Anda di halaman 1dari 20

GASTROesophageal reflux disease (gerd)

Oleh :
AFDHAL ZIKRI
CICI ELDA PUTRI
DELVIA HELMI
NURSYAMSI
OLIVIA PRATAMA USDI
Dosen pengampu : Apt. Gustia Indah Prabandasari, M. Farm
Definisi

Gastroesophageal Reflux Disease


(GERD) merupakan suatu gangguan
saluran pencernaan di mana isi
lambung mengalami refluks secara
berulang ke dalam esofagus, yang
menyebabkan terjadinya beberapa
gejala hingga komplikasi.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini umumnya ditemukan pada populasi negara–negara barat, namun dilaporkan relatif rendah
insidennya di negara Asia - Afrika.

Di amerika di laporkan satu dari lima orang dewasa mengalami gejala heartburn atau regurgutasi sekali
dalam seminggu serta lebih dari 40% mengalaminya sekali dalam sebulan. Prevalensi esofagitis di amerika
sekitar 7%.

Sementara di Indonesia belum ada data epidemiologinya mengenai penyakit ini, namun di Divisi
Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
didapatkan kasus esofagitis sebanyak 22,8% dari semua pasien yang menjalani pemeriksaan endoskopi atas
indikasi dyspepsia (Amran, 2018).

GERD dapat diderita oleh laki-laki dan perempuan. Rasio laki-laki dan wanita untuk terjadinya GERD
adalah 2:1 sampai 3:1. GERD pada negara berkembang sangat dipengaruhi oleh usia, usia dewasa antara
ETIOLOGI ATAU FAKTOR RESIKO
• Obat-obatan, seperti teofilin, antikolinergik, beta adrenergik, nitrat,
calcium-channel blocker.

• Makanan, seperti cokelat, makanan berlemak, kopi, alkohol,


dan rokok.

• Hormon, umumnya terjadi pada wanita hamil dan menopause. Pada


wanita hamil, menurunnya tekanan LES terjadi akibat peningkatan
kadar progesteron. Sedangkan pada wanita menopause, menurunnya
tekanan LES terjadi akibat terapi hormon estrogen

• Struktural, umumnya berkaitan dengan hiatus hernia. Selain


hiatus hernia, panjang LES < 3 cm juga memiliki pengaruh
terhadap terjadinya GERD.

• Indeks Massa Tubuh (IMT); semakin tinggi nilai IMT, maka risiko
terjadinya GERD juga semakin tinggi.
PATOFISIOLOGI

GERD terjadi akibat adanya ketidak seimbangan antara faktor ofensif


dan defensif dari system pertahanan esofagus dan bahan refluksat
lambung. yang termasuk faktor ofensif adalah peningkatan asam
lambung, dilatasi lambung atau obstruksi gastric outlet, distensi
lambung dan pengosongan lambung yang terlambat, tekanan intragastrik
dan intraabdomen yang meningkat. Beberapa keadaan yang
mempengaruhi tekanan intraabdomen antara lain hamil, obesitas, dan
pakaian terlalu ketat. Sedangkan yang termasuk faktor defensif system
pertahanan esofagus adalah LES, LES merupakan strukur anatomi
berbentuk sudut yang memisahkan esofagus dengan lambung. Pada
keadaan normal, tekanan LES akan menurun saat menelan sehingga
terjadi aliran antegrade dari esofagus ke lambung. Terganggunya fungsi
LES pada GERD disebabkan oleh turunnya tekanan LES akibat
penggunaan obat-obatan, makanan, faktor hormonal, atau kelainan
structural.
GEJALA DAN TANDA

Disfagia
Heart burn
Nyeri ulu hati

Regurgitasi
Gejala Eksraesofageal
Batuk Kronis,
Suara Serak dll
DIAGNOSA

Pemantaun
Refluk Rawat
Jalan
Tarapi Empiris
Manometri
Esofagus

Pemeriksaan
Endoskopi
TERAPI NON
FARMAKOLOGI
Terapi Gerd dapat dilakukan dengan
melakukan perubahan pada gaya hidup dan
bisa juga dengan pengobatan medikamentosa
Terapi non farmakologi

Memperbaiki gaya hidup

Menghindari
coklat,, kopi dan
makanan yang
berlemak
Menurunkan
Meninggikan posisi berat badan
kepala saat tidur dan Berhenti merokok
menghindari makan dan konsumsi
sebelum tidur alkohol
Terapi farmakologi
Terapi medikamentosa merupakan terapi menggunakan obat-obatan. PPI merupakan salah satu obat untuk
terapi GERD yang memiliki keefektifan serupa dengan terapi pembedahan. Jika dibandingkan dengan obat
lain, PPI terbukti paling efektif mengatasi gejala serta menyembuhkan lesi esofagitis, Yang termasuk obat-
obat golongan PPI adalah omeprazole 20 mg, pantoprazole 40 mg, lansoprazole 30 mg, esomeprazole 40 mg,
dan rabeprazole 20 mg. PPI dosis tunggal umumnya diberikan pada pagi hari sebelum makan pagi.
Sedangkan dosis ganda diberikan pagi hari sebelum makan pagi dan malam hari sebelum makan malam.
Selain PPI, obat lain dalam pengobatan GERD adalah antagonis reseptor H2, antasida, dan
prokinetik (antagonis dopamin dan antagonis reseptor serotonin). Antagonis reseptor H2 dan antasida
digunakan untuk mengatasi gejala refluks yang ringan dan untuk terapi maintenance dikombinasi dengan PPI.
Yang termasuk ke dalam antagonis reseptor H2 adalah simetidin (1 x 800 mg atau 2 x 400 mg), ranitidin (2 x
150 mg), farmotidin (2 x20 mg), dan nizatidin (2 x 150 mg). Prokinetik merupakan golongan obat yang
berfungsi mempercepat proses pengosongan perut, sehingga mengurangi kesempatan asam lambung untuk
naik ke esofagus. Obat golongan prokinetik termasuk domperidon (3 x 10 mg) dan metoklopramid (3 x 10
mg).
TERAPI
FARMAKOLOGI

1. Golongan obat PPI (Proton pump inhibitor) : lansoprazol, emoprazol, pantoprazol, esomeprazole dan rabeprazol, Kerja
dari obat PPI adalah menghambat sekresi ion H+ dari sel pariental, PPI berikatan oleh reseptor saluran pompa proton
untuk mencegah pembukaan saluran karena akan berakibat produksi asam lambung terhambat.

Lansoprazol Omeprazol

• kontra indikasi : penderita yang hipersensitivitas • Kontra Indikasi : Penserita yang hipersensitivitas
terhadap lansoprazol, serta pasien yang sedang terhadap omeprazole dan penggunana dengan
mengonsumsi rilpivirin dan atazanavir nelvinavir.
• Efek samping : diare, mulut kering, sambelit • Efek samping : sakit kepala, sakit perut, musl,
kembung, dan sakit kepala. Efek samping muntsh, diare, kembung, sambelit, batuk, ruam
pemakaian jangka panjang, yaitu : gejala
hipomagnesemia, gejala lupus, gejala liver, gejala
penyakit ginjal dan gejala osteoporosis.
Pantoprazol Esomeprazol 40 mg

• Kontra indikasi : Hipersensitivitas, disfungsi hati dan • Kontra indikasi : Hipersensitivitas


ginjal • Efek samping : Gangguan saluran cerna seperti mual,
• Efek sampan : Mual, muntah, diare, kontipasi, nyeri muntah, nyeri lambung, kembung, diare, dan konstipas.
abdominal, flatulen, peningkatan enzim hati, sakit
kepala, alergi.

Rabeprazol
• Kontra indikasi : Hindari penggunaan bersamaan
denga obat rilpivirin dan atazanavir
• Efek samping : Nefritis interstisial akut, diare, lupus
eritemotosus kutan dan sistemik, kekurangan
vit.B12, dan hipomagnesemia
TERAPI FARMAKOLOGI
2. Golongan obat H2RA : Famotidin, ranitidine, simetidin dan nizatidin. Golongan obat H2RA bekerja dengan
menghambat reseptor histamine pada sel pariental mengakibatkan produksi asam lambung yang dapat terhambat

Famotidin Ranitidin

• Kontra indikasi : hipersensitivitas, kesulitan saat • Kontra indikasi : riwayat porfiria akut
menelan makanan, muntah darah, tinja berdarah, • Efek samping : sakit kepala, konstipasi, diare, mual,
alergi terhadap zat pereduksi asam lambung, dan dan nyeri perut
gangguan ginjal.
• Efek samping : Sembelit, diare, tanda-tanda infeksi,
detak jantung cepat, pusing
Cimetidin Nizatidin

• Kontra indikasi : hipersensitivitas terhadap cimetidin • Kontra indikasi : hipersensitivitas terhadap nizatidin
• Efek samping obat : diare, pusing, alergi, mialga atau obat golongan obat H2RA lainnya.
(nyeri otot) • Efek samping : pusing, diare, hidung tersumbat,
muntah, sakit perut, urin bewarna coklat,
pembengkakan payudara, sakit tenggorokan dan detak
jantung cepat.
Terapi farmaologi
3. Golongan obat-obatan antasida : aluminium hidroksida, magnesium trisilikat dan magnesium karbonat. Cara kerja
golongan obat-obatan antasida, menetralkan asam lambung yang terlalu asam, yang mengakibatkan pH lambung
meningkat dan proses pengosongan langsung yang cepat serta dapat meningkatkan LES.

Aluminium hidroksida Magnesium trisilikat

• Kontra indikasi : hipersensitivitas • Kontra indikasi : hipersensitivitas, ibu hamil, penyakit


• Efek samping obat : konstipasi, anemia, mual, ginjal, gangguan hati, memiliki kadar fosfat rendah
muntah dan sulit bernafas. • Efek samping : pusing. Mual, muntah, diare, ngantuk

Magnesium karbonat

• Efek samping : diare, ruam kulit, alergi, nyeri dada,


dan sesak nafas
TERAPI
FARMAKOLOGI

4. Golongan obat prokinetik : domperidon dan metoklopramid. Prokinetik


merupakan golongan obat yang berfungsi mempercepat proses pengosongan perut

Domperidon Metoklopramid

• Kontra indikasi :hindari domperidon pada pasien • Kontra indikasi : pasien epilepsi, dan obstruksi
penyakit tumor hipofisis pelepasan prolactin, • Efek samping : kantuk, sakit kepala, pusing, diare,
gangguan elektrolit, penyakit jantung, perdarahan lelah dan cemas
saluran pencernaan dan gangguan hati sedang sampai
berat.
• Efek samping : sakit kepala, mengantuk, muncul rasa
cemas, diare, dan nyeri pada payudara,
ALG0RITMA TERAPI GERD

Keterangan: Review: Pasien GERD kronis perlu di-


review minimum setahun sekali untuk mendiskusikan
gejala dan obat-obat yang digunakan. Sebagian kecil
pasien tetap mengalami gejala meskipun sudah diterapi
dengan PPIs. Pilihan terapinya: menggunakan double
dose PPIs, menambahkan H2RAs pada malam hari
sebelum tidur, dan memperpanjang durasi pengobatan.
Self care:antasida bila perlu untuk mengurangi gejala
dengan cepat, penatalaksanaan nonfarmakologi
(menurunkan berat badan, dsb.), menghindari
faktorfaktor yang diketahui memicu terjadinya refluks.
Tujuan terapi dan pengobatan

Tujuan terapi gerd pada lansia adalah


untuk meringankan gejala, Tujuan pengobatan gerd adalah untuk
menyembuhkan esophagitis erosif, mengatasi gejala, memperbaiki
tata laksana komplikasi dan dan kerusakan mukosa, mencegah
mempertahankan remisi gejala serta kekambuhan, dan mencegah
penyembuhan mukosa. komplikasi
Syam AF, Aulia C, Renaldi K, et al. Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit
Refluks Gastroesofageal
(Gastroesophageal Refluks Disease/GERD) di Indonesia. 2013.
Amran, A, (2018). Hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian gastroephageal reflux
disease pada karyawan.
Monica Djaja Saputera, Widi Budianto. Diagnosis dan Tatalaksana Gastroesophageal
Refluk Disease (GERD) di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer 2017.
Kurin M, Fas R. Management of Gastroesophageal Reflux Disease in the elderly patient.
Drugs & Aging. 2019.36(12):1073-81.
Fock KM, Poh CH. Gastroesophageal reflux disease. J Gastroenterol. 2010;45:808-15.
THANKS
!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, and includes icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai