Anda di halaman 1dari 59

OBAT SALURAN

PENCERNAAN
Andi Ika Julianti H,S.Si.,M.Si.,Apt
(Mata Kuliah : Farmakologi dasar - Semester 2)
LAMBUNG
Fungsi :
1. Tempat menyimpan makanan
2. Tempat mencampur makanan dg getah
lambung  chime
3. Tempat mengosongkan makanan
4. Mencegah masuknya sebagian kuman
5. Tempat absorbsi alkohol + obat-obatan
SISTEM PENCERNAAN
 adalah sistem dalam tubuh yang bertangungjawab dalam proses
penyediaan bahan-bahan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai
bagian dari ciri makhluk hidup yaitu membutuhkan makan dan minum,
yang selanjutnya digunakan sebagai sumber energi, bahan pembangun
dan proses tumbuh kembang lainnya.

 Dalam proses pencernaan akan didapati penguraian secara mekanis


makanan menjadi potongan kecil, pencampuran makanan, gerakan
melalui saluran pencernaan dan pemecahan secara kimiawi molekul
besar makanan menjadi molekul yang lebih kecil.
SALURAN PENCERNAAN
 adalah serangkaian organ berongga bergabung dalam sebuah tabung
dimulai dari mulut sampai ke anus. 
 Makanan melewati saluran pencernaan.
 Dilengkapi organ aksesori meliputi hati, kantung empedu, dan
pankreas. Makanan tidak melewati organ-organ ini.
STRUKTUR UMUM SALURAN
PENCERNAAN TERDIRI
ATAS 
Mukosa : lapisan terdalam, dilalui makanan

Submucosa : berisi jaringan ikat, getah bening dan pembuluh


darah, saraf
Muskularis : dua atau tiga lapisan otot polos, bertanggung jawab
untuk motilitas / gerakan pada saluran pencernaan
Serosa : lapisan terluar, jaringan ikat sarung
ADA 5 (LIMA) PROSES DALAM
PENCERNAAN :
Pengolahan mekanik dan gerakan : mengunyah, pencampuran

Sekresi : cairan, enzim pencernaan dan hormon, empedu, asam, alkali, lendir

Pencernaan : memecah makanan menjadi  unit terkecil yang dapat diserap

Penyerapan : melalui mukosa, ke dalam pembuluh darah atau getah bening

Eliminasi : sisa bahan tercerna dieliminasi / dibuang


SEKRESI LAMBUNG : GETAH
LAMBUNG
pH : 1,5 – 3,4
Mengandung :
1. Elektrolit : H+, Cl, K+, Na+
2. Mucus : melindungi mukosa
(penderita gastritis : antasida)
ENZIM PEPSIN
 Di sekresi : sel utama (Chief Cell)

Pepsinogen pepsin
HCl (pH : 1,5 – 3,5)

Protein (terutama daging) polipeptida


pepsin
Rennin Faktor Intrinsik
Hanya pada masa Disekresi oleh sel
bayi pariental
Menggumpalkan Membantu absorbs vit
susu B12
HISTAMIN HCL

Reseptor H2 : Disekresi : sel pariental


merangsang sekresi Obat gol (Proton Pump
HCl Inhibitor (PPI)
Gastritis : obat H2 Menghambat
Bloker - cimetidine pembetukan HCl
(Omeprazole)
FAKTOR PERANGSANG
SEKRESI LAMBUNG :
Asetilkolin / parasimpatis / vagus
Hormon Gastrin
Asam amoino, alkohol, nikotin, kafein
Stress emosi
OBAT DAN
GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN
obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan hepatobiliar.  Sistem pencernaan
berfungsi menerima makanan, memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses
yang disebut pencernaan), menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah dan membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh
DISPEPSIA DAN REFLUKS
GASTROESOFAGA
Dispepsia Penyakit refluks gastroesofagal

 Dispepsia meliputi rasa nyeri, perut terasa penuh,  Penyakit refluks gastroesofagal (termasuk refluks
kembung dan mual. Gejala ini dapat muncul gastroesofagal dan esofagitis erosif) meliputi gejala
bersamaan dengan tukak duodeni dan kanker nyeri pada ulu hati, regurgitasi asam dan kadang-
lambung tapi umumnya tidak diketahui kadang kesulitan menelan (disfagia); inflamasi
penyebabnya. esofagal (esofagitis), ulserasi dan dapat terjadi
striktur yang terkait dengan asma.
 Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut bila dispepsia
disertai dengan gejala-gejala yang membahayakan  Untuk mengatasi gejala ringan dari gastroesofagal,
(seperti: perdarahan, disfagia, muntah berulang dan penanganan awal adalah penggunaan antasida.
penurunan berat badan). Antagonis reseptor-H2 menekan sekresi asam. Obat
ini dapat meringankan gejala dan dapat mengurangi
pemakaian antasida. Untuk kasus-kasus yang sulit
disembuhkan, dapat dipertimbangkan penggunaan
penghambat pompa proton
Gastritis / Maagh. Yaitu peradangan pada lambung atau gaster
yang dapat berupa : 
• Gastritis bakterialis, akibat dari infeksi oleh bakteri Helicobacter
pylori. 
• Gastritis karena stres akut, yang disebabkan oleh penyakit berat
atau trauma (cedera) dan 
• Gastritis erosif kronis, yaitu gastritis disertai perdarahan atau
pembentukan ulkus yang disebabkan oleh bahan iritan seperti
obat-obatan terutama aspirin dan obat anti peradangan non-
steroid lainnya, penyakit Crohn, infeksi virus dan bakteri, dan
paling sering terjadi pada alkoholik.
ANTITUKAK
Tukak peptik dapat terjadi di lambung, duodenum, esofagus bagian bawah, dan stoma gastroenterostomi (setelah bedah
lambung)

Penyembuhan dapat dibantu dengan berbagai cara seperti penghentian kebiasaan merokok dan minum antasida dan minum
obat penghambat sekresi asam, namun sering terjadi kambuh jika pengobatan dihentikan.

Beberapa factor penyebab utama penyebab tukak :

• Penggunaan obat antiinfkasi nonsteroid


• Infeksi gram negative Helicobacter pylori,
• Peningkatan sekresi asam klorida
• Pertahanan mukosa yang tidak adekuat terhadap asam lambung

Pendekatan terapi meliputi :

• Eradikasi infeksi H. pylori


• Menurunkan sekresi asam lambung dengan penggunaan antagonis reseptor H2 atau PPI
• Memeberikan agen pelindung mukosa lambung dari kerusakan, seperti misiprostol dan sukraflat
OBAT-OBAT YANG
DIGUNAKAN UNTUK TUKAK
PEPTIKUM
Penghambat
Agen Pengaham
reseptor Prostaglandin
antimikroba pompa proton
histamine – H2

• Amoxicilin • Cimetidine • Lansoprazole • Misoprostol


• Senyawa bismuth • Famotidine • Omeprazole
• Clarithromycin • Nizatidine
• Metronidazole • Ranitidine
• Tetracycline
REGULASI SEKRESI ASAM
LAMBUNG
 Sekresi asam lambung oleh sel-sel parietal mukosa diRANGSANG Oleh asetilkolin, histamine
dan gastrin.
 Asetilkolin, histamine dan gastrinnyang diperantai reseptor mengakibatkan protein kinase, yang
selanjutnya merangasang pompa proton H+ /K+ _adenosine trifosfatase (ATPase) untuk
menyekresikan ion hydrogen sebagai pengganti K+memasuki lumen gaster.
 Kanal Cl- bergabung dengan aliran keluar klorida untuk melepaskan H+
 Sebaliknya, pengikatan reseptor prostaglandin E2 dan somatostatin menurukan produksi asam
lambung.
 Pengikat histamine meyebabkan produksi pengaktifan adenilil siklase. Sedangkan pengikat
prostaglandin E2 menghambat enzim ini.
 Gastrin dan asetilkolin bekerja dengan cara menginduksi peningkatan kadar kalsium intraseluler
ANTASIDA DAN
ANTIULSERASI
 INDIKASI
 Antasida yang diminum untuk meredakan sakit maag, gejala utama penyakit
gastroesophagearel fluks, ataupun gangguan asam pencernaan.
 Pengobatan dengan antasida biasanya untuk gejala ringan saja dengan
cara mentralisir asam.
 Pengobatan ulkus akibat keasaman yang berlebihan mungkin
memerlukan antagonis reseptor H2atau penghambat pompa
proton untuk mengurangi produksi asam
CONTOH OBAT
 Antasida : Aluminium Hidroksida Al
(OH)3,  Magnesium Hidroksida Mg
(OH)2
 Antagonis reseptor H2 : Cimetidine,
Ranitidine
 Penghambat Pompa Proton :
Omeprazole, Lansoprazole
ANTASIDA
• Adalah senyawa yang mempunyai kemampuan menetralkan asam
klorida(lambung) atau mengikatnya. Sediaan antasida dapat digolongkan
menjadi :
• Dengan kandungan alumunium dan atau magnesium
• Dengan kandungan natrium bikarbonat
• Dengan kandungan bismut dan kalsium

• Dosis : diberikan 4 kali sehari atau lebih diantara waktu makan dan sebelum
tidur. Pemakaian dosis lazim (misalnya 10ml, 3 atau 4 kali sehari) cairan
antasida magnesium-alumunium.

