Anda di halaman 1dari 98

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan

adalah mewujudkan kesejahteraan rakyat dalam mencapai

kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dengan peran

serta masyarakat dalam pembangunan masyarakat pada umumnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, bidang keperawatan sebagai

salah satu komponen dalam pembangunan di bidang kesehatan

berperan penting dalam memberi pelayanan khusus secara optimal.

Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit yang

menimbulkan problem masyarakat sebagai akibat dari meningkatnya

perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan sehingga menarik

perhatian ilmu kedokteran untuk melakukan pencegahan dan

pengobatan yang cukup serius dalam penanganannya. Hal ini dapat

dilihat dengan adanya penderita diabetes mellitus di rumah sakit yang

membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Keadaan ini merupakan tantangan bagi profesi perawatan

untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat menjadi mediator dan

komponen pembangunan di bidang kesehatan. Seperti dirumuskan

dalam sistem kesehatan nasional tentang tujuan pembangunan

nasional yakni tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap

1
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum.

Prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang

termasuk Indonesia merupakan konsekuensi logis akibat peningkatan

kemakmuran dan pendapatan yang dapat mengubah pola konsumsi

makan dan perubahan gaya hidup terutama pendapatan perkapita.

Di Indonesia khususnya prevalensi kasus diabetes mellitus

menunjukkan peningkatan yang berarti di beberapa kota. Pada tahun

1975 1993 sebanyak 23.728 orang dan khusus di kota Makassar

pada tahun 1981 kasus diabetes mellitus mencapai 2.720 orang

(1,5%). Tentunya dampak ekonomi pada diabetes mellitus nampak

jelas terlihat pada biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan, selain

konsekuensi finansial karena banyaknya komplikasi (Noer, S. 1996).

Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record

BPRSUD Labuang Baji Makassar jumlah kasus diabetes mielitus pada

tahun 2004 sebanyak 221 penderita diabetes tipe I dan 12 penderita

diabetes tipe II. Pada tahun 2005 jumlah penderita diabetes tipe I

sebanyak 122 orang dan tipe II sebanyak 40 orang. Sedangkan pada

tahun 2006 jumlah penderita diabetes meningkat menjadi 281

penderita diabetes tipe I dan 57 penderita tipe II.

Berdasarkan angka kejadian diatas maka penulis melakukan

studi kasus tentang Asuhan Keperawatan Pada Ny. R dengan

Gangguan Sistem Endokrin Diabetes Mellitus + Ulkus di Ruang

2
Perawatan Baji Pamai I BPRSUD Labuang Baji Makassar tanggal 3

5 oktober 2007.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memperolehkan gambaran mengenai pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin

Diabetes Miellitus + Ulkus di BPRSUD Labuang Baji Makassar

melalui pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan

pengkajian, analisa data dan merumuskan diagnosa

keperawatan pada Ny. R dengan gangguan sistem endokrin

Diabetes Mellitus + Ulkus.

b. Memperoleh pengalaman nyata dalam menetapan rencana

asuhan keperawatan pada Ny. R dengan gangguan sistem

endokrin Diabetes Mellitus + Ulkus.

c. Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Ny. R dengan gangguan sistem endokrin

Diabetes Mellitus + Ulkus.

d. Memperoleh pengalaman nyata dalam mendokumentasikan

asuhan keperawatan pada Ny. R dengan gangguan sistem

endokrin Diabetes Mellitus + Ulkus.

3
e. Menganalisa teori dan kegiatan di lapangan pada Ny. R

dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus + Ulkus.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

a. Sebagai acuan untuk melatih dan memahami secara

mendalam tentang tindakan yang akan diambil sesuai dengan

bidang disiplin ilmu keperawatan.

b. Sebagai masukan bagi penulis untuk memahami lebih

mendalam tentang asuhan perawatan klien dengan diabetes

mellitus dan ulkus.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber informasi bagi institusi dalam meningkatkan mutu

pendidikan serta dapat menciptakan efisiensi dalam membaca

perkembangan dan kemajuan asuhan keperawatan serta

menambah literatur kepustakaan tentang gangguan diabetes

mellitus dan ulkus.

3. Bagi Instansi Rumah Sakit

Dapat memberikan masukan bagi perawat pelaksana di BPRSUD

Labuang Baji Makassar dalam rangka membagi kebijaksanaan

untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya kasus

diabetes miellitus + ulkus.

4
4. Terhadap Pasien dan Keluarga

Dapat mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi dengan

memberikan informasi dan dapat mengatasinya sesuai dengan

tindakan asuhan keperawatan.

D. Metode dan Teknik Penulisan

1. Tempat dam Waktu

Ruang perawatan Baji pamai I BPRSUD Labuang Baji Makassar

tanggal 3 5 oktober 2007.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan karya tulis ini metode yang digunakan dalam

mengumpulan data adalah sebagai berikut :

a. Studi Kasus

Penulis mempelajari kasus klien secara langsung dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri

dari pengkajian data, penetapan diagnosa keperawatan,

penyusunan rencana keperawatan, pelaksanaan tindakan

keperawatan dan evaluasi keperawatan. Adapun teknik yang

digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1) Wawancara

Melakukan tanya jawab secara langsung dengan klien,

keluarga, perawat, ataupun pihak-pihak lain yang dapat

membantu dalam mengumpulkan informasi yang

diperlukan.

5
2) Observasi

Mengamati secara langsung dengan mengikuti

perkembangan klien selama pelaksanaan asuhan

keperawatan.

3) Pemeriksaan Fisik

Dilakukan dengan menggunakan teknik inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi.

b. Studi Kepustakaan

Melalui metode ini penulis mempelajari literatur-literatur yang

berkaitan dengan isi studi kasus ini.

c. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data melalui catatan atau hasil pemeriksaan

yang ada pada catatan medik rumah sakit termasuk tes

diagnostik.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medik

1. Pengertian

Diabetes mellitus adalah merupakan sekelompok kelainan

heterogen yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam

darah atau Hiperglikemi (Brunner dan Suddarth, 2002).

Dari uraian diatas maka Diabetes Mellitus digolongkan

menjadi:

a. Diabetes Mellitus tipe I

Adalah penyakit hiperglikemi akibat ketiadaan absolute insulin.

Penyakit ini disebut Insulin Dependen Diabetes Mellitus

(IDDM). Pengidap penyakit ini harus mendapat insulin. DM tipe

I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia

kurang dari 30 tahun.

b. Diabetes Mellitus tipe II

Adalah penyakit hiperglikemia akibat insentivitas sel terhadap

insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada

dalam rentang normal karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-

sel beta pangkreas, maka dianggap Non Insulin Diabetes

Mellitus (NIDDM).

7
c. Diabetes Gestasional

Adalah Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang

sebelumnya tidak mengidap Diabetes, sekitar 50% wanita

mengidap kelainan ini akan kembali kestatus Non Diabetes

setelah kehamilan berakhir. Namun, resiko Diabetes tipe II

pada waktu mendatang lebih besar dari pada normal. Maka

dianggap sebagai Gestasional Diabetes Mellitus (GDM).

2. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1. Anatomi Pankreas

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda strukturnya

sangat mirip kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm mulai dari

duodenum seperti limpa terdiri atas 3 bagian :

a. Kepala pankreas yang paling lebar dan terketat di sebelah

kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan abdomen.

8
b. Badan pankreas merupakan bagian terutama pada organ itu

letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra lumbal

pertama.

c. Ekor pankreas adalah bagian yang runcing di sebelah kiri dan

yang sebenarnya menyentuh limpa.

Pankreas mempunyai 1 2 juta pulau langerhans hanya

berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah

kapiler. Pulau langerhans mengandung tiga jenis utama, sel alpa

yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel, terletak terutama

ditengah di setiap pulau langerhans dan mensekresikan insulin.

Sel beta yang mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel,

mensekresikan glukogen sel beta yang merupakan 16 % dari sel

mensekresikan somatostatin.

Kelenjar Pangkreas mengatur metabolisme glukosa dalam

tubuh melalui hormon-hormon yang disekresikan oleh sel-sel beta

langerhans Hormon ini dapat disekresikan sebagai hormon yang

menurunkan kadar glukosa darah yaitu insulin yang dihasilkan oleh

sel-sel beta pulau lengerhans. Hormon yang disekresikan oleh sel-

sel alfa yang meningkatkan kadar glukosa darah yaitu glikogen,

meskipun terdapat beberapa macam hormon yang disekresikan

oleh kelenjar-kelenjar lain yang dapat meningkatkan kadar glukosa

darah. Insulin merupakan hormon untuk menyimpan kalori.

9
Apabila seseorang makan dengan kadar glukosa tinggi maka

sekresi insulin akan meningkat dan menggerakkan glukosa

kedalam sel-sel otot, hati, serta lemak. Dalam sel-sel tersebut

insulin menimbulkan efek berikut ini:

a. Menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot (dalam

bentuk glukogen).

b. Meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam

jaringan adipose.

c. Mempercepat pengangkutan asam-asam amino (yang berasal

dari rantai makanan) kedalam sel.

d. Menghambat pemecahan glukosa, protein dan lemak yang

disimpan.

Selama puasa (antara jam-jam makan dan pada saat tidur

malam) pankreas akan melepaskan secara terus menerus

sejumlah kecil insulin dan glikogen secara bersama-sama

mempertahankan kadar glukosa yang konstan dalam darah

dengan menstimulasi pelepasan glukosa dari hati.

3. Etiologi

Etiologi diabetes mellitus ada bermacam-macam, meskipun

berbagai lesi dengan jenis yang berbeda akhirnya akan mengarah

pada insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya

memegang peranan penting pada mayoritas penderita diabetes

mellitus.

10
Diabetes mellitus tergantung insulin (insulin dependent

diabetes mellitus) ditandai oleh penghancuran sel-sel beta

pankreas, kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin pula

lengkungan (misalnya infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan

destruksi sel beta.

Pada faktor genetik penderita diabetes mellitus tidak hanya

mewarisi diabetes mellitus type I tetapi mewarisi suatu predisposisi

atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes mellitus

type I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang

memiliki type antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.

HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas

antigen-antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

Pada faktor imunologi diabetes mellitus type I terdapat bukti

adanya suatu respon otoimun. Respon ini merupakan respon

abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh

dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Oto antibodi

terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen terdeteksi

pada saat diagnosis dibuat dan beberapa tahun sebelum timbulnya

tanda-tanda klinis diabetes melitus type 1.

Pada faktor lingkungan penderita diabetes melitus type 1

sedang dilakukan penyelidikan terhadap faktor-faktor eksternal

yang dapat memicu destruksi sel beta sebagai contoh penyelidikan

11
yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu

proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

4. Insiden

Tingkat prevalensi diabetes melitus sangat tinggi, merupakan

penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12 juta orang. 7 juta

dari 12 juta penderita diabetes tersebut sudah terdiagnosis,

sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika Serikat kurang lebih 650.000

kasus diabetes melitus baru di diagnosis setiap tahunnya.

Tujuh puluh lima persen penderita diabetes melitus akhirnya

meninggal karena penyakit vaskular. Serangan jantung, gagal

ginjal, stroke dan gangren adalah komplikasi yang paling utama,

selain itu kematian fetus intrauterin pada ibu-ibu yang menderita

diabetes tidak terkontrol juga meningkat.

Menurut peneliti epidemiologi yang sampai saat ini

dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes di Indonesia

berkisar antara 1,4 dan 1,6 %. Diduga dalam jangka waktu 30

tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar 40 % dengan

peningkatan jumlah kasus diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86-

138%.

5. Patofisiologi

Diabetes tipe I terjadi karena ketidakmampuan pankreas

untuk menghasilkan insulin, karena sel-sel beta pankreas telah di

hancurkan oleh proses autoimun hiperglikemia puasa terjadi akibat

12
produksi glukosa yang tidak terukur oleh oleh hati. Di samping itu

glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat di simpan dalam

hati meskipun tetap berada dalam dalam darah dan menimbulkan

hiperglikemia post prandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi ginjal

tidak dapat menyimpan kembali semua glukosa yang tersaring

keluar akibatnya glukosa tersebut diekresikan ke dalam

urine(glukosurya). Eksresi ini akan di sertai pengeluaran cairan

elektrolit yang berlebihan keadaan ini di namakan diurosis osmotik

sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan pasien akan

mengalami peningkatan dalam berkemih (polyuria) dan rasa haus

(polydipsia).

Defesiensi insulin juga menggangu metabolisme protein dan

lemak yang menyebabkan penurunan berat badan bagi pasien

akibat dari penurunan berat badan maka pasien akan mengalami

peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan

kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam

keadaan normal insulin mengendalikan glikogenesis (pemecahan

glukosa yang di simpan) dan glukoneogenesis (pembentukan

glukosa baru atau asam-asam amino serta substansi lain). Namun

pada penderita defisiensi insulin proses ini akan terjadi hambatan

dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia di samping itu

akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan

13
produksi badan keton yang merupakan keseimbangan asam basa

tubuh apabila jumlahnya berlebihan.

Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat

menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti abdomen, mual,

muntah, hiperventilasi, nafas berbau asetan bila tidak ditangani

akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.

Pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai

kebutuhan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut

dapat mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan

latihannya di sertai pemantauan glukosa darah yang sering

merupakan kemampuan terapi yang penting.

6. Manifestasi Klinik

Diabetes mellitus umumnya akan diperkirakan dengan

adanya gejala khas diabetes mellitus berupa poliuri, polidipsi,

polifagi, lemas dan berat badan menurun. Gejala lain yang

mungkin ditemukan pada penderita adalah :

a. Kelainan kulit: gatal, bisul-bisul

b. Kelainan genikologis: flour albus/ keputihan

c. Kesemutan

d. Mata kabur

e. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh

f. Infeksi saluran kemih

14
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah lipatan

kulit antara lain ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat

tumbuhnya jamur. Pada wanita keputihan merupakan salah satu

keluhan yang sering menyebabkan penderita datang ke dokter ahli

kebidanan dan sesudah diperiksa lebih lanjut ternyata diabetes

mellitus menjadi latar belakang keluhan tersebut.

Pada penderita laki-laki terkadang keluhan impotensi, ia

datang berobat ke dokter. Adapun keluhan mata kabur bisa

disebabkan oleh katarak, ataupun gangguan refraksi akibat

perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium

1. Adanya glukosa dalam urine dapat di periksa dengan cara

benedit (reduksi), yang khas untuk glukosa, karena dampak

positif diabetes.

2. Diagnostik lebih pasti adalah dengan pemeriksaan kadar

glukosa dalam darah dengan cara hegetroton janson

(reduksi). Nilai diagnostic untuk DMTI dan DMTTI sebagai

berikut (kriteria WHO) :

a) Gula darah sewaktu di atas 200mg/dl.

b) Gula darah puasa di atas 140mg/dl.

c) Gula darah 2 jam PP diatas 200mg/dl.

b. Pemeriksaan penunjang tambahan (Engran, 1999): EKG,USG.

15
8. Penatalaksanaan Medik

Pengobatan Diabetes Mellitus diarahkan untuk

menghilangkan keluhan atau gejala dan mencegah komplikasi baik

makroangiopati, mikroangiopati, maupun neuropati. Adapun cara

menormalkan kadar glukosa lipid insulin yaitu dengan cara

mengatur nutrisi sesuai dengan kebutuhan kalori serta melakukan

latihan jasmani secara teratur.

Menurut (Noer, 1997) kriteria pengendalian DM dapat

digolongkan sebagai berikut :

Tabel 2.1. Tabel Pengendalian Diabetes Mellitus

No. Kriteria Pengendalian DM Baik Sedang Buruk


1. Glukosa darah (plasma vena) mg/dl
- Puasa 80 -120 120-140 140
- PP 2 jam 80 -160 160-200 200
2. Hb A 10% 4-6 6-8 8
3. Kol Total HDl mg/dl 200 200-400 240
4. Kol HDL mg/dl 40 35 35
5. Trigkiserid mg/dl
- Tanpa BJK 200 200 400
- Dengan BJK 150 200-399 400
6. BMI = IMT
- Wanita 19-23 23-25 25
- Pria 20-25 25-27 27
7. Tekanan Darah 140/90 160/95
Sumber : Noer, 1997

16
Prinsip dasar untuk penyembuhan DM adalah perencanan

makanan/diet, olah raga, obat-obatan dan penyuluhan (Brunner &

Sudart, 1999).

a. Perencanaan Makanan / Diet

Menurut (Noer 1997) mengatakan bahwa pada dasarnya

kebutuhan kalori pada diabetes tidak berbeda dengan non

diabetes yaitu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk aktifitas

secara fisik maupun psikis, dan untuk mempertahankan berat

badan supaya mencapai dan mempertahankan lipid kadar

yang optimal, mencegah komplikasi akut dan kronk,

meningkatkan kualitas hidup.

Untuk mengetahui berat badan ideal seseorang

dipergunakan rumus :

Berat badan ideal = (tinggi badan cm 100) x 1 kg atau

Berat badan ideal = (tinggi badan cm 100) - 10%.

b. Olahraga / Latihan Jasmani

Sudah diketahui sejak lama bahwa olahraga menimbulkan

penurunan kadar gula darah yang disebabkan karena

peninggian normal maupun penderita DM yang ringan. Tetapi

apabila kadar gula tinggi dan ada ketoasidosis olahraga

sebaliknya akan menyebabkan keadaan diabetes lebih parah,

gula dan keonemia. Karena peningkatan glukogenesis dan

ketogenesis dalam hepar. Kesemuanya itu tidak akan terjadi

17
bila olahraga diberikan regular insulin sub kutan 1/3 dosis

dalam 1 jam sebelum olahraga dimulai. Kadar darah akan

turun pada saat berolahraga.

c. Obat-obat (hiper/hipoglikemia)

1) Indikasi Pengobatan Insulin

Semua penderita DM (DMTI dan DMTTI) dari setiap

umur baik dalam keadaan ketoasidosis/pernah masuk

kedalam kateodosis dan juvenile diabetes. Disamping itu

indikasi pengobatan dengan insulin adalah penderita-

penderita yang kurus bila dengan oral tak berhasil,

kehamilan, bila ada komplikasa mikroangiopati dan pada

sirosishepatik lebih baik digunakan insulin meskipun obat

oral bukan kontra indikasi.

Dari sekian banyak jenis insulin untuk praktisnya

hanya 3 jenis menurut cara kerjanya yakni : Regular

insulin (RI, Crystal LineInsulin) masa kerja 2 - 4 jam, NPH

dengan masa 6 12 jam dan Protomine Zine Insulin (PZI),

ultra lente masa kerja 18 24 jam (Brunner & Suddarth,

1997).

2) Cara Kerja Insulin

Insulin bbekerja dengan menurunkan kadar gula darah

keseluruhan, metabolisme lemak dan meningkatkan

sintesa protein. Insulin menurunkan kadar guladarah

18
secara langsung menghambat glukogenesis, mencegah

tambahan glukosa lebih jauh yang sebelumnya

berkelebihan dalam cairan ekstra seluler.

Insulin dengan cepat menghentikan suplay asam

lemak bebas berasal dari jaringan adipose. Insulin

menekan metabolisme lemak dengan cara meningaktkan

lipogenesis. Insulin meningkatkan sintesa protein dengan

cara penggabungan asam amino menjadi protein insulin

memulihkan protein seluler.

3) Tujuan Pemberian Insulin

Untuk mencegah agar insulin dalam glukosa darah

seimbang tidak berlebihan.

4) Cara Pemberian Insulin

Untuk regulasi cepat sebaiknya penderita dirawat

setelah diberikan insulin posisi rendah (8 20)

disesuaikan dengan reduksi urine dan glukosa darah.

selalu dimulai regular insulin, diberikan sehari 3 kali

(misalnya 3x8 unit) yang disuntikkan sub kutan jam

sebelum makan pagi.

Jika pada control ternyata masih kurang dosis

dinaikkan sebnyak 4 unit per setiap kali suntikan setelah

keadaan stabil, RI dapat diganti dengan insulin kerja

19
sedang atau lama PZI disuntikkan jam sebelum makan

pagi dengan dosis.

Gambar 2.2. Skema Pengolahan Diabetes Mellitus

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien

20
agar dapat mengidentfikasi mengenai masalah-masalah

kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental,

sosial dan lingkungan (Nasrul Efendy, 1995).

Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui

wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik,

pemeriksaan laboratorium diagnostik, serta review catatan.

Adapun pengkajian menurut Roberth Priharjo, 1996 meliputi:

a. Biodata

b. Riwayat kesehatan

c. Genogram tiga generasi

d. Pola kegiatan sehari-hari

e. Aspek psikososial meliputi:

1) Pola pikir dan persepsi

2) Persepsi sendiri

3) Suasana hati

4) Hubungan/komunikasi

5) Hubungan seksual

6) Pertahanan koping

Hal-hal yang perlu dikaji dengan pasien diabetes meliputi :

a. Aktifitas / istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot,

tonus otot menurun, gangguan tidur atau istirahat

21
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat

atau aktivitas, letargi / disorientasi, penurunan

kekuatan otot

b. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut klaudikasi,

kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus

pada kaki, penyembuhan lama.

Tanda : Takikardia, perubahan tekanan darah postural

hipertensi, nadi yang menurun / tidak ada,

disritmia krekels, kulit panas,kering dan

kemerahaan, bola mata cekung

c. Integritas ego

Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah

finansial yang berhubungan dengan kondisi.

Tanda : Ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih, nokturia, rasa nyeri

atau terbakar, kesulitan berkemih, ISK baru /

berulang, nyeri tekan abdomen, diare.

Tanda : Urine encer, pucat kuning, poliuri (dapat

berkembang menjadi oliguria / anuria jika terjadi

hipovolemia berat), urine berkaut, bau busuk,

22
abdomen keras,adanya asites, bising usus

lemah dan menurun, hiperaktif (diare).

. Makanan / cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, tidak

mengikut diet, peningkatan masukan glukosa /

karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari

periode beberapa hari / minggu, haus.

f. Neurosensori

Gejala : Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas

kelemahan pada otot, perestesia, gangguan

penglihatan.

Tanda : Disorientasi, mengsntuk, letorgi, stupor, (tahap

lanjut), gangguan memori, (baru, masalalu),

kacau mental, refleks tendon dalam (RTD)

menurun, aktivitas kejang tahap lanjut dari DKA.

g. Nyeri

Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat).

Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak

sangat berhati-hati.

h. Pernapasan

23
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan /

tanpa sputum purulem (tergantung adanya

infeksi/tidak)

Tanda : Lapar udara, batuk dengan / tanpa sputum

purulen (infeksi), frekuensi pernapasan

. Keamanan

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi / ulserasi,

menurunnya kekuatan umum / rentang gerak,

parestesia, paralysis otot termasuk otot otot

pernapasan.

24
2. Dampak Penyimpangan KDM
Potensi & gangguan
sekresi insulin

Tidak ada ikatan antara insulin dengan Polidipsi, Pilopagia, Poliuria


Kurang informasi/pembelajaran
reseptor pada permukaan sel
Problem media primer berupa
Salah intepretasi informasi Tidak ada rangkaian reaksi dalam gangguan keseimbangan
metabolisme glukosa dalam sel pemberian insulin, makan dibatasi
Tidak mengenal sumber informasi dan aktivitas tidak terkontrol
Tidak ada stimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan Peningkatan kadar hormone stres
Kurang pengetahuan
Hiperglikemia (DM tipe II) Epinefrin, kortisol dan hormone
pertumbuhan meningkat
Komplikasi DM Syndrom hiperglikemik hiperosmoler
Penurunan energi metabolik
Mikro/makroangiopati Diuresis osmotik
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Penebalan kapiler arteriola Neuropati Asupan cairan tidak adekuat
Gangguan metabolisme & lemak
Penurunan sensitifitas Cairan kurang dari
Mikroaneurisme
perifer kebutuhan tubuh Penggunaan cadangan
Pembentukan jaringan parut lemak & protein tubuh
Mudah luka
Gangguan fungsi penglihatan Penurunan tonus otot Pembentukan ATP menurun
Resiko tinggi ganguan
Integritas kulit
Intoleransi aktivitas Penurunan BB/keheksia
Resiko cedera
Kelemahan tubuh
3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien diabetes

mellitus adalah :

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis

ostomik.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakcukupan insulin.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan,

perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan

sensasi.

d. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa

tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi.

e. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perceptual

berhubungan dengan kimia endogen, ketidakseimbangan

glukosa, insulin dan elektrolit.

f. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi

metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin,

peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolik.

g. Keterbatasan imobilitas fisik berhubungan dengan penyakit

jangka panjang progresif yang tidak dapat terobati,

ketergantungan pada orang lain.

h. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang mengingat


kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber

informasi.

4. Rencana Intervensi Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis

ostomik.

Tujuan : Klien akan mendemonstrasikan hidrasi adekuat

dibuktikan oleh tanda vital stabil,nadi perifer

dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler

baik, kluaran urine tepat secara individu dan

kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

a) Dapatkan riwayat klien / orang terdekat sehubungan

dengan intensitas dari gejala seperti muntah,

pengeluaran urine yang sangat berlebihan.

Rasional : Membantu dalam memperkirakan

kekurangan volume total, tanda tanda dan

gejala mungkin sudah ada pada beberapa

waktu sebelumnya. Adanya proses infeksi

mengakibatkan demam dan keadaan

hipermetabolik yang meningkat kehilangan

air tidak kasat mata.


b) Pantau tanda tanda vital, catat adanya perubahan

tekanan darah ortostatik.

Rasional : Hipovolume dapat dimanifestasikan oleh

hipotensi dan takikardi. Perkiraan berat

ringannya hipovolume dapat dibuat ketika

tekanan darah sistolik pasien turun lebih

dari 10 mmHg dari posisi terbaring ke posisi

duduk / berdiri.

c) Monitor pola nafas seperti adanya pernapasan kusmoul

atau pernapasan yang berbau keton.

Rasional : Paru paru mengeluarkan asam karbonat

melalui pernapasan yang menghasilkan

kompensasi alkalosis. Pernapasan yang

berbau aseton berhubungan pemecahan

asam aseto asetat.

d) Observasi suhu, warna kulit, atau kelembabannya.

Rasional : Meskipun demam, menggigil dan diaforesis

merupakan hal umum terjadi pada proses

infeksi, demam dengan kulit yang

kemerahan, kering mungkin sebagai

cerminan dari dehidrasi.


e) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan

membran mukosa.

Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi,

atau volume sirkulasi yang adekuat.

f) Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis

urine.

Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan

cairan pengganti, fungsi ginjal, dan

keefektifan dari terapi yang diberikan.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakcukupan insulin

1) Tujuan : Klien akan menunjukan tinggkat energi biasanya,

klien dapat mempertahankan berat badan stabil

atau penambahan kearah rentang biasanya yang

diinginkan dengan nilai laboratorium normal.

2) Intervensi :

a) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan

indikasi.

Rasional : Pemasukan makan yang adekuat (termasuk

absorbsi dan utilasasinya).


b) Tentukan program diet dan pola makan klien dan

bandingkan dengan makananyang akan dihabiskan

oleh klien.

Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan

penyimpanan dari kebutuhan terapeutik.

c) Identfikasi makanan cair yang disukai / dikehendaki

termasuk kebutuhan etnik / kultural.

Rasonal : Jika makan yang disukai klien, dapat

dimasukan dalam pencernaan makanan,

kerja sama ini dapat diupayakan setelah

pulang.

d) Libatkan keluarga klien pada prencanaan makan, ini

sesuai dengan indikasi.

Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatan, pemberian

informasi pada keluarga untuk memahami

kebutuhan nutrisi klien.

e) Observasi tanda tanda hipoglikemia, seperti

perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab dingin,

denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit

kepala, pusing, sempoyongan.

Rasional : Karena metabolisme karbohidrat mulai

terjadi (gula darah akan berkurang) dan

sementara tetap diberikan insulin, maka


hipoglekemia dapat terjadi. Jika klien dalam

keadaan koma, hipoglikemia mungkin akan

terjadi tanpa memperhatikan perubahan

tingkat kesadaran.

f) Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa

darah, aceton, pH dan HCO3.

Rasional : Gula darah akan menurun perlahan dengan

pergantian cairan dan terapi insulin

terkontrol. Dengan pemberian insulin dosis

optimal, glukosa kemdudian dapat masuk

kedalam sel dan digunakan untuk sunber

kalori. Jika hal ni terjadi, kadar aseton akan

menurun dan asidosis dapat dikoreksi.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan,

perubahan status metabolik, kerusakan sirkulasi dan

penurunan sensasi

1) Tujuan :

a) Klien akan memperlihatkan perbaikan status metabolik

yang dibuktikan oleh gula darah dalam batas normal

dalam 36 jam.

b) Bebas dari drainase purulen dalam 48 jam.

c) Menunjukan tanda-tanda penyembuhan dengan tepi

luka bersih dalam 60 jam.


2) Intervensi :

a) Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk.

Rasional : Mengidentifikasi patogen dan terapi pilihan

b) Ganti perban setiap hari.

Rasional : Untuk mempercepat penyembuhan luka

c) Terapkan tehnik aseptik.

Rasional : Untuk mencegah infasi kuman

d) Kaji area luka setiap kali mengganti perban.

Rasional : Memberi informasi tentang efektifitas

terapi dan mengidentifikas kebutuhan

kebutuhan tambahan.

e) Pijit area sekitar sisi luka.

Rasional : Merangsang sirkulasi dan mengalirkan sel

darah putih, fibroblas dan nutrisi yang di

butuhkan untuk penyembuhan dan

membuang debris yang terfagositasi.

f) Balut luka dengan kasa steril.

Rasional : Menjaga kebersihan luka / meminimalkan

kontaminasi silang.

g) Memberikan pengobatan insulin secara teratur.

Rasional : Mengobati disfungsi metabolik,

menurunkan hiperglikemia dan

meningkatkan penyembuhan.
d. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa

tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi.

1) Tujuan : Klien akan mendemonstrasikan tehnik,

perubahan gaya hidup untuk mencegah

terjadinya infeksi.

2) Intervensi :

a) Observasi tanda tanda infeksi dan peradangan,

seperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka,

sputum purulen, urine berwarna keruh.

Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi

yang biasanya mungkin telah

mencestuskan keadaan ketoasidosis atau

dapat mengalami infeksi nosokomial.

b) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan

cuci tangan yang baik pada semua orang yang

berhubungan dengan klien termasuk kliennya sendiri.

Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi

nosokomal).

c) Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur infasif

(seperti pemasangan infus, pemberian obat intravena

sesuai indikasi).
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah

akan menjadi media terbaik bagi

pertumbuhan kuman.

d) Berikan perawatan kulit yang teratur dan sungguh

sungguh, massage daerah tulang yang tertekan, jaga

kulit tetap kering dan kencang (tidak berkerut).

Rasional : Sirkulasi perifer bisa tergganggu yang

menempatkan klien pada peningkatan

resiko terjadinya kerusakan pada kulit /

iritasi kulit dan infeksi.

e) Bantu klien untuk melakukan hygiene oral.

Rasional : Menurunkan resiko terjadinya penyakit

mulut / gusi.

e. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perceptual

berhubungan dengan kimia endogen, ketidakseimbangan

glukosa, insulin dan elektrolit.

1) Tujuan : Klien akan mempertahankan tingkat mental

biasanya dapat mengenali dan adanya

kerusakan sensori.

2) Intervensi :

a) Pantau tanda tanda vital dan status mental.

Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan

temuan abnormal sebagai suhu yang


meningkat dapat mempengaruhi fungsi

mental.

b) Panggil klien dengan nama, orientasi kembali sesuai

dengan kebutuhannya, misalnya terhadap tempat

orang dan waktu. Beri penjelasan yang singkat

dengan bicara perlahan dan jelas.

Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu

untuk mempertahankan kontak dengan

realitas.

c) Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak

mengganggu waktu istirahat klien.

Rasional : Meningkatkan tidur menurunkan rasa letih

dan dapat meperbaiki daya pikir.

d) Evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai indikasi.

Rasional : Edema / lepasnya retina, homoragik,

katarak atau paralisis otot ekstra okuler

sementara mengganggu penglihatan yang

memerlukan terapi korektif dan perawatan

penyokang.

e) Selidiki adanya ganngguan perestesi, nyeri atau

kehilangan sensori pada paha atau kaki. Lihat

adanya ulkus, daerah kemerahan, daerah tertekan

dan kehilangan denyut nadi perifer.


Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan

rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan

sensasi sentuhan / distori yang

mempunyai resiko tinggi terhadap

kerusakan kulit dan gangguan

keseimbangan.

f. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi

metabolik, perubahan kimia darah, insufisiensi insulin,

peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolik.

1) Tujuan : Klien dapat mengungkapkan tingkat energi

menunjukan adanya perbaikan kemampuan

untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang

diinginkan.

2) Intervensi :

a) Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktifitas. Buat

jadwal perencanaan dengan klien dan identifikas yang

menimbulkan kelelahan.

Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi

untuk meningkatkan tingkat aktivitas

meskipun klien masih lemah.

b) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat

yang cukup / tanpa diganggu.

Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan


c) Pantau nadi, frekwensi pernapasan dan tekanan darah

sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.

Rasional : Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang

dapat di toleransi secara fisiologi.

d) Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi,

berpindah tempat dan sebagainya.

Rasional : Klien akan melakukan lebih banyak

kegiatan dengan menurunkan kebutuhan

akan energi pada setiap kebutuhan.

e) Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas

sehari- hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.

Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri / harga diri

yang positif sesuai tingkat aktivitas yang

dapat di toleransi klien.

g. Keterbatasan imobilitas fisik berhubungan dengan penyakit

jangka panjang progresif yang tidak dapat terobati,

ketergantungan pada orang lain.

1) Tujuan : Klien dapat mengetahui perasaan putus asa,

mengidentifikasi cara cara sehat untuk

menghadapi perasaan, dapat membantu dalam

merencanakan perawatannya secara sendiri

untuk aktivitas perawatan diri.


2) Intervensi :

a) Anjurkan klien/keluarga untuk mengekspresikan

perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan

penyakit secara keseluruhan.

Rasional : Mengidentifikasi areal perhatiannya dan

memudahkan cara pemecahan masalah.

b) Kaji bagaimana klien telah menangani masalahnya

dimasa lalu.

Rasional : Pengetahuan gaya individu membantu

untuk menemukan kebutuhan terhadap

tujuan penanganan.

c) Beri kesempatan pada keluarga untuk

mengekspresikan perhatiannya dan diskusikan cara

mereka dapat membantu sepunuhnya terhadap klien.

Rasional : Meningkatkan perasaan dan memberikan

kesempatan pada keluarga untuk

memecahkan masalah, untuk membantu

mencegah kambuhnya penyakit pada

klien.

d) Tentukan tujuan / harapan dari klien atau keluarga.

Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya

tekanan dari orang lain atau diri sendiri

dapat mengakibatkan perasaan frustasi /


kehilangan kontrol diri dan mungkin

mengganggu kemampuan koping.

h. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang

mengingat kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal

sumber informasi.

1) Tujuan : Klien dapat mengungkapkan pemahaman

tentang penyakitnya, dapat melakukan

perubahan gaya hidup dan berpartisipasi

dalam program pengobatan.

2) Intervensi :

a) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan

makanan tinggi serat dan cara makan di luar rumah.

Rasional : Kesadaran tentang pentingya kontrol diet

untuk membantu klien dalam

merencanakan makan / mentaati program.

Serat dapat memperlambat absorbsi

glukosa yang akan menurun fluktuasi gula

dalam darah, tetapi dapat menyebabkan

ketidaknyamanan pada salauran cerna,

platus meningkat dan mempengaruhi

absorbsi vitamin dan mineral


b) Tinjau ulang program pengobatan meliputi awitan,

puncak dan lamanya dosis insulin yang diresepkan bila

disesuaikan dengan pasien.

Rasional : Pemahaman tentang semua aspek untuk

meningkatkan penggunaan obat yang

tepat. Algoritme dosis dibuat, yang dalam

perhitungan dosis obat yang dibuat

selama evaluasi rawat inap sama dengan

jumlah dan jadwal aktivitas fisik biasanya,

perencanaan makan dengan melibatkan

orang terdekat / sumber untuk pasien.

c) Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan

gula darah setiap hari, waktu dan dosis obat, diet,

aktivitas, perasaan/sensasi dan peristiwa dalam hidup.

Rasional : Membantu dalam menciptakan gambaran

nyata dari keadaan klien untuk melakukan

kontrol penyakitnya dengan baik dan

meningkatkan perawatan diri /

kemandiriannya.

d) Buat jadwal latihan / aktivitas yang teratur dan

identifikasi hubungan dengan penggunaan insulin yang

perlu menjadi perhatian.


Rasional : Waktu latihan tidak boleh bersamaan

waktunya dengan kerja puncak insulin

makan kudapan harus diberikan sebelum

atau selama latihan sesuai kebutuhan dan

rotasi injeksi. Harus menghindari

kelompok otot yang akan digunakan untuk

aktivitas (misalnya daerah abdomen lebih

dipilih daripada paha atau lengan sebelum

melakukan joging atau berenang) untuk

mencegah percepatan ambilan insulin.


BAB III

TINJAUAN KASUS

I. Biodata

A. Identitas Klien

1. Nama Klien : Ny R

2. Umur : 35 tahun

3. Jenis Kelamin : Wanita

4. Agama : Islam

5. Suku/bangsa : Makassar/Indonesia

6. Status Pernikahan : Kawin

7. Pekerjaan : IRT

8. NO. MR : 12 36 11

9. Tgl. Masuk RS : 21 September 2007

10. Tanggal Pengkajian : 03 Oktober 2007

11. Dx Medis : Diabetes Militus + Ulkus

12. Alamat : Jl. Bulekang Gowa

B. Penanggung Jawab

1. Nama : Tn B

2. Umur : 38 tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Pekerjaan : Petani

5. Hubungan dengan klien : Suami klien


II. Keluhan Utama

Alasan kunjungan / keluhan utama : Nyeri.

Klien masuk RS pada tanggal 21 september 2007 dengan

keluhan nyeri pada kaki kanannya. Keluhan dirasakan klien sejak

kurang lebih 1 (satu) minggu sebelum masuk RS. Klien mengeluh

terdapat luka kecil pada kaki kanannya disertai nyeri yang hebat

(skala 9). Nyeri yang dirasakan bersifat hilang timbul, dirasakan

bertambah apabila klien beraktifitas dan berkurang pada saat klien

beristirahat. Keluhan yang dirasakan klien terjadi secara bertahap dan

untuk mengatasinya klien bersama keluarganya datang ke RS untuk

mendapat pengobatan.

III. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang :

Saat ini klien mengatakan terdapat luka pada kaki kanannya

dengan nyeri yang dirasakan berada pada skala sedang (skala 4)

dan sifatnya hilang timbul. Nyeri dirasakan bertambah saat

beraktivitas dan saat dilakukan perawatan luka, tampak luka pada

kaki kanan klien. Klien tampak sulit beraktivitas, pemenuhan

kebutuhannya dibantu oleh keluarga.

B. Riwayat Kesehatan Masa Lalu :

Klien mengatakan baru pertama kali dirawat di RS

sebelumnya klien tidak pernah menderita penyakit kronik lainnya


dan hanya mengalami penyakit ringan seperti influenza dan untuk

mengobatinya klien hanya membeli obat di warung seperti obat

Inza. Menurut klien tidak ada riwayat alergi terhadap makanan

ataupun obat-obatan tertentu.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Genogram 3 generasi

GI

62 58
G II
60

37 37 33
G III 44

35 38

15 13 8

Keterangan :

X : Meninggal

: Laki-laki

: Perempuan
: Klien

: Tinggal dirumah

GI : kakek dan nenek dari ayah dan ibu telah lama

meninggal karena faktor usia.

G II : kakek klien beserta ke 4 saudaranya telah meninggal

karena faktor usia, sedangkan 3 dari saudara ibu klien

meninggal karena faktor usia dan 3 lainnya meninggal

karena penyakit yang tidak diketahui. Ibu klien dan ke 3

saudaranya dalam keadaan sehat walafiat.

G III : 5 saudara klien telah meninggal karena penyakit yang

tidak diketahui klien. 4 saudara klien yang masih hidup

dalam keadaan sehat. Tidak ada riwayat penyakit

keturunan dalam keluarga klien.

IV. Riwayat Psikososial

A. Pola Konsep Diri

a. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan

ingin segera pulang kerumah untuk berkumpul

dengan keluarga terutama di saat lebaran

nanti.

b. Identitas diri : Klien mengatakan dirinya adalah anak ke 7

dari 10 bersaudara.

c. Harga diri : Klien merasa cukup terbebani dengan kondisi

yang dialaminya sekarang.


d. Peran diri : Klien berperan sebagai seorang ibu bagi

anak-anaknya dan istri bagi suaminya.

e. Gambaran diri : Klien mengatakan penyakit yang dialaminya

adalah cobaan dari Tuhan Yang Maha Esa.

B. Pola Kognitif

Klien mengatakan baru tahu tentang penyakit DM setelah di RS.

C. Pola Koping

Jika klien punya masalah klien berdiskusi dengan suami dan anak-

anak serta keluarganya.

D. Pola Interaksi

Klien dapat berinteraksi dengan keluarga, sesama klien, perawat,

dokter dan tim medis lainnya serta orang yang ada disekitarnya.

V. Riwayat Spiritual

Sebelum klien masuk rumah sakit klien taat beribadah yakni dengan

melaksanakan sholat 5 waktu. Klien juga selalu mendapat dukungan

dari keluarga dalam menjalankan ibadah, tidak ada ritual khusus yang

dilaksanakan klien.

VI. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Klien :

Penampilan klian sesuai dengan usianya, ekspresi wajah meringis

saat menggerakan kakinya dan saat dilakukan perawatan luka. TB

150 cm, BB 45 kg, klien tidak dapat berjalan dengan baik.


B. Vital Sign :

TD : 110/90 mmHg P : 18 x/mnt

S : 37 0C N : 80 x/mnt

C. Sistem Pernafasan

1. Hidung : Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak tampak

pernapasan cuping hidung, tidak tampak adanya

polip maupun sekret. Tidak ada epistaksis/mimisan,

dan tidak ada nyeri tekan pada hidung.

2. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat

tumor.

3. Dada : Bentuk dada normalchest, perbandingan ukuran

anterior posterior dengan transversal 1:2,

pergerakan mengikuti irama pernapasan.

D. Sistem Kardiovaskuler

Konjungtiva tidak anemia, bibir tidak sianosis. Ictus kordis tidak

tampak, teraba pada midklavikula sinistra ics 4 5, bunyi area

jantung pekak,. Bunyi jantung I pada ics 4 (lub), bunyi jantung II

pada ics 2 (dup) terdengar jelas dan murni.

E. Sistem Pencernaan

Sklera tidak ikterus, bibir agak kering, tidak ada labioskisis.

Mulut : tidak ada stomatitis, tidak ada palatoskisis, jumlah gigi :

3 2 1 2 2 1 2 3

3 2 1 2 2 1 2 3
Gaster : tidak kembung, tidak ada nyeri tekan, gerakan mengikuti

irama napas.

Abdomen : abdomen tampak datar, pergerakan mengikuti irama

napas, tidak ada nyeri tekan, bunyi peristaltik 10

kali/menit, hati tidak teraba.

Anus : tidak ada hemoroid.

F. Sistem Indra

1. Mata : pertumbuhan bulu mata merata, pertumbuhan alis

merata, tidak terdapat nyeri tekan pada kelopak

mata, tidak teraba adanya massa, lapang pandang

180.

2. Hidung : penciuman baik, klien dapat membedakan bau

minyak gosok dan minyak kayu putih, tidak ada nyeri

tekan, tidak ada mimisan, tidak teraba adanya

massa.

3. Telinga : keadaan daun telinga simetris kiri dan kanan, kanal

auditorius nampak bersih, tidak ada serumen, fungsi

pendengaran baik, klien dapat mendengar bunyi

detak jam.

G. Sistem Syaraf

1. Fungsi Cerebral

Orientasi baik yaitu klien dapat mengenal waktu, tempat dan

orang, daya ingat baik. Klien dapat mengingat kejadian masa


lalu. Perhatian dan perhitungan baik, klien dapat menghitung

angka dengan benar. Bahasa baik, klien dapat mengenal benda

dan mengikuti perintah yang diberikan. Kesadaran klien penuh

(compos mentis) :

Eyes : 4, Verbal : 5, Motorik : 6.

