
- Tidak tedapat kelainan bentuk dada
b) Palpasi
- Tidak terkaji
c) Perkusi
- Tidak terkaji
d) Auskultasi
- Tidak terkaji
9) Punggung
Tidak terkaji
10) Abdomen
a) Inspeksi
- Warna kulit sawo matang, warna merata
- Perut simetris
b) Auskultasi
Tidak terkaji
c) Perkusi
Tidak terkaji
d) Palpasi
Tidak terkaji
11) Anus dan rectum
Tidak terkaji

12) Genetalia
Tidak terkaji
13) Ekstermitas
a) Atas
- Anggota gerak pasien lengkap
- Bentuk ekstermitas atas simetris
- Oedema : tidak ada
- Pasien terpasang infus pada ekstremitas kiri
- Kekuatan otot :

5 5
b) Bawah
- Anggota gerak bawah lengkap
- Oedema : tidak ada

- Kekuatan otot :

5 5

14) Refleks
a) Refleks fisiologis
- Tidak terkaji
b) Reflek patologis
- Tidak terkaji
c) Rangsang meningeal
- Tidak terkaji
4. Diagnostik Test
a. Pemeriksaan Laboratorium
-
b. Pemeriksaan Radiologi
-
c. Analisis Obat

No Nama Obat Indikasi Kontraindikasi Efek Samping Implikasi Keperawatan


1 Ranitidine untuk penanganan pasien dengan riwayat  Sakit kepala Observasi Tanda-tanda
GERD hipersensitivitas  Sembelit mual muntah
atau gastroesophage terhadap ranitidin atau  Diare
 Mual
al reflux disease, kandungan lain dalam
 Muntah
ulkus peptikum, sediaan  Sakit perut
esofagitis erosif, dan
kondisi hipersekretori
seperti sindrom
Zollinger-Ellison
2 Paracetamol untuk meredakan Paracetamol tidak Efek samping pada Monitor tanda-tanda vital
infus gejala demam dan dapat digunakan pada paracetamol dapat
nyeri pada berbagai pasien yang memiliki dikelompokkan
penyakit hipersensitivitas berdasarkan sistem
seperti demam terhadap paracetamol organ. Efek samping
dengue, tifoid, dan penyakit hepar yang sering
dan infeksi saluran aktif derajat berat. ditemukan adalah
kemih. Pada pasien gangguan pada
anak, paracetamol hepar. Hal ini
digunakan saat suhu ditemukan pada 1 –
> 38,5 C. 10% penggunaan
Paracetamol juga paracetamol. Pada
dapat digunakan pada sistem
keluhan osteoarthritis gastrointestinal, mual
, nyeri punggung dan muntah dapat
belakang, nyeri ditemukan sampai
kepala, nyeri pasca 15%. Efek samping
operasi, dan nyeri lain seperti nyeri
pada gigi. perut, diare,
konstipasi, dispepsia
juga dapat
ditemukan.
3 Ceftriaxon untuk mengatasi individu dengan Sakit perut. Mual Monitor tanda-tanda vital
infeksi bakteri gram riwayat dan muntah. Diare.
negatif maupun gram hipersensitivitas Pusing atau sakit
positif. Dosis terhadap obat ini atau kepala.
ceftriaxone yang golongan sefalosporin
diberikan biasanya lainnya. Penggunaan
berkisar antara 1–2 harus hati-hati pada
gram per 12 atau 24 pasien dengan riwayat
jam, tergantung pada alergi penicillin karena
penyakit dan tingkat bisa terjadi reaksi
keparahan infeksi. silang.
4 Esomeprazol Mengobati Hipersensitivitas Gangguan saluran Monitor mual muntah
Gastroesophageal terhadap obat cerna (seperti mual,
Reflux Disease esomeprazole. muntah, nyeri
(GERD) dengan lambung, kembung,
esofagitis diare dan konstipasi),
(peradangan pada sakit kepala dan
lapisan pusing. Efek
kerongkongan) atau samping yang kurang
simptom refluks yang sering terjadi
berat dan pasien diantaranya adalah
tukak lambung mulut kering,
(Ulkus peptik) yang insomnia,
disebabkan H.Pylori mengantuk, malaise,
dalam terapi penglihatan kabur,
kombinasi dan ruam kulit dan
diakibatkan konsumsi pruritus. Dermatitis.
OAINS.
5. Program Tindakan
Tidak ada
6. Rencana Pulang (Discharge planning)
a. Keinginan tinggal setelah pulang: di rumah.
b. Pelayanan kesehatan yang digunakan sebelumnya: puskesmas dan
rumah sakit.
c. Kendaraan yang digunakan saat pulang: mobil
d. Antisipasi terhadap keuangan setelah pulang : JKN dan Keluarga
e. Penentuan caregiver
(Pasien tinggal dan dirawat bersama keluarga)
f. Asesmen kebutuhan pendidikan kesehatan :
Aturan dan cara memberikan obat
g. Edukasi Kesehatan :
1) Tentang penyakit : Pengertian, penyebab, faktor risiko, tanda dan
gejala, komplikasi.
2) Program penatalaksanaan medis : Pengobatan, Tindakan medis,
pemeriksaan ulang / kontrol dan rehabilitasi (Fisioterapi)
h. Perawatan sehari-hari :
Personal hygiene (mandi, oral hygiene).
i. Program lanjutan :
Jadwal kontrol (sesuai waktu yang akan ditentukan)
j. Evaluasi pemahaman terhadap keseluruhan penjelasan yang telah
diberikan : Medis, perawat, gizi, apoteker, fisioterapi
A. Analisa Data

No Pengelompokan data Masalah Penyebab


1 DS : - Ketidakstabilan kadar Hiperglikemia :
DO: glukosa darah gangguan toleranis
GDS tgl 15 mei 2023 257 glukosa darah
mg/dl dan GDS pukul 11.00
WIB 206 mg/dl

2 DS : Pasien mengatakan Defisit Perawatan Diri kelemahan


dibantu istri untuk lap badan
DO : Pasien berada di tempat
tidur

3 DS : - Resiko Infeksi Faktor Risiko:


DO: GDS 257 mg/dl dan GDS penyakit kornis
pukul 11.00 WIB 206 mg/dl

B. Diagnosis Keperawatan

1. Ketidakstabilan kadar glukosa berhubungan dengan hiperglikemia


2. Defisit Perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan faktor risiko.
C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1 Ketidakstabilan kadar glukosa Setelah dilakukan
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2 x 24 1. Identifikasi kemungkinan 1. supaya dapat mengurangi
hiperglikemia penyebab hiperglikemia tejadinya hiperglikemi
jam diharapkan kadar glukosa
DS : - berulang
2. Monitor kadar glukosa
DO: berada pada rentang normal 2. mengetahui kenormalan
darah,bila perlu
GDS tgl 15 mei 2023 257 mg/dl hasil kadar glukosa dalam
dengan kriteria hasil:
dan GDS pukul 11.00 WIB 206 darah
mg/dl 1. Kesadaran meningkat
3. Berikan asupan cairan oral 3. membantu pemulihan atau
2. Mengantuk menurun menetralkan kadar glukosa
3. Rasa haus menurun yang tinggi
4. Anjurkan kepatuhan
4. supaya dapat mengurangi
terhadap diet dan olahraga
risiko terjadinya
Kevin Paul Pasaribu hiperglikemia
5. Ajarkan pengelolaan
5. supaya rutin dalam
diabetes (obat oral dan
mngkonsumsi obat dan rutin
bantuan profesional
Kevin Paul Pasaribu kontrol kesehatan
kesehatan)
6. Kolaborasi pemberian
6. membantu asupan cairan
cairan IV, jika perlu
tubuh
Kevin Paul Pasaribu
2 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan kelemahan keperawatan 2 x 24 jam 1. Identifikasi jenis bantuan 1. supaya dapat membantu
Diharapkan kemampuan yang dibutuhkan pasien sesuai dengan
DS : Pasien mengatakan dibantu melakukan atau menyelesaikan
kebutuhan
istri untuk lap badan aktivitas perawatan diri meningkat
2. supaya menghindari
DO : Pasien berada di tempat dengan kriteria hasil: 2. Monitor kebersihan tubuh
(mis. Rambut,kulit) penyebab terjadinya sumber
tidur
- Kemampuan mandi bakteri
meningkat 3. Sediakan peralatan mandi 3. supaya passien lebih
- Kemampuan mengenakan (mis. Sabun,sikat gigi, mudah dalam melakukan
pakaian meningkat shampo) perawtan diri
4. supaya pasien lebih
Kevin Paul Pasaribu 4. Jelaskan manfaat mandi dan
mengetahui jika bersih dapat
dampak tidak mandi
terhadap kesehatan terhindar dari penyakit

Kevin Paul Pasaribu

Kevin Paul Pasaribu


3 Resiko Infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan
dengan faktor risiko. keperawatan selama 2x24 jam 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui
DS : - diharapkan risiko menurun dengan infeksi lokal dan sistematik pemberiann terapi yang tepat
DO: GDS 257 mg/dl dan GDS kriteria hasil: 2. untuk menjaga lingkungan
pukul 11.00 WIB 206 mg/dl 2. Batasi jumlah pengunjung
- Kebersihan badan meningkat 3. Cuci tangan sebelum dan 3. untuk menghindari adanya
- Nafsu makan meningkat sesudah kontak dengan faktor penyebab dari tangan
- Periode menggigil menurun pasien dan lingkungan infeksi dari tangan yang
pasien kotor
4. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi 4. membantu meningkatkan
Kevin Paul Pasaribu 5. Anjurkan meningkatkan imunitas
asupan cairan 5. membantu meningkatkan
6. Kolaborasi pemberian imunitas
imunisasi, jika perlu 6. membantu meningkatkan
dan pembuatan antibodi

Kevin Paul Pasaribu


Catatan Perkembangan

Nama pasien : Bp. H


Diagnosa medis : Diabetes Melitus
CP hari ke :1

No Diagnosa Tanggal dan Perkembangan (SOAPIE) TTD


keperawatan jam
1 Ketidakstabilan Selasa 16 I :
kadar glukosa Mei 2023
berhubungan dengan 09.00 WIB 1. Mengidentifikasi
hiperglikemia kemungkinan penyebab
hiperglikemia
2. Memonitor kadar
09.05 WIB
glukosa darah,bila
perlu Kevin Paul
3. Memberikan asupan Pasaribu
09.10 WIB cairan oral
4. Menganjurkan
kepatuhan terhadap diet
dan olahraga
09.15 WIB 5. Mengajarkan
pengelolaan diabetes
(obat oral dan bantuan
profesional kesehatan) Kevin Paul
6. Melakukan kolaborasi Pasaribu
pemberian cairan IV
14.00 WIB ( RL 500 )
E:
S:-
O : GDS 206 mg/dl
A : masalah belum teratasi Kevin Paul
P : lanjutkan intervensi 1-6 Pasaribu

Kevin Paul
Pasaribu
2 Defisit perawatan Selasa
diri berhubungan 16 Mei 2023 I:
dengan kelemahan 09.00 WIB 1. Mengidentifikasi jenis
bantuan yang
dibutuhkan Kevin Paul
2. Memonitor kebersihan
09.05 WIB Pasaribu
tubuh (mis.
Rambut,kulit)
09.10 WIB 3. Menyediakan peralatan
mandi (mis.
Sabun,sikat gigi, Kevin Paul
09.15 WIB shampo) Pasaribu
4. Menjelaskan manfaat
mandi dan dampak
tidak mandi terhadap
14.00 WIB kesehatan
E:
S : Pasien mengatakan Kevin Paul
dibantu istri untuk lap Pasaribu
badan
O : Pasien berada di
tempat tidur
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1-4

3 Resiko Infeksi Selasa 16


berhubungan dengan Mei 2023 I:
faktor risiko
09.00 WIB 1. Memonitor tanda dan
gejala infeksi lokal dan Kevin Paul
sistematik Pasaribu
2. Membatasi jumlah
09.05 WIB
pengunjung
3. Mencuci tangan
sebelum dan sesudah
09.10 WIB kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
4. Menganjurkan
09.15 WIB meningkatkan asupan Kevin Paul
nutrisi Pasaribu
09.20 WIB 5. Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
6. Melakukan kolaborasi
pemberian antibiotik
( diberikan Ceftriaxon
1x 2 gr dan
esomeprazole )

E: Kevin Paul
14.00 WIB S:- Pasaribu
O : GDS pukul 11.00 WIB
206 mg/dl
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1-6
Nama pasien : Bp. H
Diagnosa medis : Diabetes Melitus
CP hari ke :2

No Diagnosa Tanggal dan Perkembangan (SOAPIE) TTD


keperawatan jam
1 Ketidakstabilan Rabu 17 Mei S : -
kadar glukosa 2023 O : GDS 206 mg/dl
berhubungan dengan A : masalah belum teratasi
hiperglikemia P : lanjutkan intervensi 1-6
I:

09.00 WIB 1. Mengidentifikasi Kevin Paul


kemungkinan penyebab
Pasaribu
hiperglikemia
2. Memonitor kadar
09.05 WIB glukosa darah,bila
perlu
3. Memberikan asupan
cairan oral
4. Menganjurkan
09.10 WIB kepatuhan terhadap diet
dan olahraga Kevin Paul
5. Mengajarkan Pasaribu
pengelolaan diabetes
(obat oral dan bantuan
09.15 WIB profesional kesehatan)
6. Melakukan kolaborasi
pemberian cairan IV
( RL 500 ) dan obat Kevin Paul
14.00 WIB metformin 500 Pasaribu
E:
S: pasien mengatakan tidak
ada keluhan
O: pasien berada ditemapt Kevin Paul
tidur Pasaribu
2 Defisit perawatan Rabu
diri berhubungan 17 Mei 2023 S : Pasien mengatakan
dengan kelemahan dibantu istri untuk lap
badan
O : Pasien berada di Kevin Paul
tempat tidur Pasaribu
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1-4
09.00 WIB I:
1. Mengidentifikasi jenis Kevin Paul
bantuan yang Pasaribu
09.05 WIB dibutuhkan
2. Memonitor kebersihan
tubuh (mis.
09.10 WIB Rambut,kulit)
3. Menyediakan peralatan
mandi (mis. Kevin Paul
09.15 WIB Sabun,sikat gigi, Pasaribu
shampo)
4. Menjelaskan manfaat
mandi dan dampak
tidak mandi terhadap
14.00 WIB kesehatan

E:
S : Pasien mengatakan
mandi masih di bantu oleh
istri
O: pasien tampak bersih
3 Resiko Infeksi Rabu 17 Mei
berhubungan dengan 2023 S:-
faktor risiko O : GDS pukul 11.00 WIB
206 mg/dl
A : masalah belum teratasi Kevin Paul
P : lanjutkan intervensi 1-6 Pasaribu
I:
09.00 WIB 1. Memonitor tanda dan
gejala infeksi lokal dan
sistematik
2. Membatasi jumlah
09.05 WIB
pengunjung
3. Mencuci tangan
09.10 WIB sebelum dan sesudah Kevin Paul
kontak dengan pasien Pasaribu
dan lingkungan pasien
4. Menganjurkan
09.15 WIB meningkatkan asupan
nutrisi
5. Menganjurkan
meningkatkan asupan
cairan
6. Melakukan kolaborasi
09.20 WIB pemberian antibiotik
( diberikan Ceftriaxon
1x 2 gr dan
esomeprazole )
Kevin Paul
14.00 WIB E: Pasaribu
S:-
O: pasien terpasang infus
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bagian ini,penulis akan meringkas hasil dari kasus kelolaan yang telah
dilakukan selama 3 hari di Ruang C pada Bp. H pasien dengan Diabetes Melitus.
Proses asuhan keperawatan yang diberikan meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluai yang terurai sebagai berikut :

A. Pengkajian Keperawatan
Didapatkan hasil pengkajian bahwa Bp. H (49 tahun) mengatakan pasien
periksa rutin di Puskemas gondokusuman 1 kemudian hasil GDS pasien
tinggi yaitu 273 mg/dl setelah itu pasien dalam perjalan menuju rumah
adiknya pasien merasa menggigil sehingga oleh adik pasien, pasien
dibawa ke IGD RS Bethesda pada tanggal 15 Mei 2023 pada siang hari
kemudian pasien masuk ruang C dan pada saat di ruang C pasien
dilakukan pemeriksaan GDS ulang dan hasil masih tinggi yaitu 257 mg/dl
tangan sebelah kiri pasien terpasang infus dengan RL 20 tpm, Saat dikaji
pada tanggal 16 Mei 2023 jam 09.00 WIB pasien mengatakan keluhan
yaitu batuk, pasien terpasang infus pada tangan sebelah kiri dengan RL 20
tpm, dengan hasil pemeriksaan vital sign TD : 84/53 mmHg, nadi :
92x/menit, RR : 20x/menit, suhu 36,7℃, saturasi : 97%, dan pada pukul
11.00 WIB pasien dilakukan cek Gula Darah ulang dan di hasil masih
tinggi yaitu 206 mg/dl, kemudian pada tanggal 17 Mei 2023 saat dilakukan
pengkajian ulang pasien mengatakan sudah tidak ada keluhan dan
dilakukan pemeriksaan vital sign TD: 116/75 mmHg, Nadi: 77x/menit,
RR: 20x/menit, suhu 36,5℃, saturasi: 97%.
B. Diagnosa keperawatan
Daftar diagnosa yang dapat dirumuskan pada kasus Bp. S adalah sebagai
berikut :
1. Ketidakstabilan kadar glukosa berhubungan dengan
hiperglikemia
2. Defisit Perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan faktor risiko.
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu proses didalam pemecahan
masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan
dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan
dari semua tindakan keperawatan. Rencana keperawatan teori pada kasus
adalah :

1. Ketidakstabilan kadar glukosa berhubungan dengan


hiperglikemia
- Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
- Monitor kadar glukosa darah,bila perlu
- Berikan asupan cairan oral
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
- Ajarkan pengelolaan diabetes (obat oral dan bantuan
profesional kesehatan)
- Kolaborasi pemberian cairan IV, RL 500

2. Defisit Perawatan diri berhubungan dengan kelemahan


- Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
- Monitor kebersihan tubuh (mis. Rambut,kulit)
- Sediakan peralatan mandi (mis. Sabun,sikat gigi,
shampo)
- Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi
terhadap kesehatan

3. Resiko Infeksi berhubungan dengan faktor risiko


- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik
- Batasi jumlah pengunjung
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
- Kolaborasi pemberian Ceftriaxone 2 gr dan
esomeprazole
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada Bp. H dengan diagnosa Diabetes Melitus dilakukan

dengan pendekatan proses keperawatan. Terdiri dari pengkajian, diagnosis,

perencanaa, implementasi dan evaluasi. Ditegakan tiga diagnosa keperawatan

yaitu Ketidakstabilan kadar glukosa b/d hiperglikemia, Defisit Perawatan diri

b/d kelemahan dan Resiko Infeksi b/d faktor risiko.. Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama dua hari pada tanggal 16 Mei 2023 sampai dengan 17 Mei

2023 secara keseluruhan masalah keperawatan teratasi sebagian dan pemberian

asuhan keperawatan dilanjutkan.

B. Saran

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Bagi institusi diharapkan laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi


bahan atau materi pembelajaran dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pada kasus Diabetes Melitus
2. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa diharapakan dapat melaksanakan asuhan keperawatan dan


lebih banyak mencari informasi dengan membaca dan membandingkan
kasus yang ditemukan dengan konsep medis serta penelitian tentang
Diabetes Melitus.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai