Anda di halaman 1dari 22

FARMAKOLOGI SISTEM PENCERNAAN DAN PERKEMIHAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah KMB II


Pencernaan dan Perkemihan

DOSEN PEMBIMBING : RIA ANGGRAINI, S. Kep., Ners., M. Kep

OLEH :
ISNA FADILATUR ROSIDAH.
NIM : A2R18075

PRODI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
TAHUN 2019
BAB I
1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Farmakologi berasal dari kata “pharmacon” (obat) dan logos (ilmu pengetahuan),
sehingga secara harapiah farmakologi berarti ilmu pengetahuan tentang obat. Namun,
secara umum farmakologi di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara
kerjanya pada system biologi. Disamping itu juga mempelajari asal-usul (sumber) obat,
sifat fisika-kimia, cara pembuatan, efek biokimiawi dan fisiologi yang dtimbulkan, nasib
obat dalam tubuh, dan kegunaan obat dalam terapi.
Farmakoterapi atau terapi dengan obat mempunyai cakupan yang lebih luasa
dibandingkan farmakologi. Farmakoterapi tidak berhubungan dengan cara pemberian,
penilaian pasien, dan keputusan klinik. Pengetahuan farmakoterapi bagi paramedic juga
sesuatu yang penting berkaitan dengan pemberian obat, efek samping yang kemungkinan
timbul karena pemberian obat, dan pemberian obat kepada pasien. Untuk itu,
pemahaman dan pengetahuan farmakologi mengenai cara pemberian, jenis-jenis obat,
dan kegunaan obat adalah hal-hal penting yang harus diketahui oleh paramedis.

B. Ruang Lingkup Masalah


1. Pengertian Obat
2. Obat-obatan saluran pencernaan.
3. Obat-obatan salluran perkemihan
C. Tujuan
Untuk Mengetahui apa saja jenis-jenis obat, indikasi dan kegunaan obat adalah hal-
hal penting yang harus diketahui oleh paramedis dalam sistem pencernaan dan
perkemihan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN OBAT
Obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi, dan menurut
WHO, obat adalah zat yang dapat mempengaruhi aktifitas fisik atau psikis. Sedangkan
menurut Kebijakan Obat Nasional (KONAS) ialah bahan atau sediaan yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau kondisi patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit, gejala
sakit, dan atau penyakit, untuk meningkatkan kesehatan, dan kontrasepsi. Oleh karena
itu, pengertian obat meliputi bahan dan sediaan obat yang terwada-kemaskan, diberi
label dan penandaan yang memuat pernyataan dan atau klaim. Dalam pengertian
KONAS obat meliputi obat untuk manusia dan hewan.

B. OBAT-OBATAN SALURAN PENCERNAAN


1. Obat Ulkus Dan Gastritis Jenis Antasida Dan Antiulserasi
a. Biasanya obat pencernaan jenis antasida dan antiulserasi untuk mengobati ulkus/
luka/ tukak yang terjadi pada pada saluran cerna seperti :
1) Ulkus duodenalis/ulkus duodenum, merupakan jenis ulkus peptikum yang
paling banyak ditemukan, terjadi pada duodenum (usus dua belas jari), yaitu
beberapa sentimeter pertama dari usus halus, tepat dibawah lambung.
2) Ulkus gastrikum lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang
lengkung atas lambung. Jika sebagian dari lambung telah diangkat, bisa terjadi
ulkus marginalis, pada daerah dimana lambung yang tersisa telah
disambungkan ke usus.
3) Regurgitasi berulang dari asam lambung ke dalam kerongkongan bagian
bawah bisa menyebabkan peradangan (esofagitis) dan ulkus esofagealis. Ulkus
Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan
lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh asam
lambung dan getah pencernaan.
4) Juga hiperasiditas (keasaman berlebih) dan kondisi hipersekresi asam lambung
oleh penyakit ( sindroma Zolinger Ellison, mastositosis sistemik).

3
b. Penggolongan obat antasida
1) Antasida
Antasida adalh obat yang menetralkan asam lambung dengan cara
meningkatkan pH untuk menurunkan aktivitas pepsin.
a) Aluminium Hidroksida (Al(OH)3)
- Indikasi
Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis, mengatasi
gejala dyspepsia (ulkus dan don ulkus), gastro-esophageal reflux
disease, hiperfosfatemia.
- Kontra-indikasi
Hipersensitif terhadap garam aluminium, hipofosfatemia, pendarahan
saluran cerna yang belum terdiagnosis, appendicitis. Tidak aman unruk
bayi dan neonatus.
- Dosis
Dewasa: 1-2 tablet dikunyah, 4 kali sehari dan sebelum tidur atau 5-10
ml suspensi 4 kali sehari diantara waktu makan dan sebelum tidur.
Anak usia 6-12 tahun: 5 ml maksimal 3 kali sehari
- Efek samping
Konstipasi, mual, muntah, deplesi posfat, penggunaan dalam dosis
besar dapat menyebabkan penyumbatan usus, hipofosfatemia,
hipercalciuria, peningkatan resiko osteomalasia, demensia, anemia
mikrositik pada penderita gagal ginjal.
b) Magnesium Hidroksida
- Indikasi
Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis
- Kontra-indikasi
Kerusakan ginjal berat
- Dosis
Dewasa: 5-10 ml, diulang menurut kebutuhan pasien
- Efek samping
Diare, hipermagnesenia sehingga mengurangi reflek tendon dan depresi
nafas, mual, muntah, kemerahan pada kulit, haus, hipotensi,

4
mengantuk, lemah otot, nadi melemah dan henti jantung (pada kelainan
ginjal yang berat).
c) Magnesium Trisiklat
- Indikasi
Ulkus peptikum, gastritis, hiperasiditas gastrointestinal
- Kontra-indikasi
- Dosis
Dewasa 1-2 tablet.
Anak ½-1 tablet. diminum 3-4 kali sehari.
- Efek samping
Diare, hipermagnesenia sehingga mengurangi reflek tendon dan depresi
nafas, mual, muntah, kemerahan pada kulit, haus, hipotensi,
mengantuk, lemah otot, nadi melemah dan henti jantung (pada kelainan
ginjal yang berat).
d) Kalsium Karbonat
- Indikasi
Ulkus peptikum, gastritis, heartburn, hiperasiditas GI, Menghilangkan
gangguan lambung yang disebabkan oleh hiperasiditas, tukak lambung,
ulkus duodenum, gastritis
- Kontra-indikasi
Glukoma sudut tertutup, obstruksi saluran kemih atau GI, ileus
paralitik, penyakit jantung berat, Hipersensitif terhadap salah satu
bahan tablet, Hiperkalsemia, Hiperkalsiuria berat, gagal ginjal berat.
- Efek samping
Dapat terjadi konstipasi, kembung (flatulen) karena pelepasan karbon
dioksida (CO2), dosis tinggi atau pemakaian jangka waktu panjang
menyebabkan hipersekresi asam lambung dan acid rebound, muntah
dan nyeri abdomen (perut), hiperkalsemia (pada gangguan ginjal atau
setelah pemberian dosis tinggi), alkalosis
2) Antagonis Reseptor H2 ( H2 Bloker )
a) Ranitidin
- Indikasi
Menghambat sekresi asam lambungnya lebih kuat dari Cimetidin
- Dosis
5
Pengobatan  : Sehari 2 kali @ 150 mg
- Efek samping
Nyeri kepala, mual. muntah, reaksi-reaksi kulit.  
b) Famatidin
- Indikasi : Tukak usus duodenun
- Dosis : Pengobatan  : Sehari 2 kali @ 20 mg
- Efek samping : nyeri kepala, mual. muntah, reaksi-reaksi kulit.  
3) Penghambat Pompa Proton
a) Omeprazol
- Indikasi : tukak lambung
- Kontra indikasi: hipersensitif terhadap omeprazol
- Efek samping
Sakit kepala, diare, sakit perut, mual, pusing, masalah kebangkitan dan
kurang tidur, meskipun dalam uji klinis efek ini dengan omeprazol
sebanding dengan yang ditemukan dengan plasebo
b) Lansoprazol
- Indikasi: pengobatan ulkus lambung dan duodenum.
- Kontra indikasi: hipersensitif terhadap lansoprazol
- Efek samping: mulut kering, sulit tidur, mengantuk, kabur penglihatan
ruam
c) Esomeprazol
- Indikasi
Pengobatan duodenum yang disebabkan oleh H. Pylori , mencegah dari
ulkus lambung kronis pada orang yang di NSAID terapi dan
pengobatan ulkus gastrointestinal berhubungan dengan penyakit crohn
- Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap substansi aktif esomeprazol atau benzimidasol
atau komponen lain dari ini
- Efek samping
Sakit kepala, diare, mual, penurunan nafsu makan, konstipasi, mulut
kering, dan sakit perut
d) Pantoprazol
- Indikasi

6
Patoprazole digunakan untuk pengobatan jangka pendek dari erosi dan
ulserasi dari esophagus yang disebabkan oleh penyakit refluks
gastroeshopageal
- Kontraindikasi: hipersensitif terhadap pantoprazoal
- Efek samping
Mual, muntah, gas, sakit perut, diare atau sakit kepala

2. Anti Spasmodika
Anti Spasmodika adalah obat yang digunakan untuk mengurangi  atau melawan kejang -
kejang otot.
a. Obat Anti Spasmodika :
- Atropin Sulfat
- Alkaloida belladona
- Hiosin Butil Bromida
- Papaverin HCl
- Mebeverin HCl
- Propantelin Bromida
- Pramiverin HCl
b. Indikasi
Untuk mengatasi kejang pada saluran cerna yang mungkin disebabkan diare,
gastritis, tukak peptik dan sebagainya
c. Efek samping : menyebakan kantuk dan gangguan yang lain

3. Obat Diare (Obat Sakit Perut)


Anti diare adalah obat yg digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan
oleh bakteri, kuman, virus, cacing, atau keracunan makanan. Gejala diare adalah BAB
berulang kali disertai banyaknya cairanyg keluar kadang-kadang dengan mulas dan
berlendir atau berdarah.
a. Golongan Obat Diare
1) Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare
seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
a) Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,
mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk
7
terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan
ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada
1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.
b) Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler
dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid
sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid
dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik
abdomen (luka di bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek
konstipasi jarang sekali terjadi.
c) Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan
Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran
pencernaan.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E.
coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan
untuk anak-anak maupun dewasa.
d) Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur
filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus
dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik
mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat
ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari
normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.
2) Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat
menghentikan diare dengan beberapa cara:
a) Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk
resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin
(difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna).
b) Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak
(tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.

8
c) Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat
menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri
atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini
adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan
luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu
karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam
bismuth serta alumunium.
b. Obat diare :
1) Akita
- Attapulgit 600 mg, pectin 50 mg.
- Indikasi : Pengobatan simptomatik pada diare yang tidak diketahui
penyebabnya.
- Dosis : Dewasa dan anak > 12 th = 2 tablet setelah diare pertama, 2 tablet
tiap kali diare berikutnya; maksimum 12 tablet sehari; anak 6-12 tahun =
setengah dosis dewasa; maksimum 6 tablet sehari. Kemasan : Dos 10×10
tablet.
2) Andikap
- Attapulgit aktif koloidal 650 mg, pectin 65 mg.
- Indikasi : Simptomatik pada diare non spesifik.
- Dosis : Dewasa dan anak 12 tahun ke atas = 2 kaplet setiap setelah BAB,
maksimal 12 kaplet sehari. Anak 6-12 tahun = 1 kaplet setiap setelah BAB,
maksimal 6 kaplet sehari. Kemasan : Blister 6 kaplet Rp 1.600
3) Anstrep
- Attapulgit 600 mg, pectin 50 mg.
- Indikasi : Pengobatan simptomatik pada diare yang tidak diketahui
penyebabnya.
- Kontraindikasi : Gangguan usus dan konstipasi; hipersensitif.
- Dosis : Dewasa dan anak > 12 th = 2 kaplet setelah defekasi, maksimum 12
kaplet per hari; Anak 6-12 tahun = 1 kaplet setelah defekasi, maksimum 6
kaplet per hari. Kemasan : Dos 10×10 kaplet Rp 23.500.
4) Bekarbon
- Activated charcoal.
- Indikasi : Diare, kembung.

9
- Interaksi obat : Anti dotum oral spesifik. Menurunkan kerja obat ipeka
kuanha dan emetic lain. Dengan beberapa obat oral menimbulkan efek
stimulant.
- Efek samping : Muntah, konstipasi, feses hitam.
- Dosis :Dewasa 3-4 tablet 3x sehari, anak 1-2 tablet 3x sehari. Kemasan :
tablet 250 mg x 750. Harga : Rp 14.300
5) Diaryn
- Bismuth subsalisilat 262 mg.
- Indikasi : Pengobatan diare tidak spesifik yaitu yang tidak berdarah dan
tidak diketahui penyebabnya. Kemasan : Strip 4 tablet. Harga : Rp 1.540.
6) Antrexol
- Isinya : Psidii folium extractum siccum 150 mg, Curcuma domestica
axstactum siccum 50 mg, Piper bettle folium extractum siccum 50 mg,
Cimcifuga racemosa rhizome extractum siccum 25 mg, Areca catechu
extractum siccum 15 mg.
- indikasi : Mengurangi seringnya BAB dan memadatkan tinja pada penderita
diare atau mencret.
- Kontraindikasi : Ibu hamil dan menyusui, penderita yang memiliki kelainan
atau kecenderungan pendarahan, kerusakan saluran empedu atau tukak
lambung kronis, hipersensitif.
- Dosis : Sehari 2x @ 2 kapsul, diare akut : 2x @ 2 kapsul dengan jarak 1
jam. Kemasan : Dos 10×10 kapsul. Harga : Rp 31.000.
7) Oralit
- Indikasi: Mencegah dan menggobati ‘kurang cairan’ ( dehidrasi) akibat
diare/muntaber.
- Kontra Indikasi: Pengemudi kendaraan bermotor dan operator mesin berat
jangan minum obat ini sewaktu menjalan kan tugas.
8) Activated charcoal
- Indikasi: Antidiare, antidotum (adsorben untuk berbagai keracunan obat dan
toksin), antiflatulen.
- Dosis: Dewasa: 3xsehari 3-4 tablet; anak: 3xsehari 1-2 tablet.
- Interaksi: Antidotum oral spesifik. Mengabsorbsi obat yang diberikan
bersamaan sehingga menurunkan efek obat tersebut (kerja obat

10
ipekakuanha dan emetik lain). Dengan beberapa obat oral dapat
menimbulakn efek simultan.
9) Nifudiar
- Nifuroksazid 250 mg
- Indikasi: Diare yang disebabkan E. Coli, Staphylococcus, kolopatis
- Kontraindikasi: Hipersensitif
10) Neo Prodial
- Furazolidon 50 mg
- Indikasi: diare spesifik, enteritis yang disebabkan Salmonela, Shigela,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus faecalis, E. Coli,
- Kontra indikasi: bayi dibawah 3 bulan, hipersensitif

4. Digestan
Digestan adalah obat yang membantu proses pencernaan. Obat ini bermanfaat pada
dafisiensi satu atau lebih zat yang berfungsi mencerna makanan di saluran cerna. Proses
pencernaan makanan di pengaruhi oleh HCL, enzim pencernaan dan empedu.
a. Pepsin
- Dosis : 2-4 mL
- Indikasi: membantu pemecahan protein menjadi proteosa dan pepton. Terapi
tambahan pada akilia gastrika.
b. Pankreatin
- Dosis: 0.3 – 1g/kg BB/Hr
- Indikasi: membantu pencernaan karbohidrat dan protein pada defisiensi
pancreas seperti pada pancreatitis dan pankreaspibrokistik
c. Diastase Papain
- Dosis: 60-300 mg, 120-600 mg.
- Indikasi: membantu pencernaan protein pada dyspepsia kronik dan gastritis.
d. Asam dehidrokolat
- Dosis: 3 kali 250 mg/Hr (tablet)
- Indikasi: merangsang sekresi empedu (volume) tanpa meningkatkan garam dan
pigmen empedu.

5. Obat Pencahar

11
Obat Pencahar adalah obat yang dapat mempercepat gerakan peristaltic usus, sehingga
terjadi defekasi dan digunakan pada konstipasi yaitu keadaan susah buang air besar.
a. Pencahar Rangsang
Merangsang mukosa, saraf intramural atau otot usus sehingga meningkatkan
peristaltic dan sekresi mukosa lambung.
1) Difenilmetan, Fenolftalein
- Indikasi: Konstipasi
- Dosis: 60-100 mg (tablet)
- Efek samping: Elektrolit banyak keluar, urin dan tinja warna merah dan
reksi alergi
2) Antrakinon, Kaskara Sagrada
- Dosis: 2-5 ml (sirup), 100-300 (tablet)
- Efek samping: pigmentasi mukosa kolon
3) Sena
- Dosis: 2-4 ml (sirup), 280 mg (tablet)
- Efek samping: penggunaan lama menyebabkakn kerusakan neuron
mesenteric.
4) Minyak Jarak
Minyak jarak berasal dari biji ricinus cimmunis, suatu trigliserida asam risinoleat
dan asam lemak tidak jenuh. Sebagai pencahar obat ini tidak banyak digunakan lagi.
- Dosis:
Dewasa: 15-50 ml
Anak: 5-15 ml
- Efek samping: Confusin, denyut nadi tidak teratur, kram otot, lelah.
b. Pencahar Garam
Peristaltik usus meningkat disebabkan pengaruh tudak langsung karena daya
osmotiknya.
1) Magnesium Sulfat
- Dosis: 15-30 g (bubuk)
- Efek samping: mual, dehidrasi, dekompesasi ginjal, hipotensi, paralisis
pernapasan.
2) Susu Magnesium
- Dosis: 15-30 ml
3) Magnesium Oksida
12
- Dosis; 2-4 g
c. Pencahar Pembenuik Masa
Obat golongan ini berasal dari alam atau dibuat secara semisintetik. Golongan ini
bekerja dengan mengikat air dan ion dalam lumen kolon.
1) Metilselulosa
- Dosis:
Dewasa: 2-4 kali 1,5 g/hari
Anak: 3-4 kali 500 mg/hari
- Efek samping: obstruksi usus dan esopagus
2) Natriumkarboksi Metilsulosa
- Dosis: 5-6 g (tablet)
3) Agar
- Dosis: 4-16 g
d. Pencahar Emolin
Memudahkan defekasi dengan cara melunakan tinja tanpa merangsang peristaltic
usus, baik langsung maupun tidak langsung.
1) Dioktil kalsium sulfosuksinat
- Dosis: 50-450 mg/hari (kapsul)
- Efek samping: kolik usus
2) Parafin cair
- Dosis: 15-30 ml/hari
- Efek samping: mengganggu absorpsi zat-zat larut lemak, lipid pneumonia,
pruritis ani.
3) Minyak Zaitun
- Dosis: 30 mg

13
C. OBAT OBATAN SALURAN PERKEMIHAN
1. Antiseptik Saluran Kemih
Antiseptik saluran kemih terbatas hanya untuk pengobatan infeksi saluran kemih.
Obat bekerja pada tubulus ginjal dan kandung kemih, sehingga efektif dalam mengurangi
pertumbuhan bakteri. Urinalis dan pembiakan serta tes sensitifitas biasanya dilakukan
sebelum dimulainya terapi obat. Kelompok antiseptik saluran kemih adalah
nitrofurantoin, metenamin, quinolon, dan trimetoprim.

a. Nitrofurantoin
Nitrofurantoin (Furadantin, Macrodantin) pertama kali diresepkan untuk ISK
pada tahun 1953. Nitrofurantoin merupakan bakteriostatik atau bakterisidal, tergantung
dari dosis obat, dan efektif untuk melawan banyak organisme gram positif dan gram
negatif, terutama terhadap E. coli. Obat ini dipakai untuk pengobatan ISK akut dan
kronik. Pada fungsi ginjal yang normal, obat akan cepat dieliminasi karena waktu
paruhnya yang singkat yaitu 20 menit; tetapi obat ini dapat menumpuk pada serum jika
terjadi gangguan saluran kemih. Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap
nitrofurantoin, tetapi pada populasi mutan resisten yang peka terhadap nitrofurantoin
jarang ada. Resistensi klinis muncul secara lambat. Tidak ada restisten silang di antara
nitrofurantoin dan obat antimikroba lain.
Mekanisme kerja nitrofurantoin tidak diketahui, diduga obat ini mengahmabat
sistem enzim bakteria termasuk siklus asam trikarboksilat. Aktivitas nitrofurantoin sangat
diperkuat pada pH 5,5 atau kurang.
b. Metenamin
Metenamin (Mandelamine, Hiprex) menimbulkan efek bakterisidal jika pH urin
kurang d 5,5. Obat ini tersedia dalam bentuk garam mandelat (masa kerja singkat) dan
sebagai garam hipurant. Metenamin efektif dalam melawan organisme gram positif dan
gram negatif, terutama E Coli dan Pseudomonas aeruginosa. Obat ini dipakai untuk
infeksi saluran kemih kronik. Obat ini cepat diabsorpsi melalui saluran gastrointestinal,
dan sekitar 90% dari obat ini diekskresi tanpa mengalami perubahan. Metenamin
membentuk amonia dan formaldehida dalam urin yang asam; oleh karena itu, urin perlu

14
diasamkan untuk menghasilkan efek bakterisidal. Sari buah cranberry (beberapa gelas
ukuran delapan ounce perhari), asam askorbat, dan amonium klorida dapat diapakai untuk
menurunkan pH urin.
c. Quinolon
Quinolon merupakan salah satu dan kelompok antiseptik saluran kemih terbaru
dan efektif dalam melawan ISK bagian bawah. Asam nalidiksat (NegGram)
dikembangkan pada tahun 1964, dan sinoksasin (Cinobac), norfloksasin (Noroxin), dan
siprofloksasin hidroklorida (Cipro) dipasarkan pada tahun 1980an. Quinolon terbaru
(sinoksasin, norfioksasin, dan siprofloksasin) efektif dalam melawan banyak macam ISK.
Dosis obat harus diturunkan jika terdapat disfungsi ginjal. Waktu paruh dari obat-obat
iniadalah 2-4 jam tetapi menjadi lebih lama jika terdapat disfungsi ginjal.
d. Trimetoprim
Trimetoprim (Proloprim, Trimpex) dapat dipakai tersendiri untuk pengobatan
ISK atau dalam kombinasi dengan sulfonamid, sulfametoksazol (preparat kombinasi mi
secara generik dikenal sebagai ko-trimoksazol), untuk mencegah terjadinya organisme
yang resisten terhadap trimetoprim. Obat ini menghasilkan efek bakterisidal dengan masa
kerja lambat untuk melawan hampir semua organisme gram positif dan gram negatif.
Trimetoprim dipakai untuk pengobatan dan pencegahan ISK akut dan kronik. Jumlah
trimetropim dalam cairan prostat adalah kira-kira dua sampai tiga kali lebih besar dari
jumlahnya dalam cairan vaskular. Dalam keadaan normal waktu paruh dari trimetoprim
adalah 9-11 jam; waktu paruhrya akan lebih panjang jika terdapat disfungsi ginjal.
1.  ANALGESIK SALURAN KEMIH
Fenazopiridin hidroklorida (Pyridium), suatu analgesik zat warna azo, merupakan
suatu analgesik saluran kemih yang telah dipakai sejak 40 tahun yang lalu. Obat ini dipakai
untuk meredakan nveri, rasa terbakar, dan sering berkemih serta rasa dorongan berkemih
yang merupakan gejala dan ISK bagian bawah. Obat ini dapat menimbulkan gangguan
gastrointestinal, anemia hemolitik, nefrotoksisitas, dan hepatotoksisitas. Urin akan berubah
warna menjadi jingga kemerahan akibat zat warna, tetapi hal ini tidak membahayakan.
Fenazopiridin dapat mengubah pemeriksaan glukosa urin (Clinitest), sehingga pemeriksaan
darah perlu dilakukan untuk memantau kadar gula.
15
a. Farmakokinetik
Fenazopiridin diabsorpsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal.
Persentase pengikatan pada protein dan waktu paruhnya tidak diketahui.
Fenazopiridin dimetabolisme oleh hati dan diekskresikan ke dalam urin, yang
berwarna jingga kemerahan akibat zat warna dalam obat yang tidak berbahaya.
b. Farmakodinamik
Fenazopiridin telah tersedia sejak beberapa dasawarsa yang lalu untuk
mengurangi nyeri dan rasa tidak enak sewaktu berkemih. Obat ini mempunyai efek
anestetik pada selaput lendir saluran kemih; tetapi cara kerja pastinya tidak
diketahui. Waktu untuk mencapai konsentrasi dalam serum untuk obat ini adalah 5
jam, dan lama kerjanya adalah 6-8 jam. Fenazopiridin biasanya diberikan beberapa
kali dalam sehari. Pada penyakit hati atau ginjal yang berat, hepatotoksisitas atau
nefrotoksisitas, berturut-turut, dapat terjadi.
c. Indikasi
Obat ini digunakan untuk mengurangi nyeri, rasa terbakar, urigensi dan
frekuensi kencing yang berlebihan yang erat kaitannya dengan iritasi saluran kemih.
Gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh infeksi (sistitis), trauma, pembedahan,
endoskpi serta kateterisasi. Obat ini sebaiknya dihentikan apabila nyeri sudah
terkontrol atau tidak boleh dilanjutkan setelah 48 jam pemakaian karena tidak ada
bukti bahwa kombinasi obat ini dengan antibiotika lebih bermanfaat dibandingkan
dengan pemberian obat ini secara tunggal.
d. Efek Samping
Efek samping yang paling sering adalah gangguan saluran cerna dan
pusing. Obat ini membentuk warna urin menjadi oranye atau merah. Dan ada pada
beberapa kasus anemia hemoitik, gangguan ginjal dan hati yang timbul, terutama
pada pemberian dosis takar lajak.
2. PERANGSANG SALURAN KEMIH
Jika fungsi kandung kemih menurun atau hilang akibat kandung kemih neurogenik
(suatu disfungsi akibat lesi pada sistem saraf) akibat cedera medula spinalis (paraplegia,
hemiplegia) atau cedera kepala yang berat, maka dapat dipakai parasimpatomimetik untuk
16
merangsang miksi (berkemih). Obat pilihannya, yaitu betanekol klorida (Urecholine),
merupakan suatu perangsang saluran kemih, juga dikenal sebagai parasimpatomimetik yang
bekerja langsung (kolinomimetik), dan obat ini bekerja dengan meningkatkan tonus kandung
kemih.
3. ANTISPASMODIK SALURAN KEMIH
Spasme saluran kemih akibat infeksi atau cedera dapat diredakan dengan
antispasmodik yang bekerja langsung pada otot polos dari saluran kemih. Kelompok obat-
obat ini (dimetil sulfoksida juga dikenal dengan DMSOI, oksibutinin, dan flavoksat)
merupakan kontraindikasi jika terdapat obstruksi saluran kemih atau gastrointestinal, atau
jika orang tersebut menderita glaukoma. Antispasmodik mempunyai efek yang sama dengan
antimuskarinik, parasimpatolitik, dan antikolinergik. Efek sampingnya meliputi mulut kering,
peningkatan denyut jantung, pusing, distensi usus halus, dan konstipasi.
4. DIURETIK
Diuretika adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air dan
natrium klorida. Secara normal, rearbsorbsi garam dan air dikendalikan masing-masing oleh
aldosteron dan vasopresin (hormon antidiuretik, ADH). Sebagian besar diuretik bekerja
dengan menurunkan rearbsobsi oleh tubulus (atas). Ekskresi elektrolit yang meningkat diikuti
oleh peningkatan ekskresi air, yang penting untuk mempertahankan keseimbangan osmotik.
Diuretik digunakan untuk mengurangi edema pada gagal jantung kongestif, beberapa
penyakit ginjal, dan sirosis hepatis. Beberapa diuretik, terutama tizaid secara luas digunakan
pada terapi hipertensi, namun kerja hipotensif jangka panjangnya tidak hanya berhubungan
dengan sifat diuretiknya.
Tizaid dan senyawa yang berkaitan bersifat aman, aktif secara oral, namun
merupakan diuretik yang relatif lemah. Obat yang lebih efektif adalah high celling atau
diuretik loop. Obat ini mempunyai awitan yang sangat cepat dan durasi kerja yang cukup
pendek. Obat ini sangat kuat dan bisa menyebabkan ketidakseimbanangan elektrolit serta
dehidrasi yang seruis. Metolazon merupakan obat yang berkaitan dengan tizaid dan
aktivitasnya berada diantara diuretik loop dan tizaid. Metolazon mempunyai efek sinergis
yang kuat dengan furosemid dan kombinasi tersebut bisa efektif pada edema yang resisten

17
dan pada pasien dengan gagal ginjal yang seruis. Tizaid dan diuretik loop meningkatkan
ekskresi kalium, dan mungkin dibutuhkan suplemen kalium untuk mecegah hipokalemia.
Beberapa diuretik bersifat ‘hemat kalium’. Duiretik ini lemah bila digunakan
tersendiri, namum menyebabkan retensi kalium dan sering diberikan bersama tizaid atau
diuretik loop untuk mencegah hipokalemia.
a. Tizaid
Tizaid terbentuk dari inhibitor karbonat anhidrase. Akan tetapi aktivitas
diuretik obat ini tidak berhubungan dengan efeknya pada obat tersebut. Tizaid
digunakan secara luas pada terapi gagal jantung ringan dan hipertensi, dimana telah
terbukti bahwa obat tersebut menurukan insidensi stroke. Terdapar banyak macam
tizaid, namun satu-satunya perbedaan utama adalah durasi kerjanya. Yang paling
banyak digunakan adalah bendroflumetiazid.
1) Mekanisme Kerja
Tizaid bekerja terutama pada segmen awal tubulus distal, dimana tizaid
menghambat rearbsorbsi NaCl dengan terikat pada sinporter yang berperan
untuk kontraspor Na+/Cl- elektronetral. Terjadi peningkatan eksresi Cl-, Na+ dan
disertai H2O. Beban Na yang meningkat dalam tubulus distal menstimulasi
pertukaran Na+ dengan K+ dan H+, meningkatkan sekresinya dan hipokalemia
dan alkalosis metabolik.
2) Efek Simpang
Efek simpang termasuk kelemahan, impotensi dan kadang-kadang ruam
kulit. Reaksi alergi yang serius (misalnya trombositopenia) jarang terjadi. Yang
lebih sering terjadi adalah efek metabolik seperti berikut :
a) Hipokalemia bisa mempresitipasi aritmia jantung, terutama pada pasien yang
mendapat digitalis. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian suplemen
kalium bila dibutuhkan, atau terapi kombinasi dengan diuretik hemat kalium.
b) Kadar asam urat dalam darah sering kali meningkat karena tizaid disekresi
oleh sistem sekresi  asam organik dalam tubulus dan berkompetisi untuk
sekresi asam urat. Keadaan in dapar mempresitipasi gout.

18
c) Toleransi glukosa bisa terhanggu dan tizaid adalah kontraindikasi pada
pasien diabetes tidak tergantung insulin.
d) Lipid. Tizaid meningkatkan kadar kolesterol plasma paling tidak selama 6
bulan pertama pemberian obat, tetapi signifikansinya tidak jelas.

b. Diuretik Loop
Diuretik loop (biasanya furosemid) diberikan secara oral dan digunakan
untuk mengurangi edema perifer dan edema paru pada gagal jantung sedang sampai
berat. Obat ini diberikan secara intravena pada pasien dengan edema paru akibat
gagal ventrikel akut. Tidak seperti tizaid, diuretik loop efektif pada pasien dengan
penurunan fungsi ginjal.
1) Mekanisme Kerja
Obat yang bekerja di loop menghambat rearbsorbsi NaCl dalam ansa
Henle asendens segmen tebal. Segmen ini mempunyai kapasitas yang besar
untuk merearbsorsi NaCl sehingga obat yang bekerja pada tempat ini
menyebabkan diuresis yang lebih hebat daripada duiretik lain. Diuretik loop
bekerja pada membran lumen dengan cara menghambat kontraspor Na +/K+/2Cl-.
(Na+ secara aktif ditranspor keluar sel ke dalam intertisium oleh pompa yang
tergantung pada Na+/K+ -ATPase di membran basolateral). Spesifisitas diuretik
loop disebabkan oleh konsentrasi lokalnya yang tinggi dalam tubulus ginjal.
Akan tetapi, pada dosis tinggi obat ini bisa menginduksi perubahan komposisi
elektrolik dalam endolimfe dan menyebabkan ketulian.
2) Efek Simpang
Obat ini bekerja di loop dan dapat menyebabkan hiponatremia,
hipotensi, hipovolemia, dan hipokalemia. Kehilangan kaliun seperti dengan
pemberian tizaid, secara klinis seringkali tidak penting kecuali bila terdapat
faktor resiko tambahan untuk aritmia (misalnya terapi dengan digoksin).
Ekskresi kalium dan magnesium meningkat dan dapat terjadi hipomagnesemia.
Penggunaan diuretik loop yang berlebihan (dosis tinggi, pemberian secara
intravena) bisa menyebabkan ketulian yang tidak dapat pulih kembali.
19
c. Diuretik Hemat Kalium
Diuterik ini bekerja pada segmen yang berespon terhadap aldosteron pada
nefron distal, dimana homeostatis K+ dikendalikan. Aldosteron menstimulasi
rearbsorbsi Na+ dengan mengantagonis aldosteron (spironolakton) atau memblok
kanal Na+ (amilorid, triamteren). Hal ini menyebabkan potensial listrik epitel tubulus
menurun, sehingga gaya untuk sekresi K+ berkurang. Obat ini dapat menyebabkan
hiperkalemia berat, terutama pada pasien dengan gangguan ginjal. Hiperkalemia
juga mungkin terjadi bila pasien mengkonsumsi inhibitor ACE (misalnya kaptopril),
karena obat ini menurunkan sekresi aldosteron (dan selanjutnya ekskresi K +).
Sprinolakton secara kompetitif memblok ikatan aldosteron pada reseptor sitoplasma
sehingga meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan menurunkan sekresi K+ yang
‘diperkuat oleh listrik’. Sprinolakton merupakan diuretik lemah, karena hanya 2%
dari rearbsorbsi Na+ total yang berada dibawah kendali aldosteron. Sprinolakton
digunakan terutama pada penyakit hati dengan asites, sindrom Conn,
(hiperaldosteronisme primer) dan gagal jantung berat.
Amilorid dan triamteren menurunkan preamibilitas membran lumen
terhadap Na+ pada distal nefron dengan mengisi kanal Na+ dan menghambatnya
dengan perbandingan 1:1. Hal ini meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan
menurunkan ekskresi K+.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat-obatan yang masuk pada sistem pencernaan maupun perkemihan manusia
tentunya memiliki reaksi yang bermacam-macam tergantung dari jenis obat dan bahan
kimia yang terkandung dalam setiap obat tersebut.

B. Saran
Agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat terhadap pasien, kita harus
benar-benat tahu jenis-jenis obat, indikasi dan kegunaan obat adalah hal-hal penting yang
harus diketahui oleh paramedis dalam sistem pencernaan dan perkemihan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Stamm WE. An Epidemic of Urinary Tract Infections? N Engl J Med 2001; 345: 1055-1057.
Jawetz E. Sulfonamid dan trimetoprim. In: Katzung BG (Ed): Farmakologi dasar dan
klinik. Jakarta, EGC.2002.
https://www.academia.edu/8425441/Obat_Sistem_Pencernaan dikutip pada tanggal 01 April
2020.
http://vickyaldion.blogspot.com/2015/06/makalah-farmakologi-pd-sistem-perkemihan.html
dikutip pada tanggal 01 April 2020.

22

Anda mungkin juga menyukai