2. Fungsi Carnial

Nervus I (olfakforius) : Fungsi penciuman baik dimana klien

mampu membedakan bau balsem dan

bau minyak kayu putih.

Nervus II (optikus) : Fungsi penglihatan baik, lapang

pandang 1800 klien mampu melihat

objek di sekitarnya.

Nervus III (okulomotorius) IV (trakhealis) VI (abdusen) : Klien

dapat menggerakkan bola matanya ke

segala arah, reaksi pupil isokhor.

Nervus V (trigeminus) : Klien dapat merasakan sensasi panas

dan dingin.

Nervus VII (fasial) : Klien dapat menggerakan otot

wajahnya dengan baik.

Nervus VIII (vestibulokoklear) : Fungsi pendengaran baik, klien

mampu mendengar detak jarum jam.


Nervus IX (glosofaringeus) : Fungsi pengecapan baik, dimana

klien dapat membedakan rasa manis,

dan rasa pahit.

Nervus X (vagus) : Kemampuan menelan baik.

Nervus XI (aksesorius spinal) : klien dapat menangkat bahu dan

kepalanya.

Nervus XII (hipoglosus) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.

H. Sistem Muskuloskeletal

- Bentuk kepala mechochepal, klien mampu menggerakan

kepala ke kanan dan kekiri.

- Vertebra tidak skoliosis, lordosis maupun kiposis.

- Tidak pembengkakan pada lutut, tidak ada kekauan sendi.

- Terdapat luka pada punggung kaki kanan, kaki kanan sulit

digerakan, kemampuan berjalan terganggu oleh adanya luka.

- Tidak ada pembengkakan pada tangan, terpasang infus pada

tangan kanan, pergerakan baik.

I. Sistem Integumen

Rambut klien berwarnah hitam, tidak mudah tercabut. Warna kulit

sawo matang, turgor kulit baik. Warna kuku sesuai dengan warna

kulit, tidak mudah patah.


J. Sistem Endokrin

Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid, ada riwayat

poliuria, polidipsi, dan poliphagi, riwayat bekas air seni dikelilingi

semut.

K. Sistem Perkemihan

Oedema Palpera tidak ada, tidak terpasang kateter, tidak ada

riwayat noctura, dysuria, dan kencing batu. Penyakit hubungan

seksual tidak ada.

L. Sistem Reproduksi

Payudara simetris kiri dan kanan. Aerola mammae warna hitam

kecoklatan. Genitalia tidak dikaji karena pasien tidak bersedia,

siklus menstruasi teratur.

M. Sistem Imun

Tidak ada riwayat alergi (cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia).

Tidak ada riwayat transfusi.


6. Aktivitas sehari-hari

No. Jenis Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Nutrisi

- Selera makan Baik Baik

- Menu makanan Nasi, lauk, pauk, Bubur, sayur, telur.

sayur

- Pembatasan pola - Diet 1700 kkal

makan

- Cara makan Sendok Sendok

- Makanan pantang - Tinggi karbohidrat

2. Cairan

- Jenis minuman Air putih, teh Air putih

- Frekuensi 6 8 gelas 6 8 gelas

3. Eliminasi

BAB

- Tempat WC WC

- Frekuensi 1 2 x/hari 1 2 x /hari

- Konsistensi Lembek Lembek

BAK

- Tempat WC WC

- Frekuensi 5 6 x /hari 6 8 x/ hari

4. Istirahat/Tidur

- Jam tidur siang 13.00 14.30 13.00 15,00

- Jam tidur malam


- Kebiasaan sebelum 22.00 05.00 21.00 05.30

tidur Nonton TV -

5. Rokok/Alkohol & Obat-

obatan

- Rokok

- Alkohol - -

- Kopi - -

- Obat dari dokter - -

6. Aktivitas / Mobilitas Fisik - Ya


- Kegiatan

- Pengaturan jadwal - -
- Penggunaan alat bantu -
-
- Kesulitan pergerakan
- -
tubuh.

- Sulit menggerakan

kaki kanan.

VII. Tes Diagnostik

1. Kimia klinik tanggal 21 9 2007

- WBC : + 16,0 x 103 /l 5000-10.000 mm3

- RBC : 5,57 x 106 4,5 5,5 juta/mm3

- HCT : 45,0 % 40 48 %

2. Kimia klinik tanggal 24 09 2007


Normal

- Protein total 8,0 gr/100 l 6,6 - 8,7

- Albumin 3,7 gr/100 l 3,8 4,4

- Globulin 4,3 gr/100 l 2,8 4,3

- SGOT 18 l 0 38

- SGPT 17 l 0 41

- Ureum 34,4 mg/100 l 10 50

- Kreatinin 0,29 mg/100 l 0,0 1,1

- Cholesterol 103 mg/100 l 0 200

- HDL 35 mg/100 l 0 100

- LDL 61 mg/100 l 0 200

- Trigilserida 141 mg/100 l 0 200 mg/100 ml

- Glokusa puasa 145 71 110 mg/100 ml

- GDS

Pemeriksaan Tanggal Hasil Normal


GDS 21/09/2007 257 160 mg/100 ml

GDS 22/09/2007 272

GDS 26/09/2007 218

GDS 28/09/2007 204

GDS 01/10/2007 125

GDS 04/10/2007 141

VIII. Therapi

- Diet DM 1700 kkal/hari


- IVFD NaCL 0,9 % : 12 tts/menit

- Actrapid 10 10 10 unit

- Ciprofloxacin 500 mg 2 x 1

- Metronidasol 500 mg 3 x 1

- Neurodex 2 x 1

- Perawatan luka.

DATA FOKUS

( CP. 1A )
Nama klien : Ny. R Dx medik : DM + Ulkus

Umur : 35 tahun Ruangan : 205 (Baji Pamai I)

Jenis kelamin : Perempuan Tanggal : 03-05 / 10 /2007

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- Klien mengatakan terdapat luka - Nampak luka DM pada punggung

pada punggung kaki kanannya. kaki kanan klien.

- Klien mengatakan lukanya tidak - Ekspresi wajah meringis saat

sembuh-sembuh. dilakukan perawatan luka.

- Klien mengatakan nyeri yang - Klien sulit beraktivitas secara

dirasakan hilang timbul. mandiri.

- Klien mengatakan nyeri pada luka - Kebutuhan klien dibantu oleh

saat beraktivitas. perawat dan keluarga.

- Klien mengatakan nyeri pada luka - Ekspresi wajah meringis saat klien

saat dilakukan perawatan luka. melakukan aktivitas.

- Klien mengatakan setiap - Tampak adanya nanah/pus pada

kebutuhannya dibantu oleh luka.

keluarga. - Luas luka 2 x 2 cm.

- Klien mengatakan sulit

menggerakan kakinya.

- Klien mengatakan perbannya

kadang basah karena nanah / pus.

- Klien mengatakan nyeri pada area


luka dengan skala sedang (4).

- Klien mengatakan tidak dapat

beraktivitas secara mandiri.

- Klien mengatakan nyeri pada saat

beraktivitas.

ANALISA DATA

( CP. 1B )

Nama klien : Ny. R Dx medik : DM + Ulkus

Umur : 35 tahun Ruangan : 205 (Baji Pamai I)

Jenis kelamin : Perempuan Tanggal : 03-05 / 10 /2007

Data Etiologi Masalah


DS : Gangguan sekresi Kerusakan integritas
insulin jaringan
- Klien mengatakan terdapat

luka pada punggung kaki
Defisiensi insulin
kanannya.
Hiperglikemia
- Klien mengatakan lukanya

tidak sembuh-sembuh.
Sindrom hiperglikemik
DO :
Mikro/makroangiopati
- Nampak luka DM pada

punggung kaki kanan klien.
Neuropati
- Luas luka 2 x 2 cm
Sensibilitas menurun

Terjadi luka

Kerusakan integritas
jaringan

Luka pada kaki kiri Nyeri


DS :
menekan/merangsang
- Klien mengatakan nyeri pada
saraf perifer
luka saat beraktivitas.
Hipotalamus
- Klien mengatakan nyeri yang

dirasakan hilang timbul
Pelepasan mediator
dengan skala sedang (4). kimia (brodikinin,
Histamin,
- Klien mengatakan nyeri pada
prostaglandin )
luka saat dilakukan perawatan
Marangsang korteks
luka.
cerebri
DO :

- Ekspresi wajah meringis saat Nyeri

dilakukan perawatan luka.

- Ekspresi wajah meringis saat

klien melakukan aktivitas.

DS :

- Klien mengatakan
Gangguan metabolisme Keterbatasan
pergerakannya terbatas.
mobilitas fisik
- Klien mengatakan setiap Penggunaan cadangan
lemak & protein
kebutuhannya dibantu oleh

keluarga.
ATP berkurang
- Klien mengatakan sulit
Setiap kebutuhan
menggerakan kaki kanannya
dibantu
DO :

- Klien sulit beraktivitas secara Keterbatasan mobilitas
fisik
mandiri.

- Kebutuhan klien dibantu oleh

perawat dan keluarga.

- Ekspresi wajah meringis saat

klien melakukan aktivitas.


DS :

- Klien mengatakan terdapat

cairan / pus pada luka.


Defisit insulin
- Klien mengatakan verbannya

kadang basah karena
Peningkatan sintesis Resiko terjadinya
pus/nanah asam amino penyebaran infeksi.

DO :
Pemakaian cadangan
- Tampak adanya pus pada
protein tubuh meningkat
luka.
Penurunan
pembentukan limfosit
tubuh terhadap infeksi
menurun

Masuknya agen infeksi

Resiko terjadi
penyebaran infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN

( CP. 2 )

Nama klien : Ny. R Dx medik : DM + Ulkus

Umur : 35 tahun Ruangan : 205 (Baji Pamai I)

Jenis kelamin : Perempuan Tanggal : 03-05 / 10 /2007

Tanggal Tanggal
No Diagnosa Keperawatan
Ditemukan Teratasi
1. Kerusakan integritas jaringan b/d 03/10/2007

adanya ganggren ekstremitas.

2. Nyeri b/d iskhemik jaringan. 03/10/2007

3. Keterbatasan mobilitas fisik b/d rasa 03/10/2007


nyeri pada luka tusuk.

4. Resiko terjadinya penyebaran 03/10/2007

infeksi (sepsis) b/d agen fisik (luka

pada kaki)
INTERVENSI KEPERAWATAN

( CP. 3 )

Nama klien : Ny. R Dx medik : DM + Ulkus

Umur : 35 tahun Ruangan : 205 (Baji Pamai I)

Jenis kelamin : Perempuan Tanggal : 03-05 / 10 /2007

Perencanaan
Diagnosa dan Data
No
Penunjang Tujuan Intervensi Rasional
1. Kerusakan integritas jaringanTercapainya proses1. Kaji luas dan keadaan luka 1. Pengkajian yang tepat

b/d adanya ganggren padapenyembuhan luka serta proses penyembuhan terhadap luka dan proses

ekstrimitas ditandai dengan : dengan kriteria : penyembuhan akan

DS : - Berkurangnya membantu dalam

- Klien mengatakan ada luka oedema sekitar luka menentukan tindakan

pada punggung kaki kanan - Pus pada jaringan selanjutnya.

- Klien mengatakan lukanya berkurang 2. Ganti perban setiap hari 2. Mempercepat

tidak sembuh-sembuh penyembuhan luka


DO : 3. Rawat luka dengan baik dan 3. Merawat luka dengan

- Nampak luka DM pada benar : membersihkan luka tehnik septik dan aseptik

punggung kaki kanan dengan teknik menggunakan dapat mencegah

- Luas luka 2x2 cm larutan yang tidak iritatif, kontaminasi, luka dan

angkat sisa balutan yang larutan yang iritatif akan

menempel pada luka dan merusak jaringan granulas

nekrotomi. yang timbul, sisa balutan

jaringan nekrosis dapat

menghambat proses

granulasi.

4. Menjaga kebersihan luka

4. Balut luka dengan kasa 5. Insulin akan menurunan

steril. kadar gula darah.

5. Kolaborasi dengan tim medis 6. Kompleks karbohidrat

pemberian insulin. (seperti jagung, wortel,


6. Kolaborasi pemberian diet buncis, gandum)

sesuai intruksi dokter menurunkan kadar

glukosa.

1. Mengetahui berapa berat

Nyeri b/d agen fisik (luka pada Rasa nyeri hilang / nyeri yang dialami klien

2. kaki kanan) ditandai dengan : berkurang dengan1. Kaji skala nyeri yang dialami

DS : kriteria : klien baik verbal maupun2. Pemahaman klien tentang

- Klien mengatakan nyeri- Klien mengatakan non verbal penyebab nyeri yang

pada luka saat beraktivitas. nyeri berkurang / Jelaskan pada klien tentang
2. terjadi akan mengurangi

- Klien mengatakan nyeri hilang sebab-sebab timbulnya nyeri ketegangan klien dan

yang dirasakan hilang- Klien dapat memudkan klien untuk

timbul dengan skala sedang melakukan metode lebih kooperatif

(4) atau tindakan untuk 3. Vital sign yang tidak normal

- Klien mengatakan nyeri mengatasi nyeri menunjukan status

pada daerah luka saat- Tanda tanda-tanda3. Observasi tanda-tanda vital. kesehatan kurang baik
dilakukan perawatan luka vital dalam batas 4. Teknik relaksasi napas

DO : nomal dalam dapat mengurangi

- Klien mengeluh nyeri pada 4. Ajarkan teknik relaksasi rasa nyeri yang dirasakan

kaki kanan . napas dalam klien

- Ekspresi wajah meringis 5. Analgetik dapat membantu

pada saat dilakukan mengurangi nyeri.

perawatan luka. 5. Kolaborasi pemberian

- Ekspresi wajah meringis analgetik Asam mefenamat


1. Mengetahui tingkat
saat beraktivitas.
keterbatasan klien dalam

Keterbatasan mobilitas fisik b/d beraktivitas.

rasa nyeri ditandai dengan : 1. Kaji tingkat keterbatasan2. Klien mengerti pentingnya

DS : Klien dapat mencapai klien dalam beraktivitas aktivitas sehingga dapat

3. - Klien mengatakantingkat kemampuan kooperatif dalam tindakan

pergerakannya terbatas aktivitas yang optimal2. Beri penjelasan tentang keperawatan.

- Klien mengatakan di setiapdengan kriteria : pentingnya melakukan3. Melatih otot-otot kaki


kebutuhannya dibantu oleh- Pergerakan klien aktivitas untuk menjaga sehingga berfungsi

keluarga dan perawat bertambah luas kadar gula darah dalam dengan baik.

- Klien mengatakan nyeri- Klien dapat keadaan normal 4. Kebutuhan klien tetap

pada luka saat beraktivitas melaksanakan 3. Anjurkan klien untuk dapat terpenuhi.

DO : aktivitas sesuai menggerakan ekstrimitas

- Klien nampak sulit dengan kemampuan bawah sesuai kemampuan 5. Obat-obatan golongan

beraktivitas (duduk, berdiri, dan4. Libatkan keluarga dalam analgesik dapat

- Kebutuhan klien dibantu berjalan) membantu memenuhi membantu mengurangi

oleh perawat dan keluarga - Rasa nyeri berkurang kebutuhan klien. nyeri klien.

- Ekspresi wajah meringis- Klien dapat5. Kolaborasi dengan tim

saat klien beraktivitas. memenuhi medis untuk pemberian

kebutuhannya sendiri analgetik.


Resiko terjadinya penyebaran 1. Pengkajian yang tepat
secara bertahap.
infeksi(sepsis) b/d tinggi kadar tentang tanda-tanda

gula darah, ditandai dengan : Tidak terjadi penyebaran penyebaran infeksi dapat

DS : infeksi(sepsis) dengan membantu menentukan


- Klien mengatakan terdapatkriteria : tindakan selanjutnya
1. Kaji adanya tanda-tanda
cairan/pus pada luka - Tidak ada tanda- 2. Kebersihan diri yang baik
penyebaran infeksi pada
DO : tanda infeksi merupakan salah satu cara
4. luka
- Tampak adanya pus pada- Tanda-tanda vital untuk mencegah infeksi

luka dalam batas 3. Mencegah kontaminasi

normal(S : 36- luka dan penyebaran


2. Anjurkan kepada klien dan
37,5C) infeksi
keluarga untuk
selalu
- Keadaan luka baik 4. Diet yang tepat, latihan fisik
menjaga kebersihan diri
dan kadar gula darah yang cukup dapat
selama perawatan
normal meningkatkan daya tahan
3. Lakukan perawatan luka
tubuh, pengobatan yang
dengan teknik septik dan
tepat mempercepat
aseptik
penyembuhan sehingga
4. Anjurkan pada klien agar
memperkecil kemungkinan
menaati diet, latihan fisik,
terjadi penyebaran infeksi.
dan pengobatan yang
ditetapkan. 5. Anti biotik dapat

membunuh kuman.

5. Kolaborasi dengan tim

medis pemberian antibiotik:

ciprofloxacin dan

metronidasol.
IMPLEMENTASI

( CP. 4 )

Nama klien : Ny. R Dx medik : DM + Ulkus

Umur : 35 tahun Ruangan : 205 (Baji Pamai I)

Jenis kelamin : Perempuan Tanggal : 03-05 / 10 /2007

Hari/Tgl NDx Jam Implementasi dan Hasil


Rabu, 1 08.45 1. Mengkaji luas dan keadaan luka serta

03/10/2007 proses penyembuhan.

Hasil : Luas luka 2 x 2 cm, luka agak

basah, jaringan granulasi sudah

mulai tumbuh.

08.43 2. Mengganti perban setiap hari.

Hasil : perban klien diganti setiap hari.

08.50 3. Melakukan perawatan luka dengan teknik

septik dan aseptik, menggunakan larutan

NaCl, mengangkat sisa verban yang

melengket pada luka dan nekrotomi

jaringan yang mati.

08.57 4. Membalut luka dengan kasa steril.

Hasil : Luka klien tampak diperban.

09.05 5. Penatalaksanaan pemberian insulin

sesuai instruksi dokter


Hasil : Klien di injeksi 10 unit sebelum

klien makan.

6. Penatalaksanaan pemberian diet DM

1700 kkal/hari.

Hasil : Klien diberi diet DM 1700 kkal.

Rabu, 2 09.20 1. Mengkaji skala nyeri yang dirasakan klien

03/10/2007 dengan menggunakan skala numerik 0

10

09.30 Hasil : Nyeri yang dirasakan klien berada

pada skala sedang (skala 4)

2. Menjelaskan kepada klien tentang sebab-

09.35 sebab timbulnya nyeri.

Hasil : Klien mengerti dan memahami apa

yang disampaikan

3. Observasi tanda-tanda vital

09.40 Hasil : TD : 110/90 mmHg

N : 80 x/menit

S : 37C

P : 18 x/menit

4. Mengajarkan teknik relaksasi napas

09.45 dalam.

Hasil : Klien mampu melakukan

5. Mengatur posisi senyaman mungkin


09.50 sesuai keinginan klien.

Hasil : Klien merasa nyaman dengan

meletakkan bantal dibawah kaki.

6. penatalaksanaan pemberian obat

09.28 analgetik.

Hasil : Klien diberi obat asam nefenamat

500 mg 3 x 1

1. Mengakaji tingkat keterbatasan klien

Rabu, 3 10.00 dalam melakukan aktivitas.

03/10/2007 Hasil : pergerakan klien sangat terbatas.

2. Menjelaskan kepada klien tentang

10.05 pentingnya melakukan aktifitas.

Klien : mengerti dan kooperatif dalam

tindakan keperawatan.

3. Menganjurkan klien untuk

10.10 menggerakkan/mengangkat ekstremitas

bawah sesuai kemampuan.

Hasil : klien selalu berusaha

menggerakan kaki kanannya.

4. Melibatkan keluarga dalam membantu

10.13 memenuhi kebutuhan klien.

Hasil : keluarga klien selalu membantu

dan mendampingi dalam


memenuhi kebutuhan klien.

5. Penatalaksanaan pemberian obat

08.28 analgetik.

Hasil : klien diberi obat asam nefenamat

500 mg 3 x 1.

1. Kaji adanya tanda-tanda pemnyebaran

Rabu, 4 08.45 infeksi.

03/10/2007 Hasil : tidak tampak adanya tanda-tanda

penyebaran infeksi.

2. Menganjurkan kepada klien dan keluarga

08.47 untuk selalu menjaga kebersihan diri

selama perawatan.

Hasil : klien nampak mengerti dan

memahami tentang pentingnya

kebersihan diri.

3. Melakukan perawatan luka dengan teknik

08.45 septik.

Hasil : verban klien diganti dan klien

merasa nyaman.

4. Menganjurkan kepada klien agar menaati

08.45 diet, latihan fisik.

Hasil : klien mentaati diet DM yang

ditentukan oleh dokter.


5. Penatalaksanaan pemberian obat

08.28 antibiotik.

Hasil : klien diberi obat; ciprofloxacin 500

mg 3 x 1 dan metronidasol 500

mg 2 x 1.

1. Mengkaji luas dan keadaan luka serta

Kamis 1 08.00 proses penyembuhan.

04/10/2007 Hasil : Luas luka 2 x 2 cm, luka agak

basah, jaringan granulasi sudah

mulai tumbuh.

2. Mengganti perban setiap hari.

08.03 Hasil : Perban klien diganti setiap hari

3. Melakukan perawatan luka dengan teknik

08.05 septik dan aseptik, menggunakan larutan

NaCl, mengangkat sisa verban yang

melengket pada luka dan nekrotomi

jaringan yang mati.

4. Membalut luka dengan kasa steril.

08.15 Hasil : Luka klien tampak diperban.

5. Penatalaksanaan pemberian insulin

09.10 sesuai instruksi dokter.

Hasil : Klien di injeksi 10 unit sebelum

klien makan.
6. Penatalaksanaan pemberian diet DM

08.25 1700 kkal/hari.

Hasil : Klien diberi diet DM 1700 kkal.

1. Mengkaji skala nyeri yang dirasakan klien

Kamis, 2 08.10 dengan menggunakan skala numerik 0

04/10/2007 10

Hasil : Nyeri yang dirasakan klien berada

pada skala sedang (skala 4)

2. Menjelaskan kepada klien tentang sebab-

sebab timbulnya nyeri.

08.15 Hasil : Klien mengerti dan memahami apa

yang disampaikan

3. Observasi tanda-tanda vital

Hasil : TD : 120/80 mmHg

08.17 N : 80 x/menit

S : 36C

P : 16 x/menit

4. Mengajarkan teknik relaksasi napas

dalam.

