Anda di halaman 1dari 4

Penanganan Gerd Pengobatan GERD melibatkan pendekatan bertahap.

Tujuan adalah untuk mengendalikan gejala, menyembuhkan esofagitis, dan untuk mencegah esofagitis berulang atau komplikasi lain. Pengobatan ini didasarkan pada modifikasi gaya hidup dan kontrol sekresi asam lambung melalui terapi medis dengan antasida atau PPI atau perawatan bedah dengan operasi antireflux korektif. Sekitar 80% pasien memiliki bentuk berulang tapi nonprogresif GERD yang dikendalikan dengan obat. Sekitar 20% pasien yang memiliki bentuk progresif dari penyakit ini penting, dapat berkembang menjadi komplikasi berat, seperti striktur atau esofagus Barrett. Untuk pasien yang mengalami komplikasi, pengobatan bedah harus dipertimbangkan pada tahap awal untuk menghindari gejala sisa penyakit yang dapat memiliki konsekuensi serius Berikut ini adalah obat-obatan yang digunakan dalam terapi medikamentosa GERD :

Antasid. Antasida merupakan pengobatan standar pada tahun 1970 dan masih efektif dalam mengontrol gejala ringan dari GERD. Antasida harus diminum setelah makan dan sebelum tidur. Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis. Selain sebagai buffer terhadap HCl, obat ini dapat memperkuat tekanan sfingter gastroesofagus bagianbawah. Kelemahan golongan obat ini adalah rasanya kurang menyenangkan. Obat golongan ini digunakan sebagai alat diagnostik untuk memberikan bantuan gejala pada bayi. Manfaat yang terkait termasuk pengentasan gejala sembelit (aluminium antasida, seperti ALternaGEL dan Amphojel) atau mencret (magnesium antasida, seperti Susu Phillips dari Magnesia). Dapat menimbulkan diare terutama antasid yang mengandung magnesium serta konstipasiterutama antasid yang mengandung aluminium, serta penggunannya sangat terbataspad apasien dengan gangguan fungsi ginjal. Dosis : sehari 4 x 1 sendok makan. Aluminium hidroksida (ALternaGEL, Amphojel) Aluminium hidroksida meningkatkan pH lambung untuk lebih besar dari 4 dan menghambat aktivitas proteolitik pepsin, mengurangi gangguan pencernaan asam. Antasida awalnya dapat digunakan dalam kasus-kasus ringan. Obat ini tidak berpengaruh pada frekuensi refluks, tetapi mereka mengurangi keasamannya. Magnesium hidroksida Magnesium hidroksida digunakan sebagai antasid untuk meredakan gangguan pencernaan. Ini juga menyebabkan retensi osmotik cairan, yang distends usus besar dan meningkatkan aktivitas peristaltik yang memberikan efek pencahar. In vivo, membentuk magnesium klorida setelah bereaksi dengan asam lambung klorida. Antagonis Reseptor H2. Yang termasuk golongan obat ini adalah simetidine,ranitidine, famotidine, nizatidine. Sebagai penekan sekresi asam, golongan obat iniefektif dalam pengobatan penyakit refluks gastroesofageal jika diberikan dosis 2 kalilebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus. Golongan obat ini hanya efektif padapengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang serta tanpa komplikasi. Dosis

pemberian : Simetidine 2 x 800 mg, Ranitidine 4 x 150 mg, Famotidine 2 x 20 mg, Nizatidine 2 x 150 mg. Antagonis reseptor H2 adalah lini pertama untuk pasien dengan gejala ringan sampai sedang dan kelas I-II esofagitis. Pilihan meliputi ranitidine (Zantac), cimetidine (Tagamet), famotidine (Pepcid), dan nizatidine (Axid). Para antagonis reseptor H2 blocker kompetitif reversibel pada reseptor histamin H2, khususnya di sel parietal lambung, di mana mereka menghambat sekresi asam. Obat golongan ini sangat selektif, tidak mempengaruhi reseptor H1, dan antikolinergik. Pemberian intravena blocker H2 dapat digunakan untuk mengobati komplikasi akut (misalnya, perdarahan gastrointestinal), imbalan tersebut belum terbukti. Agen ini efektif untuk penyembuhan hanya esofagitis ringan pada 70-80% pasien dengan GERD dan untuk menyediakan terapi pemeliharaan untuk mencegah kambuh. Tachyphylaxis telah diamati, menunjukkan bahwa toleransi farmakologik dapat mengurangi khasiat jangka panjang obat ini. Tambahan H2 blocker terapi telah dilaporkan berguna pada pasien dengan penyakit berat (terutama mereka dengan esofagus Barrett) yang memiliki terobosan asam nokturnal. Ranitidine (Zantac) Ranitidine menghambat rangsangan dari reseptor histamin H2 pada sel parietal lambung, yang, pada gilirannya, mengurangi sekresi asam lambung, volume lambung, dan konsentrasi hidrogen. Cimetidine (Tagamet) Simetidin menghambat histamin pada reseptor H2 sel parietal lambung, yang menghasilkan sekresi asam lambung berkurang, volume lambung, dan konsentrasi hidrogen. Famotidine (Pepcid) Famotidin kompetitif menghambat histamin pada reseptor H2 sel parietal lambung, sehingga sekresi asam lambung berkurang, volume lambung, dan konsentrasi hidrogen. Nizatidine (Axid) Nizatidine kompetitif menghambat histamin pada reseptor H2 pada sel parietal lambung, sehingga sekresi asam lambung berkurang, volume lambung, dan konsentrasi hidrogen. Obat-obatan Prokinetik. Secara teoritis obat ini paling sesuai untuk pengobatan GERD karena penyakit ini dianggap lebig condong ke arah gangguanmotilitas. Namun, pada prakteknya, pengobatan GERD sangat bergantung kepadapenekanan sekresi asam. Beberapa contoh obat-obatan pro kinetik : Metoklopramid, bekerja sebagai antagonis reseptor dopamin. Efektivitasnya rendahdalam mengurangi gejala serta tidak berperan dalam penyembuhan lesi di esofagus kecuali dalam kombinasi dengan antagonis reseptor H2 atau penghambat pompaproton. Karena melalui sawar darah otak, maka dapt tumbuh efek terhadap susunansaraf pusat berupa mengantuk, pusing, agitasi, tremor. Dosis 3x 10 mg Domperidon. Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamin dengan efek samping yang lebih jarang dibanding metoklopramid karena tidak melalu sawar darahotak. Golongan obat ini diketahui dapat meningkatkan tonus LES serta mempercepatpengosongan lambung. Dosis 3 x 10 20 mg sehari.

Cisapride. Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini dapat mempercepatpengosongan lambunng serta meningkatkan tekanan tonus LES. Efektifitasnya dalammenghilangkan gejala serta penyembuhan lesi esofagus lebih baik dibandingkandomperidon. Dosis 3 x 10 mg sehari. Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat). Berbeda denganantasida dan penekan sekresi asam, obat ini tidak memiliki efek langsung terhadapasam lambung. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pertahanan mukosaesofagus, sebagai buffer terhadap HCl di esofagus serta dapat mengikat pepsin dangaram empedu. Golongan opat ini cukup aman diberikan karena bekerja secaratopikal (sitoproteksi). Dosis 4 x 1 gram Penghambat Pompa Proton (PPI/Proton Pumb Inhibitor).Golongan obat ini merupakan drug of choice dalam pengobatan GERD. Inhibitor pompa proton (PPI) menghambat sekresi asam lambung dengan menghambat sistem + / K + H enzim ATPase dalam sel parietal lambung. Obat golongan ini digunakan dalam kasus-kasus esofagitis berat dan pada pasien yang kondisinya tidak menanggapi terapi antagonis reseptor H2. Pilihan termasuk omeprazole (Prilosec), lansoprazole (Prevacid), rabeprazole (Aciphex), dan esomeprazole (Nexium). PPI merupakan obat yang paling kuat yang tersedia untuk mengobati GERD. Agen ini harus digunakan hanya ketika kondisi ini telah didokumentasikan secara obyektif. Mereka memiliki efek samping sedikit dan ditoleransi dengan baik untuk penggunaan jangka panjang. Namun, data menunjukkan bahwa PPI dapat mengganggu homeostasis kalsium dan memperburuk cacat konduksi jantung. Obat golongan ini juga bertanggung jawab untuk patah tulang pinggul pada wanita menopause Golongan obat ini bekerja secara langsung pada pompa proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim H, K-ATPase yang dianggap tahap akhir sebagai proses pembentukan asam lambung. Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan keluhan serta penyembuhan lesiesofagus, bahkan pada esofagitis erosif derajat berat serta yang refrakter dengan golongan antagonist reseptor H2. Dosis yang diberikan untuk GERD adalah dosispenuh, yaitu : Omeprazole 2 x 20 mg, Lansoprazole 2 x 30 mg, Pantoprazole 2 x 40mg, Rebeprazole 2 x 10 mg, Esomeprazole 2 x 40 mg. Umumnya pengobatandiberikan selama 6 8 minggu (terapi inisial) yang dapat dilanjutkan dengan dosispemeliharaan (maintenance therapy) selama 4 bulan atau on demand therapytergantung dari derajat esofagitisnya. Omeprazole (Prilosec) Omeprazole digunakan untuk sampai 4 minggu untuk mengobati dan meringankan gejala ulkus duodenum aktif. Saya dapat digunakan hingga 8 minggu untuk mengobati semua nilai esofagitis erosif. Lansoprazole (Prevacid) Lansoprazole menghambat sekresi asam lambung. Hal ini digunakan hingga 8 minggu untuk mengobati semua nilai esofagitis erosif. Rabeprazole (Aciphex) Rabeprazole adalah untuk jangka pendek (4 untuk 8minggu) dan bantuan pengobatan GERD erosif atau ulseratif gejala. Pada pasien yang tidak sembuh setelah 8 minggu, pertimbangkan kursus 8-minggu tambahan.

Esomeprazole (Nexium) Esomeprazole adalah S-isomer dari omeprazol. Menghambat sekresi asam lambung dengan menghambat sistem + / K +-ATPase H enzim pada permukaan sekresi sel parietal lambung. Pantoprazole (Protonix) Pantoprazole menekan sekresi asam lambung dengan secara khusus menghambat + / K +-ATPase H sistem enzim pada permukaan sekresi sel parietal lambung. Penggunaan persiapan intravena hanya telah dipelajari untuk penggunaan jangka pendek (yaitu, 7-10 d).

Anda mungkin juga menyukai