Anda di halaman 1dari 153

KATA PENGANTAR

Perkembangan Iptek di bidang Kesehatan, dan meningkatnya


Pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
bermutu, menuntut tenaga kesehatan untuk dapat memberikan pelayanan
yang lebih baik dan dapat memuaskan masyarakat sebagai konsumen atau
penerima jasa layanan kesehatan. Perawat dan Bidan sebagai bagian integral
dari tenaga kesehatan pun tidak lepas dari tuntutan dan harapan tersebut.
Selain itu, Pemerintah - sebagai respon terhadap tuntutan masyarakat – telah
menerbitkan berbagai aturan perundang-undangan yang mengatur praktek
layanan kesehatan yang bertujuan untuk melindungi masyarakat sebagai
konsumen.
Sebagai upaya memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat tersebut,
Puskesmas sebagai salah satu institusi yang memberikan jasa layanan
kesehatan yang didalamnya mempekerjakan tenga dokter,Perawat, Bidan,dan
Kesehatan Masyarakat penting untuk menyediakan / membuat regulasi yang
akan menjadi instrumen untuk menilai mutu layanan yang diberikan.
Untuk maksud tersebut, Puskesmas Perawatan Abeli melalui telah
menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai pedoman dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai Dokter,Perawat, Bidan, dan
Kesehatan Masyarakat
Keberadaan SOP ini penting artinya bagi rekan-rekan dokter,Perawat,
Bidan dan Kesehatan Masyarakat,sebagai acuan dalam menjalani tugas dan
kewajibannya guna menghindari hal-hal yang berdampak negatif. Oleh
karena itu, SOP menjadi pedoman yang harus dilaksanakan dan akan
senantiasa dievaluasi pelaksanaannya. Isi dari SOP ini akan senantiasa
dievaluasi dan disesuaikan dengan dinamika dan perkembangan Iptek dari
waktu ke waktu.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
LOKET PENDAFTARAN PASIEN (KARTU)

LOKET PENDAFTARAN PASIEN


No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

Puskesmas Abeli

dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Awal pelayanan pertama kali yang diterima oleh pasien saat tiba di
puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
Tujuan Untuk memberi jasa pelayanan awal sebelum pasien mendapat tindakan medis
dan sebagai tempat penyimpanan data rekam medis pasien dalam bentuk kartu
status rekam medis dan aplikasi simplus

Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No. Dan langkah-langkah pasien pendaftaran


diharapkan sesuai dengan langkah-langkah SOP ini
Referensi Suatu tempat pelayanan awal bagi masyarakat atau pasien yang memerlukan
pelayanan kesehatan dipuskesmas
Prosedur/ 1. Petugas mempersilahkan pasien mengambil nomor antrian
Langkah- 2. Petugas mempersilahkan pasien duduk diruang tunggu
langkah 3. Petugas memanggil nomor antrian pasien
4. Petugas menanyakan apakah pasien sudah memiliki kartu berobat,
bila sudah punya berarti pasien lama,bila belum punya berarti pasien
baru
5. Petugas menyakan kartu jaminan kesehatan yang dimiliki pasien,
apakah pasien BPJS atau pasien umum
6. Pasien baru dicatat dan dimasukan dalam SIMPUS dan diberi dan
diberi kartu berobat puskesmas dan dibuatkan kartu rawat jalan
(rekam medis)
7. Untuk pasien baru, petugas menanyakan :
a. Apakah pasien punya kartu jaminan Kesehatan BPJS
b. Apabila punya kartu BPJS petugas meminta kartu BPJS pasien
untuk dimasukan kedalam P-care
c. Apabila tidak punya kartu BPJS (untuk pasien umum) akan
membayar biaya pendaftaran sesuai PERDA
d. Apabila pasien tidak punya kartu BPJS,petugas menanyakan
identitas pasien (nama,tanggal lahir, alamat,pekerjaan,status
pendidikan,agama,status perkawinan,status keluarga)
e. Petugas mencatat identitas pasien kedalam buku register baru
f. Petugas mencatat data pasien kedalam buku register
g. Petugas mencatat identitas pasien kedalam Form rekam medis
h. Petugas membari cap tanggal dalam kartu Rekam Medis
i. Petugas menulis kode pembiayaan dibawah tanggal rekam Medis
j. Petugas mencatat identitas pasien kedalam kartu tanda berobat
k. Petugas menyerahkan kartu tanda berobat kepada pasien
l. Petugas membari tahu kepada pasien ,bila berobat kembali kartu
berobat harus dibawa dan tidak boleh hilang
m. Petugas menanyakan kepada pasien ingin berobat kemana ?/ unit
pelayanan mana yang dituju. Apakah unit pelayanan umum,
pelayanan gigi,pelayanan KIA, atau yang lain
n. Untuk pasien BPJS petugas mengentri di P-care sesuai unit
pelayanan yang di tuju
o. Untuk pasien umum petugas mencatat data di buku register sesuai
unit pelayanan yang dituju
p. Petugas mencari Rekam Medis pasien sesuai dengan nomor pada
kartu berobat
q. Petugas menyerahkan status RM dan resep sesuai yang terdaftar
pada unit pelayanan yang dituju
r. Petugas mempersilahkan pasien duduk dan menunggu panggilan
dari unit pelayanan yang diinginkan

8. Untuk pasien lama petugas menanyakan :


a. Apakah pasien sudah pernah berobat ke puskesmas ?
b. Petugas meminta kartu tanda berobat puskesmas
c. Petugas menanyakan kepada pasien ingin berobat kemana ?/ unit
pelayanan mana yang dituju. Apakah unit pelayanan
umum,pelayanan gigi,pelayanan KIA atau yang lain
d. Untuk pasien BPJS petugas mengentry di P-care sesuai unit
pelayanan yang dituju
e. Untuk pasien umum petugas mencatat data dibuku register sesuai
unit pelayanan yang dituju
f. Petugas mencari RM pasien sesuai dengan nomor pada kartu
berobat
g. Petugas menyerahkan situs RM dan resep sesuai yang terdaftar
pada unit pelayanan yang dituju
h. Petugas mempersilahkan pasien menunggu panggilan dari unit
pelayanan yang diinginkan
Unit 1. Pelayanan umum
terkait 2. Pelanan gigi dan mulut
3. Pelayanan KIA
4. Pelayanan KB
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELAYANAN PASIEN DI POLIKLINIK UMUM

PELAYANAN PASIEN DIPOLIKLINIK UMUM


No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

Kepala Puskesmas
KOTA KENDARI Perawatan Abeli

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Memberikan pelayanan kepada pasien yang datang berobat ke poliklinik
umum untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
Tujuan Sebagai pedoman kerja petugas ruang poliklinik umum untuk pelayanan rawat
jalan bagi pasien yang berkunjung ke puskesmas
Kebijakan Seluruh pasien yang berkunjung kepoliklinik umum untuk mendapatkan
pelayanan atau pengobatan
Referensi Permenkes No. 269?MENKES/III/2008

Prosedur/ 1. PERSIAPAN ALAT


Langkah- 1. Tempat tidur siap pakai
langkah 2. meja dan kursi
3. tensimeter/stetoskop
4. senter
5. thermometer
6. Reffex Hammer
7. Timbangan dewasa/tinggi badan
8. Berkas catatan rekam medik pasien dan alat tulis

2. PELAKSANAAN
1. pasien datang membawa kartu rekam medik yang dikeluarkan ruang
rekam medik
2. Memanggil pasien masuk ke poli umum sesuai urutan
3. Petugas memeriksa kartu dengan melihat tanggal,nama,umur, alamat
dan jenis kelamin
4. Mengatur tekanan darah dan dicatat dalam catatan perawatan
5. Menimbang berat badan pasien dengan timbangan anak dan mencatat
hasilnya pada kartu rekam medik
6. Petugas mempersilahkan pasien duduk dan menganamnesa keluhan
utama
7. Petugas memeriksa tanda-tanda vital pasien dan mencatat hasilnya
pada kartu rekam medik menurut kolom yang tersedia
8. Petugas mencatat hasil anamnesa pada kartu rekam medik
9. Mengarahkan pasien menuju laboratorium untuk pemeriksaan
penunjang
10. Petugas membaca dan menginterprestasikan hasil pemeriksaan
penunjang
11. Merujuk pasien ke rumah sakit atau ke UGD/ruang rawat inap
12. Memberikan therapy sesuai dengan diagnosa dan mencatatnya pada
kartu rekam medispasien
13. Menuliskan resep pada lembar resep yang tersedia dengan tulisan yang
jelas dan mudah dibaca dan menyerahkannya pada pasien
14. Mengarahkan pasien menuju ruang farmasi/apotek
15. Petugas mencatat identitas pasien,nomor indeks/nomor register, tanggal
kunjungan
Pendanaan yang digunakan (jamkesmas,askes),diagnosa,therapy dan
jenis kunjungan (baru atau lama) pada buku register ruangan poliklinik
umum
16. Membuat laporan jumlah kunjungan pasien ke poliklinik umum.
6. Unit 1. rekam medik
terkait 2. IGD
3. PKPR
4. GIZI
5. KIA
6. IMUISASI
7. SURVEYLANS
8. LAB
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELAYANAN PASIEN POLIKLINIK GIGI DAN MULTU

PELAYANAN PASIEN POLIKLINIK GIGI


DAN MULUT
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Menerima pasien yang datang berobat ke poliklinik gigi dan mulut untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
Tujuan pasien segera memeperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya
Kebijakan Dilaksanakan pada setiap pasien yang datang berobat ke poliklinik gigi dan
mulut
Referensi

Prosedur/
I. I. PERSIAPAN ALAT
Langkah- 1. Dental unit dalam posisinormal,rapi dan bersih
langkah 2. Alat diagnostik
a. Kaca mulut
b. Pinset
c. Sonde
d. Ekskavator
2. Cotton roll,cotton pelet,tanpon dan gelas kumur
3. Berkas catatan rekam medik pasien dan alat tulis
II. PELAKSANAAN
1. Memanggil pasien masuk kepoliklinik gigi sesuai urutan
2. Melakukan pangkajian dan dicatat dalam catatan rekam medik
3. Menyerahkan berkas catatan medik pasien kepada dokter yang
bertugas
4. Mendokumentasikan data-data pasien registrasi harian

III. Unit 1. Rekam medik


terkait 2. Keungan
3. Unit penunjang medik
4. Apotik
PENCABUTAN GIGI SUSU
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Melakukan tindakan pencabutan gigi susu persistensi (berdempet) dengan
mobility (goyang) dengan topikal anestesi
Tujuan Mencegah terjadinya pertumbuhan gigi berdempet/tidak beraturan
Kebijakan Dilaksanakan pada setiap pasien dengan gigi susu persistensi
Referensi

Prosedur/ 1. PERSIAPAN ALAT


Langkah- a. Dental unit dalam keadaan normal,bersih dan rapi
langkah b. Instrumen diagnosa, tang gigi sesuai dengan gigi yang dicabut
c. Kapas,tampon,anti septik,topical

2. PELAKSANAAN
a. Mempersilahkan pasien duduk didental chair (kursi gigi)
b. Pasien disuruh berkumur-kumur
c. Petugas menggunakan masker dan handscoon
d. Semprotkan chlor ethyl pada kapas dan rasakan pada kulit pasien
(supaya pasien tidak kaget)
e. Tempelkan dan tekan kapas yang sudah disemprot chlor ectyl pada
kedua sisi gusi yang akan dicabut
f. Cabut gigi dengan Tang
g. Socket ditutup dengan tampon yang telah diberi antiseptik
h. Beri intruksi kepada pasien :
1. Jangan sering berkumur-kumur
2. Jangan makan dan minum yang panas
3. Luka bekas pencabutan jangan dipegang/dimainkan dengan
lidah
i. Pasien dipersilahkan pulang
j. Alat dicuci dan disterilkan
IV. Unit 1. Rekam medik
terkait 2. Keungan
3. Unit penunjang medik
4. Apotik
PEMBERSIHAN KARANG GIGI (SCALLING )
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Membersihkan permukaan gigi dari sisa makanan,plak,stain (kotoran yang
berasal dari kafein) dan karang gigi
Tujuan menghindari gigi goyang,bau mulut, gusi berdarah,periodontitis (peradangan
pada jaringan periodontal)
Kebijakan Dilaksanakan pada setiap pasien yang Oitis (oral hygiene indekx simplyfied)
Referensi
Prosedur/ 1. PERSIAPAN
Langkah- a. Dental unit dalam posisi normal,rapi dan bersih
langkah b. Instrumen diagnosa dan scller
c. Cotton roll,cotton pelet
d. Anti septik,larutan untuk menghilangkan stain pada gigi
(OCCO,dan lain-lain)
2. PELAKSANAAN
a. Mempersilahkan pasien duduk didental chair (kursi gigi)
b. Petugas memasang masker dan handscoon
c. Pasien disuruh berkumur-kumur
d. Oleskan antiseptik pada gusi disekitar gigi yang akan discalling
e. Melakukan scalling
f. Jika masih ada karang gigi yang masih kuat menempel
dipermukaan gigi (stain) oleskan OCCO dengan menggunakan
catton pelet
g. Bersihkan kembali karang gigi sampai bersih
h. Pasien disuruh berkumur-kumur
i. Oleskan antiseptik pada gusi disekitar gigi yang sudah discalling
j. Berikan penyuluhan pada pasien
k. Pasien dipersilahkan pulang
l. Alat dicuci dan disterilkan
m. Petugas melepaskan masker dan handscoon
n. Cuci tangan dengan sabun
Unit 1. Rekam medik
terkait 2. Keuangan
3. Unit penunjang medik
4. Apotik
PENCABUTAN GIGI TETAP
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Pencabutan gigi pada orang dewasa
Tujuan Mencabut gigi yang sudah tidak berfungsi lagi pada orang dewasa
Kebijakan SK Kepala Puskesmas No.
Referensi

Prosedur/ 1. Petugas mempersiapkan alat dan bahan


Langkah- a. Nierbekken
langkah b. Alat diagnosa gigi
c. Tang gigi
d. Spuit 3 ml
e. Pehacain
f. Masker
g. Handscoon
h. Plovidone iodine
i. Tampon
j. Bein
2. Petugas menjelaskan pada pasien bahwa akan dilakukan tindakan
pencabutan gigi
3. Petugas memberikan inform consent kepada pasien untuk
ditandatangani
4. Petugas mencuci tangan,memakai handscoon dan memakai masker
5. Petugas memberitahu pasien tentang lokasi atau tempat yang akan
dianestesi
6. Petugas melakukan anestesi yaitu pehacain/lidokain dengan cara :
a. RA : infiltrasi pada gingiva sesuai regio
b. RB : anterior ,infiltrasi pada gingiva sesuai regio
7. Petugas melakukan pemisahan gigi dan gusi dengan menggunakan
bein
8. Petugas melakukan pencabutan gigi dengan posisi operator sesuai
dengan gigiyang akan dicabut
9. Petugas memberikan kapas pada luka bekas pencabutan
10. Petugas memberikan resep obat antibiotik,analgenik dan anti inflamasi
11. Petugas memberikan konseling/intruksi pasca pencabutan kepada
pasien :
a. Gigit kapas
b. Tidak boleh menghisap
c. Jangan berkumur terlalu keras
12. Petugas membersihkan alat dan mencuci alat yang sudah digunakan

V. Unit Poli gigi


terkait
PENAMBALAN GIGI
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Suatu cara untuk memperbaiki kerusakan gigi,agar gigi bisa kembali ke
bentuk semula dan berfungsi dengan baik
Tujuan 1. Sebagai acuan bagi seluruh tenaga medis dan paramedic dalam
melaksanakan ketentuan tentang persetujuan tindakan medis
2. Agar pasien mengetahui prosedur penanganan penyakitnya bisa
membahayakan atau tidak
3. Agar pasien dan keluarga mendapatkann informasi tentang hal-hal
perlu dipersiapkan sebelum dilakukan tindakan medik
Kebijakan 1. Setiap tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus
diinformasikan kepada pasien dan harus mendapat persetujuan dari
pasien dan atau keluarga
2. Persetujuan tindakan dari pasein dan atau keluarga harus dibuktikan
dengan pengisian from persetujuan tindakan medis(informed konsen)
Referensi 1. UU.No 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
2. Permenkes No. 290/menkes/per/2008
Prosedur/ I. Menyapa pasien dengan ramah
Langkah- II. Anamnesa
langkah 1. Menanyakan dan mencatat identitas pasien
2. Keluhan utama :
2.1. Lokasi gigi yang sakit
2.2.Mulai kapan dirasakan
2.3.Sifat sakit
a. Terus menerus
b. Kadang-kadang : timbulnya rasa sakit, rasa sakit
menyebar/setempat,sudah diobat/belum
3. Riwayat kesehatan umum
3.1. Apakah punya penyakit :
a. Jantung : keluar keringat dingin,berdebar,sesak
nafas, nyeri dada
b. Kencing manis : keluhan 3P (sering kencing,sering
lapar,sering haus),radang jaringan
penyangga(menyebabkan gigi goyang)
c. Darah tinggi
d. Kehamilan pada khususnya wanita,umur kehamilan,
berhubung dengan pemberian
obatanesthesi,alergi,asma
e. TBC
f. Hepatitis : gejala (rasa mual,muntah,icterus)
g. HIV/AIDS/penyakit kelamin
III. Pemeriksaan
E0: pipi diraba ; dengan 4 jari, dengan menekan pipi secara
lembut bila ada benjolan/pembekakan kekeyalannya keras
/lunak/ada fruktasi atau tidak
Bibir dilihat : dengan cara: ditarik dengan dua jari ( jari
telunjuk dan jempol), untuk bibir bawah ditarik kebawah, untuk
bibir atas ditarik ke atas
Diraba : bila ada perubahan warna/benjolan diraba dengan cara
:ditekan secara lembut dengan dua jari (bila ada pembekakan) :
keras atau lunak
Kel. Lymphe : diraba ,ada pembekakan atau tidak dengan dua
jari,jari telunjuk dan ajri tengah
LO :
1. Pemeriksaan pada gigi yang sakit dengan : v perkusi; sama
dengan prosedur duk pada tumpatan
2. Pemeriksaan pada seluruh gigi dijaringan sekitar gigi,
meliputi ; warna,posisi (malposisi) karies dan kelainan-
kelainanlainnya.
3. Mukosa pipi/jaringan periodental
IV. Diagnosa
Ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesa
2. Keluhan utama
3. Pemeriksaan EO
4. Pemeriksaan IO
V. Rencana perawatan
Rencana perawatan diputuskan dengan mempertimbangkan
diagnosa dan pragnosa perawatan , antara lain ;
1. Tumpatan amalgam
2. Tumpatan komposit
3. Tompatan GIC
4. Ekstrasi sederhana
5. Fissure sealant
6. skeling

VI. Unit Poli gigi


terkait
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELAYANAN PASIEN DI POLIKLINIK MTBS

PELAYANAN PASIEN DI POLIKLINIK MTBS


No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Menerima pasien yang datang berobat ke poliklinik MTBS untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan anak
Tujuan pasien segera memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya.
Kebijakan Dilaksanakan pada setiap pasien yang datang berobat poliklinik MTBS
Referensi
Prosedur/ 1. PERSIAPAN ALAT
Langkah- a. Tempat tidur dalam keadaan siap pakai
langkah b. Meja dan kursi
c. Berkas catatan rekam medikpasien dan alat tulis
d. Peralatan untuk pemeriksaan terdiri dari :
- Timbangan bayi - Tensimeter
- Timbangan dewasa - Thermometer
- Senter - Pita centimeter
- Stetoskop - Tongue spatel
e. Buku catatan medik
2. PELAKSANAAN
1. Memanggil pasien masuk kepoliklinik MTBS sesui urutan
2. Melakukan pengkajian dan dicatat dalam catatan rekam medik
3. Merumuskan masalah keperawatan
4. Merencanakan keperawatan
5. Melaksanakan tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi
6. Membuat evaluasi keperawatan
7. Menyerahkan berkas catatan medik pasien kepada dokter yang
bertugas
8. Mendokumentasikan data-data pasien pada registrasi harian
Unit 1. Rekam medik
terkait 2. Unit penunjang medik
3. Apotik
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TINDAKAN KEPERAWATAN
PENATALAKSANAAN DIARE
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Diare ialah buang air besar dengan konsistensi lebih encer / cair lebih dari
biasanya, > 3 kali per hari, dapat/tidak disertai dengan lendir/ darah yang
timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu
Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan tentang diare akut di ruang Rawat Inap
Puskesmas Abeli
Kebijakan Dibawah tanggungjawab UGD dan rawat inap.
Referensi 1. Garna. 2005. Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi ilmu
kesehatan Anak. Bandung RSUP Hasan Sadikin.
2. Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
3. Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta
Prosedur/ A. Diagnosis Diferensial
Langkah- Menret psikologi (shigella, V. Cholera, Salmonella, E. Coli, Raota Firus,
langkah Campilo bacter)
B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan rutin tinja.
C. Perawatan
Rawat Inap, bila terdapat dehidrasi berat / sedang
D. T e r a p i
Rehidrasi oral / prenteral, antibiotik atas indikasi, diit
E. P e n y u l i t
Asidosis, hipokalemi, renjatan, hipernatremi, kejang
F. Informet concent (tertulis)
Diperlukan pada tindakan invasif
G. Lama perawatan
Tiga sampai lima hari
Masa pemulihan
Dua sampai tiga minggu
Out Put
Sembuh total
Terapi
Rehidrasi
A. jenis cairan
1. Cara rehidrasi oral
a. Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti
oralit setiap kali diare.
b. Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
2. Cara parenteral
o Cairan I : RL dan NS
o Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL
O HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5
0 NS cairan khusus pada anak usia lebih dari 3 bulan
B. Jalan pemberian
1. Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
2. Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3. Jumlah Cairan ; tergantung pada :
a. Defisit ( derajat dehidrasi)
b. Kehilangan sesaat (concurrent less)
c. Rumatan (maintenance).
C. Jadwal / kecepatan cairan
1. Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat
badanya kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
a. BB (kg) x 50 cc
b. BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
2. Terapi standar pada anak dengan diare sedang : + 50 cc/kg/3
jam atau 5 tetes/kg/mnt
Terapi
A. obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
B. klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
C. anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide
D. antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta
Perawatan
A. Pantau Tanda – Tanda Vital
B. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
C. Pantau intake dan output
D. Timbang berat badan setiap hari
Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3
VII. Unit RAWAT INAP, UGD, PUSTU/POLINDE
terkait
PENATALAKSANAAN GASTROENTERITIS
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

KOTA KENDARI

dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Gastroenteritis adalah infeksi yang terjadi pada usus atau perut yang
disebabkan oleh beberapa jenis virus. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah
flu perut, flu lambung, atau virus perut. Infeksi ini menyebabkan terjadinya
mual, muntah, diare, kram perut, dan terkadang demam
Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderita GE agar petugas menyatakan tanda ,
gejala ,tingkat dehidrasi dan mampu menghitung kebutuhan cairan
Kebijakan Sikap petugas harus mampu menyatakan tanda gejala dan tingkatdehidrasi
sertamampu mengukur kebutuhan cairan bagi penderita
Referensi Garna. 2005. Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi ilmu
kesehatan Anak. Bandung RSUP Hasan Sadikin.
Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta
Prosedur/ 1. Gejala yang menonjol dari GE adalah muntah dan berak serta berulang,
Langkah- sehingga berakibat kehilangan cairan / dehidrasi.
langkah 2. Dehidrasi secara klinik dibedakan 3 langkah :
a. Dehidarasi ringanKehilangan cairan 2 – 5 % BB
b. Dehidrasi sedangKehilangan cairan 5 -8 % BBGambaran klinik :
Turgon jelip suara serak, nadi cepat, nafas cepat, pre shok
c. Dehidrasi BeratatKehilangan cairan : 8 – 10 % BB Gambaran klinik :
syok, apatis, syonotik, kejang, sampai koma
3. Prinsip tindakan adalah Rehidrasi sesuai dengan tingkatandehidrasi:
a. Dehidrasi ringan dilakukan rehidrasi peroral.
b. Dehidrasi sedang dan berat dilakukan rehidrasi parenteral denganInfus
cairan.
4. Penderita di MRS kanDalam 3 jam pertama diharapkan penderita berubah
status tingkat dehidrasimenjadi dehidrasi ringan.

Unit RAWAT INAP, PUSTU/POLINDES


terkait
PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Biasanya terjadi antara umur 3 bulan sampai 5 tahun berhubungan dengan
kejang demam atau kenaikan suhu tubuh ( suhu rectal lebih dari 38o C ).
Kejang biasanya berlangsung singkat kurang dari 6 menit. Sering kali kejang
berhenti sendiri.
Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan tentang KEJANG DEMAM
Kebijakan Dibawah tanggungjawab UGD dan rawat inap.
Referensi Baumann RJ. Technical Report: Treatment of the Child With Simple Febrile
Seizures. Pediatrics 1999; 103:e 86
Moyer VA. Evidence based management of seizures associated with fever.
BMJ 2001;323:1111–4
Prosedur/ 1. Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat
Langkah- 2. Pemberian oksigen
langkah 3. Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau
jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
4. Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan\
Jika kejang masih berlanjut :
1. · Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang
selang infus, 0,5 mg/kg per rektal
2. · Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
Jika kejang masih berlanjut :
o Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau
fenitoin 15-20 mg/kg per infus dalam 30 menit.
C.
Unit RAWAT INAP, BP, PUSTU/POLINDES
terkait
PENATALAKSANAAN ASMA BRONKIAL

No.dokumen :
STANDAR No.revisi :
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
Dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008

Pengertian Asma bronkial adalah gangguan inflamasikronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel inflamasi dan mediator.
Tujuan Prosedur ini dibuat dimaksudkan agar petugas kesehatan di puskesmas Poasia
dapat melakukan penanganan penderita otitis media akut dengan baik dan
benar
Kebijakan Langkah- langkah Penanganan Asma Bronchiale wajib sesuai dengan langkah-
langkah SPO ini.
Referensi Perawatan Dasar DEPKES RI Tahun 2014
Alat Alat : Tempat tidur, Tensimeter, Stetoskop,timer,Timbang Badan.
Prosedur PENATALAKSANAAN
a. Pasien disarankan untuk mengidentifikasi serta mengendalikan faktor
pencetusnya.
b. Perlu dilakukan perencanaan dan pemberian pengobatan jangka panjang
serta menetapkan pengobatan pada serangan akut sesuai tabel di bawah ini.
Table Penatalaksanaan asma berdasarkan beratnya keluhann
PEMERIKSAAN PENUNJANG LANJUTAN (BILA DIPERLUKAN)
a. Fototoraks
b. Uji sensitifitas kulit
c. Spirometri
d. Uji Provokasi Bronkus
KONSELING DAN EDUKASI
a. Memberikan informasi kepada individu dan keluarga mengenai seluk
beluk penyakit, sifatpenyakit, perubahan penyakit (apakah membaik
atau memburuk), jenis dan mekanisme kerja obat-obatan dan
mengetahui kapan harus meminta pertolongan dokter.
b. Kontrol secara teratur antara lain untuk menilai dan monitor berat
asma secara berkala (asthma control test/ ACT)
c. Polahidupsehat.
d. Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan:
1. Menghindari setiap pencetus.
2. Menggunakan bronkodilator/steroid inhalasi sebelum melakukan
exercise untuk mencegah exercise induced asthma.
KRITERIA RUJUKAN
a. Bila sering terjadi eksaserbasi.
b. Pada serangan asma akut sedang dan berat.
c. Asma dengan komplikasi.
PERSIAPAN DALAM MELAKUKAN RUJUKAN BAGI PASIEN
ASMA, YAITU:
a. Terdapat oksigen.
b. Pemberian steroid sistemik injeksi atau inhalasi disamping pemberian
bronkodilator kerja cepat inhalasi.
c. Pasien harus didampingi oleh dokter/tenaga kesehatan terlatih selama
perjalanan menuju ke pelayanan sekunder.

Unit terkait Poli Pengobatan, Poli Anak, UGD,Rawat Inap


Dokumen Buku rekam medis pasien
Terkait
PENATALAKSANAAN DEMAM TIFOID
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 001
Pengertian Demam tifoid banyak ditemukan di masyarakat perkotaan maupun di
pedesaan. Penyakit ini erat kaitannya dengan kualitas higiene pribadi dan
sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Tujuan Prosedur ini dibuat dimaksudkan agar petugas kesehatan di puskesmas Poasia
dapat melakukan penanganan penderita Demam tifoid dengan baik dan benar
Kebijakan Langkah- langkah Penanganan Demam Tifoid wajib sesuai dengan langkah-
langkah SPO ini.
Referensi Perawatan Dasar DEPKES RI Tahun 2014
Prosedur/ ALAT
Langkah- Tempat tidur, Stetoskop, Arloji, Thermometer, Tensimeter
langkah
PENATALAKSANAAN
a. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
1. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi.
2. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
3. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas.
4. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
kesadaran), kemudian dicatat dengan baik di rekam medik
pasien.
b. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan
mengurangi keluhan gastrointestinal.
c. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini pertama
untuk demam tifoid adalah kloramfenikol, ampisilin atau amoksisilin
(aman untuk penderita yang sedang hamil), atau trimetroprim-
sulfametoxazole (kotrimoksazol).
d. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif,
dapat diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua
yaitu Ceftriaxone, Cefotaxime (diberikan untuk dewasa dan anak),
Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun karena dinilai
mengganggu pertumbuhan tulang
Tabel. Antibiotik dan dosis penggunannya
Indikasi demam tifoid dilakukan perawatan di rumah atau rawat jalan:
a. Pasien dengan gejala klinis yang ringan, tidak ada tanda-tanda
komplikasi serta tidak ada komorbid yang membahayakan.
b. Pasien dengan kesadaran baik dan dapat makan minum dengan baik.
c. Pasien dengan keluarganya cukup mengerti tentang cara-cara merawat
serta cukup paham tentang petanda bahaya yang akan timbul dari tifoid.
d. Rumah tangga pasien memiliki atau dapat melaksanakan sistem
pembuangan ekskreta (feses, urin, muntahan) yang mememenuhi syarat
kesehatan.
e. Dokter bertanggung jawab penuh terhadap pengobatan dan perawatan
pasien.
f. Dokter dapat memprediksi pasien tidak akan menghadapi bahaya-
bahaya yang serius.
g. Dokter dapat mengunjungi pasien setiap hari. Bila tidak bisa harus
diwakili oleh seorang perawat yang mampu merawat demam tifoid.
h. Dokter mempunyai hubungan komunikasi yang lancar dengan keluarga
pasien.
KONSELING DAN EDUKASI

Edukasi pasien tentang tata cara:


a. Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari demam tifoid yang
harus diketahui pasien dan keluarganya.
b. Diet, pentahapan mobilisasi, dan konsumsi obat sebaiknya diperhatikan
atau dilihat langsung oleh dokter, dan keluarga pasien telah memahami
serta mampu melaksanakan.
c. Tanda-tanda kegawatan harus diberitahu kepada pasien dan keluarga
supaya bisa segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk perawatan
KRITERIA RUJUKAN
a. Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum tampak perbaikan.
b. Demam tifoid dengan tanda-tanda kedaruratan.
c. Demam tifoid dengan tanda-tanda komplikasi dan fasilitas tidak mencukupi.

Unit terkait Poli Pengobatan, UGD, Rawat Inap

Dokumen Buku rekam medis pasien


Terkait
PENATALAKSANAAN INJEKSI INTRA
MUSKULAR
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

KOTA KENDARI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter terhadap klien yang yang
diberikan obat secara intra muskulus (IM)
Tujuan agar absorpsi obat lebih cepat

Kebijakan Langkah- langkah injeksi IM wajib sesuai dengan langkah- langkah SPO ini.
Referensi H., A.Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku
2.Jakarta: Salemba Medika.
Potter, A. dan Perry, Anne G..2010.Fundamental Keperawatan Buku 2 edisi 7.
Jakarta: Salemba Medika.
Ribek, Nyoman, dkk. 2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium dan Klinik
Keperawatan Anak. Denpasar: Departemen Keperawatan Anak Poltekkes
Denpasar
Prosedur/ ALAT
Langkah-S sarung tangan 1 pasang
langkah
2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
3. Jarum steril 1 (21-23G dan panjang 1 – 1,5 inci untuk dewasa; 25- 27 G
dan panjang 1 inci untuk anak-anak)
4. Bak spuit 1
5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
6. Perlak dan pengalas
7. Obat sesuai program terapi
8. Bengkok 1
9. Buku injeksi/daftar obat
Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaanya)
2. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat Jelaskan tujuan, prosedur
dan lamanya tindakan pada klien/keluarga

Tahap Kerja
1. Mengatur posisi pasien
2. Membebaskan / membuka pakaian klien daerah yang akan disuntik
3. Mendesinfeksi permukaan kulit
4. Menancapkan jarum dengan posisi tegak lurus (90ͦ ) dengan permukaan kulit
5. Melakukan aspirasi
6. Memasukkan obat secara perlahan-lahan
7. Menarik jarum dengan cepat bila obat telah masuk
8. Menekan daerah bekas suntikan dengan kapas alcohol
9. Bantu pasien keposisi nyaman
10. Mengobservasi pasien
Tahap Terminasi
1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
Unit UGD, Poli Umum, KIA, Imunisasi
terkait
Dokumen Les Pasien
Terkait
PENATALAKSANAAN INJEKSI SUB CUTAN
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter terhadap klien yang yang
diberikan obat secara Sub Cutan (SC)
Tujuan agar absorpsi obat lebih cepat

Kebijakan Langkah- langkah injeksi SC wajib sesuai dengan langkah- langkah SPO ini.
Referensi H., A.Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku
2.Jakarta: Salemba Medika.
Potter, A. dan Perry, Anne G..2010.Fundamental Keperawatan Buku 2 edisi 7.
Jakarta: Salemba Medika.
Ribek, Nyoman, dkk. 2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium dan Klinik
Keperawatan Anak. Denpasar: Departemen Keperawatan Anak Poltekkes
Denpasar
Prosedur/
Langkah-
1 Sarung tangan 1 pasang
langkah
2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
3. Jarum steril 1 (21-23G dan panjang 1 – 1,5 inci untuk dewasa; 25-27 G dan
panjang 1 inci untuk anak-anak)
4. Bak spuit 1
5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
6. Perlak dan pengalas
7. Obat sesuai program terapi
8. Bengkok 1
9. Buku injeksi/daftar obat
Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
(kesukaanya)
Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien/keluarga

Tahap Kerja
1. Mengatur posisi pasien
2. Membebaskan / membuka pakaian klien daerah yang akan disuntik
3. Mendesinfeksi permukaan kulit
4. Menancapkan jarum dengan posisi miring (45ͦ ) dengan permukaan kulit
5. Melakukan aspirasi
6. Memasukkan obat secara perlahan-lahan
7. Menarik jarum dengan cepat bila obat telah masuk
8. Menekan daerah bekas suntikan dengan kapas alcohol
9. Bantu pasien keposisi nyaman
10. Mengobservasi pasien
Tahap Terminasi
1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
Unit UGD, Poli Umum, KIA, Imunisasi
terkait
Dokumen Les Pasien
Terkait
PENATALAKSANAAN INJEKSI INTRA VENA
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter terhadap klien yang yang
diberikan obat secara Intra Vena (IV)
Tujuan agar absorpsi obat lebih cepat

Kebijakan Langkah- langkah injeksi SC wajib sesuai dengan langkah- langkah SPO ini.
Referensi H., A.Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku
2.Jakarta: Salemba Medika.
Potter, A. dan Perry, Anne G..2010.Fundamental Keperawatan Buku 2 edisi 7.
Jakarta: Salemba Medika.
Ribek, Nyoman, dkk. 2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium dan Klinik
Keperawatan Anak. Denpasar: Departemen Keperawatan Anak Poltekkes
Denpasar

Prosedur/ ALAT
Langkah-Sa sarung tangan 1 pasang
langkah
2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
3. Jarum steril 1 (21-23G dan panjang 1 – 1,5 inci untuk dewasa; 25-27 G dan
panjang 1 inci untuk anak-anak)
4. Bak spuit 1
5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
6. Perlak dan pengalas
7. Obat sesuai program terapi
8. Bengkok 1
9. Buku injeksi/daftar obat
Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaanya)
2. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien/keluarga

Tahap Kerja
- Perawat mencuci tangan
- Memakai sarung tangan bersih
- Menyiapkan obat sesuai dengan dosis anjuran
- Mengatur posisi pasien untuk penyuntikan
- Memasang perlak dan pengalasnya pada area dibawah yang terpasang infus
- Mengecek kelancaran tetesan infuse sebelum obat dimasukkan
- Memastikan tidak ada udara pada spuit disposibl yang berisi obat
- Mematikan atau mengklame infuse
- Melakukan disinfektan pada area karet saluran infuse set pada saluran infuse
- Menusukkan jarum ke bagian karet saluran infuse dengan hati-hati degan
kemiringan
jarum 15-45 derajat
- Melakukan aspirasi atau menghisap spuit disposable untuk memastikan
bahwa obat
masuk ke saluran vena dengan baik. Jika saat aspirasi terlihat darah keluar ke
selang
infuse maka obat siap untuk dimasukkan
- Memasukkan obat secara perlahan dengan mendorong pegangan disposable
spuit
sampai obat habis
- Mencabut jarum dari bagian karet saluran infuse dengan mendidih kapas
pada lokasi
tusukan jarum tadi

Tahap Terminasi
1. Evaluasi respon klien
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
Unit UGD, Poli Umum, KIA, Imunisasi
terkait
Dokumen Les Pasien
Terkait
PEMINDAHAN PASIEN DARI KURSI RODA
KE TEMPAT TIDUR
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Membantu pasien pindah dari kursi roda ke tempat tidur.
Membatasi atau menghindari pergerakan pasien sesuai keadaan fisik
atau diagnosanya.
Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan pemindahan pasien dari kursi roda
ke tempat tidur
Kebijakan Pasien dalam keadaan keterbatasan pergerakan dan harus
didampingi perawat serta melibatkan keluarga pasien dalam proses
pemindahan
Prosedur/ PERSIAPAN ALAT :
Langkah- 1 Tempat tidur sudah disiapkan.
langkah 2 Dua atau satu orang perawat.
PENATALAKSANAANr :
3 Memberi tahu pasien.
4 Mengunci kursi roda.
5 Melipat/menyampingkan kaki kursi rida agar kaki pasien tidak terhalang
waktu berdiri.
6 Perawat berdiri didepan pasien , jika diperlukan keluarga dilibatkan dalam
proses pemindahan pasien dari kursi roda ke tempat tidur
7 Kedua tangan perawat memegang pinggang pasien dan kedua tangan
pasien memegang bahu perawat
8 Membantu pasien berdiri dan keluar dari kursi roda.
9 Memagang pinggang pasien dengan tangan kanan dan tangan kiri pasien
memeluk bahu perawat.
10 Mendudukkan pasien ditempat tidur.
11 Menahan punggung pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain
membantu mengangkat kedua kaki pasien diletakkan diatas tempat tidur,
lalu dibaringkan.
12 Merapikan pasien.
13 Mengembalikan kursi roda ketempat semula.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :
-14 Sebelum dan sesudah melakukan, perawat harus mencuci tangan.
Unit RAWAT JALAN, UGD, KADER, PUSTU/POLINDES
terkait
PENGHITUNGAN JUMLAH NADI DAN
PERNAFASAN
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Menghitung jumlah nadi dan pernafasan pasien selama 1 menit
Untuk mengetahui volume, rytme, jumlah nadi, pernafasan per menit.
Tujuan Sebagai acuan untuk penghitungan jumlah nadi dan pernafasan
Kebijakan Tersedia jam tangan dengan petunjuk detik dan timer
Prosedur/ PERSIAPAN ALAT :
Langkah- 1. Jam tangan
langkah 2. Timer
PENATALAKSANAAN NADI :
1. Perawat cuci tangan.
2. Pasien dibaringkan dalam posisi terlentang, bila memungkinkan
(mengatur posisi tangan),
3. mencari denyut pada pergelangan tangan (arteri radilais) sambil melihat
jam.
4. Menghitung denyut nadi, dapat dilakukan pada arteri radialis, menutup
selama 1 menit.
5. Observasi volume, nadi, rytme dan irama nadi.
6. Menghitung selama 1 menit nadi.
7. Mencatat hasil observasi kedalam catatan perawat.
8. Perawat cuci tangan.

PENATALAKSANAAN MENGHITUNG RESPIRASI :


1. Perawat cuci tangan.
2. Pasien dibaringkan dalam posisi terlentang, kecuali pasien sesak nafas
bisa didudukkan
3. Tekan tombol timer.
4. Menghitung respirasi selama 1 menit.
5. Menghitung selama 1 menit nadi.
7. Mencatat hasil observasi kedalam catatan perawat.
8. Perawat cuci tangan.

Unit RAWAT JALAN, UGD, KADER, PUSTU/POLINDES


terkait
PENATALAKSANAAN LUKA ROBEK
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Memberikan tindakan pertolongan pada luka robek dennga cepat dan tepat
Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan pengobatan luka dalam Mencegah
komplikasi dan infeksi nosokomial
Kebijakan 1 Perawat yang terampil
2 Alat-alat yang lengkap
Prosedur/ PERSIAPAN ALAT STERIL :
Langkah- HEACHTING SET :
langkah 1. Pinset anatomi 8. Kapas
2. Pinset chirurge 9. Benang – cargut - silk
3. Gunting 10 Jarum
4. Naald foulder 11. Hand scoe
5. Bengkok 12. Spuit 3 cc
6. Kom kecil 13 Klem anatomi
7. Kassa
BAKI/POLEY BERISI ALAT NON STERIL :
1. Gunting balutan
2. Plester
3. Verban
4. Obat desinfektan dalam tempatnya (bethadine, alkohol, savlon)
5. Obat luka sesuai kebutuhan
6. Tempat sampah
7. lidokain injeksi sebagai anasthesi
8. NaCl
PELAKSANAAN :
1. Memberitahu pasien dan keluarga + inform concern
2. Perawat cuci tangan
3. Mengatur posisi (perawat memakai hand scoen)
4. Perawat membersihkan luka denga NaCl
5. mendesinfektan luka dan sekitarnya dengan betadin
6. menganastesi luka dengan lidokain, kemudian lakukan heacting
7. Menutup luka dengan cara dibalut/diplester
9. Mencatat kegiatan dan hasil observasi
10. Klien dirapikan
11. Alat dibereskan dan dibersihkan
12. Perawat cuci tangan
Unit UGD, Poliklinik
terkait
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Tatacara mengukur tekanan darah dengan menggunakan Tensimeter
Untuk mengetahui ukuran tekanan darah pasien.
Tujuan Sebagai acuan untuk pengukuran tekanan darah.
Kebijakan -1 Ada petugas yang terampil
-2 Tersedia alat tensimeter
Prosedur/ persiapan alat :
Langkah- 1. stestoskop
langkah 2. tensi meter lengkap
3. buku catatan
4. alat tulis
penatalaksanaan :
1. Memberi tahu pasien.
2. Lengan baju dibuka atau digulung.
3. Manset tensimeter dipasang pada lengan atas dengan pipa karetnya berada
disisi luar tangan.
4. Pompa tensimeter dipasang.
5. Denyut arteri brachialis diraba lalu stetoskope ditempatkan pada daerah
tersebut.
6. Sekrup balon karet ditutup, pengunci air raksa dibuka, selanjutnya balon
dipompa sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa didalam
pipa gelas naik.
7. Sekrup balon dibuka perlahan-lahan sambil memperhatikan turunnya air
raksa, dengarkan bunyi denyutan pertama dan terakhir.
8. Hasil dicatat.

Unit RAWAT JALAN, UGD, KADER, PUSTU/POLINDES


terkait
PEMERIKSAAN FISIK
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Tujuan Sebagai acuan untuk melakukan tindakan pemeriksaan fisik
Kebijakan Langkah- langkah injeksi SC wajib sesuai dengan langkah- langkah SPO ini.
Prosedur/ BAGIAN TUBUH YANG DIPERIKSA :
Langkah- 1. Rambut 2. Extermitas /atas/ bawah
langkah 3. Kepala 4. Genetalia
5. Muka 6. Telinga
7. Mata 8. Leher
9. Hidung 10. Dada
11. Mulut 12. Perut / abdomen
Selain pemeriksaan di atas perlu diperhatikan juga gejala-gejala objektif
pasien, misalnya :
- Sikap pasien : ketakutan, apatis dan sejenisnya.
- Sikap tubuh : biasa, lordosa atau kyposa
CARA PEMERIKSAAN :
- Melihat (inspeksi) - Meraba (palpasi)
- Mengetuk (perkusi - Mendengar (Auskultasi)
PERSIAPAN :
- Alat :
Lampu baterey Stetoskop
Spatel lidah Bengkok
Sarung tangan dan Kom berisi larutan desinfektan
vaselin
Refleks hammer Tensi meter
Termometer Catatan medik
Buku catatan perawat Blangko resep dan blangko
pemeriksaan
- Pasien :- Pasien diberi tahu, Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan.
PELAKSANAAN :
- Gorden dan sampiran dipasang.
- Lakukan anamnesa lanjutan pemeriksaan daerah kepala.
- Pasien dibantu membuka baju, kemudian dilakukan pemeriksaan daerah
dada setelah selesai baju dipasang kembali.
- Pakaian pasien bagian bawah diturunkan, kemudian dilakukan
pemeriksaan bagian perut dan sekitarnya, setelah selesai pakain bawah
dipasang kembali.
- Selanjutnya pemeriksaan dilakukan terhadap tungkai pasien dengan
menggunakan refleks hammer.
- Tekanan darah diukur bila perlu, Setelah pemeriksaan selesai pasien
dirapikan.
- Peralatan dibereskan kembali dan dikembalikan ke tempat semula.
Unit RAWAT JALAN, UGD, KADER, PUSTU/POLINDES
terkait
PENANGANAN PASIEN YANG
MENINGGALKAN PUSKESMAS TANPA IJIN
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Tindakan yang dilakukan untuk menangani pasien yang meninggalkan
Puskesmas tanpa ijin dokter dan perawat lebih dari tiga jam.
Tujuan Sebagai acuan untuk penanganan pasien yang meninggalkan Puskesmas tanpa
izin
Kebijakan
Prosedur/ 1. perawat mencari pasien di dalam kamar, sekitar ruangan dan dalam
Langkah- lingkungan Puskesmas.
langkah 2. Bila ada telepon keluarga :
-. Menghubungi keluarga
Bila pasien ada di rumah disarankan untuk kembali ke
Puskesmas.
Bila pasien tidak mau kembali ke Puskesmas, disarankan untuk
datang ke Puskesmas untuk menyelesaikan administrasi.
Melaporkan masalah tersebut kepada koordinator ruang
perawatan, dokter dan petugas loket pembayaran rawat inap
3. Bila tidak ada telepon :
a Melaporkan masalah kepada koordinator ruang perawatan, dokter
dan petugas pembayaran rawat inap
b. Menghubungi orang terdekat (tetangga/ keluarga pasien)
c. petugas mendatangi sesuai alamat yang ada di les pasein
4. Melaporkan kembali kepada koordinator ruang perawatan, dokter
mengenai informasi tentang hasil tindakan.

Unit RAWAT JALAN, UGD, KADER, PUSTU/POLINDES


terkait
PENGAMBILAN DAN PENYEDIAAN
SPESIMEN UNTUK DIKIRIM KE
LABORATORIUM BAGI PASIEN RAWAT
INAP
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Pengambilan dan pendistribusian spesimen dalam keadaan fresh dan aman
sebagai bahan pemeriksaan laboratorium
Tujuan Sebagai acuan dalam pengambilan dan penyediaan spesimen untuk dikirim ke
laboratorium bagi pasien rawat inap.
Kebijakan 1. Adanya perawat yang diberi tanggung jawab untuk kegiatan laboratorium
pada jam kerja laboratorium
2. Menyediakan spesimen (UL, FL, sputum dan sampel darah untuk cross
match)
Prosedur/ PERSIPAN PERALATAN :
Langkah- 1. Spuit 5. Pot / tabung FL
langkah 2. botol darah yang berisis EDTA 6. Pot sputum
3. botol urin 7. Kertas etiket
4. kapas alcohol 8. baki
PENATALAKSANAAN
1. Mencatat nama pasien dan macam pemeriksaan di buku permintaan
pemeriksaan laboratorium
2. Mengisi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan
jenis pemeriksaan untuk laborat luar jika hari libur atau Cito 24 jam
3. Menyediakan tempat penampungan bahan pemeriksaan dan masing-
masing tempat diberi etiket yang lengkap dan jenis meliputi :
* Nama pasien * Tanggal pengambilan
* umur * Macam pemeriksaan (UL, FL, sputum, dll)
* Ruang rawat
4. keluarga pasien yang mengantar spesimen ke laborat kecuali tidak ada
keluarganya diantar oleh petugas bila di lakukan dilaborat puskesmas
5. Pemeriksaan cito dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kapan saja
pengambilan bahannya oleh petugas ruangan untuk dikirim kelaborat luar
6. Petugas laborat menulis hasil laborat di lembar hasil pemeriksaan
laboratorium dan biayanya (ditulis dipojok atas dengan secarik kertas)
7. Petugas rawat inap mengumpulkan dengan lembar status pasien
Unit Laboratorium
terkait
PERAWATAN DECOMPENSATIO CORDIS
GRADE I DAN II
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Memberikan perawatan pada penyakit jantung, untuk meringankan kerja
jantung.
1. Membebaskan pasien dari rasa sesak.
2. Mencegah komplikasi.
3. Menurunkan angka kematian.
4. Mengembalikan kcpada kehidupan optimal
Tujuan Sebagai acuan dalam perawatan decompensatio cordis.
Kebijakan a. Ada Petugas terampil, Ada Ruang Perawatan yang memadai
Prosedur/ PERSIAPAN ALAT :
Langkah- Tempat tidur semi foller, Tabung O2, Obat diuretik, Obat digitalis, Tensi dan
langkah stetoskop, Lembar observasi
PELAKSANAAN
1. Memberitahu pasien tentang status / kondisi pasien
2. Memindahkan pasien ke tempat tidur dan memberi posisi setengah
duduk, Memperhatikan keadaan umum pasien.
4. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
5. Memasang infus bila belum terpasang dengan mengatur tetesannya.
6. Mengobservasi tanda-tanda vital
7. Memberikan obat-obatan deuretik digitalis dll, sesuai instruksi
8. Melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan
9. Menjelaskan kepada pasien :
a. Keluhan-keluhan yang terjadi segera diberitahukan kcpada dokter atau
perawat yang jaga
b. Bila BAB tidak boleh mengedan
c. Diet diatur dari puskesmas dengan diet jantung rendah garam.
10. Mengukur dan mencatat in take out put dalam 12 jam dan 24 jam
11. Memperhatikan dan melapor kepada dokter adanya gangguan irama
jantung
12. Mengobservasi bila ada tanda-tanda cardiogenic shock
13. Memberikan waktu banyak untuk berbicara
a. Melegakan perasaan dan menghidupkan rasa bersyukur
b. Menyenangkan hati seutuhnya (Bio-psiko-sosial-kultural)
c. Menjawab pertanyaan penderita dengan bijaksana
d Pendekatan dan hubungan yang baik antara perawat, pasien dan
keluarga
14. Melakukan mobilisasi setelah tidak ada keluhan sesak nafas : Hari ke-
1 Menggerak-gerakkan kaki dan tangan
2 Duduk di tempat tidur dan makan sendiri
3 BAB dengan memakai pispot
4 Jalan di sekitar tempat tidur
5 Pindah ke ruangan bila perlu
15. Bila sesak pasien bertambah parah dilakukan rujukan ke RS pemerintah

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. O2 jangan sampai habis.
Unit UGD
terkait
MENGGANTI SPREY PASIEN
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Menciptakan rasa nyaman dalam usaha untuk mencegah adanya nosokomial
dengan pergantian sprey dalam jangka waktu yang sudah ditentukan
Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan menggantian sprey.
1. Sprey diganti secara rutin setiap 3 hari.
2. Memberikan pelayanan Prima.
Kebijakan Dibawah tanggungjawab dan pengawasan Ka. Ruang masing- masing.
Prosedur/ Persiapan alat :
Langkah- 1. sprey yang siap pakai (sarung bantal, selimut dan perlak)
langkah 2. kebah (pembersih debu)
3. keranjang linen kotor
Penatalaksanaan :
1. Pasien dan keluarga diberi penjelasan
2. Perawat cuci tangan
3. Selimut pasien diletakkan dikursi
4. Pasien dimiringkan
5. Sprei digulung sampai dibawah punggung bersama perlak.
6. Bersihkan bila ada kotoran diatas kasur
7. Pasang sprey bersama perlak
8. Pasien dimiringkan ke lain sisi dan ambil gulungan srey/ perlak yang
kotor
9. Tarik sprey yang bersih dan dirapikan
10. Pasien di kembalikan pada posisi semula
11. Sarung bantal/ guling juga diganti dan bereskan tempat kotor dibawa
kebelakang
12. Perawat cuci tangan.

Unit Bagian Cucian


Terkait
PENGATURAN OPERAN JAGA
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Pengaturan operasi jaga adalah tata cara serah terima jaga.
Tujuan SOP ini disusun sebagai acuan dalam :
Menjaga kestabilan pelayanan yang berhubungan dengan kolabirasi
dengan medis
Meningkatkan komunikasi antar perawat, perawat dengan penderita dan
keluarga.
Kebijakan SK Kepala Puskesmas Abeli NO.
Prosedur/ Petugas shift selanjutnya datang langsung ambil buku laporan harian,
Langkah- petugas jaga sebelumnya memberikan waktunya untuk keliling timbang
langkah
terima penderita : mengenai advis dokter dan tindakan selanjutnya ke
penderita.
Sebagian dari petugas, ada yang operan alat-alat dan yang lain perlu
dioperkan di ruang jaga.

Unit Bagian keperawatan


Terkait
PEMINDAHAN PASIEN
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Proses perpindahan pasien dari satu TT ke TT yang lain
Tujuan Sebagai acuan untuk melakukan tindakan Pemindahan pasien.
Kebijakan 1. Pemindahan dilakukan atas perintah dokter atau permintaan dari pasien
dan keluarganya.
2. Adanya tempat tidur dan sarana yang telah tersedia menurut kebutuhan.
3. Pemindahan dilakukan dengan cara dan waktu sedemikian rupa sehingga
jangan sampai mengganggu saat istirahat pasien sendiri maupun yang
lainnya,
4. Sebelum, selama dan sesudah pemindahan selalu dilakukan pemeriksaan
ulang terhadap tanda vital
Prosedur/ 1. Motifasi sekali lagi terhadep pasien dan keluarganya tentang keadaan den
Langkah- bentuk pelayanen madis dan perawatan diruangan yang baru nanti, agar
langkah pihak keluarga mampu beradaptasi.
2. Hubungi ruangan yang akan dituju dengan menjelaskan
- Gejala / diagnose klinis.
- Keadaan umum.
- Memakai infus / tidak, DK / tidak dsb.
Dan jelaskan kebutuhan yang perlu disiapkan diruangen yang baru :
- O2
- Alat penghisap (section)
- Posisi setengah duduk.
3. Siapkan catatan medik dan obat-obatan.
4. Siapkan pasien :
- Atur pasien serapi mungkin.
- Atur pasien senyaman mungkin, sesuai keadaan umumnya. Kalau
perlu petugas menanyakan pasien lebih senang dipindah memakai
brankat atau dengan kursi roda K/K bawa bengkok
- Dalam kasus tertentu, kalau perlu O2 dibawa selama perjalanan pindah
5. Selama perjalanan pemindahan observasi perubahan yang mungkin terjadi
:
- Nafas tersengal-sengal
- Cyanosis
- Berhenti nafas
- Kejang-kejang
6. Selama perjalanan jangan ditutup/menghentikan pengatur tetesan infus
(mematikan)
7. Setelah pasien pindah, bersihkan ruangan yang ditinggalkan tersebut,
rapikan dan siapkan untuk pasien baru.
Unit terkait UGD
MEMBERI POT / URINAL KEPADA PASIEN
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Menolong pasien untuk menampung tinja dengan menggunakan /
memberikan pot / urinal.
- Mengurangi pergerakan pasien yang harus istirahat mutlak.
- Mendapatkan bahan pemeriksaan laboratorium.
- Mengosongkan rectum.
Tujuan - Sebagai acuan tindakan memberikan pot/urinal kepada pasien
Kebijakan - Ada tenaga terampil
- Tersedia alat-alat yang diperlukan
Prosedur/ PERSIAPAN :
Langkah- 1. Pot 2. Kertas kloset
langkah 3. Alas bokong 5. Kain penutup / sketsel /sprey
4. Botol berisi air bersih
PROSEDUR :
 Beritahu pasien tindakan yang akan dilakukan
 Membawa alat ke dekat pasien.
 Menyiapkan lingkungan.
 Membuka/menurunkan pakain bagian bawah.
 Meletakkan dan mengatur posisi pot di bawah bokong pasien.
 Memberikan urinal
 Menutup kaki sampai ke bokong pasien dengan kain penutup / sprey/
sketsel.
 Mengangkat urinal
 Memiringkan pasien dan membersihkan bokong dengan menyiram dan
mengeringkan dengan kertas kloset.
 Mengangkat pot dan alas bokong.
 Merapikan posisi dan pakaian pasien.
 Membawa pot dan urinal ke spoelhok.
 Merapikan alat
 Mencuci tangan.

YANG PERLU DIPERHATIKAN :


1. Perhatian komposisi, jumlah, warna dan bau tinja.
2. Bila ada kelainan lapor ke perawat penanggung jawab.
3. Perhatikan privacy pasien
Unit UGD
terkait
MEMBERI NOMOR REGISTER
PASIEN RAWAT INAP
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Memberi nomor urut pada buku register pasien rawat inap
1. Untuk mengetahui jumlah pasien rawat inap dalam satu tahun
2. Untuk memudahkan mencari data/status pasien rawat inap
Tujuan Sebagai acuan untuk melakukan pemberian nomor regester rawat inap.
Kebijakan - Ada petugas
- Penulisan nomor urut register pada buku register harus sesuai dengan
nomor urut pasien yang dirawat inap
Prosedur/ 1. Pasien/keluarga pasien datang di UGD
Langkah- 2. Petugas pendaftaran mencatat data/identitas pasien ke dalam buku register
langkah rawat inap.
3. Menulis nomor urut register pada buku register sesuai dengan nomor urut
pasien yang dirawat inap
4. Nomor urut register dibuat setiap tahun yang diawali mulai tanggal 1
Januari dengan nomor 01 sampai dengan tanggal 31 Desember

Unit UGD
terkait
MEMASANG INFUS
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Tata cara pemasangan infus kepada pasien yang kekurangan cairan tubuh
Memberikan cairan pada pasien yang memerlukan perawatan lanjut
Tujuan - Sebagai acuan untuk melakukan tindakan memasang infus.
Kebijakan - Ada instruksi dokter
- Ada perawat pelaksana
- Ada satu set peralatan pemasangan infus lengkap
Prosedur/ PERALATAN :
Langkah- 1. Infuse set 2. Kasa
langkah 3. Cairan NS, D 5%, RL 4. Sarung tangan
5. Venvlon no 22, 20 6. Verban
7. Kapas alcohol dalam 8. spalk
tempatnya
9. Plester 10. Perlak dan pengalas
11. Gunting 12. Pembendung
PENATALAKSANAAN
 Perawat cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
 Memberi motivasi pada pasien dan keluarga, bila keluarga dan pasien
setuju diberikan persetujuan tindakan medik.
 perawat memakai sarung tangan
 Perlak dan pengalas dipasang.
 Memeriksa ulang cairan yang akan diberikan.
 Cairan digantungkan pada standar
 Tutup botol cairan didesinfeksi dengan kapas alkohol lalu ditusukkan
slang infus, kemudian alirkan sampai udara keluar.
 Menentukan vena yang akan ditusuk.
 Disinfeksi area yang akan ditusuk dnegan diameter 5 s/d 10 cm.
 Menusuk jarum infus/abocath/scalpen pada vena yang telah ditentukan.
 Bila berhasil darah akan keluar, maka pembendungan dilepas, penjepit
dilonggarkan untuk melihat kelancaran cairan.
 Bila tetesan lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit dengan plester
kemudian mengatur tetesan.
 Menutup bagian yang ditusuk dengan kasa steril
 Gunakan spalk bila perlu.
 Merapikan pasien dan mengatur senyaman mungkin.
 Memperhatikan reaksi pasien.
 Mencatat waktu pemasangan, jenis, jumlah tetesan.
 Alat-alat dibereskan.
 Perawat cuci tangan.
Unit terkait UGD, PONED
PENGAMBILAN DARAH UNTUK
PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Kriteria Diagnosis
- Gejala klinis 3P : polyphagi, polyuri, polidypsi mengakibatkan penurunan
BB yang drastis
- Gula darah 2 jam setelah minum glocoses > 75 gram/> 200 mg%
Tujuan Sebagai acuan dalam penetuan penderita Diabetes Melitus
Kebijakan Dilaksanakan oleh perawat pelaksana
Prosedur/ Persiapan peralatan
Langkah-  GDA Stik
langkah  glukocad ( blood gluko test meter)
 Jarum tusuk
 Kapas alkohol
 Sediaan urin
 buku mencatat hasil
Penatalaksanaan
1. Jelaskan pada pasien / keluarga pasien
2. Alat dekatkan pada pasien
3. Masukan stik ke glukocad
4. Pilih jari manis tangan kiri kecuali ada factor penyulit bias pilih jari
yang lain
5. Jari diurut (diberi tekanan) untuk mengumpulkan darah
6. Jari diberikan kapas alkohol
7. Tusuk dengan jarum pada jari yang terpilih
8. Tempelkan stik pada darah yang keluar sambil jari diurut untuk
mengeluarkan darah secukupnya
9. Tunggu 30 detik
10. Catat hasilnya
Unit UGD, Laboratorium
terkait
PENERIMAAN PASIEN BARU RAWAT INAP
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Menerima pasien Puskesmas untuk dirawat sesuai yang berlaku dirawat
inap
Tujuan - Sebagai acuan dalam protap perwatan dasar langsung
Kebijakan a. Ada Petugas.
b. Ruang Penerimaam Pasien.
c. Ruang Tindakan.
Prosedur/ Persiapan :
Langkah- - Pasien dan keluarganya diterima dengan ramah.
langkah - Lihat kondisi pasien (bisa berdiri, duduk atau berbaring)
- Selanjutnya lakukan pengkajian data melalui anamnese dan pemeriksaan
fisik.
- Laporan pasien pada penanggung jawab ruangan.
- Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang tata tertib yang berlaku di
Puskesmas serta orientasi keadaan ruangan/fasilitas yang ada.
- Mencatat data dari hasil pengkajian pada catatan medik dan catatan
perawatan pasien.
- Memberitahukan prosedur perawatan/tindakan yang segera dilakukan.

Unit terkait UGD


PERAWATAN DASAR LANGSUNG
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin a. Menerima pasien baru
- Menerima pasien yang baru masuk Rumah Sakit untuk dirawat sesuai
yang berlaku.
b. Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan tubuh pasien secara keseluruhan atau hanya bagiantertentu
yang dianggap perlu
Tujuan - Sebagai acuan dalam PROTAP perwatan dasar langsung
Kebijakan Ada Petugas, Ruang Penermaam Pasien, Ruang Tindakan.
Prosedur/ Persiapan :
Langkah- - Alat :
langkah - Lampu baterey
- Slatel lidah
- Sarung tangan dan vaselin
- Refleks hammer
- Termometer
- Stetoskom
- Bengkok
- Kom berisi larutan desinfektan
- Tensi meter
- Buku catatan perawat
- Catatan medik
- Blangko resep dan blangko pemeriksaan lanjutan
- Pasien :
- Pasien diberi tahu
- Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan.
Pelaksanaan :
- Gorden dan sampiran dipasang.
- Lakukan anamnesa lanjutan pemeriksaan daerah kepala.
- Pasien dibantu membuka baju, kemudian dilakukan pemeriksaan daerah
dada setelah selesai baju dipasang kembali.
- Pakaian pasien bagian bawah diturunkan, kemudian dilakukan
pemeriksaan bagian perut dan sekitarnya, setelah selesai pakain bawah
dipasang kembali.
- Selanjutnya pemeriksaan dilakukan terhadap tungkai pasien dengan
menggunakan refleks hammer.
- Tekanan darah diukur bila perlu.
- Setelah pemeriksaan selesai pasien dirapikan.
- Peralatan dibereskan kembali dan dikembalikan ke tempat semula.

Unit terkait RAWAT JALAN, UGD, KADER, PUSTU/POLINDES


DISPEPSIA
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Kriteria Diagnosis

Adanya gejala-gejala di ulu hati / perut berupa :


- Nyeri di ulu hati
- Rasa mual
- Kembung dan
- Syndrome asam
- Gejala ini dapat berhubungan atau tak ada hubungan dengan makanan
Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderita dispepsia
Kebijakan Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
Prosedur/ Diagnosis Diferensial
Langkah-
langkah - Tukaka peptik (lambung, doudenum)
- Esofahis
- Achalasia
- Acut infark myocard jantung muda dan kurus, NIDDM didapatkan
pada umur tua (30-40) tahun dan gemuk

Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan EKG

Terapi

1. Diet lunak, rendah asam, tidak merangsang (tanpa bumbu-bumbu yang


keras, al. cabe dsb)
2. Obat antasida untuk menetralisir asam lambung
3. Obat-obat yang mengurangi asam lambung seperti H2 antagonis,
omeprazole
Penyulit :
Yang terjadi karena sering mual, tidak ada nafsu makan, maka dapat
malnutrisi dan banyak muntah-muntah dapat terjadi dehidrasi

Lama perawatan :
5 – 10 hari
Unit terkait UGD
PENGAMBILAN OBAT PENDERITA KE
APOTEK
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin
Tujuan 1. Untuk mendisiplinkan pemakaian dan pengambilan obat
2. Untuk meringankan rekening penderita sewaktu pulang
3. Pemberian resep sebaiknya disesuaikan dengan keadaan penderita
4. Untuk resep injeksi sebaiknya dilakukan tiap hari, kecuali obat per oral
Kebijakan Sebagai acuan dalam pengambilan obat penderita ke apotek
Prosedur/ 1. Adanya blangko pengambilan obat tertulis
Langkah- * Nama penderita
langkah * Bangsal / Ruangan
* Macam obat
* Tanggal pengambilan
2. Dimasing-masing bangsal & di apotek harus punya buku dan harus ada
tanda tangan siapa yang bertanggung jawab
3. Seorang pegawai apotek harus mengecek ke masing-masing ruangan
tentang obat injeksi ataupun oral yang diberikan kepada penderita tiap
hari

Unit terkait Apotek


HEPATITIS VIRUS
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Kriteria Diagnosis
Dimulai dengan demam, mual-mual dan muntah, lemah, sakit otot badan.
Setelah menurun timbul ikterus SGOT dan SGPT meninggi 3-5 x nilai normal
Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderita hepatitis virus
Kebijakan Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
Dirujuk apabila :
 Kondiisi bertambah lemah
 Nafsu makan menurun
 SGOT dan SGPT terlalu tinggi
Prosedur/ Diagnosis Diferensial
Langkah- Hepatitis yang disebabkan karena :
langkah - Obat-obatan (Isoniazid, Rifamcin, dll)
- Bacteri/leptosspira penyakit typhus, penyakit weil
- Sirosis hati
Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
Pemeriksaan fungsi hati, UL, Bilirubin, Urobilin, SGOT, SGPT meningkat
3-5 x nilai normal
- Dalam keadaan meragunakan pemeriksaan USG
Perawatan
- Rawat inap bila KU lemah susah makan karena muntah-muntah dan
test fungsi hati yang jelek al Bil tot > 7 mg% beri rujukan ke RS bila
puskesmas tidak mampu
- Sebagian besar rawat jalan
Terapi
- Istirahat yang cukup
- Diet dengan kalori tinggi, rendah lemak, dengan protein yang cukup
tinggi
- Infus D 5% jika kondisi pasien lemah
Penyulit :
- Terjadinya hepatitis fuminan dengan gejala kerusakan fungsi hati yang
bertambah buruk
- Hepatitis kolestatik dengan gejala-gejala bendungan cairan empedu
- Berlanjut menjadi hepatitis kronis
Lama perawatan :
Tergantung dari berat ringannya penyakit, pada umumnya bila memerlukan
perawatan diperlukan kurang lebih 1 minggu
Unit terkait UGD, Ambulan Rujukan
PENGADAAN STOK FORM RAWAT INAP
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Tata cara pengadaan semua formulir rawat inap
Tujuan - Sebagai acuan untuk pengamanan stok form rawat inap
Kebijakan - Ada instruksi dokter
- Ada perawat pelaksana PJ administrasi
- Jumlah aman adalah apabila lebih dari 50 lembar.
Prosedur/  Petugas melakukan pengecekan FORM rawat inap setiap minggu untuk
Langkah- melihat jumlah yang memenuhi jumlah aman
langkah  Apabila jumlah sudah dibawah aman petugas administrasi mengcopi
form rawat inap sejumlah lebih dari 100 lembar.
 Bon pembayaran dari foto kopi dibayar oleh petugas administrasi
 Bon dari fotokopi diklaimkan ke penanggungjawab ruang rawat inap
untuk meminta ganti sejumlah uang yang digunakan

catatan : Untuk keamanan setiap form di rawat inap disiapkan khusus untuk
difotokopi
Unit terkait Logistik
PENGADAAN STOK ATK RAWAT INAP
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Tata cara pengadaan ATK Rawat Inap
Tujuan - Sebagai acuan untuk pengamanan stok ATK Rawat Inap
Kebijakan - Ada instruksi dokter
- Ada perawat pelaksana PJ administrasi
- Jumlah aman adalah apabila jumlah minimal ATK yang ada di Rawat
Inap lebih dari 2 kali dari ATK yang digunakan
Prosedur/  Petugas administrasi melakukan pengecekan ATK Rawat Inap setiap
Langkah- bulan untuk melihat jumlah yang memenuhi jumlah aman
langkah  Apabila jumlah sudah dibawah aman petugas administrasi UGD
melakukan permitaan pada petugas ATK puskesmas
 petugas ATK memberikan sesuai denga permintaan barang jika masih ada
stok dibagian ATK puskesmas

Unit terkait Bagian ATK


DIABETES MELITUS
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Kriteria Diagnosis
- Gejala klinis 3P : polyphagi, polyuri, polidypsi mengakibatkan penurunan
BB yang drastis
- Gula darah 2 jam setelah minum glocoses > 75 gram/> 200 mg%
Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderita Diabetes Melitus
Kebijakan Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter ahli penyakit dalam
Prosedur/ Persiapan peralatan
Langkah-  GDA Stik (glukopat)
langkah  Jarum tusuk
 Kapas alkohol
 Sediaan urin
Diagnosis Diferensial
- IDDM didapatkan pada umumnya usia muda dan tua
- NIDDM didapatkan pada umum tua (30-40 tahun) dan gemuk
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam sesudah makan, air seni,
Terapi
 Diet diabetes melitus, kalori disesuikan dengan berat badan
 disarankan untuk olah raga teratur
 OAD
 insulin atas indikasi tertentu
Penyulit
- Ketoasidosis sampai terjadi koma diabetik
- Retino patia sampai menjadi buta
- Nefropatia
- Penyakit jantung coroner
- Hipoglikemia
Lama perawatan
Perawatan diperlukan untuk menormalkan gula darah dibutuhkan waktu
sekitar 1 minggu
Unit terkait UGD
PASIEN KELUAR RAWAT INAP
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Pasien kelauar adalah :
1. Pulang sembuh (selesai pengobatan)
2. Pulang paksa (pasien / keluarga pasien meminta pulang walau belumk
sembuh)
3. Dirujuk ke RS
4. Meninggal
Tujuan Sebagai pedoman dalam proses pasien keluar dari rawat inap puskesmas dan
adminstrasi pasien keluara rawat inap
Kebijakan Administrasi yang berkaitan dengan jenis pembayaran pasien, dilakukan
sesuai pedoman yang berlaku dan harus dicukupi sebelum pasien pulang
Prosedur/ 1. Pasien yang dinyatakan pulang atau keluar rawat inap oleh dokter,
Langkah- pihak keluarga dapat mengurus penyelesaian administrasi di bagian
langkah loket rawat inap pada jam kerja.
2. Perawat mengembalikan status pasien ke petugas loket rawat inap dan
bila pasien masih dinfus, maka perawat5 melepaskan infuse set dahulu
3. Petugas loket mebuat perincian pembayaran sesuai tariff dan
mebuatkan surat control untuk pasien
4. Apabila pasien pulang paksa maka keluarga menandatangani
pernyaataan pulang paksa dengan disertai alasan yang ditulis oleh
keluarga pasien pada ststus rawat inap. Perawat memberikan stempel
pulang paksa pada status rawat inap.
5. Pasien yang masih mendapatkan obata maka perawat menyerahkan
obat tersebut kepada pasien / keluarga pasien untuk diteruskan
dirumah, sebelumnya diberikan konseling mengenai aturan
penggunaan obat selama dirumah.
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
Pasien keluar dengan jaminan pemeliharaan kesehatan seperti askes
PNS / social, Askeskin / SKTM diperbolehkan pulang jika sudah
melengkapi administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Unit Loket rawat inap
terkait
PERAWATAN LUKA BAKAR
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Kriteria Diagnosis
Kerusakan kulit akibat trauma panas, listrik, kimia dan radiasi
Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderita luka bakar
Kebijakan Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter spesialis bedah
Prosedur/
Langkah- Penatalaksanaan di IRD
langkah Pertolongan pertama pada penderita luka bakar:
1. Bebaskan penderita dari kontak dengan penyebab luka bakar dengan
melepaskan semua baju dan barang yang melekat di tubuh.
2. Pemeriksaan ABC (Airway, Breathing, Circulation)

Airway (Jalan napas)


Bebaskan dari gangguan jalan napas atas (oedema jalan napas atas)

Breathing (pernapasan)
1. Periksa adanya gangguan pernapasan akibat trauma inhalasi.
2. Bila perlu pemakaian endotracheal inkubasi atau tracheostomi.

Circulation
1. Bila penderita dalam keadaan shock: ditanggulangi dengan pemberian
cairan infus (RL), grojok. Bila perlu perlu pasang lebih dari satu
tempat infus.
2. Setelah shock teratasi, berikan cairan dengan Rumus Bexter (RL) 4
cc/Kg.BB/luas /luka bakar)

PERAWATAN LUKA PADA LUKA BAKAR


1. Dilakukan debridement luka
2. Dimandikan atau dibersihkan dengan desinfektan ringan
3. Bulla dipecah bila keruh atau besar (>= 5 cm)
4. Setelah bersih luka diolesi dengan salep SSD (Silver Sulfat Diazine)
(Perawatan secara terbuka).
5. Penderita dibawa keruangan dengan dialasi dan dikerudungi kain yang
serba steril.
6. Obat lain : analgetika/sedativa, kalau perlu pemberian anti biotika
spektrum luas sebagai profilaksis.
Unit Terkait
UGD
DEHIDRASI
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Kriteria Diagnosis

Muntah, sesak, dehydrasi, tensi turun


Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderita dehydrasi
Kebijakan Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter ahli penyakit dalam
Prosedur/ Diagnosis Diferensial
Langkah-
langkah Cholera, keracunan makanan, salmonella diarhea, oral diare

Pemeriksaan Penunjang

Ureum, Ceatinin, Feces

Perawatan RS
Rawat inap pada :
- Dehydrasi berat
- Sjok
- Gagal ginjal akut

Terapi

- Rehidrasi dengan RL/NaCl 0,9%


- Kausal
- Kotrimoxazol bila disertai Febris
- Metronidazol bila diare disertai darah/lender
Penyulit :
- ATN/gagal ginjal akut, nosokomial infeksi

Lama perawatan :
1 minggu

Unit Terkait
UGD
HIPERTENSI
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik
Kriteria Diagnosis
Tekanan darah lebih atau sama dengan 160/95 mmHg
Tujuan Sebagai acuan tatalaksana penderita hipertensi
Kebijakan Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter ahli penyakit dalam
Prosedur/ Diagnosis Diferensial
Langkah- 1. Hipertensi Esensial : (Primer tak jelas sebabnya) didapat lebih dari
langkah 90% penderita
2. Hipertensi Sekunder :
- Penyakit ginjal : Stenosis arteri renalis, GN, PNK, ginjal
polikistik, nefropati
- O.K obat : Ji\ontrasepsi, simpatomimetik
- Endokrin : Feokromositom, hiperfungsi, adrenokortikal
- Neurogenik, Lain-lain
Pemeriksaan Penunjang
- Mencari komplikasi kardiovaskuler :
- Fungsi ginjal : Ureum, kreatin, urinalisis/proteinuri
- Kelainan jantung : Foto toraks, EKG
- Kelainan vaskuler mata (retina)
- Mencari faktor resiko kardiviovaskuler
- Serum kolesterol, trigliserida
- Gula darah
Perawatan Puskesmas : Rawat inap pada hipertensi berat gawat
atau yang mendesak atau dengan komplikasi
Terapi
a. Non Farmakologi : Untuk hipertensi berat ringan-sedang :
- Rendah garam (< 3 gr/hari), penrunan berat badan
b. Obat :
- Diuretik : HCT x 12,5-25 mg / indapamide 1 x 2,5 mg,
- Penghambar adrenergik : Bekerja sentral :Reserpine 1 x 0,05-0,25 mg
- Penyekat alfa-1 : Prazosin 2 x 1-8 mg, doxasin 1 x 1-5 mg
- Penghambat ACE : Catopril 1-3 x 12,5 – 25 mg
- Penghambat kalsium : Nifedipine 3 x 5-10 mg
c. Untuk Hipertensi Krisis, gawat atau darurat :
- Nifedipin sub lingual 10 mg dapat diulang
Penyulit :
- Perdarahan otak, ablasio/perdarahan retina, dekompensasi kordis
- Stroke, P.J. Koroner, gagal ginjal, buta
Lama perawatan :
Pada yang gawat 1 minggu
Unit Terkait Rawat Jalan, Ugd, Kader, Pustu/Polindes
PENANGANAN TUBERCOLUSIS
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Kriteria Diagnosis
Sering demam, batuk, napsu makan turun, berat bdan tidak mau naik, kontak
dengan TB dewasa adanya benjolan pada leher, selangkangan paha, kejang,
kaku, muntah dan kesadaran menurun, pembesaran hepar dan lien, uji
tuberkulin (+), kelainan pada fota toraks dan kelainan pada likuor serebro
spinalis.
Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan pasien TBC
Kebijakan Dilakukan oleh perawat senior yang sudah mahir
Prosedur/ Diagnosis Diferensial
Langkah- Atipik, sarkoidosis
langkah Pemeriksaan Penunjang (dilakukan di RS)
Uji tuberkulin, pemeriksaaan darah rutin lengkap, foto oraks, foto tulang ,
tulang/ palvis. Tulang punggung, fundoskopi, pemeriksaan hasil TB dari
bilasan lambung dan sputum, biopsi jaringan, pungsi pleura dan lumbal atas
indikasi.
Bila perlu analisis gas darah / laktrolit
Perawatan
Rawat Inap, pada kasus berat rujukan ke RS
Terapi
Obat-obatan tuberkulostatik, steroid dan indikasi tipe D
Informet concent (tertulis)
Perlu
Lama perawatan
Tiga bulan untuk meningitis
Out Put
Sembuh, kronik atau meninggal
Terapi
Untuk kategori 1 dengan menggunakan paket OAT yang diberikan mingguan
Untuk kategori 2 dengan OAT ditambah suntikan streptomicin setiap hari
sampai 2 bulan.
Unit Terkait BP, P2M, UGD
PENGELOLAAN LINEN
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti.
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertin Proses penanganan linen kotor dari rawat inap
Tujuan Sebagai tatalaksana dalam penanganan linen dari rawat inap
Kebijakan Linen rawat inap maksimal dipakai dalam waktu 3 hari
Prosedur/ 1. Linen kotor habis pakai dimasukan pada kotak linen kotor
Langkah- 2. Perlak dilipat dengan bagian kotor didalam dan diletakkan pada tempat
langkah perlak kotor dekat ruang pencucian
3. Juru cuci mengambil dengan memakai sarung tangan untuk dipisahkan
pencucian pelrlak dan linen
4. Pencucian linen dan pengeringan :
a. Linen dicuci langsung dengan menambahkan air dan detergen
direndam beberapa menit
b. Lakukan pencucian dengan tangan setelah dirasa cukup bersih bilas
dengan air bersih, kemudian masukan bayclin.rendam sebentar
sampai bersih
c. Peras lalu jemur dengan sinar matahari langsung
d. Setelah kering setrika dan linen siap dikirim ke rawat inap lagi
5. Pencucian perlak dan pengeringan :
a. Perlak kotor digelontor denagan air bersih, direndam dengan larutan
bayclin atau kaporit 0,2 % direndam sekitar 15 menit
b. Kemudaian diberikan detrgen dan disikat, lalu dibilas dengan air
sampai bersih
c. Jemur dengan sinar matahari
d. Setelah kering dilipat dan siap dikirim ke rawat inap
6. Penyimpanan linene dan perlak bersih dilemari khusus linen dan perlak
diruang rawat inap / kantor rawat inap
7. Pendistribusian linen bersih tergantung kepada kebutuhan pemakaian
(termasuk untuk linen rawat jalan)
Unit terkait UGD, Bagian Cucian
B. Program kerja bidang Keperawatan
1. Perencanaan SDM
 Pendidikan berkelanjutan
Pendidikan berkelanjutan didasarkan pada disiplin ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh pelaksana pelayanan di lingkup
Ruang Rawat Inap Puskesmas Poasia Kota Kendari, yang di
ambil di dalam lingkup Kota Kendari ataupun di Luar Kota kendari
dalam rangka pengembangan pengetahuan dan keterampilan
dalam memberikan pelayanan kesehatan umumnya dan
keperawatan khususnya
 Pelatihan
Sistem pelatihan dalam hal pengembangan pengetahuan
dan keterampilan dalam memberikan pelayanan kesehatan
umumnya dan keperawatan khususnya di berikan berdasarkan
kompetensi dan tugas masing - masing pelaksana pelayanan
serta pelaksana progaram di lingkup Ruang Rawat Inap
Puskesmas Poasia Kota Kendari
 Rekruitmen dan Seleksi
Rekruitmen dan Seleksi pemberi pelayanan di lingkup Ruang
Rawat Inap Puskesmas Poasia Kota Kendari, didasarkan pada
kebutuhan tenaga kesehatan baik medis maupun nonmedis yang
menyangkut seluruh aspek pelayananan di rekrut berdasarkan
jenjang pendidikan dan diseleksi berdasarkan indeks prestasi
pendidikan serta pengalaman bekerja dalam bidang pelayanan
kesehatan
 Orientasi
Orientasi pemberi pelayanan yang baru bergabung di
lingkup Ruang Rawat Inap Puskesmas Poasia Kota Kendari di
adakan pada saat baru bergabung di lingkup Ruang Rawat Inap
Puskesmas Poasia Kota Kendari.
 Rotasi dan mutasi
Rotasi dan mutasi tenaga keperawatan lingkup Ruang Rawat
Inap Puskesmas Poasia Kota Kendari didasarkan pada kebutuhan
tenaga yang telah di evaluasi sebelumnya dalam lingkup
kelompok jaga umumnya dilakukan dalam jangka waktu 3 sampai
dengan 6 bulan sekali
2. Pengendalian Mutu
 Indikator mutu pelayanan keperawatan
Indikator mutu pelayanan keperawatan didasarkan pada
pelayanan yang berdasarkan kode etik sebagai pemberi
pelayanan serta standar kepuasan pasien yang menerima
pelayanan kesehatan
 Standar penilaian kinerja
Standar penilaian kerja pemberi pelayanan kesehatan
umumnya dan pelayanan keperawatan khususnya berdasarkan
pada SKP (sasaran kinerja pegawai) yang berisi mengenai
asuhan keperawatan

C. Metode Asuhan Keperawatan


Metode asuhan Keperawatan yang di terapkan di Ruang
Rawat Inap Puskesmas Poasia Kota Kendari adalah metode tim hal ini
didasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan dengan menggunakan
kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga didasari
atas keyakinan bahwa setiap pasen berhak memperoleh peleyanan
terbaik. Dalam keperawatan, metode tim diterapkan dengan
menggunakan kerjasama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat
professional, nonprofessional, dan pembantu perawat untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada pembantu pasien.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk
memberikan asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif
pasien sehingga pasien merasa puas. Selain itu, tugas, memungkinkan
adanya transfer of knowledge dan transfer of experiences di antara
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan meninggkatkan
pengetahuan serta
memberikan keterampilan dan motivasi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan.
Dalam asuhan keperawatan dengan metode ini, ketua tim harus memiliki
kemampuan untuk mengikutsertakan anggota tim dalam memecahkan
massalah. Ketua tim juga harus dapat menerapkan pola asuhan
keperawatan yang di anggap sesuai dengan kondisi pasien dan minat
pemberi asuhan. Oleh jarena itu, pembuatan keputusan, otoritas, dan
tanggung jawab adapada tinggkat pelaksana. Hal ini akan mendukung
pencapaan pengetahuan dan keterampilan professional.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka ketua tim harus memiliki kemampuan
sebagaiberikut :
1. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim
2. Menjadi konsultan dalam asuhan keperawatan
3. Melakukan peran sebagai model peran
4. Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
5. Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien
6. Merefisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan
pasien
7. Melaksanakan observasi baik erhadap perkembangan pasien maupun
kerja dari anggota tim
8. Menjadi guru pengajar
9. Melaksanakan evaluasi secara baik da objektif
Bila kemampuan tersebut dapat di miliki oleh ketu tim, akan berdampak
secara positif dalam pemberian asuhan keperawatan.
Dibandingkan dalam metode fungsional, metode tim lebih banyak
memberikan tanggung jawab,otoritas,dan tanggung gugat kepada
anggota tim.

Peran Perawat Kepala Ruang


Peran perawat kepala ruang dalam aplikasi metode tim diarahkan
pada keterampilan dan minat yang dimilikinya. Disamping itu perawat
kepala ruangan harus mampu mengoptimalkan fungsi tim melalui
orientasi anggota tim dan pendidikan berkelanjutan, mengkaji
kemampuan anggota tim dan membagi tugas sesuai denan keterampilan
anggotanya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah perawat kepala
ruangan harus mampu sebagai model peran.
Metode tim dalam pemberian asuhan keperawatan dapat
diterapkan bila ada tenaga profesional yang mampu dan mau memimpin
kelompok kecil, dapat bekerja sama dan memimbing tenaga keperawatan
yang lebih rendah. Disamping itu perawat kepala ruang harus membagi
tanggung jawab dan tugasnya kepada orang lain. Satu tim keperawatan
dapat terdiri tiga sampi lima perawat untuk bertanggung jawab
memberikan asuhan keperawatan kepada 10 sampai 15 pasien.

D. Dokumentasi asuhan keperawatan


Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan setiap kali melakukan
tindakan pelayanan keperawatan yang ditulis dalam status pasien
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KESEHATAN LINGKUNGAN
Klinik Sanitasi
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Klinik sanitasi merupakan satu wahana untuk mengatasi masalah kesehatan
masyarakat melalui upaya terintegrasi antara kesehatan lingkungan pemberantasan
penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas.
Klinik Sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai
bagian intergral dari kegiatan puskesmas, bekerjasama dengan program yang lain dari
sektor terkait di wilayah kerja.
Tujuan Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan kuratif yang
dilakukan secara terpadu, terarah dan tersusun secara terus-menerus.
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No. / I / 2016
Referensi Dinkes Kota Kendari tentang Pedoman Konseling Klinik Sanitasi
Alat dan Daftar Pertanyaan,alat tulis, media penyuluhan, ATK.
Bahan
. Langkah-langkah Bagan Alir
a. Menerima rujukan dari poli umum.
b. Mempelajari kartu status/rujukan Penderita Loket Poliumum
tentang diagnosis oleh petugas
poliklinik
c. Menyalin dan mencatat nama
penderita, melakukan konseling Klien KlinikSanitasi
dengan penderita/keluarga tentang
kejadian penyakit, keadaan
lingkungan dan perilaku yang diduga
berkaitan dengan penyakit yang Pulang
mengacu pada buku pedoman dan
panduan konseling.
d. Membantu menyimpulkan
permasalahan lingkungan atau KunjunganLap
prilaku yang berkaitan dengan angan
penyakit yang diderita.
e. Memberikan saran tindak lanjut
sesuai permasalahan, bila diperlukan
membuat jadwal kesepakatan
kunjungan lapangan
Survey Jentik
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

Puskesmas
Abeli
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Kegiatan pengawasan terhadap upaya pengamatan dan pengendalian yang
dilakukan untuk menurunkan populasi atau melenyapkan vektor dan binatang
penular penyakit.
. Tujuan o Mencegah dan memberantas peyakit yang ditularkan oleh vektor dan
binatang.
o Timbulnya kesadaran masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan
dan potensi yang ada dikelurahannya yang dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan kesehatan.
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No. / I / 2016,tentang survey jentik
Referensi Dinkes Kota Kendari
Alat dan Daftar Pertanyaan,alat tulis,quisioner survey jentik,ATK.
Bahan
Langkah-langkah Bagan Alir
a. Petugas melaksanakan
Petugas Kunjunganrumah
pengumpulan data dengan cara
mengunjungi masyarakat di tiap
wilayah.
b. Petugas melakukan wawancara Wawancara/observasiko
pada masyarakat dan observasi ndisibakpenampungan
air
kondisi bak penampungan air.
c. Petugas melakukan pencatatan
hasil wawancara/observasi
Pencatatan/pengolahan
dalam quisioner yang dibawa data
secara cermat.
d. Petugas Mengolah data untuk
mengetahui urutan Hasil/laporan
permasalahan dan prioritas
masalah.
Inspeksi Sanitasi Dasar Rumah Tangga
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

Puskesmas
Abeli
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Usaha Kesehatan masyarakat yang menitik beratkan kepada pengawasan
terhadap struktur fisik, dimana orang menggunakan untuk tempat tinggal
berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Tujuan o Untuk mencegah akibat yang timbul dari rumah yang tidak sehat.
o Timbulnya kesadaran masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan
dan potensi yang ada di lingkungan perumahan yang dapat digunakan
untuk mengatasi permasalahan kesehatan.
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No. / I / 2016,tentang inspeksi sanitasi dasar
rumah tangga.
Referensi Dinkes Kota Kendari
Alat dan Daftar Pertanyaan,alat tulis,quisioner IS rumah tangga,ATK.
Bahan
. Langkah-langkah Bagan Alir
o Petugas datang ke rumah-rumah
Petugas Kunjunganrumah
sasaran
o Petugas melakukan penilaian
dengan menggunakan checklist.
o Berdasarkan hasil penilaian Checklist/wawancaradan
kemudian diberikan umpan balik penyuluhan

dan penyuluhan kepada


masyarakat sesuai persyaratan
berlaku.
Pencatatan/pengolahan
data

Hasil/laporan
Inspeksi Sanitasi TTU dan TPM
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

Puskesmas
Abeli
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-
tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau
menularnya suatu penyakit.
Tujuan 1. Untuk mencegah akibat yang timbul dari tempat-tempat umum.
2. Timbulnya kesadaran masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan
dan potensi yang ada di tempat umun dan dilingkungan kerja yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan kesehatan.
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No. /I/2016,tentang inspeksi sanitasi TTU
dan TPM
Referensi Kep. Menkes 288/Menkes/SK/2003 tentang pedoman penyehatan sarana dan
bangunan umum.
Persyaratan Kesling TTU, Dirjen PPM dan PLP Depkes RI 1993.
Prosedur/ ALAT
Langkah- Alat tulis, quisioner IS TTU dan TPM
langkah INSTRUKSI KERJA
3. Petugas datang ke TTU dan TPM sasaran
4. Petugas melakukan penilaian dengan menggunakan checklist.
5. Berdasarkan hasil penilaian kemudian diberikan umpan balik dan
penyuluhan kepada penanggung jawab/pengelola/penjamah sesuai
persyaratan berlaku.
Unit Puskesmas, Kader Kesehatan, Tokoh Masayarakat, Tokoh Pemuda, Tokoh
terkait Agama, Pemerintah Desa/Kelurahan.
INSPEKSI SARANA AIR BERSIH
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

Puskesmas
Abeli
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Pemantauan / pengawasan sarana air bersih (perpiaan maupun non perpipaan ) yang
digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dengan cara
pengamatan serta pembinaan kepada masyarakat penggunasarana air bersih
Tujuan Memngetahui kualitas fisik dan fakotr resiko sarana air bersih yang digunakan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Kebijakan Sebagai acuan bagi petugas dalam pelaksanaan kegiatan inspeksi sanitasi sarana air
bersih serta pembinaan kepada masyarakat pengguna sarana air bersih
Referensi
Alat dan Daftar Pertanyaan,alat tulis, media penyuluhan, ATK.
Bahan
. Langkah- 1. Melaksanakan pendataan kepemilikan dan pemanfaatan sarana air
bersih
langkah
2. Melaksanakan inspeksi sanitasi sarana air bersih
3. Mencatat hasil inpeksi pada form inspeksi
4. Menentukan faktor resikonya (rendah,sedang,tinggi,amat tinggi)
5. Menyampaikan hasil inspeksi SAB kepada pemilik / pengguna SAB
6. Melaksanakan pembinaan kepada pemilik/ pengguna sarana air
bersih
7. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan

Unit Puskesmas, Kader Kesehatan, Tokoh Masayarakat, Tokoh Pemuda, Tokoh


terkait Agama, Pemerintah Desa/Kelurahan.
PEMICUAN STBM
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

Puskesmas
Abeli
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Strategi dalam pencapaian STBM melalui pendekatan perubahan perilaku hygene dan
sanitasi secara kolektif melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan
Tujuan Meningkatkan akses terhadap sarana sanitasi yang difasilitasi oleh pihak diluar
komunitas sehingga masyarakata dapat mengambil keputusan untuk meningkatkan
akses terhadap sarana jamban berdasarkan analisa kondisi lingkungan tempat tinggal
dan resiko yang dihadapinya.
Kebijakan Sebagai acuan bagi petugas dalam pelaksanaan kegiatan pemicuan STBM
Referensi
Alat dan Daftar Pertanyaan,alat peraga pemicuan, ATK.
Bahan
Prosedur 1. Prosedur tetap
a. Tidak adanya subsidi yang dibetrikan kepada masyarakat, tidak
t erkecuali untuk kelompok miskin,untuk penyediaan fasilitas sanitasi
dasar
b. Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan masyarakat sasaran
c. Menciptakan perilaku masyarakat yang hygines dan saniter untuk
mendukung terciptanya sanitasi total
d. Masyarakat sebagai pemimpin dan seluruh masyarakat terlibat dalam
analisa permaslahan,perencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan dan
pemeliharaan
e. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan

2. Pelaksanaan
a. Perkenalan
b. Sampaikan maksud dan tujuan
c. Pencairan suasana
d. Minta izin kemasyarakat bahwa kita boleh belajar
e. Pemetaan
f. Penelusuran lokasi pilar STBM
g. Alur kontaminasi
h. Stimulasi kontaminasi
i. Diskusi kelompok
j. Pemicuan bagi yang berubah dibuat kesepakatan pelaksanaan
k. Membentuk komite dan merumuskan rencana tindak lanjut pemicuan
l. Penutup

Unit Puskesmas, Kader Kesehatan, Tokoh Masayarakat, Tokoh Pemuda, Tokoh


terkait Agama, Pemerintah Desa/Kelurahan.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PROMOSI KESEHATAN
PENYULUHAN DALAM GEDUNG
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Kegiatan penyuluhan yang ditampilkan di intitusi bersangkutan seperti
puskesmas atau puskesmas pembantu
Tujuan Tercapainya perubahan pengetahuan,sikap dan tindakan positif dari
individu/masyarakat bidang kesehatan

Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas


Referensi

Alat dan ALAT :


Bahan
1. Leaflet
2. Poster
3. Lembar balik
4. Komputer
5. LCD
BAHAN :
1. ATK

Prosedur 1. PERSIAPAN
- Menentukan maksud dan tujuan penyuluhan
- Menetukan sasaran pendengar
- Mempersiapkan materi
- Topik yang dikemukakan hanya satu masalah sesuai dengan
kebutuhan kelompok sasaran
- Mempersiapkan alat peraga
- Mempersiapakn tempat dan waktu yang tepat
- Mempersiapkan bahan bacaan (jika diperluka)

2. PELAKSANAAN
-. Perkenalan diri
- Mengemukakan maksud dan tujuan
- Menyampaikan penyuluhan dengan suara jelas dan irama yang
tidak membosankan
- Tujukan tatapan mata pada setiap pendengar dan tidak tetap di
tempat
- Selingi dengan homor segar
-. Pergunakan bahasa sederhana
- Ciptakan suasana rileks ( santai),pancinglah pendengar agar turut
berpartisipasi
- Jawab setiap pertanyaan secara jujur dan meyakinkan
- Sediakan waktu untuk tanya jawab
- Menyimpulkan penyuluhan sebelum mengakhiri penyuluhan
- Tutuplah penyuluhan anda dengan mengucapkan terimakasih
Unit kerja 1. RAWAT JALAN
2. RAWAT INAP
3. UGD
PENYULUHAN LUAR GEDUNG
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di luar puskesmas

Tujuan Tercapainya perubahan pengetahuan,sikap dan tindakan positif dari


individu/masyarakat bidang kesehatan
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas
Referensi

Alat dan ALAT :


Bahan
1. Leaflet
2. Poster
3. Lembar balik
4. Komputer
5. LCD

BAHAN :
1. ATK

Prosedur 1. PERSIAPAN
- Petugas promkes berkoordinasi dengan kepala desa dan bidan desa
tentang enyuluhan yang akan dilaksanakan.
- Menetukan maksud dan tujuan penyuluhan
- Menentukan sasaran pendengar
- Mempersiapkan materi yang akan diberikan sesuai tren masalah.
- Mempersiapkan alat peraga/penyuluhan
- Menyiapkan absensi peserta
- Bidan desa melakukan penyuluhan.

2. PELAKSANAAN
-. Perkenalan diri
- Mengemukakan maksud dan tujuan
- Menjelaskan point-point isi penyuluhan
- Menyampaikan penyuluhan dengan suara jelas dan irama yang
tidak membosankan
- Tujukan tatapan mata pada setiap pendengar dan tidak tetap
ditempat
- Selingi dengan humor segar
-. Pergunakan bahasa sederhana
- Ciptakan suasana rileks ( santai),pancinglah pendengar agar turut
berpartisipasi
- Jawab setiap pertanyaan secara jujur dan meyakinkan
- Sediakan waktu untuk tanya jawab
- Menyimpulkan penyuluhan sebelum mengakhiri penyuluhan
- Tutuplah penyuluhan anda dengan mengucapkan terimakasih
Unit Kerja 1. Lintas sektor
2. Lintas program
SURVEY PHBS TATANAN RUMAH TANGGA
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Upaya untuk memberdayakan anggotarumah tangga agar tahu,mau dan
mampu melakukan PHBS serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan
dimasyarakat.

Tujuan Untuk mencapai Rumah tangga sehat


Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas
Referensi

Alat dan ALAT :


Bahan
1. Daftar Sasaran
2. Daftar peratanyaan
3. Alat tulis
4. Media penyuluhan
BAHAN :

1. ATK
Prosedur 1. Petugas promkes berkoordinasi dengan kader posyandu tentang
rencana pendataan.
2. Keder posyandu melaksanakan pengumpulan data dengan cara
mengunjungi rumah tangga di tiap wilayah sesuai dengan pembagian
wilayah posyandu.
3. Kader melakukan wawancara pada KK/istri dan observasi dan
observasi kondisi lingkungan rumah.
4. Kader melakukan pencatatan hasil wawancara /observasi dalam
kuisioner yang dibawa secara cermat.
5. Data hasil pendataan dipegang kader pendataan,hasil pendataan
diserahkan oleh kader diposyandu kepada petugas promkes.
6. Petugas promkes mengelola data untuk mengetahui ururtan
permasalahan.
Unit Kerja 1. Lintas Sektor
SURVEY PHBS TATANAN INSTITUSI KESEHATAN
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Upaya membudayakan PHBS petugas kesehatan diinstitusi kesehatan agar
mampu melaksanakan pembinaan PHBS dan mengenali masalah kesehatan serta
mampu mengatasi ,memelihara,meningkatkan dan melindungi kesehatan
diwilayah kerjanya.

Tujuan Untuk meningkatkan pengetahuan,perubahan sikap dan perubahan perilaku


petugas kesehatan diinstitusi kesehatan.

Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas


Referensi

Alat dan ALAT :


Bahan
1. Daftar sasaran
2. Daftar pertanyaan.
3. Alat tulis
4. Media penyuluhan

BAHAN :

- ATK
Prosedur 1. Petugas menyusun jadwal pendataan dan persiapan pendataan (blangko)
.
2. Petugas mengadakan pendataan sesuai dengan jadwal.
3. Petugas melakukan pencatatan hasil wawancara dan observasi dalam
kuisioner/blangko yang dibawa secara cermat.
4. Hasil pendataan direkap dan diurutkan permasalahan yang ada.
Unit Kerja 1. Semua institusi kesehatan yang ada diwilayah kerja puskesmas.
SURVEY PHBS PADA INSTITUSI
PENDIDIKAN
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Upaya membudayakan PHBS bagi siswa dan guru di intitusi pendidikan untuk
mengenal masalah dan tingkat kesehatannya serta mampu mengatasi
,memelihara,meningkatkan dan menjaga kesehatannya sendiri.

Tujuan Untuk meningkatkan pengetahuan,perubahan sikap,dan perilaku siswa dan


guru ditatanan institusi pendidikan.
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas
Referensi

Alat dan ALAT :


Bahan
1. Daftar sasaran
2. Daftar pertanyaan
3. Alat tulis
4. Media penyuluhan
BAHAN :
1. ATK
Prosedur 1. Petugas menyusun jadwal pendataan dan persiapan pendataan (
blangko).
2. Petugas mengadakan pendataan sesuai jadwal
3. Petugas melakukan pencatatan hasil wawancara dan observasi dalam
kuisioner (blangko) yang dibawa secara cermat.
4. Hasil pendataan direkap dan diurutkan sesuai permasalahan yang
ada.
Unit Kerja 1. Semua institusi pendidikan yang ada diwilayah kerja puskesmas
SURVEY PHBS PADA TATANAN INSTITUSI TEMPAT
KERJA
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Upaya membudayakan PHBS masyarakat di tempat-tempat kerja untuk
mengenali masalah dan tingkat kesehatannya serta mampu
mengatasi,memelihara ,meningkatkan dan manjaga kesehatanya sendiri.
Tujuan Untuk meningkatkan pengetahuan,perubahan sikap dan perilaku karyawan
ditempat-tempat kerja.

Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas


Referensi

Alat dan ALAT :


Bahan
1. Daftar sasaran
2. Daftar pertanyaan
3. Alat tulis
4. Media penyuluhan
BAHAN :
1. ATK

Prosedur 1. Petugas menyusun jadwal pendataan dan persiapan pendataan


(blangko)
2. Petugas mengadakan pendataan sesuai dengan jadwal
3. Petugas melakukan pendataan hasil wawancara dan observasi dalam
kuisioner/blangko yang dibawa secara cermat
4. Hasil pendataan direkap dan diurutkan permasalahan yang ada.
Unit Kerja 1. Semua Institusi tempat Kerja yang ada diwilayah kerja Puskesmas
Abeli.
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN POSYANDU
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Kegiatan Keterpaduan ditingkat desa atau RW diwujudkan dalam bentuk Pos
Pelayanan Terpadu atau lebih dikenal dengan nama posyandu

Tujuan 1.
Mempercepat penurunan AKB,anak balita dan angka kelahiran
2.
Peningkatan Pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
3.
Mempercepat penerimaan NKKBS
4.
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang
kemampuan hidup sehat.
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas
Referensi

Alat dan ALAT :


Bahan
2. Buku Register
3. Buku Bantu Posyandu
4. Media Penyuluhan
5. Tensi meter,stetoskop,metilen,dan pengukur lila
BAHAN :

a. Vaksin,Oralit,Vit. A,Tablet FE dan KB


Prosedur 1. Petugas Promkes mempersiapkan tanggal pelaksanaan kegiatan
sebagaimana yang telah dijadwalakan.
2. Kader melakukan koordinasi dengan bidan desa apabila ada perubahan
jadwal
3. Kader mempersiapakan pelaksanaan posyandu
4. Petugas pembinaan posyandu (bidan Desa) mempersiapkan
pelaksanaan
5. Sasaran datang langsung ke pendaftaran (langkah 1) oleh kader
posyandu sasaran dicatat nama,umur dan nama orangtuanya.
6. Dibagian penimbangan (langkah 2) oleh kader sasaran ditimbang dan
hasil penimbangan dicatat.
7. Dibagian pencatatan (langkah 3) sasaran menyerahkan KMS dan kertas
yang berisi hasil penimbangan kepada kader
8. Dibagian penyuluhan (langkah 4) kader memberikan penyuluhan sesuai
masalah
9. Dibagian pelayanan (langkah 5) ,petugas pembina posyandu
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
balita/bumil/buketi
10. Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian PMT penyuluhan dan
penyuluhan kelompok oleh kader posyandu dan atau petugas
kesehatan
11. Selesai pelaksanaan posyandu diadakan pertemuan pasca posyandu
12. Bidan desa mencatat hasil kegiatan program program posyandu dalam
bantu posyandu
13. Kader posyandu merekap hasil kegiatan posyandu dimasukan pada
blangko F1 dan dikirim kepetugas gizi puskesmas untuk direkap dan
dianalisis paling lambat waktu perlombaan kader posyandu tiap akhir
tahun.
Unit Kerja 1. Bidan desa
2. Lintas program
3. Kader
4. Lintas sector
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN DESA
SIAGA
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Desa yang penduduknya memiliki sumber daya dan kemauan untuk
mencegah,mengatasi masalah-masalah kesehatan,bencana dan kegawat
daruratan kesehatan serta mandiri.

Tujuan Terwujudnya masyarakat desa yang sehat peduli dan tanggap terhadap
permasalahan.
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas
Referensi

Alat dan ALAT :


Bahan
1. Buku Panduan
2. Buku pegangan kader
3. Media Penyuluhan

BAHAN :
1. ATK
Prosedur 1. Petugas Program promkes mensosialisasikan desa siaga kepada lintas
program yang ada di puskesmas
2. Petugas program promkes bersama kepala puskesmas dan petugas
lainnya mensosialisasikan desa siaga kepada lintas sektor
3. Petugas program promkes dengan TIM mengadakan pelatihan kader
desa siaga (pembantu petugas )
4. Petugas program promkes bersama kepala desa membentuk Form
Masyarakat desa (FMD)
5. Petugas program promkes bersama tim pembina desa siaga
mengadakan pelatihan seksi-seksi dengan materi :
1. Seksi kesehatan ibu dan anak
a. Tabolin dan dasolin
b. Donor darah
c. Notifikasi (pendataan Bumil)
2. Seksi Surveylance
a). Pendataan penyakit menular
b). Sistem Pelaporan
c). Penanganan serta pencegahan penyakit menular
3. Seksi kesling
a). Penyekat Air
b). Penyehatan Makanan dan minuman
c). Penyehatan perumahan
d). Penyehatan pembuangan limbah
e). Penyehatan Pembuanagn sampah

4. Seksi Gizi
a). Kadar gizi
6. Tim pembina dari puskesmas bersama FMD mengadakan SDM
7. FMD bersama TIM pembina berdasar hasil SMD mengadakan MMD
untuk membantu temuan pada waktu SMD serta membahas tindak
lanjut untuk mengatasi permasalahan yang di temukan
8. Evakuasi kegiatan dilakukan dengan mengadakan SMD guna meliahat
perkembagan dan intervensi yang dilakukan

Unit Kerja Lintas Program dan Lintas sector


PEMBINAAN DOKTER KECIL
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas dengan mendidik peserta
siswa/siswi SD terpilih untuk mengikuti kegiatan pembianan pelayanan
kesehatan serta berperan aktif dalam kegiatan kesehatan yang
diselenggarakan disekolah

Tujuan Tercapainya peserta didik yang berwatak pemimpin, bertanggung jawab,


berperilaku hidup bersih dan sehat serta mendapat pembinaan dari Tim
pemnbina UKS Puskesmas

Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas


Referensi Kementrian kesehatan RI 2011, Kementrian pendidikan dan kebudayaan,
Direktorat jendral Pendidikan Dasar Tahun 2015
Alat dan 1. Laptop
Bahan 2. In focus
3. Peralatan p3K
4. Phantom/model gigi
5. ATK
Prosedur 1. Persiapan
a. Petugas UKS/UKGS menentukan sekolah yang akan
diikutsertakan dalam kegiatan
b. Petugas UKS/UKGS berkoordinas dengan pihak sekolah
mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan dengan
memberikan surat pemberitahuan
c. Petugas UKS/UKGS saling berkoordinasi (dokter umum
beserta penanggung jawab program promkes,kesling, gizi,
dan imunisasi) sebagai bentuk lintas program untuk
menyusun pelaksanaan kegiatan
d. Petugas UKS/UKGS mempersiapkan absensi panitia dan
peserta , materi-materi yang akan disampaikan, serta alat
peraga (peralatan P3K,phantom/model gigi,)

2. Waktu pelaksanaan kegiatan


a. Acara pembukaan oleh Kepala Puskesmas atau yang mewakili
b. Penyampaian materi oleh panitia pelaksana :
1. Panitia memperkenalkan diri
2. Panitia mengemukakan maksud dan tujuan
3. Panitia menyampaikan materi-materi pembinaan
dokter kecil
4. Panitia menyampaikan materi dengan suara jelas dan
irama yang tidak membosankan
5. Panitia menunjukan tatapan mata pada setiap
pendengar dan tidak berdiri hanya pada satu tempat
dan selingi dengan selera humor
6. Panitia menggunakan Bahasa Indonesia dan mudah
dimengerti
7. Panitia menciptakan suasana yang nyaman dan
santai
8. Panitia menyediakan waktu untuk sesi tanya jawab
9. Panitia menjawab setiap pertanyaan dengan cara
yang meyakinkan peserta
10. Panitia menyimpulkan seluruh materi yang telah
disampaikan
11. Panitia mengakhiri penyampaian materi dengan
mengucapkan salam dan terima kasih

c. Acara ramah tamah


d. Penutupan
Unit Kerja 1. Dokter umum/perawat
2. Dokter gigi/perawat gigi
3. Penanggung jawab program gizi
4. Penanggung jawab program imunisasi
5. Penanggung jawab program promkes
6. Penanggung jawab program kesling
7. SD/MI/sederajat
USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas usaha untuk meningkatkan
kesehatan anak usia sekolah dan lingkungan sekolah serta seluruh warga
sekolah pada setiap jalur atau jenis jenjang pendidikan mulai dari TK,SD/MI,
SMP

Tujuan Meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan
meningkatkan perilaku Hidup bersih dan sehat(PHBS) dan derajat kesehatan
peserta didik maupun warga sekolah serta menciptakan lingkungan yang
sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas
Referensi Kementrian Kesehatan RI 2011, kementrian pendidikan dan kebudayaan,
direktorat jendral pendidikan dasar tahun 2015
Alat dan 1. Laptop
Bahan 2. In focus
3. Peralatan P3K
4. Phanton/model gigi
5. Diagnose set
6. ATK
Prosedur 1. Tim pembina UKS/UKGS menyiapkan surat pemberitahuan yang akan
diserahkan disekolah
2. Tim pembina UKS/UKGS saling berkoordinasi (dokter umum beserta
penanggung jawab program promkes,kesling,gigi,dan imunisasi)
sebagai bentuk kerjasama lintas program untuk menyusun
pelaksanaan kegiatan
3. Tim pembina UKS/UKGS menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
untuk kegiatan UKS/UKGS (penjaringan Kesehatan, sikat gigi bersama,
kunjungan berkala, pembinaan dokter kecil dan pembinaan guru UKS)
4. Tim pembina UKS/UKGS melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan
jadwal
5. Tim pembina UKS/UKGS merekap hasil kegiatan
6. Tim pembina UKS/UKGS melaporkan hasil kegiatan kepada
koordinator UKS didinas kesehatan
Unit kerja 1. Dokter umum/perawat
2. Dokter gigi/perawat giig
3. Penanggung jawab program gizi
4. Penanggung jawab program imunisasi
5. Penanggung jawab program promkes
6. Penanggung jawab program kesling
7. TK/RA,
8. SD/MI/sederajat
9. SMP/MTS/sederajat
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
IMUNISASI

IMUNISASI DPT-HB-HIB
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Suatu tindakan Pemberian Kekebalan tubuh Bayi terhadap Penyakit
Difteri,Pertusis,Tetanus, Hepatitis B dan Haemophilus Influenzae tipe b,
secara Intramuskular Pada bayi usia 2-11 Bulan.

Tujuan DPT-Hb-Hib Agar anak Mempunyai Daya Tahan Terhadap Penyakit


Difteri,Pertusis,Tetanus, Hepatitis B dan Haemophilus Influenzae tipe b.
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas
Referensi Semua Pasien Yang Akan Melakukan Imunisasi Dpt-Hb-Hib Di Posyandu Pada
Anak Berumur 2-11 Bulan.
Alat dan ALAT DAN BAHAN :
Bahan
1. Vaksin Dpt-HB-Hib
2. Spuit Disposible 0,5 cc
3. Kapas Alkohol

Prosedur 1. Petugas Mencuci Tangan


2. Pastikan vaksin yang di gunakan
3. Jelaskan Kepada Ibu Anak Tersebut ,Umur Anak ( 2-11 Bulan )
Jumlah Suntikan 3x Untuk Imunisasi DPT-Hb-Hib.
4. Ambil 0,5 cc Vaksin Dpt
5. Bersihkan 1/3 Paha Bagian Luar Dengan Kapas Steril.
6. Suntikan Secara Intra Muskuler ( Im )
9. Terangkan Kepada Ibu Anak Tersebut,Tentang Panas Akibat
Imunisasi Dpt-Hb-Hib, Berikan Obat Penurun Panas/ Antipiretik
kepada Ibu Anak Tersebut.
10. Anjurkan Kompres Hangat Di Lokasi Penyuntikan
11. Buang Jarum bekas suntikan kedalam kotak Safety Box.
12. Rapikan Alat-Alat
13. Petugas mencuci tangan
14. Mencatat Dalam Buku

Indikator Mendapatkan Hasil Yang Tepat Dan Benar.


Kinerja
IMUNISASI BCG
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Suatu tindakan Pemberian Kekebalan tubuh Bayi terhadap Penyakit TBC,
secara Intramuskular Pada bayi.

Tujuan Kegiatan Pemberian Imunisasi BCG ( Baccillus Calmette Guerin ) agar anak
Mempunyai Daya Tahan Tubuh Terhadap Penyakit Tuberkulosis ( TBC).

Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas


Referensi Semua Pasien Yang Akan Melakukan Imunisasi BCG Di Unit Pelayanan
Posyandu Pada Anak Berumur Kurang Dari 2 Bulan

Alat dan ALAT DAN BAHAN :


Bahan
1. Vaksin BCG
2. Pelarut Vaksin
3. Spuit disposible 0,05 cc
4. Disposible 5 cc Untuk Melarutkan
5. Kapas steril
6. Kartu Imunisasi

Prosedur 1. Petugas Mencuci Tangan


2. Pastikan Vaksin Dan spuit Yang Akan Di gunakan
3. Larutkan Vaksin dengan Cairan Pelarut BCG 1 Ampul ( 4 cc )
4. Pastikan anak Belum Pernah di BCG dengan Menaynyakan Pada Orang
Tua Tersebut.
5. Ambil 0,05 cc Vaksin Yang Telah kita Larutkan Tadi.
6. Bersihkan Lengan Dengan Kapas Yang Telah DiBasahi Air Bersih,Jangan
Menggunakan Alkhohol sebab akan Merusak Vaksin.
7. Suntikan Vaksin Tersebut Sepertiga Bagian Lengan Kanan atas (
Tepatnya Pada Insertio Musculus deltoideus secara Intrakutan ( IC )
Dibawah Kulit.
8. Buang Jarum bekas suntikan kedalam kotak Safety Box
9. Rapikan alat
10. Petugas Mencuci tangan
11. Mencatat Dalam Buku
Indikator Mendapatkan Hasil Yang Baik ,Tepat Dan Benar.
Kinerja
IMUNISASI POLIO
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Suatu tindakan Pemberian Kekebalan tubuh Bayi terhadap Penyakit Polio
Pada bayi.
Tujuan Kegiatan Pemberian Imunisasi Polio Agar anak Mempunyai Daya Tahan
Tubuh Terhadap Penyakit Polio

Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas


Referensi Semua Pasien Yang Akan Melakukan Imunisasi Polio Di Posyandu Pada Anak
Berumur 0 - 11 Bulan.
Alat dan ALAT DAN BAHAN :
Bahan
1. Vaksin Polio
2. Pipet Polio
3. Pinset
Prosedur 1. Petugas Mencuci Tangan
2. Pastikan Vaksin polio Dalam Keadaan Baik ( Perhatikan Nomor,Kadar
Luarsa Dan VVM.
3. Buka tutup vaksin Dengan Menggunakan Pinset.
4. Pasang Pipet diatas botol vaksin
5. Letakkan anak pada posisi senyaman mungkin
6. Buka mulut anak dan teteskan Vaksin Polio sebanyak 2 Tetes
7. Pastikan Vaksin Yang Telah diberikan ditelan oleh anak yang di
imunisasi
8. Jika dimuntahkan atau dikeluarkan oleh anak, ulangi Lagi Penetesan
9. Saat Meneteskan vaksin ke mulut, pastikan agar vaksin tetap dalam
kondisi steril.
10. Rapikan alat
11. Petugas mencuci tangan.

Indikator Mendapatkan Hasil Yang Baik ,Tepat Dan Benar.


Kinerja
IMUNISASI CAMPAK
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Suatu tindakan Pemberian Kekebalan tubuh Bayi terhadap Penyakit
Campak Pada bayi.
Tujuan Kegiatan Pemberian Imunisasi Campak Agar anak Mempunyai Daya Tahan
Tubuh Terhadap Penyakit CampaK
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas
Referensi Semua Pasien Yang Akan Melakukan Imunisasi Campak Di Posyandu Pada
Anak Berumur 9 Bulan.
Alat dan ALAT DAN BAHAN :
Bahan
1. Disposible Spuit
2. Vaksin Campak
3. Pelarut Campak
4. Pinset
Prosedur 1. Petugas Mencuci Tangan
2. Pastikan Vaksin Dalam Keadaan Baik
3. Buka Tutup vaksin dengan menggunakan Pinset
4. Larutkan dengan Pelarut campak yang sudah ada
5. Pastikan umur anak tersebut tepat untuk di imunisasi Campak 9 Bulan.
6. Ambil 0,5 vaksin campak yang telah di larutkan tadi.
7. Bersihkan lengan kiri bagian atas anak dengan kapas steril.
8. Suntikan secara subkutan ( SC)
9. Buang Jarum bekas suntikan kedalam kotak Safety Box
10. Rapikan alat
11. Cuci tangan Petugas.

Indikator Mendapatkan Hasil Yang Baik ,Tepat Dan Benar.


Kinerja
IMUNISASI TETANUS TOXOID
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI

dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Suatu tindakan Pemberian Kekebalan tubuh ibu Hamil terhadap Penyakit
Tetanus Toxoid Pada ibu hamil.
Tujuan Kegiatan Pemberian Imunisasi Tetanus toxoid Untuk Kekebalan aktif
Terhadap Tetanus

Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas


Referensi Petunjuk Kerja Ini Mencakup Unit Pelayanan di Posyandu,unit pelayanan KIA,
Yang diberikan Pada Ibu Hamil Dan Calon Pengantin.
Alat dan ALAT DAN BAHAN :
Bahan
1. Gunting Kecil
2. Kapas Steril
3. Spuit 0,5 cc
4. Vaksin TT
Prosedur 1. Lakukan Identifikasi dan Anamnesa Dengan Menanyakan Pada Pasien :
Nama, Umur, dan Alamat, apakah ada alergi terhadap obat-obatan.
2. Pastikan Kondisi Pasien dalam Keadaan sehat
3. Siapakan Bahan Dan alat Suntik
4. Ambil Vaksin dan jarum Disposible 0,5 Ml
5. Persilahkan Pasien duduk
6. Oleskan Kapas steril Pada Lengan kiri bagian atas
7. Suntik pada lengan kiri bagian atas secara intramuskular.
8. Buang Jarum bekas suntikan kedalam kotak Safety Box
9. Persilahkan pasien menunggu 15 menit di luar dan apa bila tidak terjadi
efek samping pasien boleh pulang
10. Catat pada buku status dan KMS ibu hamil.
Indikator Mendapatkan Hasil Yang Baik ,Tidak terjadi tetanus toxoid pada saat
Kinerja Melahirkan.
IMUNISASI HBO
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Suatu tindakan Pemberian Kekebalan tubuh Bayi terhadap Penyakit
Hepatitis Dengan Uniject secara Intramuskular Pada bayi usia 0-7 Hari.
Tujuan Agar anak Mempunyai Daya tahan tubuh Terhadap Penyakit Hepatitis.

Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas


Referensi Petunjuk Kerja Ini Mencakup Unit Pelayanan DI ruang Bersalin
Puskesmas,Kunjungan Rumah Bayi 0-7 Hari.
Alat dan ALAT dan Bahan :
Bahan
1. Baki Beralas
2. Bak Spuit Steril
3. Vaksin HBO
4. Kom Berisi kapas steril
5. Buku KIA
Prosedur 1. Keluarkan Vaksin HBO Dari Kemasan
2. Dorong Dan tekan Dengan Cepat Penutup Jarum Kedalam port.Jarak
antara Penutup jarum dengan port akan hilang dan terasa ada klik
3. Oleskan kapas steril di 1/3 paha luar bayi sebelah kanan
4. Pegang paha bayi sebelah kanan Dengan ibu jari dan jari telunjuk ,
keluarkan penutup jarum
5. Pegang Vaksin HBO dan suntikan jarum dengan sudut 90 derajat di
1/3 paha luar bayi sebelah kanan
6. Tekan resevoir ( gelembung Vaksin) Untuk memamksukan vaksin
setelah reservoir kempes cabut uniject dari paha bayi dengan cepat
7. Tekan paha bayi dengan kapas steril
8. Buang Jarum bekas suntikan kedalam kotak Safety Box.
9. Dokumentasi pada buku KIA.
Indikator Mendapatkan Hasil Yang Baik, Tepat Dan Benar.
Kinerja
STANDAR OPERSAIONAL PROSEDUR (SOP)
SURVEYLANS EPIDEMIOLOG

SURVEY EPIDEMIOLOG PENYAKIT


MENULAR
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Merupakan suatu kegiatan penyelidikan atau survey yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit secara
lebih menyeluruh.
Tujuan 1. Sebagai acuan dalam melakukan kegiatan survey epidemiolog
penyakit menular
2. Memberikan informasi tentang faktor resiko
(lingkungan,vektor,perilaku dan lain-lain)
3. Memastikan terjadi atau tidak terjadinya KLB/Wabah
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas
Referensi
Prosedur 1. Konfirmasi/menegakkan diagnosa
2. Menentukan apakah peristiwa itu merupakan wabah atau bukan
3. Membuat hipotesa sementara (penyebab, cara penularan,faktor yang
mempengaruhi)
4. Membuat laporan hasil penanggulangan
Unit Kerja 1. kesling
2. P2 imunisasi
3. Perangkat desa
SURVEY EPIDEMIOLOG PENYAKIT TIDAK
MENULAR
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Merupakan suatu kegiatan penyelidikan atau survey yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit secara
lebih menyeluruh.

Tujuan 1. Sebagai acuan dalam melakukan kegiatan survey epidemiolog


penyakit tidak menular
2. Memberikan informasi tentang faktor resiko
(lingkungan,vektor,perilaku dan lain-lain)
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas
Referensi
Prosedur 1. Konfirmasi/menegakkan diagnosa
2. Membuat hipotesa sementara (penyebab, cara penularan,faktor
yang mempengaruhi)
3. Membuat laporan hasil penanggulangan

Unit Kerja 1. kesling


2. P2 imunisasi
3. Perangkat desa
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KESEHATAN GIZI

PENGUKURAN BERAT BADAN BADAN BAYI DAN


BALITA
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Serangkaian kegiatan penimbangan berat badan dengan menggunakan alat
timbang badan untuk mengetahui berat badan Bayi dan Balita

Tujuan Agar didapatkan hasil yang tepat dan akurat dalam memberikan pelayanan
pengukuran berat badan bayi dan balita
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas
Referensi

Alat dan Alat :


Bahan
1. Timbangan dacin
2. Timbangan berdiri
3. Daftar peserta
4. Penimbangan p2

Bahan :

1. Atk
Prosedur 1. Penimbangan Berat Badan menggunakan Dacin
a. Gantungan dacin
b. Periksalah dacin apakah sudah kuat kemudian tarik batang dacin
kebawah kuat-kuat
c. Sebelum dipakai letakan bandul geser pada angka 0
d. Pasanglah sarung timbang yang kosong pada dacin
e. Seimbangkan dacin yang sdh dibebani sarung timbangan dengan
cara memasukan pasir kedalam kantong plastik
f. Anak ditimbang dan diseimbangan dacin
g. Tentukan berat badan bayi balita dengan membawa angka
diujung bandul geser
h. Catat hasil penimbangan diKMS dan buku SIP
i. Geserlah bandul ke angka 0 setelah bayi balita turunkan

2. Penimbangan berat badan menggunakan berat badan


a. Meletakan timbangan ditempat yang terang dan datar
b. Memastikan jarum timbanagn pada angka nol
c. Membuka/melepaskan sepatu,sendal,atau benda-benda lain
dapat mempengaruhi pengukuran berat badan
d. Meminta balita naik ke atas timbangan berdiri tegak tanpa
berpegangan pada benda lain seprti dinding atau orang lain
e. Membca angka yang ditunjuk oleh jarum timbngan
f. Catat hasil penimbngan di KMS dan buku SIP
g. Mempersilahkan balita untuk turun dari timbangan memakai
sepatu atau sendalx kembali.
Unit Kerja 1. Tenaga kesehatan Puskesmas
2. Kader posyandu
PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Proses kegiatan pemantauan garam beryodium yang dikonsumsi masyarakat
dengan menggunakan iodha test dilakukan secara berkala

Tujuan Memperoleh gambaran secara berkala tentang cakupan konsumsi garam


beryodium yang memenuhi syarat dimasyarakat.

Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas


Referensi

Prosedur 1. PERSIAPAN
- Menentukan sampel
- Menyususn jadwal pelaksanaan
- Koordinasi dengan pihak sekolah
- Menyiapkan format
- Menyiapkan alat

2. PELAKSANAAN
- semua siswa kelas 4,5,6 SD/MI diwajibkan membawa garam yang
dikonsumsi dirumah sebanyak 1 sendok teh
-. Garam yang dibawa dites dengan menggunakan iodha test 2 tetes
- Garam yang berwarna ungu beryodium
-.membuat pencatatn dan merekap hasil
- membuat laporan hasil kegiatan
- Hasil kegiatan dilaporka ke puskesmas

Unit Kerja 1. Bidan desa


2. Guru UKS
3. Guru kelas SD/MI
4. Petugas gizi
PELACAKAN KASUS GIZI BURUK
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Rangkaian kegiatan penyelidikan atau investigasi terhadap faktor resiko
terjadinya gizi buruk dan penemuan kasus balita gizi buruk lainnya disuatu
wilayah kerja.
Tujuan 1. Di temukannya kasus baru baliat gizi buruk untuk dapat ditangani
secara cepat ,tepat dan konferhensif
2. Teridentifikasinya faktor resiko gizi buruk disuatu wilayah sebagai
bahan informasi bagi sektor terkait dalam penentuan intervensi
3. Ditetapkannya rencana pencegahan dan penanggulangan gizi buruk
secara konferhensif
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No
Referensi

Prosedur 1. PERSIAPAN
a. Mempelajari laporan berita gizi buruk
b. Menyiapkan alat (alat antropometri)
c. Menyiapakan instrumen pelacakan (form pelacakan gizi buruk)
d. Berkoordinasi dengan petugas surveilans dan dokter
untuk melaksanakan pelacakan
2. PELAKSANAAN
a. Klarifikasi laporan balita gizi buruk
b. Konfirmasi status gizi
c. Bersama dengan petugas surveylans dan dokter puskesmas
melakukan penyelidikan kasus balita gizi buruk (monitoring
BB<mengukur TB,dan memeriksa balita gizi buruk)
d. Pencatatan dan pelaporan kasus balita gizi buruk
e. Membuat rencana tindak lanjut

Unit Kerja 1. Bidan desa


2. Petugas Surveylans
3. Dokter puskesmas
4. Kader posyandu
MEMBENTUK KELAS ASI PADA BALITA
GIZI BURUK
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Upaya penyuluhan gizi balita kepada kelompok untuk meningkatkan
pengetahuan sebagai upaya untuk mengubah perilakunya
Tujuan Memebrikan dan meningktakan pengetahuan,sikap dan pola asuh balita
terhadap balitanya dan diharapkan ibu balita dapat mengaplikasikan dalam
kesehariannya dan berat badan gizi kurang apabila balita dapat meningkat
sesuai standar pertumbuhannya
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No
Referensi Permenkes 23 tahun 2014 mengenai upaya perbaikan gizi (pasal 20 mengenai
tata laksana gizi buruk)
Alatdan 1. Lsptop
bahan 2. LCD proyektor
3. Leaflet
4. Lembar balik
5. ATK
6. Daftar hadir
Prosedur 1. Pendataan sasaran gizi buruk
2. Musyawarah masyarakat desa
3. Pembentukan kelompok (kelas)
4. Pelaksanaan pemberian keterampilan termasuk makanan lokal dan
pemberian pada balita
5. Pengukuran antropemetri
6. Deteksi dini tumbuh kembang bayi/balita (DDTK)
7. Monitoring evaluasi

Unit Kerja 1. Promosi kesehatan


2. Gizi
3. KIA dan KB
4. Perkesmas
PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian a. Pemberi vitamin A adalah proses pemberian kapsul vitamin
A secara oral pada bayi (6-11 bln) dengan dosis 100.000 UI
dan anak balita maupun ibu nifas dengan dosis 200.000 UI
b. Distribusi untuk bayi dan balita dilakukan 2x dalam setahun
yaitu pada bulan februari dan agustus, sedangkan untuk ibu
nifas diberikan sesaat setelah melahirkan dan 24 jam setelah
melahirkan oleh bidan kelurahan
Tujuan Sebagai acuan pelaksanaan distribusi vitamin A agar dapat terlaksanan
dengan evektif dan semua bayi 6-11 bulan, anak balita dan ibu nifas
dipuskesmas perawatan abeli mendapatkan kapsul vitamin A
Kebijakan SK Kepala Puskesmas
Referensi 1. Buku pedoman pelayanan gizi di puskesmas
2. Buku pedoman distribusi vitamin A
Alat dan 1. Alat tulis
bahan 2. Kapusl vitamin A
3. Data sasaran bayi,balita,ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A

Prosedur 1. Menetukan umur balita


2. Kapsul Vitamin A warna biru untuk usia 6-11 bulan
3. Kapsul vitamin A warna merah untuk usia 12-60 bulan
4. Gunting ujung kapsul
5. Keluarkan isi kapsul dengan memencet kapsul sampai semua
isinya masukke mulut anak
Unit 1. Poli umum,prolanis,MTBS
terkait 2. Poli KIA,KB
Dokumen KMS balita
terkait
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
INSTALASI GIZI
KEGIATAN RECALL MAKAN PASIEN
UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSA
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian MELAKUKAN Recall makanan pasien untuk mengetahui problem, etyology
dan Sign sehingga bisa ditegakkan diagnosa gizi berdasarkan PES (
Problem,Etyology, dan Sign)
Tujuan Unutk menegakkan diagnosa gizi

Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas NO


Referensi Materi/rangkuman buku “peningkatan kompetensi dalam memberikan asuhan
gizi terstandar (Nutrition Care Procces)
Alat dan ALAT :
Bahan
1. Alat tulis
2. Kalkulator

BAHAN :
1. Laporan hasil skreening gizi
2. kertas

Prosedur 1. Petugas melakukan senyum,salam,sapa lalu menganamnesa


pasien
2. Petugas melakukan reccall makanan 2 hari
3. Menghitung IMT
4. Menegakkan diagnosa gizi

Bagan alur
Petugas malakukan Petugas melakukan Recall
senyum,salam,sapa, Makanan 2 hari
anamnese

Bila telah diReccall dan


Menghitung IMT dari hasil
dihitung IMT bisa
skrening Gizi
ditarik kesimpulan
problem Etyology dan
Sign
Dagnosa Gizi
Jika tidak mempunyai
masalah gizi,diberikan
makanan biasa

Hal-hal yang 1. Hasil skreningg gizi


harus 2. Reccall Makanan
diperhatikan

Unit terkait 1. Unit gawat darurat


2. Unit rawat inap
3. Poned/kamar bersalin

Dokumen Laporan skrening gizi


terkait
MENYUSUN DIIT PASIEN BERDASARKAN
DIAGNOSA GIZI
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Menyusun diit pasien untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit
pasien melalui terapi diit
Tujuan Menyembuhksn / mengembalikan kondisi pasien sehingga berangsur-angsur
sembuh
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas
Referensi Buku Nutrition care Proses

Alat dan ALAT :


Bahan
1. Buku dab alat tulis/ATK
BAHAN :

1. Hasil laporan diagnosa gizi


2. Bahan makanan
Prosedur 1. Petugas menyusun diit pasien sesuai kebutuhan dari hasil diagnosa
gizi
2. Mengintruksikan hasil diit pasien untuk disiapkan bahan makanan
mentah untuk dimasak dan disajikan /diberikan ke pasien

Bagan alur Petugas menyusun diit


pasien

Mengintruksikan kepetugas masak untuk


menyiapakan bahan sesuai diit pasien lalu dimasak

Makanan disajikan ke pasien


Hal-hal yang 1. Menyiapkan bahan mentah sesuai Diit pasien
harus 2. Penyajian makanan/personel hygiene
diperhatikan

1. Rekanan gizi
2. Ruang rawat inap
Unit terkait
3. Kamar bersalin/poned

Dokumen 1. Laporan diit pasien


terkait 2. Bahan makanan
PEMBELIAN BAHAN MAKANAN/MINUMAN
PASIEN
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Melakukan pembelian /pembelanjaan makan dan minum pasien
Tujuan Untuk menyediakan bahan makanan dan minuman pasien
Kebijakan SK Kepala Puskesmas
Referensi Buku kuliner gizi dan penyelenggaraan makanan Puskesmas

Alat dan 1. ATK


Bahan 2. Anggaran
3. Rekanan

Prosedur 1. Petugas mencatat bahan makanan dan minuman yang akan dibeli
2. Menyiapkan anggaran
3. Melakukan pembelian
Hal-hal yang 1. Catatan yang akan dibeli
harus 2. Kesesuaian anggaran dengan bahan yang dibeli
diperhatikan

Unit terkait Pasar,toko

Dokumen 1. Buku catatan


terkait 2. Bahan makanan/minuman yang dibeli
3. kulkas
MONITORING DAN EVALUASI GIZI
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Melakuka monitoring dan evaluasi gizi terhadap pasien rawat inap, apakah
saat kembali ke rumah masih harus melakukan rawat jalan untuk konsultasi
gizi
Tujuan Memantau status gizi pasien

Kebijakan SK Kepala Puskesmas


Referensi Buku Nutrition care proccees

Alat dan 1. ATK


Bahan 2. Hasil pemantauan status gizi

Prosedur - 1. Petugas melakukan senyum,salam dan sapa


- Petugas mengukur IMT dan status gizi pasien
- Monev untuk melakukan konseling

Hal-hal yang 1. Status gizi pasien


harus 2. Apakah perlu rawat jalan untuk konseling gizi
diperhatikan

Unti terkait 1. Rawat jalan


2. Kamar bersalin/poned

Dokumen Buku konseling gizi


terkait
PEMBUATAN LAPORAN MAKAN DAN
MINUM PASIEN
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Membuat laporan keuangan pembenjaan makanan dan minuman pasien
Tujuan Untuk melaporkan hasil pembelanjaan makanan dan minuman pasien

Kebijakan SK Kepala Puskesmas


Referensi Koordinasi dengan kepala bidang perencanaan anggaran diknas kota kendari

Alat dan 1. ATK


Bahan 2. Komputer/laptop
3. printer
Prosedur - 1. Petugas menyiapkan alat dan bahan serta hasil catatan belanja
- 2. Petugas merekap pembelanjaan seminggu lalu diketik
- 3. Petugas menghitung hasil pembelanjaan
- 4. Petugas menyetor hasil laporan kepada bendahara puskesmas

Hal-hal yang 1. Penulisan nominal uang,angka dan huruf


darus 2. Jumlah uang/anggaran yang dilaporkan
diperhatikan

Unit terkait 1. Ruang rawat inap


2. Kamar bersalin/poned
3. Bendahara puskesmas

Dokumen Arsip laporan


terkait
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
RUANG PONED

SOP PEMERIKSAAN IVA


No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman : 1/1

KOTA KENDARI

dr.RAHMIYANTI
NIP.19760916 200604 2 008
4. Pengertian IVA ( Inspeksi Visual Asam Asetat ) merupakan metode sederhana untuk
deteksi dini kanker leher rahim dengan menggunakan asam asetat.
5. Tujuan Deteksi dini menggunakan metode IVA bertujuan mengidentifikasi mereka
yang mengalami lesi pra kanker sehingga dapat memperoleh terapi segera
untuk memutus perjalanan hidup lesi pra kanker sebelum menjadi kanker.
6. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No.
7. Referensi Buku acuan Pencegahan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorar
Jenderal PP dan PL, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun
2010.
5. Prosedur/ ALAT dan BAHAN :
Langkah- 1. Inspekulo
langkah 2. Lidi Kapas
3. Asam Asetat
4. Aquades
5. 2 Kom Steril
6. Handscoen
7. Kantung plastik
8. Lampu/senter
9. Wadah/waskom

INSTRUKSI KERJA :
1. Menyapa ibu dengan sopan dan ramah.
2. Memastikan bahwa ibu sudah memahami mengapa dianjurkan menjalani
tes IVA dan memastikan bahwa ibu sudah mengerti prosedur pemeriksaan
yang akan dilakukan.
3. Memastikan bahwa ibu sudah memahami kemungkinan temuan seperti apa
yang dihasilkan dan tindak lanjut atau pengobatan apa yang mungkin perlu
dilakukan.
4. Memeriksa apakah peralatan dan bahan sudah tersedia.
5. Memeriksa lampu yang tersedia dan siap digunakan.
6. Menanyakan apakah ibu sudah BAK dan membersihkan serta membilas
daerah genitalnya bila perlu.

7. Meminta ibu untuk melepas pakaian dalam baik bra maupun celana dan
meminta ibu menggunakan kain.
8. Mencuci tangan kemudian menggunakan sarung tangan.
9. Memasang spekulum dan menyesuaikannya sehingga seluruh leher rahim
dapat terlihat.
10. Memasang cocor bebek spekulum dalam posisi terbuka sehingga
spekulum tetap berada ditempatnya agar leher rahim dapat terlihat.
11. Memindahkan lampu/senter sehingga dapat melihat leher rahim dengan
jelas.
12. Memeriksa leher rahim apakah curiga kanker serviks atau terdapat
servisitis, ektopion, tumor, ovula naboti atau luka. Bila curiga kanker
serviks pemeriksaan diakhiri, langsung ke langkah 20 dan seterusnya tanpa
melakukan langkah ke 21.
13. Menggunakan swab kapas yang bersih untuk menghilangkan cairan,darah
atau mukosa dari leher rahim. Membuang swap kapas yang telah dipakai
ke dalam wadah tahan bocor atau kantong plastik.
14. Mengidentifikasi ostium uteri, SSK (sambungan skuamo koloumnar) dan
zona transformasi. Bila SSK tidak bisa ditampakkan, lanjutkan prosedur
pemeriksaan Test PAP. Bila tes Pap tidak memungkinkan untuk dilakukan,
lanjutkan ke langkah 20, dan seterusnya.
15. Mencelupkan swab bersih ke dalam cairan asam asetat lalu mengoleskan
pada leher rahim, membuang swab kapas ke dalam kantong plastik.
16. Menunggu minimal 1 menit agar asam asetat terserap dan tampak
perubahan warna putih yang disebut dengan lesi putih.
17. Memastikan SSK dengan teliti :
 Memeriksa apakah leher rahim mudah berdarah.
 Mencari apakah terdapat plak putih yang tebal dan meninggi atau lesi
putih.
18. Bila perlu, oleskan kembali asam asetat atau usap leher rahim dengan
swab bersih untuk menghilangkan mukosa, darah, atau debris. Membuang
swab ke dalam kantung plastik.
19. Bila pemeriksaan visual telah selesai, gunakan swab baru untuk
menghilangkan sisa cairan asam asetat dan leher rahim dan vagina.
Membuang swab ke dalam kantung plastik.
20. Melepaskan spekulum dan melakukan dekontaminasi dengan meletakkan
spekulum dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
21. Melakukan pemeriksaan bimanual.
22. Meminta ibu untuk duduk, turun dari meja periksa dan berpakaian.
23. Membersihkan lampu / senter dan alas tempat duduk pasien berturut-turut
dengan larutan klorin 0,5% cairan deterjen dan air bersih.
24. Merendam sarung tangan dalam keadaan dipakai ke dalam larutan klorin
0,5%. Melepas sarung tangan dengan membalik sisi dalam keluar.
 Jika sarung tangan akan dibuang, buang ke dalam kantung plastik.
 Jika sarung tangan akan dipakai ulang, dekontaminasi dengan
merendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
25. Mencuci tangan dengan air dan sabun sampai benar-benar bersih lalu
dikeringkan dengan kain kering dan bersih atau dianginkan.
26. Mencatat hasil tes IVA dan temuan lain ke dalam catatan medis ibu.
 Jika didapatkan lesi putih, menggambar peta leher rahim dan daerah
lesi putih pada catatan medis ibu.
27. Membahas hasil pemeriksaan tes IVA bersama ibu dan menjawab
pertanyaan.
 Jika hasil pemeriksaan payudara dan tes IVA negative, sebutkan waktu
kunjungan berikutnya untuk menjalani kembali pemeriksaan tes IVA.
 Jika hasil pemeriksaan tes IVA positive atau dicurigai terdapat kanker,
membahas langkah-langkah selanjutnya.
 Setelah memberi konseling, memberikan pengobatan atau merujuk.
7. Unit Pasien, Bidan / Dokter yang telah pelatihan IVA, Poli KIA, Pustu Talia,
terkait dan Pustu Lapulu.
8. Dokumen 1. Lembar balik penyuluhan.
terkait 2. Daftar tilik
3. Form pemeriksaan.
4. Informed consent.
SOP PEMERIKSAAN PAYUDARA
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

KOTA KENDARI

dr.RAHMIYANTI
NIP.19760916 200604 2 008
1. Pengertian Deteksi dini kanker payudara adalah pemeriksaan payudara untuk
mengidentifikasi kelainan payudara yang dapat mengarah ke arah keganasan
(kanker) sehingga dapat segera mendapat pengobatan dengan harapan
pengobatan dapat lebih tuntas dan angka kesembuhan lebih tinggi.
2. Tujuan Deteksi dini kanker payudara bertujuan :
1. Untuk mengidentifikasi masalah pada payudara sebelum ibu merasakan
gejala dan memberi kesempatan untuk pengobatan atau pencegahan sejak
dini.
2. Memberikan pengetahuan pada perempuan di masyarakat sehingga dapat
lebih peduli dengan adanya kemungkinan terhadap kanker, dan membekali
mereka dengan pengetahuan pemeriksaan dengan metode SADARI, agar
mereka dapat melakukan pemeriksaan payudaranya sendiri.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No.
4. Referensi Buku acuan Pencegahan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorar
Jenderal PP dan PL, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun
2010.
5. Prosedur/ ALAT dan BAHAN :
Langkah- 1. Sarung / kain bersih
langkah 2. Sabun
3. Handuk / lap tangan

INSTRUKSI KERJA :
1. Menyapa ibu dengan sopan dan ramah.
2. Memastikan bahwa ibu sudah memahami mengapa dianjurkan menjalani
pemeriksaan payudara dan memastikan bahwa ibu sudah mengerti
prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan.
3. Memastikan bahwa ibu sudah memahami kemungkinan temuan seperti apa
yang dihasilkan dan tindak lanjut atau pengobatan apa yang mungkin perlu
dilakukan.
4. Meminta ibu untuk melepas pakaian dalam (bra), dan meminta ibu
menggunakan kain.
5. Pada saat melakukan pemeriksaan harus diingat untuk selalu mengajarkan
cara melakukan SADARI.
6. Melihat payudara dan memperhatikan apakah ada perubahan :
 Bentuk
 Ukuran
 Puting atau kulit yang berlipat
 Kulit cekung
Memeriksa apakah terjadi pembengkakan, suhu tubuh, yang
meningkat atau rasa nyeri pada salah satu atau kedua payudara.
7. Melihat puting payudara dan perhatikan ukuran, bentuk, dan arahnya.
Memeriksa apakah ada ram atau luka dan keluar cairan dari puting
payudara.
8. Meminta ibu mengangkat kedua lengannya ke atas kepala dan lihat kedua
payudaranya. Memperhatikan apakah ada perbedaan. Melihat ibu untuk
meletakkan kedua tangan di pinggang dan memperhatikan kembali
payudaranya.
9. Meminta ibu membungkuk untuk melihat apakah kedua payudaranya
menggantung secara seimbang.
10. Meminta ibu berbaring di meja periksa
11. Meletakkan bantal di bawah pundak kiri ibu. Meletakkan lengan kiri ibu di
atas kepalanya.
12. Melihat payudara sebelah kiri dan memeriksa apakah ada perbedaan
dengan payudara sebelah kanan. Memeriksa apakah terdapat kerutan atau
lekukan pada kulit payudara.
13. Menggunakan telapak jari-jari telunjuk tangah dan manis, mempalpasi
seluruh payudara, dimulai dari sisi atas paling luar dari payudara,
menggunakan teknik spiral. Perhatikan apakah terdapat benjolan atau rasa
nyeri.
14. Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk menekan puting payudara.
Perhatikan apakah keluar cairan bening, keruh atau berdarah dari puting.
15. Ulangi langkah-langkah tersebut diatas (11, 12, 13,14) untuk payudara di
sebelah kanan. Jika perlu, ulangi tindakan ini dengan posisi ibu duduk dan
kedua lengan berada disamping tubuh.
16. Meminta ibu untuk duduk dan mengangkat kedua lengan setinggi bahu.
Mempalpasi pangkal payudara dengan menekan sepanjang sisi luar otot
pectoral kiri sambil secara bertahap menggerakkan jari-jari keaah axial.
Memeriksa apakah terjadi pembesaran kelenjar getah bening (lymph
nodes) atau rasa nyeri.
17. Ulangi langkah tersebut untuk payudara sebelah kanan.
18. Setelah selesai, persilahkan ibu mengenakan kembali pakaiannya, sambil
pemeriksa mencuci tangan dengan air dan sabun untuk mengeringkannya.
6. Unit Pasien, Bidan, Poli KIA, Pustu Talia, dan Pustu Lapulu.
terkait
7. Dokumen 1. Lembar balik penyuluhan.
terkait 2. Daftar tilik
3. Form pemeriksaan.
4. Informed consent.
SOP PENATALAKSANAAN ABORTUS
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman : 1/1

PUSKESMAS
ABELI
dr.RAHMIYANTI
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Abortus adalah terhentinya proses kehamilan sebelu janin dapat hidup di luar
kandungan. Sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 22 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram.
Tujuan Penatalaksanaan kasus abortus sesuai standar therapy.
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No.
Penyebab Sebagian besar disebabkan karena kelainan kromosom hasil konsepsi.
Beberapa penyebab lain adalah trauma, kelainan alat kandungan dan sebab
yang tidak diketahui.
Gambaran Adanya gejala kehamilan ( terlambat haid, mual/ muntah pada pagi hari) yang
klinis disertai perdarahan pervaginam (mulai bercak sampai bergumpal) dan / atau
nyeri perut bagian bawah, mengarahkan ke diagnosis abortus.
1. Abortus Imminens (Ancaman Keguguran)
Ditandai dengan perdarahan pervaginam sedikit, nyeri perut tidak ada atau
sedikit. Belum ada pembukaan serviks.
2. Abortus Insipiens (Keguguran sedang berlangsung)
Perdarahan pervaginam banyak ( dapat sampai bergumpal-gumpal), nyeri
perut hebat, terdapat pembukaan serviks. Kadang-kadang tampak jaringan
hasil konsepsi di ostium serviks.
3. Abortus Inkompletus (Keguguran tidak lengkap)
Perdarahan pervaginam banyak, nyeri perut sedang sampai hebat. Riwayat
keluar jaringan hasil konsepsi sebagian, ostium serviks bisa masih terbuka
atau mulai tertutup.
4. Abortus Kompletus (Keguguran lengkap)
Perdarahan pervaginam mulai berkurang-berhenti, tanpa nyeri perut,
ostium serviks sudah tertutup. Riwayat keluar jaringan hasil konsepsi utuh,
seluruhnya.
5. Missed Abortion (Keguguran yang tertahan)
Abortus dengan hasil konsepsi tetap tertahan intra uterin selama 2 minggu
atau lebih. Riwayat perdarahan pervaginam sedikit, tanpa nyeri perut,
ostium serviks masih tertutup. Pembesaran uterus tidak sesuai (lebih kecil)
dari usia gestasi yang seharusnya.
Diagnosis 1. Terlambat haid (amenorrhea) kurang dari 22 minggu.
2. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai jaringan hasil konsepsi.
3. Rasa nyeri di daerah atas symphisis.
4. Pembukaan ostium serviks.
7. Prosedur/ Pada Puskesmas non Perawatan :
Langkah- 1. Abortus Imminens
langkah a. KIE : tirah baring sedikitnya 2 – 3 hari (sebaiknya rawat inap)
b. Pantang senggama
c. Setelah tirah baring 3 hari, evaluasi ulang diagnosis, bila masih
abortus imminens tirah baring dilanjutkan.
d. Mobilisasi bertahap (duduk – berdiri – berjalan) dimulai apabila
diyakini tidak ada perdarahan pervaginam 24 jam.
2. Abortus tingkat selanjutnya
a. Bila mungkin lakukan stabilisasi keadaan umum dengan pembebasan
jalan nafas, pemberian oksigenasi (O2 2- 4 liter/menit), pemasangan
cairan.
b. Pemberian cairan intravena kristaloid (Ringer Laktat / Ringer Asetat /
NaCl 0,9%) sesuai pedoman resusitasi.
c. Pasien dirujuk setelah tanda vital dalam batas normal ke Puskesmas
Perawatan atau RS.

Pada Puskesmas Perawatan :


1. Abortus Imminens
seperti pada puskesmas non perawatan.
2. Abortus Insipiens
a. Antibiotika profilaksis : ampisilin i.v sebelum tindakan kuretase.
b. Perlu segera dilakukan pengeluaran hasil konsepsi dan pengosongan
kavum uteri. Dapat dilakukan dengan abortus tang, sendok kuret, dan
kuret hisap.
c. Uterotonika :oksitosin 10 IU i.m.
3. Abortus Inkompletus
a. Perlu segera dilakukan pengosongan kavum uteri. Dapat dilakukan
dengan abortus tang, sendok kuret, dan kuret hisap.
b. Oksigenisasi 2 – 4 liter/menit.
c. Pemberian cairan i.v. kristaloid (NaCl 0,9%, Ringer Laktat, Ringer
Asetat).
d. Transfusi bila Hb kurang dari 8 g/dl.
4. Abortus Kompletus
a. Evaluasi adakah komplikasi abortus (anemia dan infeksi)
b. Apabila dijumpai komplikasi, penatalaksanaan disesuaikan.
c. Apabila tanpa komplikas, tidak perlu penatalaksanaan khusus.
5. Missed Abortion
a. Evaluasi hematologi rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit,
trombosit) dan uji hemostatis (fibrinogen, waktu perdarahan, waktu
pembekuan).
b. Bila terjadi gangguan faal hemostatis dan hipofibrinogenemia, segera
rujuk di rumah sakit yang mampu untuk transfuse trombosit / Buffy-
coat dan komponen darah lainnya.
c. Hasil konsepsi perlu dievakuasi dari kavum uteri. Dilaksanakan setelah
dipastikan tidak terdapat gangguan faal hemostatis.
Output Tata laksana kasus abortus sesuai standar therapy Puskesmas.
Unit terkait Pasien, Bidan / dokter PONED, Ruang PONED.
Referensi Departemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas
2007, Cetakan tahun 2008, Depkes RI, Jakarta.
SOP HIPEREMESIS GRAVIDARUM
No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman : 1/1

KOTA KENDARI

dr.RAHMIYANTI
NIP.19760916 200604 2 008
1. Pengertian Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang berlebihan yang terjadi sampai
umur kehamilan 22 minggu. Muntah dapat begitu hebat dimana segala apa
yang dimakan dan diminum dimuntahkan kembali.
2. Tujuan Penatalaksanaan kasus hiperemesis gravidarum sesuai standar therapy.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No.
4. Penyebab Penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Beberapa teori penyebab :
1. Peningkatan estrogen
2. Peningkatan hormone Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
3. Disfungsi psikis
5. Gambaran Secara kliinis hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu :
klinis 1. Tingkat I
 Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama
keluar.
 Makanan, lender dan sedikit empedu kemudian hanya lender, cairan
empedu, dan terakhir keluar darah.
 Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah systole
menurun.
 Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin masih
normal.
2. Tingkat II
 Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan,
haus hebat.
 Subfebril, nada cepat dan lebih 100 – 140 kali per menit, tekanan darah
systole kurang 80 mmHg.
 Apatis, kulit pucat, lidah kotor kadang ikterus ada, aseton ada, bilirubin
ada dan berat badan cepat menurun.
3. Tingkat III
Gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti,
ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin ada dan
proteinuria.
6. Diagnosis 1. Amenore yang disertai muntah hebat (segala yang dimakan dan diminum
akan dimuntahkan), pekerjaan sehari-hari terganggu dan haus.
2. Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun
pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
3. Pemeriksaan fisik : dehidrasi, keadaan berat, kulit pucat, ikterus, sianosis,
berat badan menurun, porsio lunak pada vaginal touché, uterus besar sesuai
usia gestasi.
4. Laboratorium : kenaikan relative hemoglobin dan hematokrit, shift to the
left, benda keton dan proteinuria.
7. Prosedur/ 1. Diet
Langkah- a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan
langkah hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1 – 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang
dalam zat-zat gizi kecuali vitamin c karena itu hanya diberikan selama
beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini
rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis
ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali
kalsium.
2. Pada keadaan berat :
a. Hentikan makan / minum per oral sementara (24 – 48 jam).
b. Infuse Dekstrosa 10% atau 5% : RL = 2:1, 40 tetes/menit.
c. Obat :
 Vitamin B i.v : vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 50 – 100
mg/hari/infuse, dan vitamin B12 200 mcg/hr/infuse (untuk kasus
rawat inap).
 Vitamin B6, B1, B2, dan B12.
 Antasida 3 x 1 tab/ hari per oral
 Antiemetic : Domperidone dan metiklorpeamide yang ada di
Puskesmas sedapat mungkin tidak diberikan mengingat
kontraindikasi dan efek smaping bahan obat tersebut untuk
kehamilan.
d. Pertimbangkan untuk dirujuk ke rumah sakit.
8. Output Tata laksana kasus hiperemesis gravidarum sesuai standar therapy Puskesmas.
9. Unit Pasien, Bidan / dokter PONED, Ruang PONED.
terkait
10. Referensi Departemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas
2007, Cetakan tahun 2008, Depkes RI, Jakarta.
SOP PEMBERIAN VITAMIN K1
PADA BAYI BARU LAHIR
No. Dokumen :
STANDAR
OPERASIONAL No. Revisi :-
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman : 1/1

KOTA KENDARI

dr.RAHMIYANTI
NIP.19760916 200604 2 008
1. Pengertian Suatu tindakan menyuntikkan vit. K1 kepada bayi setelah 1 jam setelah lahir.
2. Tujuan Penyuntikan vitamin K bertujuan untuk mencegah terjadinya perdarahan
akibat kekurangan vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No.
4. Referensi Departemen kesehatan RI, 2008, Asuhan Persalinan Normal, Edisi tahun
2008, Depkes RI, Jakarta.
5. Prosedur/ ALAT dan BAHAN :
Langkah- 1. Spoit 1 cc
langkah 2. Vit. K1 injeksi
3. Kapas / kasa

INSTRUKSI KERJA :
1. Letakkan bayi dengan posisi punggung di bawah.
2. Pilih daerah otot yang akan disuntik. Untuk memudahkan identifikasi
suntikan vitamin K1 di paha kiri.
3. Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang telah
direndam dalam larutan antiseptik dan biarkan mengering.
4. Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat.
5. Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan pasang jarumnya.
6. Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
7. Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui kulit.
8. Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum tidak
menusuk dalam vena.
Bila dijumpai darah:
 Cabut jarum tanpa menyuntikkan obat
 Pasang jarum steril yang baru ke semprit
 Pilih tempat penyuntikkan yang lain
 Ulangi prosedur diatas
Bila tidak dijumpai darah, suntikan obat dengan tekanan kuat dalam waktu
3-6 detik.
9. Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan tekan
dengan bola kasa steril kering.
10. Catat tempat penyuntikan untuk memudahkan identifikasi.
6. Unit Pasien, Bidan, Ruang PONED.
terkait
SOP IMUNISASI HB0
PADA BAYI BARU LAHIR
No. Dokumen :
STANDAR
OPERASIONAL No. Revisi :-
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman : 1/1

KOTA KENDARI

dr.RAHMIYANTI
NIP.19760916 200604 2 008
1. Pengertian Suatu tindakan pemberian kekebalan kepada tubuh bayi terhadap penyakit
Hepatitis dengan Uniject secara intramuscular pada bayi usia 0-7 hari, yang
diberikan 2 jam setelah bayi baru lahir.
2. Tujuan Agar anak mempunyai daya tahan terhadap penyakit hepatitis.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No.
4. Referensi Departemen kesehatan RI, 2008, Asuhan Persalinan Normal, Edisi tahun
2008, Depkes RI, Jakarta.
5. Prosedur/ ALAT dan BAHAN :
Langkah- 1. Baki beralas
langkah 2. Bak spuit steril
3. Vaksin HB0 dalam uniject
4. Kom berisi kapas alcohol
5. Bengkok
6. Buku KIA

INSTRUKSI KERJA :
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa bayinya akan diberikan vaksin
Hepatitis B dengan cara di suntik.
2. Posisikan bayi terlentang.
3. Keluarkan vaksin HB0 dari kemasan.
4. Dorong dan tekan dengan cepat penutup jarum ke dalam port. Jarak antara
penutup jarum dengan port akan hilang dan terasa ada klik.
5. Oleskan kapas alcohol di 1/3 paha luar bayi sebelah kanan.
6. Pegang paha bayi sebelah kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk.
7. Keluarkan penutup jarum.
8. Pegang vaksin HB0 dan suntikan jarum dengan sudut 900 di 1/3 paha luar
bayi sebelah kanan.
9. Tekan reservoir (gelembung vaksin) untuk memasukkan vaksin, setelah
reservoir kempes cabut uniject dari paha bayi dengan cepat.
10. Tekan paha bayi dengan kapas alcohol.
11. Dokumentasikan pada buku KIA
6. Unit Pasien, Bidan, Ruang PONED.
terkait
SOP PEMBERIAN MgSO4
No. Dokumen :
STANDAR
OPERASIONAL No. Revisi :-
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman : 1/1

KOTA KENDARI

dr.RAHMIYANTI
NIP.19760916 200604 2 008
1. Pengertian Suatu tindakan menyuntikkan MgS04 kepada ibu yang terkena pre eklampsi
dan eklampsi dengan cara IV dan IM.
2. Tujuan 1. Untuk mengurangi dampak lebih buruk pada ibu dan bayi dari serangan
kejang eklampsi.
2. Untuk mencegah terjadinya kejang.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No.
4. Referensi Fat Tesno The, 2006, Obstetri dan Ginekologi, Akbid Depkes, Kendari.

5. Prosedur/ ALAT dan BAHAN :


Langkah- 1. Handscoen
langkah 2. Bengkok
3. Spuit 10 cc
4. Obat MgSO4 40% dan 20%

INSTRUKSI KERJA :
1. Mencuci tangan.
2. Dosis awal sekitar 4 gram MgSO4 IV(20 % dalam 20 cc) selama 1 gram
per menit kemasan 20 % dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit).
Di kuti segera 4 gram di bokong kiri, dan 4 gram di bokong kanan (40 %
dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm.
3. Dosis ulangan: di berikan 4 gram intramuskuler 40 % setelah 6 jam
pemberian dosis awal lalu dosis ulangan di berikan 4 gram IM setiap 6 jam
dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
4. Bila terjadi kejang berulang berikan diazepam 10 mg.
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pelayanan selanjutnya
6. Unit Pasien, Bidan, Dokter, Ruang PONED.
terkait
SOP PENGGUNAAN PARTOGRAF
No. Dokumen :
STANDAR
OPERASIONAL No. Revisi :-
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman : 1/1

KOTA KENDARI

dr.RAHMIYANTI
NIP.19760916 200604 2 008
1. Pengertian Partograf adalah alat bantu utuk memantau kemajuan kala I persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik.
2. Tujuan Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus
lama.
3. Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
4. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
5. Menggunakan informasi yang tercatat dan untuk identifikasi dini penyulit
persalinan.
6. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik
yang sesuai dan tepat waktu.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No.
4. Referensi Departemen kesehatan RI, 2008, Asuhan Persalinan Normal, Edisi tahun
2008, Depkes RI, Jakarta.
5. Prosedur/ ALAT dan BAHAN :
Langkah- 1. Lembar partograf
langkah 2. Alat tulis (pulpen)
3. Penggaris

INSTRUKSI KERJA :
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Isi identitas atau data subyektif pada lembar partograf dengan lengkap.
3. Catat pembukaan serviks.
Catat setiap 4 jam dan beri tanda “x” pada garis waktu atau pada garis
waspada yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Sambung
pencatatan pembukaan dengan garis lurus setiap melakukan pencatatan.
4. Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan jari).
Catat penurunan setiap 4 jam dan berikan tanda “O” pada lembar
partograf. Penulisan penurunan disesuaikan dengan pembukaan serviks
lalu sambung dengan garis lurus setiap melakukan pencatatan.
5. Tuliskan waktu pada kolom di bawah pembukaan serviks.
Penulisan waktu disesuaikan dengan pembukaan serviks atau sejajar
dengan pembukaan serviks. Setiap kotak menyatakan satu jam dimulainya
fase aktif persalinan.
6. Tuliskan penyusupan dan air ketuban sejajar atau sesuaikan dengan kolom
di atas pembukaan serviks.
Penyusupan dan air ketuban ditulis setiap melakukan pemeriksaan dalam
atau setiap 4 jam sekali. Beritanda (0,1,2,3) untuk penyusupan dan tanda
(U,J,M,D,K) untuk air ketuban.
7. Isi kotak kontraksi sesuai dengan angka yang mencerminkan temun dari
hasil pemeriksaan.
Beri titik-titik pada kotak jika lama kontraksi < 20 detik. Beri garis-garis
pada kotak jika lama kontraksi 20 – 40 detik. Isi penuh kotak jika lama
kontraksi > 40 detik. Tulis hasil pemeriksaan setiap 30 menit.
8. Isi kotak oksitosin dan obat-obatan dan cairan infuse.
Pengisian dilakukan jika diberikan.
9. Catat nadi, tekanan darah, dan temperature ibu.
Catat nadi ibu setiap 30 menit beri tanda (•) pada kolom waktu yang
sesuai. Sambung pencatatan nadi dengan garis lurus setiap melakukan
pencatatan. Catat tekanan darah ibu setiap 4 jam dan beri tanda panah pada
partograf pada kolom waktu yang sesuai. Catat temperature tubuh setiap 2
jam pada kotak yang sesuai.
10. Catat jumlah produksi urine.
Catat paling sedikit 2 jam atau setiap kali berkemih. Jika memungkinkan
lakukan pemriksaan aseton dan protein dalam urine.
11. Catat denyut jantung janin pada lembar partograf setiap 30 menit, beri
tanda (•) lalu sambung dengan garis lurus setiap pencatatan.
12. Isi hasil tindakan pada bagian kala II.
Tulis informasi dengan jelas pada bagian yang kosong. Beri tanda (√) pada
kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25,26,28 lingkari
jawaban yang benar.
13. Isi hasil tindakan pada bagian bayi baru lahir.
Tulis informasi dengan jelas pada bagian yang kosong. Beri tanda (√) pada
kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 36, dan 37 lingkari
jawaban yang sesuai.
14. Isi hasil pemeriksaan kala IV pada kolom atau ruang yang sesuai.
Penulisan pada kala IV dilakukan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama
setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya.
15. Catat keterangan lahir bayi.
Catat pada kolom sebelah kanan pada bagian pembukaan serviks. Catat
keterangan lahir dengan lengkap dan jelas.
16. Simpan lembar partograf pada status ibu dengan baik untuk
pendokumentasian.
6. Unit Bidan, Ruang PONED.
terkait
SOP PEMASANGAN INFUS
No. Dokumen :
STANDAR
OPERASIONAL No. Revisi :-
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman : 1/1

KOTA KENDARI

dr.RAHMIYANTI
NIP.19760916 200604 2 008
1. Pengertian Memasukkan cairan obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah
banyak dan waktu yang lama dengan menggunakan infus set.
2. Tujuan 1. Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh
2. Memberikan obat
3. Transfuse darah dan produk darah
4. Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No.
4. Prosedur/ ALAT dan BAHAN :
Langkah- 1. Standar infus
langkah 2. Cairan infus dan infus set sesuai kebutuhan
3. Jarum / wings needle/abocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
4. Perlak dan tourniquet
5. Plester dan gunting
6. Bengkok
7. Handscoen bersih
8. Kassa seteril
9. Kapas alkohol dalam tempatnya
10. Bethadine dalam tempatnya

INSTRUKSI KERJA :
1. Mencuci tangan.
2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan.
3. Mengisi selang infuse.
4. Membuka plastic infus set dengan benar.
5. Tetap melindungi ujung selang steril.
6. Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infus
mengarah keatas.
7. Menggantung cairan infus di standar cairan infuse.
8. Mengisi cairan infus set dengan cara menekan (tapi jangan sampai
terendam).
9. Mengisi selang infus dengan cairan yang benar.
10. Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan kesterilan.
11. Cek adanya udara dalam selang.
12. Pakai sarung tangan bila perlu.
13. Memilih posisi yang tepat untuk memasang infuse.
14. Meletakkan perlak dan pengalas.
15. Memilih vena yang tepat dan benar.
16. Memasang tourniquet.
17. Deninfeksi vena dengan alcohol dari atas kebawah dengan sekali hapus.
18. Buka abocath apakah ada kerusakan atau tidak.
19. Menusukan abocath pada vena yang telah dipilih.
20. Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam abocath.
21. Tourniquet di cabut.
22. Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu
dikeluarkan cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit.
23. Memberikan plester pada ujung abocath tapi tidak menyentuh area
penusukan untuk fiksasi.
24. Membalut dengan kassa betadinsteril dan menutupnya dengan kassa steril
kering.
25. Memberi plester dengar benar dan mempertahankan keamanan abocath
agar tidak tercabut.
26. Mengatur cairan tetesan infus sesuai kebutuhan pasien.
27. Alat-alat di bereskan dan perhatikan bagaimana respon pasien.
28. Perawat kembali cuci tangan.
29. Catat tindakan yang dilakukan
5. Unit Bidan, Perawat, Ruang PONED, UGD, Rawat inap perawatan.
terkait
SOP PEMASANGAN KATETER
No. Dokumen :
STANDAR
OPERASIONAL No. Revisi :-
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman : 1/1

KOTA KENDARI

dr.RAHMIYANTI
NIP.19760916 200604 2 008
1. Pengertian Tindakan medis memasukan selang karet atau plastik melalui uretra yang di
masukan ke dalam kandung kemih
2. Tujuan 1. Menghilangkan distensi kandung kemih.
2. Mendapatkan spesimen urine.
3. Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu
sepenuhnya dikosongkan.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No.
4. Prosedur/ ALAT dan BAHAN :
Langkah- 1. Bak instrumen berisi :
langkah a. Poly kateter sesuai ukuran 1 buah
b. Urine bag steril 1 buah
c. Pinset anatomi 2 buah
d. Duk steril
e. Kassa steril yang diberi jelly
2. Sarung tangan steril
3. Kapas sublimat dalam kom tertutup
4. Perlak dan pengalasnya 1 buah
5. Sampiran
6. Cairan aquades atau Nacl
7. Plester
8. Gunting verband
9. Bengkok 1 buah
10. Korentang pada tempatnya

INSTRUKSI KERJA :
1. Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian
alat-alat didekatkan ke pasien.
2. Pasang sampiran.
3. Cuci tangan.
4. Pasang pengalas/perlak dibawah bokong klien.
5. Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas, dengan posisi klien
lithotomi (kaki ditekuk dan Kaki sedikit dibuka). Bengkok diletakkan
didekat bokong klien.
6. Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril, pasang duk steril, lalu
bersihkan alat genitalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan
pinset.
7. Bersihkan genitalia dengan cara : dengan tangan nondominan perawat
membuka vulva kemudian tangan kanan memegang pinset dan mengambil
satu buah kapas sublimat. Selanjutnya bersihkan labia mayora dari atas
kebawah dimulai dari sebelah kiri lalu kanan, kapas dibuang dalam
bengkok, kemudian bersihkan labia minora, klitoris, dan anus. Letakkan
pinset pada bengkok.
8. Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly. Masukkan kateter kedalam
uretra kira-kira 10 cm secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset
sampai urine keluar. Masukkan Cairan Nacl/aquades 20-30 cc atau sesuai
ukuran yang tertulis di kateter. Tarik sedikit kateter. Apabila pada saat
ditarik kateter terasa tertahan berarti kateter sudah masuk pada kandung
kemih.
9. Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag. Lalu ikat disisi
tempat tidur.
10. Fiksasi kateter pada bagian sisi dalam paha klien.
11. Klien dirapikan kembali.
12. Alat dirapikan kembali.
13. Mencuci tangan.
14. Melaksanakan dokumentasi :
a. Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar
catatan klien.
b. Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang
melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien.
5. Unit Bidan, Perawat, Ruang PONED, UGD, Rawat inap perawatan.
terkait
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
RUANG ADMINISTRASI/KTU

SOP REKRUITMEN DAN


SELEKSI TENAGA KEPERAWATAN BARU
No. Dokumen :
STANDAR
OPERASIONAL No. Revisi :-
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman : 1/1

PUSKESMAS
ABELI
dr.RAHMIYANTI
NIP.19760916 200604 2 008
1. Pengertian Merupakan seleksi tenaga kepereawatan atau bidan yang memenuhi
kualifikasi yang telah ditentukan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kab.
Konawe Selatan.
2. Tujuan Untuk memenuhi jumlah tenaga keperawatan atau bidan sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Konawe
Selatan.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No.
4. Prosedur/ 1. Permohonan berupa nota dinas dari Kepala instalasi rawat inap kepada
Langkah- Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Konawe Selatan untuk
langkah pengajuan penambahan tenaga perawat atau bidan.
2. Apabila disetujui oleh Direktur Rumah Sakit maka akan dilakukan
rekruitmen sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan.
3. Memenuhi syarat kualifikasi dan kompetensi keperawatan atau kebidanan
- Pendidikan minimal DIII Keperawatan atau Kebidanan
- IPK minimal 2,75
- Mempunyai SIP dan sudah terregister / lulus kompetensi
- Sanggup bekerja terus menerus selama 2 tahun dengan menandatangani
kontrak kerja sama yang telah disepakati dan bermaterai
- Memiliki pelatihan-pelatihan serta sertifikat-sertifikat seminar
keperawatan yang lain.
4. Mengikuti serangkaian seleksi meliputi test lisan, wawancara, sikap dan
penampilan, test tulis, praktek klinik, dan psikotes.
5. Unit Kepala Puskesmas, Tata usaha, Rawat Inap, Rawat Jalan, UGD,
terkait Laboratorium, Instalasi Gizi.
SOP PENGURUSAN CUTI TAHUNAN
No. Dokumen :
STANDAR
OPERASIONAL No. Revisi :-
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman : 1/1

KOTA KENDARI

dr.RAHMIYANTI
NIP.19760916 200604 2 008
1. Pengertian Setiap karyawan yang telah berkarya secara terus menerus selama dua belas
bulan dan setiap dua belas bulan masa kerja berikutnya, berhak atas cuti
tahunan selama dua belas hari kerja dalam satu tahun.
2. Tujuan 1. Sebagai kerangka acuan langkah-langkah untuk mengurus cuti karena
sakit.
2. Agar dapat dipergunakan oleh setiap karyawan untuk keperluan karyawan
sendiri.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No.
4. Prosedur/ 1. Perawat / bidan yang telah memenuhi persyaratan mendapatkan cuti
Langkah- tahunan, meminta formulir permohonan cuti tahunan kepada bagian
langkah kepegawaian, mengisi dan menandatangani dan menyerahkannya kepada
kepala tasan langsung untuk mendapatkan persetujuan.
2. Kepala ruang rawat meneliti surat permohonan tersebut, mencocokan
dengan hak cutinya, kebutuhan tenaga dan rencana kegiatan di bagian yang
bersangkutan. Bila tidak ada kendala kepala atasan langsungnya
menyetujui dan menandatangani surat permohonan cuti tahunan tersebut
dan meneruskannya kepada bagian kasubsie keperawatan selanjutnya
diteruskan ke bagian personalia.
3. Bagian kepegawaian mencatat dan mencocokan hak cuti perawat / bidan
tersebut sesuai dengan data yang ada di file kepegawaian.
5. Unit Personalia, Kepala Puskesmas, Tata usaha, Rawat Inap, Rawat Jalan, UGD,
terkait Laboratorium, Instalasi Gizi.
SOP BIMBINGAN SISWA / MAHASISWA
No. Dokumen :
STANDAR
OPERASIONAL No. Revisi :-
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr.RAHMIYANTI
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam memberikan bimbingan
kepada peserta didik dalam penerapan asuhan keperawatan di Puskesmas
Perawatan Abeli.
Tujuan Agar proses belajar peserta didik dapat berjalan dengan baik.
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No.
Prosedur/ 1. Persiapan alat
Langkah- a. Format pengkajian
langkah b. Format asuhan keperawatan
2. Persiapan siswa
a. Penjelasan kepada siswa atau mahasiswa tentang pelaksanaan prkatik
klinik keperawatan
3. Pelaksanaan
a. CI lapangan menghadiri saat penerimaan siswa/ mahasiswa
b. CI lapangan yang ditunjuk melaksanakan Pre Conference mengadakan
pertemuan di ruangan diklat untuk mengerahkan siswa / mahasiswa
sebelum terjun di lapangan
c. CI lapangan yang ditunjuk untuk membimbing di ruangan lahan praktik,
menerima siswa/mahasiswa mengorientasi terhadap staf perawat, pasien
dan ruangan.
d. CI lapangan mengoreksi hasil asuhan keperawatan siswa atau
mahasiswa yang dikonsulkantasikan
e. CI lapangan yang ditunjuk untuk melaksanakan postconference
mengadakan pertemuan setiap jam 13.00 s/d 14.00 setiap minggu sekali
f. CI lapangan menentukan kasus yang akan diseminarkan.
g. CI lapangan menghadiri penyajian kasus dari siswa / mahasiswa
h. CI lapangan mengevaluasi hasil dari proses pelaksanaan praktik
lapangan dalam format yang telah ditentukan
i. CI lapangan menyetorkan hasil penilaian atau evaluasi ke Tim Diklat
setelah siswa / mahasiswa selesai praktek.
Unit terkait Tata usaha, Rawat Inap, Rawat Jalan, UGD, Laboratorium, Instalasi Gizi.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PELAYANAN IVA

SOP PEMERIKSAAN IVA


No. Dokumen :
STANDAR No. Revisi :-
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Terbit : Januari 2016
Halaman :

KOTA KENDARI

dr.RAHMIYANTI
NIP.19760916 200604 2 008
Pengertian IVA ( Inspeksi Visual Asam Asetat ) merupakan metode sederhana untuk
deteksi dini kanker leher rahim dengan menggunakan asam asetat.
Tujuan Deteksi dini menggunakan metode IVA bertujuan mengidentifikasi mereka
yang mengalami lesi pra kanker sehingga dapat memperoleh terapi segera
untuk memutus perjalanan hidup lesi pra kanker sebelum menjadi kanker.
Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No.
Referensi Buku acuan Pencegahan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim
diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorar
Jenderal PP dan PL, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun
2010.
Prosedur/ ALAT dan BAHAN :
Langkah- 10. Inspekulo
langkah 11. Lidi Kapas
12. Asam Asetat
13. Aquades
14. 2 Kom Steril
15. Handscoen
16. Kantung plastik
17. Lampu/senter
18. Wadah/waskom

INSTRUKSI KERJA :
28. Menyapa ibu dengan sopan dan ramah.
29. Memastikan bahwa ibu sudah memahami mengapa dianjurkan menjalani
tes IVA dan memastikan bahwa ibu sudah mengerti prosedur pemeriksaan
yang akan dilakukan.
30. Memastikan bahwa ibu sudah memahami kemungkinan temuan seperti apa
yang dihasilkan dan tindak lanjut atau pengobatan apa yang mungkin perlu
dilakukan.
31. Memeriksa apakah peralatan dan bahan sudah tersedia.
32. Memeriksa lampu yang tersedia dan siap digunakan.
33. Menanyakan apakah ibu sudah BAK dan membersihkan serta membilas
daerah genitalnya bila perlu.

34. Meminta ibu untuk melepas pakaian dalam baik bra maupun celana dan
meminta ibu menggunakan kain.
35. Mencuci tangan kemudian menggunakan sarung tangan.
36. Memasang spekulum dan menyesuaikannya sehingga seluruh leher rahim
dapat terlihat.
37. Memasang cocor bebek spekulum dalam posisi terbuka sehingga
spekulum tetap berada ditempatnya agar leher rahim dapat terlihat.
38. Memindahkan lampu/senter sehingga dapat melihat leher rahim dengan
jelas.
39. Memeriksa leher rahim apakah curiga kanker serviks atau terdapat
servisitis, ektopion, tumor, ovula naboti atau luka. Bila curiga kanker
serviks pemeriksaan diakhiri, langsung ke langkah 20 dan seterusnya tanpa
melakukan langkah ke 21.
40. Menggunakan swab kapas yang bersih untuk menghilangkan cairan,darah
atau mukosa dari leher rahim. Membuang swap kapas yang telah dipakai
ke dalam wadah tahan bocor atau kantong plastik.
41. Mengidentifikasi ostium uteri, SSK (sambungan skuamo koloumnar) dan
zona transformasi. Bila SSK tidak bisa ditampakkan, lanjutkan prosedur
pemeriksaan Test PAP. Bila tes Pap tidak memungkinkan untuk dilakukan,
lanjutkan ke langkah 20, dan seterusnya.
42. Mencelupkan swab bersih ke dalam cairan asam asetat lalu mengoleskan
pada leher rahim, membuang swab kapas ke dalam kantong plastik.
43. Menunggu minimal 1 menit agar asam asetat terserap dan tampak
perubahan warna putih yang disebut dengan lesi putih.
44. Memastikan SSK dengan teliti :
 Memeriksa apakah leher rahim mudah berdarah.
 Mencari apakah terdapat plak putih yang tebal dan meninggi atau lesi
putih.
45. Bila perlu, oleskan kembali asam asetat atau usap leher rahim dengan
swab bersih untuk menghilangkan mukosa, darah, atau debris. Membuang
swab ke dalam kantung plastik.
46. Bila pemeriksaan visual telah selesai, gunakan swab baru untuk
menghilangkan sisa cairan asam asetat dan leher rahim dan vagina.
Membuang swab ke dalam kantung plastik.
47. Melepaskan spekulum dan melakukan dekontaminasi dengan meletakkan
spekulum dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
48. Melakukan pemeriksaan bimanual.
49. Meminta ibu untuk duduk, turun dari meja periksa dan berpakaian.
50. Membersihkan lampu / senter dan alas tempat duduk pasien berturut-turut
dengan larutan klorin 0,5% cairan deterjen dan air bersih.
51. Merendam sarung tangan dalam keadaan dipakai ke dalam larutan klorin
0,5%. Melepas sarung tangan dengan membalik sisi dalam keluar.
 Jika sarung tangan akan dibuang, buang ke dalam kantung plastik.
 Jika sarung tangan akan dipakai ulang, dekontaminasi dengan
merendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
52. Mencuci tangan dengan air dan sabun sampai benar-benar bersih lalu
dikeringkan dengan kain kering dan bersih atau dianginkan.
53. Mencatat hasil tes IVA dan temuan lain ke dalam catatan medis ibu.
 Jika didapatkan lesi putih, menggambar peta leher rahim dan daerah
lesi putih pada catatan medis ibu.
54. Membahas hasil pemeriksaan tes IVA bersama ibu dan menjawab
pertanyaan.
 Jika hasil pemeriksaan payudara dan tes IVA negative, sebutkan waktu
kunjungan berikutnya untuk menjalani kembali pemeriksaan tes IVA.
 Jika hasil pemeriksaan tes IVA positive atau dicurigai terdapat kanker,
membahas langkah-langkah selanjutnya.
 Setelah memberi konseling, memberikan pengobatan atau merujuk.
Unit terkait Pasien, Bidan / Dokter yang telah pelatihan IVA, Poli KIA, Pustu Talia,
dan Pustu Lapulu.
Dokumen 1. Lembar balik penyuluhan.
terkait 2. Daftar tilik
3. Form pemeriksaan.
4. Informed consent.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
DIPOLIKLINIK KIA

CUCI TANGAN
STERIL
NO DOKUMEN :

NO REVISI :

TANGGAL TERBIT :
SOP
HALAMAN :

PUSKESMAS
ABELI
dr . Rahmiyanti
NIP.1976091622006042008
PENGERTIAN Mencuci tangan secara steril (suci hama) khususnya bila akan
melakukan tindakan steril

TUJUAN M Mencegah infeksi silang


b) Membebaskan kuman dan mencegah kontaminasi tangan
1. KEBIJAKAN Sebagai perlindungan terahdap tenaga medis maupun pasien dari
infeksi
2. REFERENSI

3. PROSEDUR) Peralatan
a) Wastafel/air mengalir
b) Sabun biasa/antiseptik
c) Sikat lembut DTT
d) Spon
e) Handuk steril/lab bersih dan kering
f) Watafel/air mengalir

b) Prosedur kerja
a) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
b) Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang
c) Basahi kedua tangan dengan menggunakan air mengalir sampai siku,
gunakan sabun kearah lengan bawah, lakukan hal yang sama pada
sebelah tangan.
d) Bersihkan kuku dengan pembersih kuku atau sikat lembut kearah
luar, kemudian bersihkan jari hingga siku dengan gerakan sirkular
dengan spon. Mengulangi hal yang sama pada lengan yang lain.
Lakukan selama minimal 2 menit.
e) Membilas tangan dan lengan secara terpisah dengan air mengalir,
setelah bersih tahan kedua tangan mengarah ketas sebatas siku.
Jangan biarkan air bilasan mengalir ke area bersih.
f) Menggosok seluruh permukaan kedua belah tangan, jari dan lengan
bawah dengan antiseptik minimal selama 2 menit.
g) Membilas setiap tangan dan lengan secara terpisah dengan air
mengalir, setelah bersih tangan diarahkan keatas sebatas siku. Jangan
biarkan air bilasan mengalir ke area tangan.
h) Menegakkan kedua tangan kearah atas dan jauhkan dari badan,
jangan sentuh permukaan atau benda apapun.
i) Mengeringkan tangan menggunakan handuk steril atau diangin-
anginkan. Keringkan tangan mulai dari ujung jari sampai dengan
siku. Untuk tangan yang berbeda gunakan sisi handuk yang berbeda.

UNIT TERKAIT Rawat Jalan, UGD


MENGUKUR TEKANAN
DARAH
NO DOKUMEN :

NO REVISI :
TANGGAL TERBIT :
SOP
HALAMAN :

PUSKESMAS
ABELI

dr . Rahmiyanti
NIP.1976091622006042008
PENGERTIAN Desakan Darah terhadap dinding pembuluh darah arteri sebagai akibat dipompa
dan dialirkannya darah kedalam pembuluh darah.

TUJUAN 1. Mengetahui keadaan umum pasien


2. Mengetahui / Mengikuti perkembangan penyakit
3. Membantu menegakkan Diagnosa
KEBIJAKAN Mengukur Tekanan Darah dilakukan oleh Dokter, perawat dan bidan.

REFERENSI

PROSEDUR A. Persiapan
Persiapan Pasien

Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukuan, posisi pasien
diatur sesuai kebutuhan

Persiapan Alat

- Tensimeter
- Stetoscope
- Alat tulis.
B. Pelaksanaan :
- Memberitahu Pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
- Mencuci Tangan
- Menyinsingkan lengan baju pasien
- Memasang manset tidak terlalu erat atau terlalu longgar
- Menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa
- Menutup sekrup balon karet
- Mencuci Reservoir
- Letak tensimeter harus datar
- Meraba arteri brachialis dengan 3 jari tengah
- Meletakkan bagian diafragma stetoscope tepat diatasnya
- Memompa balon sehingga udara masuk kedalam manset sampai detak
arteri tidak terdengar lagi atau 30 mmHg diatas nilai sistolik.
- Membuka sekrup balon perlahan – lahan dengan kecepatan 2-3
mmHg perdetik sambil melihat skala dan mendengarkan bunyi detik
pertama (Sistolik) dan detik terakhir (Diastole)
- Pada waktu melihat skala, mata setinggi skala tersebut
- Bila hasilnya meragukan perlu diulang kembali ( tunggu 30 detik )
- Menurunkan air raksa sampai dengan nol dan mengunci reservoir
- Membuka pipa penghubung
- Melepaskan manset dan mengeluarkan udara yang masih tertinggal di
dalam manset
- Menggulung manset dan memasukkan ke dalam tensimeter.
- Merapikan pasien
- Mengembalikan alat pada tempatnya
- Mencuci tangan
- Mencatat pada lembar catatan yang ada
- Membuat grafik / kurve pada lembaran status pasien dengan tepat dan
benar
- Menggunakan waktu dengan efektif dan hemat energi.
C. Hal – hal yang perlu diperhatikan

- Mengukur tekanan darah dapat di laksanakan pada :

* Pasien dengan kelainan tekanan darah

* Pasien sebelum dan sesudah pembedahan

* Pasien dengan kehamilan

* Pasien dengan perdarahan

* Pasien dengan syok / coma

* Pasien baru.

- Sikap :
* Gunakan komunikasi yang terapeutik

* Bekerja dengan hati – hati dan sopan sehingga tensimeter tidak terjatuh

* Tidak ragu dan tergesa – gesa

* Mendengarkan bunyi sistolik dan diastole serta mencatat hasil dengan tepat
dan benar.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat


2. Ruang KIA/KB
3. Unit Medical Register
MENGUKUR TINGGI
BADAN
NO DOKUMEN :

NO REVISI :

TANGGAL TERBIT :
SOP
HALAMAN :

PUSKESMAS
ABELI

dr . Rahmiyanti
NIP.1976091622006042008
DEFINISI CARA UNTUK MENGETAHUI TINGGI BADAN

TUJUAN SEBAGAI PEDOMAN PETUGAS DALAM MENGUKUR TINGGI BADAN DENGAN


BENAR

KEBIJAKAN

REFERENSI PANDUAN PENCEGAHAN UNTUK FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN


SUMBER DAYA TERBATAS

PROSEDUR 1. MEMBERITAHU PASIEN TENTANG TINDAKAN YANG AKAN DI LAKUKAN


2. MENGANJURKAN PASIEN UNTUK MELEPAS ALAS KAKI
3. MEMPERSILAHKAN PASIEN UNTUK BERDIRI TEGAK DI TEMPAT
PENGUKURAN , MENGHADAP PETUGAS
4. MENARIK ALAT PENGUKUR TB TEPAT PADA KEPALA PASIEN
5. MELIHAT SKALA YANG ADA PENGUKUR PENGUKUR TB
6. PENGUKURAN SELESAI, PASIEN DIPERSILAHKAN MEMAKAI ALAS KAKI
KEMBALI
7. MENCATAT HASIL PENGUKURAN PADA REKAM MEDIS
MENIMBANG BERAT BADAN
BADAN
NO DOKUMEN :
NO REVISI :
TANGGAL TERBIT :
SOP HALAMAN :
PUSKESMAS
ABELI

dr . Rahmiyanti
NIP.1976091622006042008
SASARAN Petugas medis
TUJUAN Mengetahui berat badan
SARANA 1. Timbangan

2. Buku catatan
REFERENSI
PROSEDUR 1. Memastikan timbangan badan berfungsi dengan baik dengan cara

mengatur penunjuk angka tepat diangka ”nol”

2. Meminta pasien melepas sepatu / sandal dan meletakkan barang

bawaan yang berat

3. Meminta pasien naik keatas timbangan, dengan posisi berhadapan

dengan pemeriksan

4. Memperhatikan jarum penunjuk berhenti, dari arah depan tegak

lurus dengan angka

5. Mengiformasikan hasil pengukuran pada pasien.

6. Mencatat pada kartu status atau buku.

Menanyakan kepada pasien apakah ada yang ditanyakan tentang hasil


pengukuran berat badannya.

SOP 1. Memastikan timbangan badan berfungsi dengan baik dengan cara

mengatur penunjuk angka tepat diangka ”nol”, dengan cara

menggunakan tangan dominan memutar atau menggeser pengatur

timbangan

2. Meminta pasien melepas sepatu / sandal dan meletakkan barang

bawaan yang berat

Permisi ibu, tolong sepatunya dilepas sebentar.


3. Meminta ibu naik keatas timbangan ,dengan posisi berhadapan

dengan pemeriksan

Bapak/ibu silakan naik keatas timbangan dan harap menghadap

saya.

4. Memperhatikan jarum penunjuk berhenti, dari arah depan tegak

lurus dengan angka

5. Mengiformasikan hasil pengukuran pada Pasien

Bapak/ibu berdasarkan hasil pengukuran yang saya lakukan berat

badan bapak/ibu…….Kg.

6. Mencatat pada kartu status atau buku.

7. Menanyakan kepada ibu apakah ada yang ditanyakan tentang hasil

pengukuran berat badannya.

Bapak/ibu apakah ada yang ingin ditanyaan?


PALPASI
LEOPOLD
NO DOKUMEN :

NO REVISI :
TANGGAL TERBIT :
SOP
HALAMAN :

PUSKESMAS
ABELI
dr . Rahmiyanti
NIP.1976091622006042008
PENGERTIAN Pemeriksaan raba abdomen yang dilakukan pada wanita hamil

TUJUAN M Untuk mengetahui umur kehamilan.


2. Bagian yang terdapat dalam fundus uteri
KEBIJAKAN Dilakukan pada ibu hamil
PETUGAS Bidan
PROSEDUR ) Tahap Pra Interaksi
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Memperkenalkan diri pada pasien.
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan

C. Tahap Kerja
1. Memasang sampiran/menjaga privacy
2. Mempersilakan klien ke tempat tidur dan membantu membuka
pakaian seperlunya
3. Menghangatkan kedua tangan dengan menggosok kedua telapak
tangan
Menentukan leopold 1.
4. Memposisikan klien dengan lutut sedikit ditekuk dan petugas
menghadap wajah pasien
5. Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan dari arah
samping umbilical
6. Menentukan bagian janin yang berada di Fundus
7. Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU
Melakukan palpasi Leopold 2.
8. Meletakan kedua tangan disamping kanan kiri perut ibu untuk
menentukan letak punggung janin
Melakukan Leopold 3
9. Meletakan tangan kiri menahan fundus, tangan kanan, meraba bagian
terbawah janin dan menilai apakah bagian terbawah sudah masuk PAP
Melakukan Palpasi Leopold 4
10. Memposisikan klien dengan kedua kaki diluruskan teruji menghadap
kearah kaki klien
11. Kedua tangan diletakan pada sisi bagian bawah rahim dan menilai
seberapa jauh penurunannya
12. Membantu pasien turun dan merapikan tempat tidur
13. Menyampaikan hasil dari Leopold I, II, III dan IV
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan kebidanan.
PERALATAN . Alat tulis
Status penderita
SOP PENGUKURAN
LILA
NO DOKUMEN :

NO REVISI :
TANGGAL TERBIT :
SOP
HALAMAN :

PUSKESMAS
ABELI
dr . Rahmiyanti
NIP.1976091622006042008
PENGERTIAN SOP PENGUKURAN LINGKAT LENGAN ATAS (LILA) ADALAH CARA
MENGETAHUI STATUS GIZI WANITA YANG PALING SEDERHANA

TUJUAN UNTUK MENGETAHUI GIZI WANITA PUBER

KEBIJAKAN

ALAT PITA LILA

PROSEDUR TETAPKAN LETAK BAHU DAN LETAK SIKU LENGAN


TETAPKAN TITIK TENGAH LENGAN ATAS, CARANYA RENTANG PITA
DARI BAHU KEARAH SIKU , TENTUKAN TENGAH TENGAH LENGAN
ATAU WUS
LINGKARKAN PITA UKUR TEPAT PADA TENGAH TENGAH LENGAN
WUS
BACALAH SKALANYA SECARA BENAR, BILA MASIH BERADA DI
BAGIAN MERAH MAKA WUS TERSEBUT TERGOLONG
UNIT TERKAIT 1. PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK PUSKESMAS
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
RUANG APOTEK

PENYIAPAN DAN PENYERAHAN


SIRUP KERING
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI dr. Rahmiyanti
19760916 200604 2 008

Pengertian Penyiapan dan penyerahan obat sirup kering adalah kegiatan pelayanan
peresepan berupa penyiapan hingga penyerahan sediaan obat sirup kering
berdasarkan permintaan tertulis dari dokter
Tujuan Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan pelayanan terhadap permintaan tertulis
dari dokter dan dokter gigi

Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. tentang Pelayanan Mutu

Referensi Buku Standar Pelayanan kefarmasian di Puskesmas tahun 2015.

Prosedur 1. Alat :

a. kartu stok
b. etiket
c. pulpen
d. Resep

2. Bahan :
a. Obat sirup kering
b. Air minum
Langkah-langkah a. Peracikan sediaan farmasi
1. menyiapkan sirup kering sesuai dengan permintaan pada resep
2. mencatat pengeluaran obat pada kartu stok
3. membuka botol obat, apabila pengenceran dilakukan dipuskesmas
4. mengencerkan sirup kering dengan air minum sesuai takaran
5. menyiapkan etiket warna putih dan label kocok dahulu
6. menulis nama pasien, nomor resep,tanggal resep, cara pakai sesuai
permintaan pada resep serta petunjuk dan informasi lain

b. Penyerahan obat sirup kering


1. melakukan pemeriksaan akhir sebelum dilakukan penyerahan
(kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)
2. memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. memeriksa identitas dan alamat pasien
4. menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
5. menyimpan resep pada tempatnya
6. monitoring ke pasien tentang keberhasilan terapi, efek samping dan
sebagainya
PENYIAPAN DAN PENYERAHAN
SIRUP KERING
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
19760916 200604 2 008
Bagan Alir a. peracikan sediaan farmasi

Mencatat pengeluaran
Menyiapkan sirup kering
obat pada kartu stok
sesuai permintaan resep

Menyiapkan etiket putih Membuka botol dan


dan label kocok dahulu melakukan pengenceran
sirup kering dengan air
minum sesuai takaran

Menulis nama pasien,nomor


resep,tanggal resep,cara pakai
dan informasi lain

b. penyerahan obat sirup kering

Melakukan pemeriksaan akhir Memanggil nama dan


sebelum obat diserahkan nomor tunggu pasien

Menyerahkan obat disertai Memeriksa identitas dan


pemberian informasi obat alamat pasien

Monitoring tentang
Menyimpan resep pada keberhasilan terapi dan
tempatnya efek samping pada pasien
Hal-hal yang perlu di Pengenceran obat sirup kering harus dilakukan hingga obat larut dengan baik
perhatikan (homogen)

Unit Terkait 1. Unit Gawat Darurat


2. Unit Rawat Inap
3. KIA
4. Unit poli umum
5. Unit poli gigi
6. Apotek

Dokumen terkait 1. Kartu Stok


2. Formularium puskesmas
3. Resep

1. Rekaman historis No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai diberlakukan
perubahan
PELAYANAN INFORMASI OBAT
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
19760916 200604 2 008
1. Pengertian Pelayanan informasi obat adalah salah satu rangkaian pelayanan peresepan di
apotek yang berupa pemberian informasi kepada pasien mengenai obat yang
meliputi dosis obat, cara pakai, kegunaan, efek samping dan lain-lain
2. Tujuan Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker / penanggungjawab untuk memberikan informasi dan konsultasi secara
akurat, mudah dimengerti, etis dan bijaksana

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. tentang Pelayanan Mutu

4. Referensi Buku Standar Pelayanan kefarmasian di Puskesmas tahun 2015.

5. Prosedur 1. Alat :

a. resep
b. pulpen
2. Bahan :
a. Obat
b. literatur obat dan resep

6. Langkah-langkah 1. memberikan informasi kepada pasien berdasarkan resep atau catatan


pengobatan pasien atau kondisi kesehatan pasien baik lisan maupun
tertulis
2. melakukan penelusuran literatur bila diperlukan,secara sistematis untuk
memberikan informasi
3. menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah dimengerti secara
lisan maupun tertulis
4. hal-hal yang perlu disampaikan kepada pasien :
a. jumlah, jenis dan kegunaan masing-masing obat
b. bagaimana cara pemakaian masing-masing obat yang meliputi :
bagaimana cara memakai obat, kapan harus
mengkonsumsi/menggunakan obat, waktu sebelum atau sesudah
makan, frekuensi penggunaan obat/rentang waktu penggunaan
c. bagaimana cara menggunakan peralatan kesehatan
d. peringatan atau efek samping obat
e. bagaimana mengatasi jika terjadi masalah efek samping obat
f. tata cara penyimpanan obat
g. pentingnya kepatuhan penggunaan obat
5. menyediakan informasi aktif (brosur dan lain-lain)
6. mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat
PELAYANAN INFORMASI OBAT
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
19760916 200604 2 008
Bagan Alir

Melakukan penelusuran
Memberikan informasi kepada literatur bila diperlukan secara
pasien secara lisan maupun sistematis untuk memberikan
tertulis informasi

Menyampaikan hal-hal yang Menjawab pertanyaan pasien


perlu kepada pasien dengan jelas dan mudah
mengenai jumlah, kegunaan, dimengerti
cara pakai dan lain-lain

Menyediakan informasi aktif Mendokumentasikan


berupa brosur dan lain-lain setiap kegiatan pelayanan
pemberian informasi obat

Hal-hal yang perlu Dalam memberikan informasi obat kepada pasien hendaknya menggunakan
di perhatikan bahasa yang baik dan mudah dimengerti oleh pasien
Unit Terkait 1. Unit Gawat Darurat
2. Unit Rawat Inap
3. KIA
4. Unit poli umum
5. Unit poli gigi
6. Apotek

Dokumen terkait 1. Literatur obat dan resep


2. Formularium puskesmas
3. Resep

Rekaman historis No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai diberlakukan
perubahan
KONSELING
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
19760916 200604 2 008
1. Pengertian Konseling adalah kegiatan berkomunikasi dengan pasien mengenai pengobatan
atau resep yang diberikan oleh dokter baik berupa penggunaan obat ataupun
keluhan-keluhan pasien selama penggunaan obat
2. Tujuan Prosedur ini dibuat untuk melakukan kegiatan konseling pasien dengan resep
sesuai dengan kondisi pasien

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. tentang Pelayanan Mutu

4. Referensi Buku Standar Pelayanan kefarmasian di Puskesmas tahun 2015.

5. Prosedur 1. Alat :

a. resep
b. pulpen
2. Bahan :
a. Obat
b. literatur obat dan resep

6. Langkah-langkah 1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien


2. Menanyakan 3 pertanyaan kunci menyangkut obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka
Untuk resep baru bisa dengan 3 prime question :
a. Apa yang telah dokter katakan mengenai obat ini ?
b. Bagaimana dokter menerangkan cara pemakaian ?
c. Apa hasil yang diharapkan dokter dari pengobatan ini ?
Untuk resep ulang :
a. Apa gejala atau keluhan yang dirasakan pasien?
b. Bagaimana cara pemakaian obat?
c. Apakah ada keluhan selama penggunaan obat?
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai pemakaian obat tertentu
(inhaler,suppositoria,obat tetes, dan lain-lain)
4. Melakukan verifikasi akhir meliputi :
a. Mengecek pemahaman pasien
b. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan terapi
5. Melakukan pencatatan konseling yang dilakukan pada kartu pengobatan
KONSELING
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
19760916 200604 2 008
7. Bagan Alir

Membuka komunikasi antara


apoteker dengan Menanyakan pertanyaan yang
pasien/keluarga pasien menyangkut obat yang
dikatakan oleh dokter kepada
pasien

Verifikasi akhir berupa Menjelaskan mengenai


mengecek pemahaman pemakaian obat tertentu
pasien dan menyelesaikan seperti suppositoria,obat
masalah pengobatan tetes dan lain-lain

Melakukan pencatatan
konseling pada kartu
pengobatan

8. Hal-hal yang perlu Kegiatan konseling harus dilakukan dengan komunikasi yang baik dan
di perhatikan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien

9. Unit Terkait 1. Unit Gawat Darurat


2. Unit Rawat Inap
3. KIA
4. Unit poli umum
5. Unit poli gigi
6. Apotek

10. Dokumen terkait 1. Literatur obat dan resep


2. Formularium puskesmas
3. Resep
11. Rekaman historis No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai diberlakukan
perubahan
PERENCANAAN SEDIAAN FARMASI DAN
ALAT KESEHATAN

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
19760916 200604 2 008
1. Pengertian Perencanaan sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah kegiatan yang dilakukan
untuk memenuhi persediaan obat dan alkes di puskesmas agar pelayanan
kesehatan dapat berjalan dengan baik dan tercukupi.
2. Tujuan Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan kegiatan perencanaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan sehingga mendapatkan jumlah dan jenis yang
sesuai kebutuhan dan menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
di sarana pelayanan

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. tentang Pelayanan Mutu

4. Referensi Buku Standar Pelayanan kefarmasian di Puskesmas tahun 2015.

5. Prosedur 1. Alat :

a. LPLPO
b. Pulpen
c. Rekapan resep
2. Bahan :
a. Obat dan alkes

6. Langkah- 6. Melakukan review terhadap : pola penyakit, kemampuan daya beli


langkah masyarakat serta kebiasaan masyarakat setempat
7. Melakukan kompilasi penggunaan obat setiap bulan
8. Melakukan analisa untuk menetapkan prioritas dan jumlah sediaan yang
akan diadakan
9. Melakukan monitoring distributor sediaan farmasi dan alkes untuk
menjamin keabsahan distributor dan menjamin bahwa sediaan farmasi
dan alkesyang diadakan memenuhi persyaratan mutu
10. Menyusun prakiraan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan alkes
dan prakiraan pembelian ke masing-masing distributor serta frekuensi
pengadaan sediaan farmasi dan alkes
PERENCANAAN SEDIAAN FARMASI DAN
ALAT KESEHATAN

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
19760916 200604 2 008
7. Bagan Alir

Melakukan review terhadap


pola penyakit, kebiasaan Melakukan kompilasi obat
masyarakat setempat, dan setiap bulan
lain-lain

Melakukan monitoring Melakukan analisa untuk


distributor sediaan farmasi menetapkan prioritas dan
dan alkes jumlah sediaan yang akan
diadakan

Menyusun prakiraan
perencanaan kebutuhan
sediaan farmasi dan alkes

8. Hal-hal yang Dalam membuat perencanaan sebaiknya harus berpedoman pada rekapan resep
perlu di perhatikan setiap bulannya agar sediaan farmasi dan alkes yang tersedia dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di puskesmas

9. Unit Terkait 1. Unit Gawat Darurat


2. Unit Rawat Inap
3. KIA
4. Unit poli umum
5. Unit poli gigi
6. Apotek

10. Dokumen 1. LPLPO


terkait 2. Rekapan resep tiap bulan

11. Rekaman No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai diberlakukan
historis
perubahan
PELAYANAN RESEP NARKOTIK DI
INSTALASI FARMASI

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
19760916 200604 2 008
1. Pengertian Merupakan kegiatan pelayanan resep dari dokter yang mencantumkan obat
golongan narkotik sehingga dapat berjalan sesuai dengan ketentuan

2. Tujuan Memastikan semua proses dalam pelayanan obat golongan narkotik memenuhi
undang-undang yang berlaku serta memastikan pengeluaran obat golongan ini
aman dan akurat

3. Kebijakan UU RI No. 35 tahun 2009 tentang narkotik

Narkotik hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah


sakit,puskesmas,balai pengobatan dan dokter

Salinan resep narkotik yang tertulis “iter” tidak boleh dilayani sama sekali

4. Referensi Buku Standar Pelayanan kefarmasian di Puskesmas tahun 2015.

5. Prosedur 1. Alat :

a. Kartu stok
b. Pulpen
c. Resep
2. Bahan :
a. Obat

6. Langkah-langkah 1. Memberi garis bawah warna merah pada obat golongan narkotik
2. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep
3. Mendokumentasikan pengeluaran obat narkotik pada kartu stok
4. Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya yaitu lemari
yang memiliki kunci
PELAYANAN RESEP NARKOTIK DI INSTALASI
FARMASI
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
19760916 200604 2 008
7. Bagan Alir

Melakukan skrining
(pemeriksaan / analisa resep) Memberi garis bawah merah
pada obat golongan narkotik

Mendokumentasikan
Menyiapkan obat sesuai
pengeluaran obat narkotik
permintaan resep
pada kartu stok

Mengembalikan obat ke
wadah dan mengunci lemari
obat narkotik tersebut

8. Hal-hal yang 1. Dalam melakukan pelayanan obat narkotik hendaknya memperhatikan


perlu di perhatikan benar kelengkapan resep untuk menghindari adanya resep palsu
2. Harus memperhatikan penandaan “iter” agar resep tidak berulang untuk
dilayani
3. Jangan lupa mengisi kartu stok pengeluaran obat narkotik
9. Unit Terkait 1. Unit Gawat Darurat
2. Unit Rawat Inap
3. KIA
4. Unit poli umum
5. Unit poli gigi
6. Apotek

10. Dokumen 1. Literatur obat dan resep


terkait 2. Formularium puskesmas
3. Resep

11. Rekaman No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai diberlakukan
historis
perubahan
PENGELOLAAN OBAT DI GUDANG OBAT
PUSKESMAS ABELI

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
19760916 200604 2 008
1. Pengertian Adalah merupakan kegiatan dalam mengkoordinir pengadaan obat dan alkes
yang ada di gudang obat puskesmas sehingga memudahkan dalam
pendistribusian ke unit-unit pelayanan yang ada
2. Tujuan Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam mengelola dan mendistribusikan
obat dan alkes ke unit pelayanan puskesmas

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. tentang Pelayanan Mutu

4. Referensi Buku Standar Pelayanan kefarmasian di Puskesmas tahun 2015.

5. Prosedur 1. Alat :

a. LPLPO
b. Pulpen
c. Rekapan resep
d. Kartu stok
2. Bahan :
a. Obat dan alkes

6. Langkah-langkah 1. Petugas menerima obat dari Gudang Farmasi Kabupaten sesuai


amprahan / slip penerimaan obat
2. menyimpan obat sesuai dengan bentuk sediaan abjad nama obat
dengan memperhatikan waktu daluwarsa (bila ada)
3. mencacat perjenis obat dalam kartu stok obat
4. mendistribusikan obat ke unit pelayanan sesuai dengan permintaan
5. petugas mencatat obat yang didistribusikan ke unit pelayanan kedalam
buku register harian
6. petugas membuat LPLPO
PENGELOLAAN OBAT DI GUDANG OBAT
PUSKESMAS ABELI

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :

PUSKESMAS
ABELI
dr. Rahmiyanti
19760916 200604 2 008
7. Bagan Alir

Petugas menerima obat dari


gudang farmasi kabupaten Menyimpan obat sesuai
bentuk sediaan, abjad nama
dan memperhatikan daluarsa

Mendistribusikan obat dan Mencatat perjenis obat dalam


alkes alkes ke unit pelayanan kartu stok
sesuai permintaan

Mencatat obat yang


didistribusikan ke unit
pelayanan kedalam buku Membuat LPLPO setiap akhir
register pengeluaran bulan

8. Hal-hal yang Harus selalu mengisi kartu stok saat penerimaan ataupun pengeluaran obat dan
perlu di perhatikan alkes ddi gudang obat puskesmas

Pengaturan obat harus memakai sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first
expired first out)

9. Unit Terkait 1. Unit Gawat Darurat


2. Unit Rawat Inap
3. KIA
4. Unit poli umum
5. Unit poli gigi
6. Apotek

10. Dokumen 1. LPLPO


terkait 2. Kartu stok
3. Buku register harian (pengeluaran obat)

11. Rekaman No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai diberlakukan
historis
perubahan

Anda mungkin juga menyukai