Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FARMAKOTERAPI GANGGUAN CERNA DAN NUTRISI


GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD)

 
KEL / KELAS : 1/A1
ANGGOTA : Keane Owen (I1021211001)
Tiara Wulan Dari (I1021211019)
Rizky Rasiqah (I1021211028)
Ersa Ananda (I1021211088)
BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


• (GERD) merupakan suatu gangguan saluran pencernaan di mana isi lambung mengalami refluks secara berulang
ke dalam esofagus, yang menyebabkan terjadinya beberapa gejala hingga komplikasi.
• Dari hasil penelitian di Indonesia, prevalensi GERD mengalami peningkatan. Pada Maret 2016, prevalensi
penyakit refluks gastroesofagus yang terdiagnosis dengan menggunakan endoskopi di Jakarta sebesar 22,8%
• Meningkatnya prevalensi kejadian GERD dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko. Perubahan gaya hidup seperti
merokok, stress, obesitas dan pola makan
• Oleh karena itu penulis tertarik untuk menjabarkan terkait Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) dengan point
utama pathogenesis, tatalaksana terapi, mekanisme kerja obat, monitoring efek samping obat dan terapi non
farmakologi GERD

I.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
 Memaparkan pathogenesis dan tatalaksana terapi gerd
 Menjelaskan mekanisme kerja obat dan Monitoring Efek Samping Obat gerd
 Menjabarkan terapi non farmakologi penyakit gerd

I.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan tujuan diatas penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
 Bagaimana pathogenesis dan tatalaksana terapi gerd ?
 Bagaimana mekanisme kerja obat dan monitoring efek samping obat gerd ?
 Bagaimana terapi non farmakologi penyakit gerd ?
BAB II
PEMBAHSAN

Patogenesis
GERD adalah suatu kondisi refluks isi lambung ke
esofagus yang dapat menimbulkan gejala tipikal
seperti heartburn (rasa terbakar di daerah
epigastrium), regurgitasi asam (rasa pahit di mulut),
mual, dan disfagia yang dapat mengakibatkan
kerusakan mukosa esofagus dan dalam jangka waktu
yang lama dapat menimbulkan komplikasi seperti
barrett’s esophagus. Faktor kuncinya adalah refluks
abnormal isi lambung dari lambung ke dalam
kerongkongan.
Tatalaksna Terapi
Mekanisme kerja obat
• Antasida
Antasid menetralkan keasaman cairan lambung karena
bersifat basa yang akan bereaksi dengan ion hidrogen
membentuk air.
Mekanisme kerja obat
• Proton Pump Inhibitor
Mekanisme kerja obat
• H2 Blocker
MONITORING EFEK SAMPING OBAT
Efek Samping Antasida
Gejala: sakit kepala, lemah, mual dan muntah.
 Batu ginjal, osteomalaise, dan osteoporosis. c/:
Alumunium hidroksida.

 Neurotoksisitas karena alumunium yang diabsorbsi ►


otak ► alzeimer.

 Saluran cerna: Mg menyebabkan diare, sedangkan Al


menyebabkan obstruksi usus.

 Asupan natrium: hati-2 PJP.


Monitoring Efek Samping Obat
H2 Blocker
Diare, nyeri otot, pusing, reaksi kulit,
penggunaan jangka waktu lama impotensi dan
ginekomastia (mengikat reseptor androgen).

Proton Pump Inhibitor


Jarang gangguan GIT, sakit kepala, otot, sendi,
vertigo, gatal-gatal.
Terapi Non-Farmakologi
 Menghindari makanan yang mengandung yang dapat
menurunkan LES.
 Menghindari makanan dengan efek yang mengiritasi
pada mukosa esofagus.
 Menghindari makan segera sebelum tidur (dalam
waktu 3 jam jika mungkin).
 Menghindari menggunakan pakaian yang ketat.
 Untuk obat wajib minum yang menyebabkan iritasi
mukosa esofagus, minumlah dengan posisi yang tegak
dengan banyak cairan atau makanan (jika sesuai)
Terapi Non-Farmakologi

Menurunkan berat badan Protein

Makan porsi kecil


Berhenti merokok Berhenti minum alkohol
BAB III
PENUTUP

GERD adalah kondisi refluks abnormal isi lambung dari lambung ke


dalam kerongkongan. Dalam beberapa kasus, refluks dikaitkan
dengan kerusakan esofagus bagian bawah tekanan atau fungsi
sfingter lower esophageal sphincter (LES). Strategi
penatalaksanaan gastroesophageal reflux disease atau GERD
dilakukan berdasarkan frekuensi dan keparahan gejala, serta adanya
temuan esofagitis erosif atau Barrett esofagus pada endoskopi
bagian atas. Dapat dilakukan terapi farmakologi dan non
farmakologi.
Mekanisme kerja obat yaitu Antasida menetralkan keasaman cairan
lambung, PPI memblokir sekresi asam lambung, dan Histamine 2
bloker bekerja dengan menghambat pengikatan histamin ke reseptor
H2. Umunya efek samping obat seperti sakit kepala, lemah, mual.
Terapi non farmakologis dilakukan dengan perubahan gaya hidup
pada pasien dan pola makan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

 Ajjah, B.F. (2020). HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TERJADINYA


GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD). Jounal of Nutrition
College. 9(3), 169-178
 DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies,
Inggris.
 Kuswono, A.D. (2021). Kejadian Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
Dengan GERD-Q Pada Mahasiswa Kedokteran. Baiturrrahman Medical Journal.
(1)1, 36-43
 Rehatta N.M. (2019).Anestesiologi dan Terapi Intensif : Buku Teks Kata-
Perdatin. Gramedia Pustaka Utama.
 Rusli, B.H. (2010). Refluks Gastroesofageal pada Anak. JKM, 9(2), 183-187
 Wells, B.G., DiPiro, J.T., Schwinghammer, T.L., DiPiro, C.V. (2015).
Pharmacotherapy Handbook 9th Edition. McGraw-Hill Education Companies,
Inggris.
Kamshamidha <3

Anda mungkin juga menyukai