Anda di halaman 1dari 13

RANITIDINE

FAIRUZ SA’ADAH
1810029052
PENDAHULUAN
Ranitidine termasuk obat dengan golongan antagonis reseptor
H2 yang bekerja menghambat sekresi asam lambung.

Antagonis reseptor H2 dapat berkompetisi secara reversibel


dengan histamin pada reseptor H2. Cara kerja ini sangat
selektif dimana antagonis H2 tidak mempengaruhi kerja yang
diperantarai reseptor H1.
Obat-obat ini menghambat sekresi asam yang dirangsang
histamin, gastrin, obat-obat kolinomimetik dan rangsangan
vagal.
Volume sekresi lambung dan konsentrasi pepsin juga
berkurang
Semua antagonis reseptor H2 pada umumnya dapat ditoleransi
dengan baik dengan laporan efek samping yang sedikit
RANITIDINE
NAMA, KIMIA, DESKRIPSI

Ranitidin memiliki rumus molekul C13H22N4O3S dengan bobot molekul 314,4


g/mol. Ranitidin adalah salah satu senyawa yang mengantagonis reseptor histamin
H2 yang menghambat sekresi asam lambung. Selain digunakan dalam terapi
penyakit ulkus peptikum dan gastroesophageal refluks, ranitidin juga dapat
digunakan sebagai antihistamin pada berbagai kondisi alergi pada kulit.
FARMAKOKINETIK
ABDORBSI, DISTRIBUSI, METABOLISME, EKSKRESI

ABSORBSI. DISTRIBUSI

Masa paruhnya kira-kira 1,7-3 jam pada


Bioavailabilitas ranitidine yang
orang dewasa, dan memanjang pada
diberikan secara oral sekitar
orang tua dan pada pasien penyakit gagal
50% dan meningkat pada pasien
ginjal. Pada pasien penyakit hati masa
penyakit hati
paruh ranitidine juga memanjang
meskipun tidak sebesar pada gagal ginjal.
Kadar puncak pada plasma dicapai dalam
1-3 jam setelah penggunaan 150 mg
ranitidine secara oral, dan yang terikat
protein plasma hanya 15%. Meskipun dari
penelitian tidak didapatkan efek yang
merugikan pada fetus, namun karena
simetidin, ranitidine, dan antagonis
reseptor H2 lainnya dapat melalui plasenta
maka penggunaannya hanya bila sangat
diperlukan
FARMAKOKINETIK
ABDORBSI, DISTRIBUSI, METABOLISME, EKSKRESI

METABOLISME

Ranitidine mengalami metabolism


lintas pertama di hati dalam
jumlah cukup besar setelah
pemberian oral
EKSKRESI

Ranitidine dan metabolitnya di ekskresi


terutama melalui ginjal, sisanya melalui
tinja. Sekitar 70% dari ranitidine yang
diberikan secara IV dan 30% yang
diberikan secara oral dieksresi dalam urin
dalam bentuk asal. Antagonis reseptor H 2
juga melalui ASI dan dapat
mempengaruhi fetus
EFEK SAMPING

 Sakit kepala
 Efek samping pada susunan saraf pusat, jarang terjadi : malaise,
pusing, mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi.
 Gastrointestinal : konstipasi / susah buang air besar, diare, mual,
muntah, nyeri perut, jarang dilaporkan : pankreatitis.
 Hematologik : leukopenia, granulositopenia, trombositopenia. Kasus
jarang terjadi seperti agranulositopenia, pansitopenia,
trombositopenia, anemia aplastik pernah dilaporkan.
 Endokrin : ginekomastia, impoten, dan hilangnya libido pernah
dilaporkan pada penderita pria.
INTERAKSI OBAT

Ranitidine lebih jarang berinteraksi dengan obat lain


dibandingkan dengan simetidin, akan tetapi makin banyak obat
dilaporkan berinteraksi dengan ranitidine seperti nifedipin, warfarin,
teofilin dan metoprolol. Ranitidine dapat menghambat absorbs
diazepam dan mengurangi kadar plasmanya sejumlah 25%. Obat-
obat ini diberikan dengan selang waktu minimal 1 jam.

Penggunaan ranitidine bersama antacid atau antikolinergik


sebaiknya diberikan dengan selang waktu 1 jam. Ranitidine
cenderung menurunkan aliran darah hati sehingga akan
memperlambat klirens obat lain.
FARMAKODINAMIK
Ranitidine menghambat reseptor H2 secara selektif dan
reversible. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi
asam lambung, sehingga pada pemberian ranitidine, sekresi
asam lambung akan dihambat. Pengaruh fisiologik ranitidine
terhadap reseptor H2 lainnya, tidak begitu penting. Walaupun
tidak sebaik penekanan sekresi asam lambung pada keadaan
basal, ranitidine dapat menghambat sekresi asam lambung akibat
perangsangan obat muskarinik, stimulasi vagus, atau gastrin.
Ranitidine juga mengganggu volume dan kadar pepsin cairan
lambung.
SEDIAAN
Obat generik
Ranitidin
 
Obat bermerek :
Acran, Aldin, Anitid, Chopintac, Conranin, Fordin, Gastridin, Hexer, Radin, Rancus,
Ranilex, Ranin, Ranivel, Ranticid, Rantin, Ratan, Ratinal, Renatac, Scanarin,
Tricker, Tyran, Ulceranin, Wiacid, Xeradin, Zantac, Zantadin, Zantifar
 
 Komposisi
Ranitidin 150 mg :
Tiap tablet Ranitidin 150 mg mengandung Ranitidin HCl 168 mg yang setara
dengan ranitidin 150 mg.
Ranitidin 300 mg : 
Tiap tablet Ranitidin 300 mg mengandung Ranitidin HCl 336 mg yang setara
dengan ranitidin 300 mg.
DOSIS
 Dosis Dewasa
Oral : untuk ulkus 150 mg 2x/hari (pagi atau malam) atau 300 mg sekali sehari sesudah makan malam,
selama 4-8 minggu.
Injeksi: IV atau IM 50 mg setiap 6-8 jam. Max 400mg / hari. Jika ranitidin diberikan dengan infus
intravena lambat maka kecepatannya 6,25 mg/jam selama 24 jam. Sedangkan infus kontinue lambat
bagi pasien ZES atau hipersekresi GI patologis umumnya infus dimulai dengan kecepatan 1 mg/Kg BB
perjam, dan jika setelah 4 jam infus, pasien masih menunjukkan gejala hipersekresi GI, maka dosis
harus dititrasi ke atas dengan penambahan sebesar 0,5 mg/Kg BB perjam, dengan konsentrasi asam
lambung harus terus dipantau. Dosis maksimum hingga 2,5 mg/Kg BB perjam dan tingkat infus 220
mg/jam.
 
Dosis Pediatrik
Dosis pada anak usia 1 bulan hingga 16 tahun, untuk pengobatan ulkus duodenum aktif adalah 2-4
mg/Kg perhari dalam dosis terbagi setiap 6-8 jam. Sedangkan penggunaannya pada pasien neonatus
(kurang dari 1 bulan) dosis 2 mg/Kg BB intravena setiap 12-24 jam sebagai infus intravena kontinue.
 
Dosis pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal
Pada pasien dengan klirens kreatinin kurang dari 50 mL/menit maka dosis ranitidin yang
direkomendasikan adalah 150 mg setiap 24 jam peroral, 50 mg setiap 18-24 jam untuk pemberian
parenteral.
INDIKASI & KONTRAINDIKASI
Indikasi
• Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif,
tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks
esofagitis.
• Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus
12 jari, tukak lambung.
• Pengobatan keadaan hipersekresi patologis, misal
sindroma Zollinger Ellison dan mastositosis sistemik.
 
Kontraindikasi
Ranitidin kontraindikasi bagi pasien yang yang hipersensitif
atau alergi terhadap Ranitidin.
PERINGATAN & PERHATIAN

Peringatan dan perhatian


• Dosis ranitidin harus disesuaikan pada penderita gangguan fungsi ginjal
• Hati-hati pemberian ranitidin pada gangguan fungsi hati karena ranitidin
dimetabolisme di hati.
• Hindarkan pemberian ranitidin pada penderita dengan riwayat porfiria
akut.
• Hati-hati penggunaan ranitidin pada wanita menyusui.
• Khasiat dan keamanan penggunaan ranitidin pada anak-anak belum
terbukti.
• Pemberian ranitidin pada wanita hamil hanya jika benar-benar sangat
dibutuhkan.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai