Anda di halaman 1dari 4

Antagonis Reseptor H2 (AH2).

Antagonis reseptor H2 bekerja menghambat sekresi asam lambung.Burimamid dan metiamid


merupakan antagonis reseptor H2 yang pertama kali ditemukan,namun karena toksik maka tidak
digunakan di klinik,antagonis reseptor H2 yang ada dewasa ini adalah simetidin,ranitidin,famotidin
dan nizatidin.

Simetidin dan Ranitidine.

Farmakodinamik,Simetidin dan ranitidine menghambat reseptor H2 secara selektive dan


reversibel,perangsan reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung sehinggah pada
pemberian simetidin atau ranitidine sekresi asam lambung akan dihambat,walaupun tidak sebaik
penekanan sekresi aam lambung dalam keadaan basal simetidin dan ranitidine dapat menghambat
sekresi asam lambung akibat perangsangan obat muskarinik,stimulasi vagus atau gastrin.Simetidin
dan ranitidine juga mengganggu volume dan kadar pepsin cairan lambung.

Farmakokinetik.Bioavalaibilitas oral simetidin sekitar 70%,sama dengan pemberian IV atau


IM.Ikatan protein plasmanya hanya 20%,absorpsi simetidine diperlambat oleh makanan sehinggah
simetidine diberikan bersama atau segera setelah makan atau dengan maksud untuk
memperpanjang efek pada periode pasca makan.Absorpsi simetidine terutama terjadi pada menit
ke 60-90,simetidine masuk dalam SSP dan kadarnya dalam cairan spinal 10-20% dari kadar
serum,sekitar 50-80% dari dosis IV dan dan 40% dari dosis oral simetidine diekskresikan dalam
bentuk asal dalam urin,masa paruh eleminasi sekita dua jam.

Bioavalaibilitas ranitidine yang diberikan secara oral sekitar50% dan meningkat pada pasien
penyakit hati,masa paruhnya kira-kira 1,7-3 jam pada orang dewasa dan memanjang pada oran tua
dan pada pasien gagal ginjal,kadar puncak pada plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah penggunaan
150 mg ranitidine secara oral dan yang terikat protein plasma hanya 15%.Ranitidine mengalami
metabolik lintas pertama di hati dalam jumlah cukup besar setelah pemberian oral,ranitidine dan
metaboliknya dieksresi utama melalui ginjal,sisanya melalui tinja,sekitar 70% dari ranitidine yang
diberikan IV dan 30% yang diberikan secara oral dieksresikan dalam urin dalam bentuk
asal,meskipun dalam penelitian tidak didapatkan efek yang merugikan pada fetus namun karena
simetidine,ranitidine,dan antagonis reseptor H2 lainnya dapat melalui plasenta maka penggunaan
hanya bila sangat diperlukan,antagonis H2 juga melalui ASI dan dapat mempengaruhi fetus.

Indikasi.Simetidin,ranitidine,dan antagonis reseptor H2 lainnya efektif untuk mengatasi gejala


akut tukat doudenum dan mempercepat penyembuhannya,dengan dosis lebih kecil umumnya
dapat membantu menjegah kambunya penyakit tukak doudenum.

Antagonis reseptor H2 satu kali sehari yang diberikan pada malam hari efektif untuk mengatasi
gejala akut tukat doudenum,penyembuhan ini umumnya dipercepat dengan pemberian simetidine
800mg,ranitide 300 mg, famotidine 40 mg, atau nizatidine 300 mg satu kali sehari dalam 8
minggu,karena ekskresi angtagonis reseptor H2 terutama melalui ginjal maka pada pasien
gangguan fungsi ginjal dosis perlu dikurangi,terapi pemeliharaan untuk mencegah kekambuhan
hanya membutuhkan dosis setengahnya dan diberikan satu kali sehari,umumnya obat diberikan
secara oral.

Antagonis reseptor H2 juga diindikasikan untuk gangguan refluks lambung-esofagus(esophageal


reflux disorder),meskipun lebih sulit diatasi,memerlukan frekuensi pemberian yang lebih sering
dan dosis per hari yang mungkin lebih besar.Pada pasien zollinger Ellison Syndrome simetidine
dan obat antagonis reseptor H2 lainya efektif untuk mengatasi gejala akibat sekresi asam lambung
yang berlebihan tetapi memerlukan dosis yang jauh lebih besar dan pemberian yang lebih serinng
dibandingkan dengan tukak peptik.Anatagonis reseptor H2 juga diindikasikan untuk profilaksis
tuakak stres(stres ulcer).

Interaksi Obat.

Antasid dan metoklopramid mengurangi bioavalaibilitas oral simetidin sebanyak 20-30%,interaksi


ini mungkin tidak bermakna secara klinis akan tetapi dinajurkan selang waktu 1 jam antara
penggunaan antasid atau metokloropramid dan simetidin oral.

Ketokonazol harus diberikan 2 jam sebelum diberikan simetidin karena absorpsi ketokonazol
berkurang 50% bila diberikan bersama simetidin,selain itu ketokonazol membutukan PH asam
untuk dapat bekerja dan menjadi kurang efektif pada PH lebih tinggi yang terjadi pada pasien yang
juga mendapatkan AH2.

Simetidin menghambat sitokrom P450 sehinggah menurunkan aktifitas enzim mikrosom hati,jadi
obat lain yang merupakan substrat enzim tersebut akan terakumulasi bila diberikan bersama
simetidin,obat yang metabolismenya dipengaruhi simetidine antara lain
warfarin,fenitoin,kafein,teofilin,fenobarbital,karbamazepin,deazepam,propanolol,mezoprolol dan
imipramin.

Ranitide lebih jarang berinteraksi dengan obat lain dibandingkan dengan simetidine,akan tetapi
makin banyak obat dilaporkan berintraksi dengan ranitidine,nifedipin,warfarin,teofilin,dan
mesoprolol dilaporkan berintraksi dengan ranitidine,selain penghambtan terhadap sitokrom p450
diduga ada mekanisme lain yang berperan dalam interaksi obat.

Ranitidine dapat menghambat absorpsi diazepam dan mengurangi kadar plasmanya sejumlah
25%,obat-obat ini diberikan dengan selang waktu minimal 1 jam,penggunaan ranitidine bersama
antasid atau anti kolinergik sebagaikanya diberikan dengan selang waktu 1 jam,simetidi dan
ranitidine cenderung menurunkan aliran darah hati sehinggah akan memperhambat klirens obat
lain,simetidine dapat menghambat alkohol dehidrogenase dalam mukosa lambung dan
menyebabkan peningkatan kadar alkohol serum,simetidine juga menggangu disposisi dan
meningkatan kadar lidokain sertsa meningkatkan antagoni kalsium dalam serum.Obat ini tak
tercampurkan dengan barbiturat dalam larutan IV,simetidine dapat menyebabkan berbaigai
gangguan SSP,terutama pada pasien usia lanjud atau dengan penyakit hati atau ginjal.
Gejala gangguan SSP berupa stured
speech,samnolen,letargi,gelisah,bingung,disonentasi,agritasi,halusinasi dan kejang,gejala-gejala
tersebut hilang atau membaik bila pengobatan dihentikan,gejala seperti demensia dapat timbul
pada penggunaan simetidine bersama obat psikotropik atau sebagai efek samping
simetidine,ranitidine menyebabkan gangguan SSP ringan,mungkin karena sukarnya melewati
sawar darah otak.

Efek samping simetidine yang jarang terjadi ialah trombositopenia,granulusitopenia,toksisitas


terhadap ginjal atau hati,peningkatan ringan kreatinin plasma mungkin disebabkan oleh kompetisi
eksresi simetidne dan kreatinin,simetidine (tidak ranitidine) dapat meningkatkan beberapa respon
imunitas sekular(coli- mediate immune responsse) terutama paa individu dengan depresi sistem
imunologik.Pemberian simetidine dan ranitidine IV sesekali menyebabkan brakikardia dan efek
kardiotoksik lainnya.

FAMOTIDIN

FARMAKODINAMIKA. seperti halnya dengan simetidin dan ranitidin, famotidin merupakan


AH2 sehingga dapat menghambatsekresi asam lambung dalam keadaan basal, malam dan akibat
distimulasi oleh pentagastrin famotidin 3 kali lebih poten dari pada ranitidin dan 20 kali lebih poten
dari pada simetidin.

FARMAKOKINETIK. Famotidin mencapai kadar puncak di plasma kira-kira dalam 2 jam


setelah penggunaaan secara oral, masa paru eliminasi 3-8 jam dan bioafalaibilitas 40-50%,
metabolik utama adalah famotidin S-oksida, setelah dosis oral tunggal sekitar 25% dari dosis
ditemukan dalam bentuk asal di urin. Pada pasien gagal ginjal berat masa paru eliminasi dapat
melebuhi 20 jam.

INDIKASI. Efektivitas obat ini untuk tukak duodenun dan tukak lambung setelah 8 minggu
pengobatan sebanding dengan ranitidin dan simetidin. Pada penelitian memperbanding selama 6
bulan famotidin juga mengurangi kekambuhan tukak duodenun yang secara klinis bermakna.
Famotidn kira-kira sama efektif dengan AH2 lainnya pada pasien sindrom sollinger-elison,
meskipun untuk keadaan ini omeprasol merupakan obat terpilih. Efektivitas emotidin untuk
profilaksis tukak lambung, refluks esofagitis dan pencegahan tukak stres.

EFEK SAMPING. Efek samping femotidin biasanya ringan dan jarang terjadi misalnya sakit
kepala, pusing, konstipasi, dan diare, seperti halnya dengan ranitidin, famotidin nampaknya lebih
baik dari simetidin karna tidak menimbulkan efek anti androgenik.

INTERAKSI OBAT. Famotidin tidak menggangu oksidasi diasepam, teofilin, warfarin, dan
fenitoin di hati. Ketokonasol membutuhkan PH asam untuk berkerja sehingga kurang efektif bila
di berikan bersama AH2
DOSIS.oral.pada tukak doudenum atau tukak lambung aktif 40 mg satu kali sehari pada saat akan
tidur.umumnya 90% tukakn sembuh setelah 8 minggu pengobatan,pada pasien tukak peptik tampa
komplikasi dan klirens kreatinin < 10 ml/menit,dosis awal 20 mg pada saat akan tidur,dosis
pemeliharaan untuk pasien tukak duodenum 20 mg.Untuk pasien sindrom Zollinger-Ellison
keadan hiper sekresi asam lambung lainya dosis harus diindividualisasi,dosis awal per oral yang
dianjurkan 20 mg tiap 6 jam.

Intravena:Pada pasien hipersekresi asam lambung tertentu atau pada pasien yang tidak dapat
diberikan persediaan oral,famotidin diberikan IV 20 mg tiap 12 jam,Dosis obat untuk pasien harus
dititrasi berdasarkan jumlah asam lambung yang disekresi.

NIZATIDIN

FARMAKODINAMIK. Potensi nisatidin dalam menghambat sekresi asam lambung kurang lebih
sama dengan ranitidin

FARMAKOKINETIK. Bioafalaibilitas oral nisatidin lebih dari 90% dan tidak dipengaruhi oleh
makanan atau anti kolinergik, klirens menurun pada pasien uremik dan usia lanjut.

Kadar puncak dalam serum setelah pemberian oral dicapai dalam 1 jam masa paru plasma sekitar
1,5 jam dan lama kerja sampai dengan 10 jam, nisatidin di eskresi terutama melalui ginjal 90%
dari dosis yang digunakan ditemukan di urine dalam 16 jam.

INDIKASI. Efektifitas untuk pengobatan gangguan asam lambung denga pemberian 1 atau 2 kali
sehari biasanya dapat menimbulkan tukak duodenum dalam 8 minggu, dan dengan pemberian 1
kali sehari untuk mencegah kekambuhan. Efektifitas nisatidin nampaknya sama dengan obat AH2
lainnya.

EFEK SAMPING. Nisatidin umunya jarang menimbulkan efek samping.efek samping ringan
saluran cerna dapat terjadi, peningkatan kadar asam urat dan transminasi serum ditemukan pada
beberapa pasien yang nampaknnya tidak menimbulkan gejala klinik yang bermakna. Nisatidin
tidak memiliki efek anti adrogenik nisatidin dapat menghambat alkohl dehidroginase pada mukosa
lambungdan menyebabkan kadfar alkohol yang lebih tinggi dalam serum. Penggunaan bersama
antasid tidak menurunkan absorbsi nisatidin secara bermakna.

DOSIS ORAL: untuk orang dewasa dengan tukak duodenum aktif dosis 300 mg sekali sehari
pada saat akan tidur, tukak sembuh pada 90% kasus setelah 8 minggu pengobatan. Pada pasien
tukak peptik tampa komplikasi dan kliren kreatinin kurang dari 10 ml/menit dosis awal harus
dikuranggi 50%, untuk pengobatan pemeliharaan tukak duodenum dosis 150 mg pada saat akan
tidur lebih efetif dari pada plasebo, untuk pasiebn dewasa dengan tukak lambung aktif di gunakan
dosis yang sama dengan pasien duodenum akan tetapi masih diperlukan pembuktian lebih lanjut
mengenai hal tesebut.

Anda mungkin juga menyukai