08.20 Hasil : Klien mampu melakukan

5. Mengatur posisi senyaman mungkin

sesuai keinginan klien.

08.25 Hasil : Klien merasa nyaman dengan


meletakkan bantal dibawah kaki.

6. penatalaksanaan pemberian obat

analgetik.

08.30 Hasil : Klien diberi obat asam nefenamat

500 mg 3 x 1

1. Mengakaji tingkat keterbatasan klien

dalam melakukan aktivitas.

Kamis, 3 80.40 Hasil : pergerakan klien sangat terbatas.

04/10/2007 2. Menjelaskan kepada klien tentang

pentingnya melakukan aktifitas.

O8.45 Klien : mengerti dan kooperatif dalam

tindakan keperawatan.

3. Menganjurkan klien untuk

menggerakkan/mengangkat ekstremitas

08.48 bawah sesuai kemampuan.

Hasil : klien selalu berusaha

menggerakan kaki kanannya.

4. Melibatkan keluarga dalam membantu

memenuhi kebutuhan klien.

08.50 Hasil : keluarga klien selalu membantu

dan mendampingi dalam

memenuhi kebutuhan klien.

5. Penatalaksanaan pemberian obat


analgetik.

08.30 Hasil : klien diberi obat asam nefenamat

500 mg 3 x 1.

1. Kaji adanya tanda-tanda pembenyebaran

infeksi.

Kamis, 4 08.00 Hasil : tidak tampak adanya tanda-tanda

04/10/2007 penyebaran infeksi.

2. Menganjurkan kepada klien dan keluarga

untuk selalu menjaga kebersihan diri

08.05 selama perawatan.

Hasil : klien nampak mengerti dan

memahami tentang pentingnya

kebersihan diri.

3. Melakukan perawatan luka dengan teknik

septik.

08.00 Hasil : verban klien diganti dan klien

merasa nyaman.

4. Menganjurkan kepada klien agar menaati

diet, latihan fisik.

Hasil : klien mentaati diet DM yang

ditentukan oleh dokter.

5. Penatalaksanaan pemberian obat

antibiotik.
08.30 Hasil : klien diberi obat; ciprofloxacin 500 mg

3 x 1 dan metronidasol 500 mg 2 x 1.

1. Mengkaji luas dan keadaan luka serta

proses penyembuhan.

Jumat, 1 08.00 Hasil : Luas luka 2 x 2 cm, luka agak

04/10/2007 basah, jaringan granulasi sudah

mulai tumbuh.

2. Mengganti perban setiap hari.

Hasil : perban klien diganti setiap hari.

08.10 3. Melakukan perawatan luka dengan teknik

septik dan aseptik, menggunakan larutan

08.15 NaCl, mengangkat sisa verban yang

melengket pada luka dan nekrotomi

jaringan yang mati.

4. Membalut luka dengan kasa steril.

Hasil : Luka klien tampak diperban.

08.25 5. Penatalaksanaan pemberian insulin

sesuai instruksi dokter

08.30 Hasil : Klien di injeksi 10 unit sebelum

klien makan.

6. Penatalaksanaan pemberian diet DM

1700 kkal/hari.

08.45 Hasil : Klien diberi diet DM 1700 kkal.


1. Mengkaji skala nyeri yang dirasakan

klien dengan menggunakan skala

Jumat, 2 08.35 numerik 0 10

05/10/2007 Hasil : Nyeri yang dirasakan klien

berada pada skala sedang (skala

4)

2. Observasi tanda-tanda vital

Hasil : TD : 120/80 mmHg

07.00 N : 80 x/menit

S : 36C

P : 16 x/menit

3. Penatalaksanaan pemberian obat

analgetik.

09.05 Hasil : Klien diberi obat asam nefenamat

500 mg 3 x 1

1. Mengakaji tingkat keterbatasan klien

dalam melakukan aktivitas.

Jumat, 3 09.10 Hasil : pergerakan klien sangat terbatas.

05/10/2007 2. Penatalaksanaan pemberian obat

analgetik.

Hasil : klien diberi obat asam nefenamat

09.05 500 mg 3 x 1.

1. Kaji adanya tanda-tanda


pembenyebaran infeksi.

Hasil : tidak tampak adanya tanda-tanda

Jumat, 4 08.15 penyebaran infeksi.

05/10/2007 2. Menganjurkan kepada klien dan

keluarga untuk selalu menjaga

kebersihan diri selama perawatan.

09.10 Hasil : klien nampak mengerti dan

memahami tentang pentingnya

kebersihan diri.

3. Menganjurkan kepada klien agar

menaati diet, latihan fisik.

Hasil : klien mentaati diet DM yang

09.15 ditentukan oleh dokter.

4. Penatalaksanaan pemberian obat

antibiotik.

Hasil : klien diberi obat; ciprofloxacin 500

09.05 mg 3 x 1 dan metronidasol 500

mg 2 x 1.

EVALUASI

( CP. 5 )

Nama klien : Ny. R Dx medik : DM + Ulkus

Umur : 35 tahun Ruangan : 205 (Baji Pamai I)


Jenis kelamin : Perempuan Tanggal : 03-05 / 10 /2007

Hari / Tgl NDx Jam Evaluasi


Kamis, 1 07.00 S : -klien mengatakan terdapat luka pada

04/10/2007 punggung kaki kanannya.

-Klien mengatakan lukanya belum sembuh.

-Nampak luka pada punggung kaki kanan

O: klien.

-Ukuran luka 2 x 2 cm, pus pada jaringan

berkurang.

Masalah belum teratasi

A : Ulangi intervensi 1, 2, 3, 4.

P : 1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses

penyembuhan.

2. Ganti perban setiap hari.

3. Rawat luka dengan baik dan benar:

membersihkan luka dengan teknik

menggunakan larutan yang tidak iritatif,

angkat sisa balutan yang menempel pada

luka dan nekrotomi jaringan mati.

4. Balut luka dengan kasa steril.

5. Kolaborasi dengan tim medis pemberian

insulin.

6. Kolaborasi pemberian diet sesuai intruksi


dokter

- Klien mengatakan nyeri pada luka saat

2 07.30 S: dilakukan perawatan luka.

- Klien mengatakan nyeri pada saat

beraktivitas.

- Skala nyeri yang dirasakan klien berada

pada skala sedang (4)

- Klien nampak meringis saat dilakukan

O: perawatan luka

- TTV : TD : 120/80 mmHg

N : 80 x/menit

S : 36,5 C

P : 16 x/menit

Masalah belum teratasi.

A : Ulangi intervensi 1, 2, 3, 4.

P : 1. kaji skala nyeri yang dialami klien baik

verbal maupun non verbal.

2. Jelaskan pada klien tentang sebab-

sebab timbulnya nyeri

3. Observasi TTV

4. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam

5. Atur posisi senyaman mungkin sesuai

keinginan klien
- Klien mengatakan pergerakannya

3 07.40 S: terbatas

- Klien mengatakan kebutuhannya masih

dibantu oleh keluarga dan perawat

- Klien mengatakan lukanya masih nyeri

saat beraktivitas

- Klien nampak sulit dalam beraktivitas

O:- Nampak disetiap kebutuhan dibantu oleh

keluarga

Masalah belum teratasi

A : Ulangi intervensi 1, 2, 3, 4

P : 1. Kaji tingkat keterbatasan klien dalam

beraktivitas

2. Beri penjelasan tentang pentingnya

melakukan aktivitas

3. Anjurkan klien untuk

menggerakan/mengangkat ekstrimitas

bawah sesuai kemampuannya

4. Libatkan keluarga dalam membantu

memenuhi kebutuhan klien

Klien mengatakan nanah/pus pada luka

4 07.45 S : sudah berkurang

Nampak pus pada luka klien


O : Tidak ada tanda-tanda penyebaran infeksi

A : Ulangi intervensi 1, 2, 3, 4, 5

P : 1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran

infeksi pada luka

2. Anjurkan kepada klien dan keluarga

untuk selalu menjaga kebersihan diri

selama perawatan

3. Lakukan perawatan luka dengan teknik

aseptik dan anti septik

4. Anjurkan pada klien agar menaati diet,

latihan

5. Kolaborasi dengan tim medis pemberian

anti biotik (ciprofloksacin, metronidasol)

-klien mengatakan terdapat luka pada

punggung kaki kanannya.

Jumat, 1 07.00 S : -Klien mengatakan lukanya belum sembuh,

05/10/2007 pus sudah berkurang

-Nampak luka dibalut verban pada kaki

kanan klien.

O : -Ukuran luka 2 x 2 cm,

Masalah belum teratasi

Ulangi intervensi 1, 2, 3, 4.

A : 1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses


P: penyembuhan.

2. Ganti perban setiap hari.

3. Rawat luka dengan baik dan benar:

membersihkan luka dengan teknik

menggunakan larutan yang tidak iritatif,

angkat sisa balutan yang menempel pada

luka dan nekrotomi jaringan mati.

4. Balut luka dengan kasa steril.

5. Kolaborasi dengan tim medis pemberian

insulin.

6. Kolaborasi pemberian diet sesuai intruksi

dokter

Klien mengatakan nyeri yang dirasakan

mulai berkurangyaitu pada skala ringan (3)

2 07.15 S : - Klien tidak meringis saat dilakukan

perawatan luka

O : - TTV : TD : 120/80 mmHg

N : 80 x/menit

S : 36,5 C

P : 16 x/menit

Masalah mulai teratasi.

Ulangi intervensi 1, 2,

A : 1. kaji skala nyeri yang dialami klien baik


P: verbal maupun non verbal.

2. Observasi TTV

Klien mengatakan sudah bisa beraktivitas

Kebutuhan klien dibantu oleh keluarga

3 07.20 S : secara minimal

O : Masalah belum teratasi

Ulangi intervensi 1, 2, 3, 4

A : 1. Kaji tingkat keterbatasan klien dalam

P: beraktivitas.

2. Beri penjelasan tentang pentingnya

melakukan aktivitas.

3. Anjurkan klien untuk

menggerakan/mengangkat ekstrimitas

bawah sesuai kemampuannya.

4. Libatkan keluarga dalam membantu

memenuhi kebutuhan klien.

Klien mengatakan nanah/pus pada luka

sudah berkurang.

4 07.45 S : Nampak pus pada luka klien sudah

berkurang.

O : Tidak ada tanda-tanda penyebaran infeksi

Pertahankan intervensi 1, 2, 3, 4, 5

A : 1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran


P: infeksi pada luka.

2. Anjurkan kepada klien dan keluarga

untuk selalu menjaga kebersihan diri

selama perawatan.

3. Lakukan perawatan luka dengan teknik

aseptik dan anti septik.

4. Anjurkan pada klien agar menaati diet,

latihan.

5. Kolaborasi dengan tim medis pemberian

anti biotik (ciprofloksacin, metronidasol).

Jumat, -

05/10/2007 Nampak luka dibalut verban pada kaki

1 13.00 S : kanan klien.

O : Masalah belum teratasi

Ulangi intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6.

A : 1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses

P: penyembuhan.

2. Ganti perban setiap hari.

3. Rawat luka dengan baik dan benar:

membersihkan luka dengan teknik

menggunakan larutan yang tidak iritatif,

angkat sisa balutan yang menempel pada

luka dan nekrotomi jaringan mati.


4. Balut luka dengan kasa steril.

5. Kolaborasi dengan tim medis pemberian

insulin.

6. Kolaborasi pemberian diet sesuai intruksi

dokter

Klien mengatakan nyeri yang dirasakan

mulai berkurangyaitu pada skala ringan (3)

2 13.05 S : - Klien nampak ceria

- TTV : TD : 140/80 mmHg

O: N : 80 x/menit

S : 36,5 C

P : 18 x/menit

Masalah mulai teratasi.

Ulangi intervensi 1, 2.

A : 1. kaji skala nyeri yang dialami klien baik

P: verbal maupun non verbal.

2. Observasi TTV

Klien mengatakan sudah bisa beraktivitas

Klien sudah mampu berjalan

3 13.00 S : Masalah mulai teratasi

O : Pertahankan intervensi 3, 4

A : 3. Anjurkan klien untuk menggerakan /

P: mengangkat ekstrimitas bawah sesuai


kemampuannya

4. Libatkan keluarga dalam membantu

memenuhi kebutuhan klien

Klien mengatakan nanah/pus pada luka

sudah berkurang

4 13.15 S : Nampak pus pada luka klien sudah

berkurang

O : Masalah belum teratasi

Pertahankan intervensi 1, 2, 3, 4, 5

A : 1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran

P: infeksi pada luka

2. Anjurkan kepada klien dan keluarga

untuk selalu menjaga kebersihan diri

selama perawatan

3. Lakukan perawatan luka dengan teknik

aseptik dan anti septik

4. Anjurkan pada klien agar menaati diet,

latihan.

5. Kolaborasi dengan tim medis pemberian

anti biotik (ciprofloksacin, metronidasol)


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini dikemukakan kesenjangan yang ada antara

teori yang mendasar dengan hasil/tujuan studi kasus dan penerapan

asuhan keperawatan pada klien Ny R dengan gangguan sistem endokrin

Diabetes Melitus + Ulkus di BPRSUD Labuang Baji Makassar.

Secara garis besar apa yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka

dan tinjauan kasus tentang kasus Diabetes Melitus tanpa ada persamaan,

disamping itu juga ditemui juga adanya perbedaan sesuai kondisi klien
saat itu. Untuk memudahkan dalam memahami kesenjangan atau

perbedaan yang terjadi maka penulis membahas sebagai berikut :

A. Pengkajian

Berdasarkan teori menurut Doenges (2002), tanda/gejala yang

terdapat pada klien dengan diabetes mellitus + ulkus meliputi poliuri,

polidipsi, polifagi, lemas, berat badan menurun, mual/muntah,

gatal/kesemutan, keputihan, mata kabur, luka atau bisul yang tidak

sembuh-sembuh, nokturia, infeksi saluran kemih.

Sedangkan hasil pengkajian yang dilakukan pada klien Ny. R

tanda/gejala yang didapatkan yaitu kerusakan integritas kulit

dibuktikan dengan adanya ulkus yang mengeluarkan cairan granulasi

kaki kanan, adanya keluhan nyeri pada area luka terutama saat

perawatan dan beraktivitas, lemah, tonus otot menurun, kekuatan otot

pada kaki kanan kurang karena adanya luka, nyeri akibat adanya

proses inflamasi yang terjadipada luka, resiko terjadi penyebaran

infeksi, dan keterbatasan aktivitas akibat nyeri.

Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara konsep

teori dan keadaan yang ditemukan dalam studi kasus dimana ada

beberapa tanda/gejala yang tidak ditemukan antara lain polidipsi,

poliuria, poliphagia, kesemutan, nokturia, mata kabur, dan

mual/muntah.

Tanda dan gejala yang disebutkan diatas tidak nampak pada Ny.

R karena respon fisiologis pada setiap manusia tidak sama,


tergantung pada kemampuan tubuh untuk merespon penyakit/cedera

yang terjadi. Selain itu proses patofisiologis yang terjadi belum

mencapai tingkat dimana tubuh mulai mengalami ketoasidosis

sebagai implikasi penggunaan lemak dan protein tubuh yang

menyebabkan gejala gangguan pada abdomen.

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan tinjauan teori diagnosa keperawatan yang timbul

pada klien diabetes mellitus + ulkus adalah sebagai berikut :

1. Kekurangan volume cairan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.

3. Kerusakan integritas kulit.

4. Resiko terjadi infeksi.

5. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perceptual.

6. Kelelahan.

7. Keterbatasan imobilitas fisik.

Sedangkan dalam tinjauan kasus masalah/diagnosa

keperawatan yang timbul pada klien Ny R yaitu :

1. Kerusakan integritas jaringan.

2. Nyeri.

3. Keterbatasan mobilitas fisik.

4. Resiko terjadinya penyebaran infeksi.

Dari ke empat diagnosa diatas nyeri merupakan diagnosa baru

yang ditemukan penulis dilapangan dan tidak terdapat dalam teori.


Diagnosa ini (nyeri) timbul sebagai akibat dari reaksi inflamasi yang

terjadi pada luka yang terdapat pada punggung kaki kanan Ny. R.

Reaksi peradangan ini menyebabkan pengeluaran mediator-mediator

kimia (bradikinin, histamin dan prostaglandin) sehingga merangang

reseptor nyeri yang terdapat di hipotalamus. Akibatnya nyeri

dihantarkan melalui serabut safaf eferent menuju sel target sehingga

timbul nyeri.

Diagnosa ini ditunjang dengan adanya beberapa data yaitu

diantaranya klien mengeluh nyeri kaki kanan saat berjalan, punggung

kaki kanan tampak bengkak, dan terdapat ulkus yang mengeluarkan

cairan granulasi, tidak berbau. Diagnosa keperawatan ini penulis

tempatkan pada prioritas kedua.

Dalam tinjauan kasus pada klien Ny. R diagnosa/masalah

keperawatan yang tidak ditemukan yaitu :

1. Kekurangan volume cairan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan.

3. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perceptual.

4. Kelelahan.

Ke 4 (empat) masalah tersebut diatas tidak ditemukan penulis

selama melakukan asuhan keperawatan pada Ny. R. Hal ini

dibuktikan dengan tidak ditemukannya data-data yang berhubungan

dengan masalah tersebut di atas. Menurut penulis gejala kekurangan

volume cairan dan nutrisi tidak ditemukan pada Ny. R karena


mekanisme patologis yang terjadi belum mencapai tingkat dimana

telah terjadi hiperglikemia kronik yang memberikan manifestasi

seperti perubahan nutrisi dan volume cairan.

Sedangkan perubahan persepsi sensori tidak terjadi pada Ny.

R oleh karena Ny. R telah cukup memperoleh informasi tentang

penyakit yang dialaminya, sehingga koping yang digunakan oleh Ny.

R dalam menghadapi penyakitnya cukup efektif. Kelelahan tidak

ditemukan karena Ny. R tidak melakukan aktivitas. Segalam

kebutuhannya dibantu oleh perawat dan keluarga sehingga

meminimalkan penggunaan energi.

C. Intervensi Keperawatan

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya ganggren

ekstremitas. Menurut Doenges (2002) terdapat 7 intervensi,

sedangkan pada saat dikaji terdapat 6 intervensi. Intervensi yang

tidak sesuai atau diberikan adalah dapatkan kultur dari drainase

luka saat masuk, dan pijit area sekitar sisi luka.

2. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada

kaki. Menurut Doenges (2002) terdapat 4 intervensi, sedangkan

pada saat dikaji terdapat 5 intervensi. Intervensi yang tidak

sesuai atau diberikan adalah anjurkan keluarga untuk

mengekspresikan perasaannya.

3. Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan agen fisik

(luka pada kaki). Menurut Doenges (2002) terdapat 4 intervensi,


sedangkan pada saat dikaji terdapat 5 intervensi. Intervensi yang

tidak sesuai atau diberikan adalah berikan perawatan kulit yang

teratur.

Ketidaksesuaian atau perbedaan intervensi antara konsep dan

pelaksanaan tinjauan kasus disebabkan karena perbedaan pada

tanda/gejala yang ditemukan pada saat dilakukan pengkajian.

Implementasi keperawatan hanya dilakukan berdasarkan keadaan dan

kebutuhan klien saat dilakukan asuhan keperawatan.

D. Implementasi Keperawatan

Pada tahap ini penulis melaksanakan sesuai dengan rencana

intervensi yang sudah dibuat berdasarkan permasalahannya. Dalam

melaksanakan tindakan keperawatan ini penulis bekerjasama dengan

klien, keluarga dan tenaga kesehatan yang ada di ruang perawatan

Baji Pamai I BPRSUD Labuang Baji.

Pada tahap persiapan, klien dijelaskan tentang apa yang penulis

lakukan. Pada tahap pelaksanaan ini penulis meminta kerjasama yang

baik dan saling percaya dengan klien, keluarga serta tim kesehatan

lainnya, agar apa yang penulis laksanakan dapat berjalan dengan

baik.

E. Evaluasi

Dalam perkembangan ini merupakan tahap akhir dalam proses

keperawatan yang bertujuan untuk menilai apakah tujuan yang

diharapkan tercapai atau tidak.


Dari hasil evaluasi akhir (sesuai catatan perkembangan) pada

tanggal 3 5 oktober 2007 didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Masalah belum teratasi

a. Nyeri

b. Kerusakan integritas kulit

c. Keterbatasan mobilitas fisik

d. Resiko penyebaran infeksi

Masalah belum teratasi sepenuhnya karena klien masih dalam proses

perawatan serta keterbatasn waktu bagi penulis untuk melanjutkan

Asuhan Keperawatan yang dapat mempercepat proses penyembuhan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Diabetes mellitus adalah merupakan sekelompok kelainan

heterogen yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam

darah atau hiperglikemi.


2. Dalam pengkajian pada tinjauan kasus di temukan beberapa

keluhan diantaranya adanya luka pada punggung kaki kanan,

nyeri, sulit beraktivitas, lemah, dan adanya cairan pus pada luka.

3. Pada diagnosa keperawatan yang di temukan dalam kasus adalah

kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya ganggren,

nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan, keterbatasan

mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada luka, dan resiko

terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan agen fisik (luka

pada kaki).

4. Ada tiga indikator penting terhadap penderita DM yaitu diet, latihan

fisik, dan pengobatan.

B. Saran

1. Diharapan kepada klien dan keluarga untuk memperhatikan dan

melaksanakan saran dan petunjuk-petunjuk yang telah di berikan

guna mempecepat proses penyembuhan.

2. Untuk mencapai tujuan keperawatan penulis menyarankan kepada

tenaga keparawatan untuk melaksanakan tindakan asuhan

keperawatan yang komprehensif.

3. Di harapkan kepada perawat agar tetap memperhatikan respon

klien yang berbeda-beda terhadap masalah kesehatan melalui

pengkajian bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural yang

komprehensif.
4. Kepada perawat dan anggota kesehatan lainya agar dapat

melanjutkan rencana keperawatan dan memodifikasi sesuai

dengan kondisi klien.

5. Dengan melaksanakan asuhan kaperawatan perlu adanya

kerjasama yang baik dan saling percaya antara perawat, klien,

keluarga dan tim kesehatan lainya.

Anda mungkin juga menyukai