Disusun oleh :
JURUSAN FARMASI
2015
A. Kasus
Tn NN, umur 60 tahun mengeluh perih lambung bagian atas, kembung, pegal,
dan pusing. Tn NN memiliki riwayat penyakit maag.Tn NN tidak memiliki riwayat
alergi dan memiliki gaya hidup makan telat, makan-makanan pedas, dan merokok.
Riwayat penggunaan obat 1 bulan terakhir Tn NN adalah mylanta.
B. Dasar Teori
1. Patofisiologi
Dispepsia adalah kondisi fisik umum yang berkaitan dengan gejala
perut atas yang kompleks termasuk nyeri atau tidak enak pada perut bagian
tengah atas, rasa penuh di perut, cepat kenyang, perut begah dan kembung,
sendawa, dan mual. Prevalensi dyspepsia secara umum tidak diketahui, tetapi
diperkirakan 25-40% kejadian dyspepsia tiap tahun terjadi pada orang dewasa.
(Ringel Y., UNC Division of Gastroenterology and Hepatology).
Merokok merupakan salah satu pencetus terjadinya dyspepsia.
Asap rokok menyebabkan kerusakan sebagian mukosa lambung. Rokok juga
dapat menyebabkan penurunan tekanan springter esofagus bagian bawah
sehingga menyebabkan refluks gastroesofagus dan mengganggu pengosongan
lambung (Moore, 1997).
Gangguan saluran pencernaan dapat disebabkan karena
merokok, penurunan tekanan springter esofagus bawah, stress emosional,
makanan yang memicu sekresi asam lambung berlebih seperti kopi, alergi,
sensitive terhadap merica, cabe, jahe, dan rempah lain. Factor yang lain adalah
kebiasaan makan sambil bicara atau gigi yang tanggal sehingga udara tertelan
ketika makan menyebabkan kembung dan rasa penuh di perut.
Gangguan psikis (ansietas/depresi) dipercaya dapat
menimbulkan sindrom dyspepsia karena dapat meningkatkan sekresi asam
lambung, desmotilitas saluran cerna, inflamasi, hipersensitif viseral (long
Streth GF, 2004).
Berdasarkan penelitian Mei-ling dkk (2015), dispepsia memiliki
hubungan yang kuat dengan sakit kepala, prevalensi yang tinggi dari sakit
kepala telah dilaporkan pada orang dewasa yang mengeluh gejala
gastrointestinal seperti reflux disease, diare, konstipasi dan mual. Mekanisme
patofisiologis yang menjelaskan hubungan antara sakit kepala dan dispepsia,
yaitu terjadinya ketidaknormalan fungsi vagal dan mechanosensory visceral
serta keberadaan neuropeptida. Calcitonin gene-related peptide (CGRP)
merupakan neurotransmitter penting yang menghambat syaraf sensorik dan
memiliki peran pada syaraf aferen viseral di jalur gastrointestinal, yang mana
dapat menyebabkan gejala dispepsia fungsional.
2. Guidline Terapi
Pemilihan obat yang digunakan dalam satu golongan PPI didasarkan pada keamanan
terhadap liver pasien dan sediaan yang beredar di Indonesia. PPI oral yang beredar di
Indonesia adalah omeprazol, lansoprazol dan esomeprazol, namun yang tersedia dalam
bentuk generik hanya lansoprazol dan omeprazol. Dosis yang digunakan lansopazol adalah
15 mg per hari. Lansoprazol lebih aman bagi liver karena tidak memiliki efek hepatotoksik
terhadap liver seperti omeprazol ( Sweetman,2009).
Lansoprazol dalam keadaan asam akan berubah menjadi dua molekul selektif yang
akan bereaksi pada gugus sulfahidril pada H+/K+ATPase yang berperan mentransfer ion H+
keluar dari sel parietal (Neal, 2006). Tn. NN mengalami dispepsia non ulkus. Terapi yang
disarankan adalah Lansoprazole 15 mg/hari.
Hal yang
Nama Obat Jadwal Minum Jumlah Manfaat
diperhatikan
Penekan asam
Kapsul tidak boleh
Pagi 1 jam 1 kapsul 15 lambung (Lacy
Lansoprazole dibuka dan digerus
sebelum makan mg C. F., dkk.,
granulnya
2010)
e. KIE
Monitoring Target
Obat
Keberhasilan ESO Keberhasilan
Nyeri Perut bagian
Lansoprazole Nyeri Perut Diare atau Konstipasi atas dan kembung
tidak kembali lagi
Pertanyaan Diskusi
1. Apa yang terapi yang diberikan oleh Apoteker kepada pasien dispepsia non ulcer
ketika pasien tersebut belum melakukan uji H.pylori?
2. Mengapa digunakan terapi PPI pada pasien tersebut dengan indikasi dispepsia non
ulcer? Dapatkah dihentikan penggunaan obat ketika pasien sudah merasa sembuh?
(saran terapi yaitu 1 bulan)
3. Apa alasan dipilih obat lansoprazol dalam golongan PPI?
Jawaban Diskusi
1. Tes H. Pylori dilakukan dengan melihat keberadaan faktor risiko serius dispepsia,
seperti umur diatas 50 tahun, disfagia, muntah berkepanjangan, anoreksia, anemia,
penurunan berat badan, dan feses berdarah (Bazaldua OV dan Schneider FD, 1999).
Pada pasien yang kami berikan swamedikasi, kehadiran faktor risiko hanya umur
lebih dari 50 tahun, namun untuk gejala dispepsia masih ringan. Oleh karena itu, tidak
perlu dilakukan tes H.pylori, dan pasien langsung diberikan terapi anti sekretori
seperti yang disarankan, yaitu lansoprazol 15 mg, 1 kali sehari. Apabila respon
pengobatan baik, maka pengobatan dilanjutkan, dan bila respon pengobatan buruk
dapat dilakukan pemeriksaan endoskopi atau terapi eradikasi untuk H.pylori.
2. Terapi dispepsia non ulkus terbukti lebih baik dengan PPI pada penelitian case control
dibandingkan dengan plasebo dan H2RA (. Secara umum, H2-RA memiliki onset aksi
yang cepat, kurang dari 1 jam, sedangkan PPI memiliki onset yang relatif lama,
namun PPI memberikan penekanan asam lambung lebih lama dan kuat sehingga
masa penyembuhan lebih cepat (PPI 4 minggu, H2RA 6-8 minggu) ( Bernardi dan
Dipiro, 2008).
3. Thomson (2000) menjelaskan bahwa omeprazol lebih baik dalam mengurangi gejala
dispepsia, dan lebih baik pula dibandingkan antasid dan H2RA, dosis omeprazol 10
mg sebanding dengan penggunaan lansoprazol 15 mg dalam menghilangkan gejala
dispepsia.
Pemilihan obat yang digunakan dalam satu golongan PPI didasarkan pada
keamanan terhadap liver pasien dan sediaan yang beredar di Indonesia. PPI oral yang
beredar di Indonesia adalah omeprazol, lansoprazol dan esomeprazol, namun yang
tersedia dalam bentuk generik hanya lansoprazol dan omeprazol. Dosis yang
digunakan lansopazol adalah 15 mg per hari. Lansoprazol lebih aman bagi liver
karena tidak memiliki efek hepatotoksik terhadap liver seperti omeprazol (
Sweetman,2009). Berhubung pasien kami merupakan pasien dengan usia diatas 50
tahun, maka diberikan lansoprazol untuk menghindari kerusakan liver pasien.
E. Kesimpulan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Usia : 60 tahun
BB/TB :
Riwayat Pengobatan
Mylanta (Antasida)
DATA LABORATURIUM
TERAPI
MONITORING
Nilai Jadwal
No Parameter 1 2 3 4 5
Normal Pemantauan
1
2
3
4
5
6
INFORMASI