• KI : hipermagnesemia untuk pasien dengan gagal ginjal


ANTAGONIS RESEPTOR H2
• Meskipun antagonis reseptor hitamin H2 menghambat kerja
histmanin pada semua reseptor H2, kegunaan klinis utama
agen ini ADALAH untuk menghambat sekresi lambung
nokturnal
• Dengan penghambatan ikatan histamine kepada reseptor H2
Mekanisme secara kompetitif, agen-agen ini menurunkan konsentrasi
adenosine monofosfat siklik intraseluler dan terjadi sekresi
kerja : asam lambung.
ANTAGONIS RESEPTOR H2
 Indikasi : menyembuhkan tukak lambung dan duodenum dengan cara
mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor
H2. Terapi pemeliharaan dengan dosis rendah mengurangi angka kambuh
tukak tetapi tidak mengubah perkembangan alami penyakit bila pengobatan
telah dihentikan.

 ES : jarang terjadi ; urtikaria, angioderma, bradikardia blok AV

 Contoh obat : simetidin, famotidini. Nizatidin, ranitidin


ANTIMUSKARINIK YANG
SELEKTIF
 Reseptor muskarinik merangsang peningkatan motilitas saluran cerna dan
aktivitas sekretorik.
 Pirenzepin adalah antimuskarinik yang selektif yang telah digunakan untuk
mengobati tukak lambung dan duodenum, mengurangi motilitas usus
 KI : pemberian bersama obat antiinflamasi nonsteroid
 ES : leukopenia, trombositpenia, stomatitis, diare, depresi sumsum tulang,
kerusakaan hati dan ginjal. Osteoporosis.
 Dosis : pral, 50 mg 2 kali sehari, kisaran lazim 50-100 mg sehari dalam
dosis terbagi selama 4-6 minggu
AGEN PELINDUNG MUKOSA
 Senyawa-senyawa ini dikenal sebagai senyawa-senyawa sitoprotektif, memiliki beberapa
kerja yang meningkatkan mekanisme perlindungan mukosa sehingga mencegah cedera
mukosa, mengurangi peradangan dan menyembuhkan ulkus yang telah ada.
 Sukraflat
 Kompleks aluminium hydroxide dan sukrosa bersulfat ini berkaitan dengan kelompok
bermuatan positif pada protein mukosa normal dan nekrotik.
 Sehingga dapat mengganggu difusi HCl dan mencegah degradasi mucus oleh pepsin dan
asam.
 Karena diperlukan PH asam dalam pengaktifannya makan tidak dapat diberikan
bersamaan dengan anatagonis H2 atau antasida
 Indikasi : tukak lambung dan tukak duodenum
 ES : kontipasi, diare, mual, gangguan pencernaan, gangguan lambung, mulut kering, ruam,
gatal-gatal, sakit kepala dan mengantuk
 Dosis : 2g 2 kali sehari (pagi dan sebelum tidur malam) atau 1 g 4 kali sehari 1 jam
sebelum makan dan sebelum tidur malam.
AGEN PELINDUNG MUKOSA
 Trikalium disitratobismutat (kelat bismut)
 Sediaan senyawa ini efektif menyembuhkan ulkus peptikum.
 Selain memiliki aktivitas mikrobanya, senyawa ini muga menghambat aktivitas pepsin,
meningkatkan sekresi mucus dan berinteraksi dnegan glikoprotein dalam jaringan
mukosa nekrotik untuk melapisi dan melindungu kawah ulkus.
 Indikasi : tukak lambung dan duodenum
 Interaksi : menurunkan absorpsi tetrasiklin
 KI : gangguan ginjal dan kehamilan
 ES : membuat lidah berwarna gelap dan wajah kehitaman, mual dan muntah
ANALOG PROSTAGLANDIN
 Prostaglandin E2 dihasilkan oleh mukosa lambung, menghambat
sekresi HCl dan merangsang sekresi mucus dan bikarbonat (efek
sitoprotektif)
 Misoprostol memiliki kerja sitoprotektif, tetapi secara klinis hanya
efektif pada dosis yang lebih tinggi untuk menurunkan sekresi asam
lambung.
 Tidak disarankan penggunaan rutin obat ini, karena dapat
menyebabkan kontraksi uterus.
ANALOG PROSTAGLANDIN
 Misoprostol dapat mencegah terjadinya tukak karena AINS, dan
cocok untuk pasien yang sangat lanjut usia.
 KI : kehamilan dan merencanakan hamil
 ES : diare, ruam, pusing (jarang)
 Dosis : tukak lambung dan duodenum serta tukak karena AINS,
800mcg sehari (dalam 2-4 dosis terbagi) dengan sarapan pagi dan
sebelum tidur malam ; pengobatan harus dilanjutkan selama tidak
kurang dari 4 minggu dan bila perlu dilanjutkan sampai 8 minggu.
PENGHAMBAT POMPA
PROTON
Kerja :

• Agen-agen ini merupalan prodrug dengan lapisan enteric resistensi asam untuk melindungi agen-
agen ini dari degradasi prematus oleh asam lambung.
• Lapisan tadi dilepaskan dalam basa duodenum dan prodrug merupakan basa lemah, diabsorpsi dan
diangkut menuju kanalikuli sel parietal.
• Ditempat tersebut prodrug diubah menjadi benytuk aktif yang bereaksi dengan residu sistein
H+/K+ -ATPase menbentuk ikatan kovalen yang stabil.
• Kegunaan terapeutik :
• Keunggulan PPI dibandingkan nantagonis H2 untuk menekan produksi asam dan menyembuhkan
ulkus peptikum telah menjadi PPI sebgai obat terpilih untuk mengobati esophagitis erosive.
PENGHAMBAT POMPA
PROTON
Omeprazol

• Indikasi : tukak lambung dan tukak duodenum karen H.pylory
• ES : sakit kepala, diare, ruam, gatal-gatal dan pusing, urtikaria, mual dan muntah,
konstipasi.
• Dosis : 20 mg sehari selama 4 minggu pada tukak duodenum atau 8 minggu pada tuka
lambung ; pada kasus berat 40 mg sehari ; dosis pemeliharaan untuk tukak duodenumyag
kambuh 20 mg sehari
• Lansoprazol
• Indikasi : tukak lambung dan tukak duodenum karen H.pylory
• ES : sakit kepala, diare, ruam, gatal-gatal dan pusing, urtikaria, mual dan muntah,
konstipasi.
• Dosis : tukak lambung, 30 mg sehari pada pagi hari selama 8 minggu, tukak duodenum,
30mg sehari pada pagi selama 4 minggu, pemeliharaan 15 mg sehari.
REGULATOR GASTROINTESTINAL,
ANTIINFLAMASI DAN ANTIFLATULEN
 INDIKASI
 Pengatur fungsi dan gerak dari gastrointestinal atau sering disebut
regulator GIT (menghentikan gangguan motilitas/pergerakan dari
GI)
 Anti radang atau pembengkakan pada saluran cerna atau disebut
antiinflamasi
 Obat kembung atau antiflatulen digunakan untuk meteorismus
(gelembung udara di pencernaan).
CONTOH OBAT
 Cisapride, meningkatkan kontraksi lambung, obat ini digunakan untuk
mengobati gejala seperti kembung yang disebabkan kembalinya asam
lambung ke esophagus.
 Dimethicone, menurunkan tegangan permukaan dari gas sehingga buih
di dalam pencernaan membentuk gelembung yang besar yang mudah
dikeluarkan oleh tubuh.
 Metoclopramide, merangsang motilitas saluran cerna tanpa
mempengaruhi sekresi lambung, empedu atau pankreas.
 Domperidone, antiemetik ( antimuntah ) prokinetik, dengan efek seperti
metoclopramide.
 Hyoscine, antikolinergik dengan fungsi untuk gangguan kontraksi
saluran pencernaan, kandung empedu, saluran kemih dan saluran alat
kelamin wanita
ANTISPASMODIK
 INDIKASI
 Obat yang digunakan untuk mengatasi kolik / kram / spasme /
kejang pada saluran cerna yang mungkin disebabkan diare,
gastritis, tukak peptik dan sebagainya, dan menghambat gerakan
peristaltic saluran cerna.
CONTOH OBAT:
 Hyoscine (Obat ini beraksi pada sistem saraf otonom dan mencegah
kejang otot),
 Clidinium (Kombinasi chlordiazepoxide dan clidinium bromide
digunakan untuk mengobati lambung yang luka dan teriritasi. Obat
ini membantu mengobati kram perut)
 Papaverine, (golongan alkaloid opium yang diindikasikan untuk
kolik kandung empedu dan saluran pada ginjal, dimana dibutuhkan
untuk relaksasi pada otot polos, emboli perifer dan mesenterik)
OBAT ANTIDIARE
 diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air besar. ( Perubahan
frekuensi & konsistensi ) dari kondisi normal. Dalam keadaan normal, tinja mengandung
60-90% air, pada diare airnya bisa mencapai lebih dari 90%.
 Diare merupakan suatu gejala, pengobatannya tergantung pada penyebabnya.
 untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat, codein,
paregorik (opium tinctur) atau loperamide.
 untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan attapulgit aktif.
 diarenya berat / dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan
cairan pengganti dan garam melalui infus.
 Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang mengandung air, gula
dan garam (oralit)
 Anti diare yang ideal :
 bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,
 mempunyai indeks terapeutik yang tinggi,
 tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat,
 tidak menyebabkan ketergantungan
PATOFISIOLOGI

Mekanisme tersebut sebagai dasar pengelompokkan diare secara klinik, yaitu :

Secretory diarrhea, Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Osmotic diarrhea, Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Exudative diarrhea, disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pencernaan yang
mengeluarkan mukus, protein atau darah kedalam saluran pencernaan
Motilitas usus dapat nerubah dengan mengurangi waktu kontak ususu halus,
pengososngan usus besar yang prematur dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan.
MANIFESTASI KLINIS
 Jenis penyakit diare sebenarnya terbagi atas diare akut dan kronis.
 Diare akut biasanya berlangsung selama beberapa hari dan biasanya disebabkan oleh infeksi
yang disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit. Dan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.

 Diare kronis berlangsung lebih lama daripada diare akut, umumnya lebih dari empat minggu.
diare kronis dapat mengindikasikan adanya gangguan yang serius, seperti kolitis ulserativa
atau penyakit crohn, atau sindrom iritasi usus besar.
TERAPI
 Tujuan terapi adalah untuk mengatur diet, mencegah pengeluaran air berlebihan, elektrolit dan
gangguan asam basa, menyembuhkan gejala, mengatasi penyebab diare, dan mengatur
gangguan sekunder yang menyebabkan diare.
OBAT-OBAT ANTIDIARE
DIKELOMPOKKAN MENJADI :
1. Antimotilitas , yaitu :
 Opiat dan turunan opioid menunda transit isi intraluminal atau meningkatkan kapasitas
saluran cerna, memperpanjang waktu kontak dan absorpsi.
 Loperamid untuk terapi diare akut dan kronis
2. Adsorben , yaitu :
 Kaolin pektin, digunakan untuk meringankan gejala, tetapi kerjanya tidak spesifik
3. Antisekresi, yaitu :
 Sediaan Lactobacillus, digunakan untuk mengganti koloni mikroflora, sehingga dapat
mengembalikan fungsi ususu dan menghambat pertumbuhan mikroorganismepatogen
 Bismut subsalisilat. Digunakan untuk pengobatan atau pencegahan diare dan memiliki
efek antisekresi, antiinflamasi dan antibakteri.
4. Oktreotida, analog okreopeptid dapat menghambat pelepasan serotonin dan peptida aktif
lain serra efektif dalam mengkontrol diare. Antibiotika
CONTOH OBAT
 Racecordil, memenuhi semua syarat ideal, cara kerjanya mengembalikan keseimbangan
sistem tubuh dalam mengatur penyebaran air dan elektrolit ke usus.
 Loperamide, golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran
cerna
 Nifuroxazide , bakterisidal terhadap Eschericia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus,
Staphylococcus dan P aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
 Dioctahedral smectite, melindungi barrier mukosa usus & menyerap toksin, bakteri, serta
rotavirus.
ORALIT
 Takaran pemakaian oralit pada diare

Umur 3 Jam Pertama Selanjutnya tiap kali mencret


Dibawah 1 th 1½ gelas ½ gelas
1 – < 5 th 3 gelas 1 gelas
5 -12 th 6 gelas 1½ gelas
Diatas 12 th 12 gelas 2 gelas

Teruskan ASI, makan dan minum selama diare, beri makanan ekstra setelah sembuh

Bila keadaan memburuk atau dalam 2 hari tidak membaik segera bawa ke RS/Puskesmas atau dokter dan
Oralit tetap diberikan

Bila terjadi gejala kekurangan gram natrium dalam darah (hiponatremia), agar konsultasi ke dokter /
tenaga kesehatan terdekat

Hentikan Oralit bila diare berhenti dan penderita segar kembali


KODEIN ABSORBEN
 Indikasi : diare
 Peringatan : tidak digunakan pada kondisi dimanan hambatan peristaltik harus
dihindari, dimana terjadi kembung perut atau pada kondisi diare akut seperti
kolitis akibat antibiotik, tidakanjurkan untuk anak.
 KI : hindari pada depresi nafas akut, alkoholisme akut, resiko ileus paralitik.
 ES : mual dan muntah, konstipasi, rasa mengantuk, hipotensi pada dosisi besar,
kesulitan kencing, mulut kering, berkeringat, sakit kepala, ruam kulit.
LOPERAMID HIDROKLORIDA
 Indikasi : tambahan terapi rehidrasi pada diare akut pada dewasa dan anak-
anak lebih dari 4 tahun
 KI : kram abdomen dan reaksi kulit termasuk urtikaria
 Dosis : diare akut, dosis awal 4 mg dengan 2 mg setelah habis buang air besar.
Diare kronik pada dewasa, dosis awal 4 mg, diikuti 2 mg setiap buang air
besar. Dosis tidak melebihi dari 16 mg sehari. Pemberian harus dihentikan bila
tidak ada perbaikan setelah 48 jam.
OBAT LAKSATIF
(PENCAHAR)
 Sembelit (konstipasi) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
kesulitan buang air besar atau jarang buang air besar.
 Jika konstipasi disebabkan oleh suatu penyakit, maka penyakitnya harus
diobati.
 Selain untuk mengobati konstipasi, juga diindikasikan untuk
mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk
mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat
yang memperlambat kontraksi usus besar (misalnya narkotik).
 Pencegahan dan pengobatan terbaik untuk konstipasi adalah
gabungan dari olah raga, makanan kaya serat. Sayur-sayuran, buah-
buahan dan gandum merupakan sumber serat yang baik.
TERAPI FARMAKOLOGI
Bulk forming agent,sebagai terapi pada modifikasi makanan sehingga dapat meningkatkan konsumsi serat.

Emolient laxative, merupakan surfaktan yang bekerja dengan membantu pencampuran air dan lemak yamg terdapat dalam saluran
cerna, meningkatkan sekresi air dan elektrolit usus di usus kecil dan usus besar. Emolient dapat menghasilkan fese yang lunak dalam
1-3 hari, sehingga dapat digunakan untuk pencegahan konstipasi.

Laktulosa, merupakan disakarida yang menyebabkan efek osmotik pada besar, digunakan sebagai senyawa alternatif untuk
konstipasi akut dan bermanfaat pada usia lanjut.

Derivat difenilmetan (bisakodil dan fenolftalein), dapat merangsang pleksus sarat mukosa kolon. Senyawa ini hanya untuk
pengobatan konstpasi atau persiapan usus dalam prosedur diagnostik. Penggunan golongan ini menimbulkan urin berwarna merah
jambu.

Gliserin , umunnya diberikan dalam bentuk supositoria 3 gram dan efeknya dihasilkan melaui aksi osmotik pada rektum, onsetnya
kurang dari 30 menit. Gliserin dapat menimbulkan iritasi rektum.
PEMBENTUK MASSA FESES
 Pencahar pembentuk massa feses meringankan konstipasi dengan cara meningkatkan massa feses
yang merangsang peristaltik. Efeknya baru terlihat dalam beberapa hari, oleh karena itu pasien perlu
diberitahu akan hal ini.
 Pencahar pembentuk massa bermanfaat khususnya pada kasus konstipasi dengan feses yang sedikit
dan keras, tetapi sebenarnya tidak diperlukan kecuali bila asupan serat dalam makanan tidak dapat
ditingkatkan. Diet yang seimbang, termasuk asupan cairan dan serat yang cukup, bermanfaat dalam
mencegah konstipasi.
 Pencahar pembentuk massa bermanfaat dalam penanganan pasien dengan kolostomi, ilestomi,
hemoroid, fisura ani, diare kronis akibat penyakit divertikular, irritable bowel syndrome, dan sebagai
tambahan dalam kolitis ulseratif (lihat 1.5). Asupan cairan yang cukup harus dipertahankan untuk
menghindari obstruksi usus. Serat merupakan sediaan pembentuk massa yang paling efektif.
 Metilselulosa juga bekerja sebagai pelunak feses.

 Ispaghula sekam
STIMULAN
 Pencahar stimulan meliputi bisakodil dan obat golongan antrakuinon, misalnya sena dan dantron.
Indikasi dantron terbatas karena potensi karsinogenik obat dan adanya bukti genotoksisitas. Stimulan kuat
seperti kaskara (antrakuinon) dan minyak jarak saat ini sudah tidak digunakan lagi. Natrium dokusat bekerja
sebagai stimulan dan pelunak feses.
 Pencahar stimulan bekerja dengan cara meningkatkan motilitas usus dan sering kali menyebabkan kram perut.
Tidak boleh digunakan pada obstruksi usus. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan diare dan efek terkait
seperti hipokalemia, namun penggunaan jangka panjang dapat dipertimbangkan pada keadaan tertentu (lihat
bagian 1.6 untuk penggunaan pencahar stimulan pada anak).
 Supositoria gliserol bekerja sebagai stimulan rektal berdasarkan aksi kerja gliserol sebagai iritan ringan.
Parasimpatomimetik betanekol, distigmin, neostigmin dan piridostigmin (lihat 7.4.1 dan 10.2.1) meningkatkan
aktivitas parasimpatik pada usus dan meningkatkan motilitas usus. Obat-obat ini tidak boleh digunakan bila
obstruksi usus terjadi oleh sebab organik dan segera setelah anastomosis usus.
 Pencahar stimulan lain
Sediaan kaskara, frangula, rhubarb (kelembak) dan sena, aloe dan lain-lain yang tidak dibakukan sebaiknya
dihindari karena kerja pencaharnya tidak dapat diperkirakan.
TERAPI FARMAKOLOGI
Ispaghula Sekam Bisakodil
 Indikasi : konstipasi  Indikasi : konstipasi
 KI : kesulitan menelan, obstruksi  ES : iritasi lokal
usus, atoni kolon
 Dosis : oral (5-10mg malam hari ;
 ES : perut kembung, obstruksi saluran anak-anak dibawah 10 tahun 5
cerna, hipersensitivitas mg. rektum (dalam suppo, 10 mg
pada pagi hari ; anak-anak
 Dosis : mengembang bila kena air,
dibawah 10 tahun 5 mg.
maka harus hati-hati waktu
menelanya, tdk diberikan pada saat  Contoh :dulcolax, laxamex
sebelum tidur.
 Contoh : metamucil, mucofalk, mulax
PELUNAK FESES
 Parafin cair (pelicin klasik) menunjukkan beberapa risiko penggunaan (lihat di bawah).
Pencahar pembentuk masa feses (lihat 1.6.1) dan zat pembasah surfaktan non-ionik seperti
natrium dokusat (lihat 1.6.2) juga bersifat melunakkan feses. Obat-obat semacam itu
bermanfaat pada pemberian secara oral untuk prosedur hemoroid dan fisura. Gliserol (lihat
1.6.2) digunakan secara rektal.
 Enema yang mengandung minyak kacang melumas dan melunakkan feses serta meningkatkan
gerakan usus.
TERAPI FARMAKOLOGI
Parafin cair Laktulosa
 Indikasi : konstipasi  Indikasi : konstipasi

 Peringatan : hindari pemakaian  Peringatan : gangguan ginjal (risiko


jangka panjang penumpukkan magnesium), gangguan
hati, usia lanjut.
 KI : tidak untuk anak 3 tahun
 KI : kondisi penyakit saluran cerna
 ES : tirisan (rembesan) nalparafin
 ES : kolik
menyebabkan iritasi anal setelah
pemakaian jangka panjang, reaksi  Dosis : magnesium hidroksida,jika perlu
granulomatosa disebabkan oleh 2-4 g sebagai 8% suspensi dalam air.
absorpsi sedikit parafin cair dan Magnesium sulfat, dengan segelas air
gangguan absorpsi pada vitamin larut penuh sebelum makan pagi atau pada saat
perut kosong.
lemak.
 Contoh magnesium sulfat, garam inggris
 Contoh : laxadin
PENCAHAR OSMOTIK
 Pencahar osmotik bekerja dengan cara menahan cairan dalam usus secara osmosis atau dengan mengubah
penyebaran air dalam feses.
 Laktulosa adalah disakarida semisintetik yang tidak diabsorpsi dari saluran cerna. Senyawa ini menyebabkan
diare osmotik dengan pH feses yang rendah dan mengurangi proliferasi organisme penghasil amonia. Karena
itu laktulosa bermanfaat dalam pengobatan ensefalopati hepatik. Laktitol merupakan disakarida sejenis.
 Makrogol merupakan polimer etilen glikol inert yang memerlukan cairan di usus besar. Pemberian cairan
dengan makrogol dapat menurunkan efek dehidrasi yang terkadang ditemukan pada pencahar osmotik. Garam
purgatif seperti magnesium hidroksida bermanfaat untuk penggunaan sesekali, asupan cairan yang cukup
sebaiknya dipertahankan. Garam magnesium bermanfaat bila diperlukan pengosongan usus yang
cepat. Garam natrium sebaiknya dihindari karena pada individu yang peka dapat menimbulkan retensi air
dan natrium. Enema fosfat bermanfaat untuk membersihkan usus besar sebelum prosedur radiologi, endoskopi
dan pembedahan.
 LAKTULOSA
HEMOROID
Gatal-gatal, rasa nyeri dan ekskoriasi di anus dan perianus yang lazim dijumpai pada pasien hemoroid, fistulas dan proktitis, sebaiknya diobati dengan
salep dan supositoria

Pembersihan lokal dengan hati-hati maupun penyesuaian diet guna menghindari feses yang keras, serta penggunaan pencahar pembentuk massa feses
seperti bran dan diet residu tinggi juga bermanfaat. Pada proktitis, keadaan ini dapat menambah pengobatan dengan kortikosteroid atau sulfasalazine

Bila diperlukan sediaan topikal yang mengandung anestetik lokal atau kortikosteroid (lihdapat digunakan dengan catatan tidak untuk infeksi jamur
di sekitar anus. Infeksi jamur di sekitar anus sebaiknya diobati dengan nistatin oral dan aplikasi lokal .

Sediaan untuk pengobatan hemoroid dibagi menjadi:

• Sediaan pelembut
• Sediaan kombinasi dengan kortikosteroid
• Sklerosan rektal
• Penatalaksanaan fisura ani

Untuk anak-anak dengan gatal-gatal dan rasa nyeri di anus, dianjurkan untuk menjaga kebersihan toilet, penggunaan lap basah yang bebas alkohol,
mandi teratur dan menghindari penggunaan zat-zat yang dapat menyebabkan iritasi lokal.

Gatal pada anus yang disebabkan infeksi cacing diatasi dengan obat cacing. Pemberian parafin putih secara topikal atau emolien dapat mengurangi
iritasi pada anus yang disebabkan oleh cacing.
SEDIAAN PELEMBUT
 Sediaan pelembut mengandung astringen ringan seperti bismut subgalat, zink oksida dan
hamamelis dapat meringankan gejala-gejala hemoroid. Banyak sediaan antihemoroid juga
mengandung pelicin, vasokonstriktor atau antiseptik ringan.
 Anastetik lokal dapat digunakan untuk meringankan nyeri pada hemoroid dan gatal-gatal di
sekitar anus, meskipun bukti pendukungnya terbatas.
 Salep lidokain digunakan sebelum pengosongan usus untuk meringankan nyeri pada fisura anus.
Anestetik lokal sebagai alternatif meliputi tetrakain, sinkokain dan pramokain, namun ketiganya lebih
bersifat iritan. Salep anestetik lokal dapat diabsorpsi melalui mukosa rektal, karena itu penggunaan
yang berlebihan sebaiknya dihindari, terutama pada bayi dan anak. Salep tersebut sebaiknya
digunakan hanya dalam jangka waktu pendek (tidak lebih dari beberapa hari) karena dapat
menyebabkan sensitasi kulit anus
 Bismuth Subgalat+Bismuth Iodida+Bismuth Resorcin+Zink Oksida (ANUSOL)
SEDIAAN KOMBINASI
DENGAN KORTIKOSTEROID
 Kortikosteroid sering dikombinasi dengan anastetik lokal dan zat pelembut dalam sediaan
untuk hemoroid. Sediaan kombinasi ini cocok untuk penggunaan jangka pendek jika tidak ada
infeksi seperti herpes simpleks. Pemberian jangka panjang dapat menyebabkan atrofi kulit
anus.
 Anak. Hemoroid jarang terjadi pada anak. Terapi biasanya simtomatik dan penggunaan krim
lokal cocok untuk jangka pendek. Namun anestetik lokal dapat menyebabkan rasa pedih pada
awal pengolesan dan ini akan menyebabkan anak takut untuk buang air besar.
 Pemberian (kecuali dinyatakan lain), supositoria dimasukkan ke dalam anus pada malam dan
pagi hari serta setelah buang air besar. Demikian pula pengolesan salep dan krem rektal.
Penggunaan tidak boleh lebih dari 7 hari, anak tidak dianjurkan
 Lidokain Hidroklorida+Aluminium subasetat+sengoksida+ Hidrokortison asetat
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai