Anda di halaman 1dari 20

Farmakoterapi Gastroesophageal

Reflux Disease (GERD)


Dosen pengampu:
Dr. apt. Adriani Susanty, M.Farm

KELOMPOK 4

Anya shadiqah 2001047


Della vasmawati 2001050
Fharisti kirana 2001054
Hesti rahmatia 2001056
Intan fazira 2001057
Ridza fitria achdar 2001072
Thohira Ilyas 2001085
Wiedya alfitria zamri 2001088
Wirdatul jannah 2001089
Wistiqomah indasari 2001090
POKOK PEMBAHASAN

1. Defisini 2. Epidemiologi 3.Etiologi

6. Penggolongan Obat
4. Patofisiologi 5. Manifestasi Klinis
GERD

9. Obat Yang Beredar


7. Diagnosis 8. Tatalaksana Dan Dosis Atau
Kekuatan Yang
Beredar
DEFINISI

Gastroesophageal reflux disease (GERD)


adalah suatu gangguan dimana isi lambung
mengalami refleks secara berulang ke dalam
esofagus ,yang bersifat kronis dan menyebabkan
terjadinya gejala atau komplikasi yang
menimbulkan gejala khas seperti heartburn atau
(rasa terbakar di dada yang kadang disertai rasa
nyeri dan pedih )yang mengganggu.

Suatu keadaan patologis sebagai akibat dari


refluks kandungan lambung ke dalam esophagus,
dengan berbagai gejala yang timbul akibat
keterlibatan esofagus, faring, laring dan saluran
nafas.
EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini umumnya ditemukan


pada populasi negara – negara barat,
namun dilaporkan relatif rendah
insidennya di negara Asia- Afrika

GERD pada negara berkembang


sangat dipengaruhi oleh usia, usia
dewasa antara 60-70 tahun merupakan
usia yang seringkali mengalami
GERD
ETIOLOGI

1. bersifat multifaktorial
2. perubahan yang sifatnya sementara ataupun permanen pada barrier diantara esophagus dan
lambung
3. sfingter esophagus bagian bawah yang inkompeten, relaksasi dari sfingter esophagus bagian
bawah yang bersifat sementara, terrganggunya ekspulsi dari refluks lambung dari esophagus,
ataupun hernia hiatus

Faktor risiko GERD adalah kondisi fisiologis atau penyakit


tertentu seperti
 Tukak lambung,
 Hiatal hernia
 Obesitas
 Kanker
 Asma
 Alergi terhadap makanan tertentu,
 Luka pada dada (chest trauma).
PATOFISIOLOGI

● Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal


Sphincter)
● Bersihan asam dari lumen esofagus menurun
● Ketahanan epitel esofagus menurun
● Bahan refluksat mengenai dinding esofagus
yaitu Ph <2, adanya pepsin, garam empedu,
HCL.
● Kelainan pada lambung
● Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan
gastritis
● Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan
hipersensitivitas
Refluks gastroesofageal terjadi melalui 3
mekanisme :

● Refluks spontan pada saat relaksasi


LES yang tidak adekuat
● Aliran retrograde yang mendahului
kembalinya tonus LES setelah menelan
● Meningkatnya tekanan intraabdomen
MANIFESTASI KLINIS

Gejala Yang Khas:

1. Heart burn 4. Disfagia

2. Regurgitasi 5. Nyeri pada dada

3. Nyeri pada ulu hati 6. Gejala Eksraesofageal


Batuk Kronis,Suara Serak dll
Penggolongan Obat GERD

Golongan penghambat pompa proton (PPIs)

Golongan Antagonis Reseptor H2 (H2RAs)

Antasida dan produk antasida asam alginate

Agen promotilitas
Golongan penghambat Low Dose Full Dose Double Dose
pompa proton (PPIs)
Esomeprazole - 20 mg sekali sehari 40 mg sekali sehari

Lansoprazole 15 mg sekali sehari 30 mg sekali sehari 30 mg 2 kali sehari

Omeprazole 10 mg sekali sehari 20 mg sekali sehari 40 mg sekali sehari

Pantoprazole 20 mg sekali sehari 40 mg sekali sehari 40 mg 2 kali sehari

Rabeprazole 10 mg sekali sehari 20 mg sekali sehari 20 mg 2 kali sehari

Golongan Antagonis Dosis Lazim Dosis Pada Malam (sebagai


Reseptor H2 (H2RAs) tambahan PPIs)
Famotidine 20-40 mg 2 kali sehari -

Ranitidine 150 mg 2 kali sehari 150


DIAGNOSIS TATALAKSANA

Endoskopi : GOLD STANDARD Target tatalaksana GERD :


• Menilai perubahan makroskopik dari • menyembuhkan lesi esophagus
mukosa esofagus • menghilangkan gejala/keluhan
• Kelainan esofagitis • mencegah kekambuhan
• Memastikan adanya Barret’s • memperbaiki kualitas hidup
esophagus, displasia atau keganasan • mencegah timbulnya komplikasi
OBAT YANG BEREDAR DAN DOSIS ATAU
KEKUATAN YANG BEREDAR

1. Antasida

Digunakan untuk perawatan ringan GERD. Antasida efektif mengurangi gejala-


gejala dalam waktu singkat, dan antasida sering digunakan bersamaan dengan terapi
penekan asam lainnya. Pemeliharaan pH intragastrik di atas 4 dapat menurunkan
aktivasi pepsinogen menjadi pepsin, sebuah enzim proteolitik. Netralisasi cairan
lambung juga dapat mengarah pada peningkatan tekanan LES.

Produk antasid yang dikombinasikan dengan asam alginiat adalah agen penetral
yang tidak ampuh dan tidak meningkatkan tekanan LES, namun membentuk larutan
yang sangat kental yang mengapung di atas permukaan isi lambung. Larutan kental ini
diperkirakan sebagai pelindung penghalang bagi kerongkongan terhadap refluks isi
lambung dan  mengurangi frekuensi refluks
Lanjutan…

Sirup Antasida

• Indikasi : Mengurangi gejala gejala yang berhubungan dengan asam


lambung,tukak lambung,gastritis,tukak usus 12 jari,dengan gejala mual,nyeri
lambung,nyeri ulu hati

• Kontra indikasi : hipersensitif terhadap aluminium dan magnesium,penderita


gangguan ginjal berat.

• Efek samping : sembelit ,diare,mual,muntah dan gejala gejala tersebut akan


hilang bila pemakaian obat dihentikan.
Mekanisme Kerja Obat
Antasida

Antasida adalah senyawa dasar yang menetralkan asam klorida dalam


sekresi lambung. Antasida digunakan dalam pengobatan gejala gangguan
pencernaan yang terkait dengan hyperacidity lambung seperti dispepsia,
penyakit gastroesophagealreflux, dan penyakit ulkus peptikum.

Antasida bekerja meningkatkan pH lumen lambung. Peningkatan tersebut


meningkatkan kecepatan pengosongan lambung, sehingga efek antasida
menjadi pendek. Pelepasan gastrinmeningkat dan, karena hal ini menstimulasi
pelepasan asam .Antasida mempercepat penyembuhan tukak dengan
menetralisasikan asam hidroklorida danmengurangi aktivitas pepsin .Antasida
adalah basa lemah yang bereaksidengan asam klorida lambung untuk
membentuk garam dan air. Sehingga berfungsi mengurangi keasaman lambung
dan karena pepsin tidak aktif dalam larutan dengan pH di atas 4,0 maka bisa
mengurangi aktivitas peptik .
2. Ranitidin
Rekomendasi dosis terapi yang diberikan adalah Ranitidin
150 mg 2 kali sehari atau 30 mg sebelum tidur malam selama
sampai 8 minggu atau bila perlu sampai 12 minggu.

INDIKASI : Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari


aktif,tukak lambung aktif,mengurangi gejalarefluks esofagus.Terapi
pemeliharaan Setelah penyembuhan tukak usus 12 jari ,tukak
lambung.

KI : penderita hipersensitif terhadap obat ini.

Efek samping : sakit kepala hematologic endokrin


Mekanisme Kerja Obat
Ranitidin

Antagonis H2 bekerja dengan mencegah pelepasan histamin dari sel mirip enterochromaffin
(ECL) – dengan histamin yang bekerja pada sel parietal di dekatnya. Histamin adalah salah satu dari
banyak elemen independen yang bertanggung jawab untuk “mengaktifkan” pompa proton di dalam sel
parietal. Dengan menghambat histamin, produksi asam lambung berkurang.

Antagonis H2 membatasi produksi asam, sedangkan penghambat pompa proton menekan


produksi asam jauh lebih efektif. Dengan kata lain, PPI menghambat tahap terminal dalam produksi
asam lambung sedangkan antagonis H2 tidak. Inilah yang membuat PPI jauh lebih efektif dalam
mengurangi produksi asam lambung.
3. Omeprazol

Rekomendasi dosis yang diberikan adalah 20mg sehari 1


selama 4 minggu diikuti 4-8 minggu berikutnya jika tidak
sepenuhnya sembuh.

Indikasi : tukak duo denum,tukak lambung,refluks gastro


esophagus.kondisi hipersekresi patologis.

Kontra indikasi : hipersensitif

Efek samping : omeprazole dapat ditoleransi ,nausea,sakit


kepala,diare,konstibasi dan flatulence jarang terjadi
Mekanisme Kerja Obat
Omeprazol

Omeprazol merupakan termasuk salah satu golongan PPI ,dimana PPI ini membutuhkan asam
pada lambung untuk berubah menjadi senyawa aktifnya (sulfenamide atau sulfenic acid). Dua senyawa
aktif tersebut bekerja dengan menghambat sekresi asam lambung, melalui hambatan pada pompa
proton H-K ATP-ase.

Semua obat golongan PPI memiliki waktu paruh yang pendek (sekitar 1 jam),
kecuali tenatoprazole. Semua obat golongan PPI memiliki bioavailabilitas yang bagus dalam tubuh.
PPI dimetabolisme di hati oleh enzim CYP2C19 dan 3A4. Kerusakan hati, usia lanjut dan mutasi gen
CYP2C19 akan menurunkan clearence PPI dalam tubuh.
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai