Anda di halaman 1dari 7

JURNAL 6 Efficacy of omeprazole, famotidine, mosapride and teprenone in patients with

upper gastrointestinal symptoms: an omeprazole-controlled randomized study (J-FOCUS)


Penulis : Kouichi Sakurai, Akihito Nagahara, Kazuhiko Inoue, Junichi Akiyama, Katsuhiro
Mabe, Junichi Suzuki, Yasuki Habu, Akihiro Araki, Tsuyoshi Suzuki, Katsuaki
Satoh, Haruhiko Nagami, Ryosaku Harada, Nobuo Tano, Masayasu Kusaka,
Yasuhiko Fujioka, Toshikatsu Fujimura, Nobuyuki Shigeto, Tsuneyo Oumi, Jun
Miwa, Hiroto Miwa, Kazuma Fujimoto, Yoshikazu Kinoshita and Ken Haruma
Tahun : 2012
Judul : Efficacy of omeprazole, famotidine, mosapride and tepreone in patients with upper
gastrointestinal symptoms: an omeprazole-controlled randomized study (J-FOCUS)
Jurnal : BioMed Central Gastroenterology
DOI :-
Halaman : 1-12
1. SINTA untuk jurnal nasional / Scimago Journal and Country Rank untuk jurnal
internasional
Scimago Journal and Country Rank : Jurnal ada di Scimago dengan H-Index 86 dengan
tingkat Q2 untuk Gastroenterology dan tingkat Q2 untuk Medicine (miscellaneous)
2. Gambaran Umum
A. Latar Belakang
Gejala saluran pencernaan bagian atas (GI) adalah hal yang umum terjadi di Jepang dan
prevalensinya mungkin meningkat. Dalam sebuah survei besar berbasis populasi
Internasional terhadap 500 partisipan Jepang, 26% pernah mengalami gejala saluran cerna
bagian atas dalam 3 bulan sebelumnya dan mengalami penurunan kualitas hidup. Demikian
pula, dalam sebuah survei terhadap 231 karyawan Jepang, 20% melaporkan sering
mengalami gejala GI bagian atas dalam 3 bulan sebelumnya. Meskipun, prevalensi nyeri
ulu hati dan/atau regurgitasi 2 hari per minggu (sekitar 7%) lebih rendah di Jepang,
dibandingkan dengan populasi di negara Barat, namun prevalensi ini terus meningkat.
Infeksi Helicobater pylori adalah penyebab umum penyakit tukak lambung dan mungkin
menjadi penyebab gejala saluran cerna bagian atas. Oleh karena itu, strategi “tes dan
pengobatan” H. pylori adalah yang utama untuk mengelola pasien dengan gejala GI bagian
atas yang belum diteliti. Penyebab lain dari gejala GI bagian atas adalah GERD. Adanya
gejala saluran cerna bagian atas tanpa adanya GERD atau temuan organik pada endoskopi
disebut sebagai dyspepsia fungsional. Klasifikasi Roma III untuk gangguan saluran cerna
fungsional mencantumkan gejala-gejala kepenuhan setelah makan, rasa kenyang lebih
awal, nyeri epigastrium, dan rasa terbakar pada epigastrium sebagai kriteria diagnostic
untuk dyspepsia fungsional, jika tidak ada buktu adanya penyakit strukturan yang dapat
menjelaskan gejala-gejala tersebut. Kembung, mual setelah makan dan bersendawa yang
berlebihan juga dapat mendukung diagnosis dyspepsia fungsional. Sebaliknya, gejala
utama mulas dan atau regurgitasi tidak termasuk dalam kriteria dyspepsia dan sebagai
gantinya dimasukkan dalam kriteria diagnostik untuk GERD, dengan atau tanpa refluks
esofagitis. Namun, pasien dengan penyakit/gangguan saluran cerna bagian atas sering kali
muncul dengan berbagai gejala, dan gejala yang berhubungan dengan GERD dan
dyspepsia sering kali muncul bersamaan pada pasien yang sama.
Supresi asam dengan penghambat pompa proton (PPI) efektif dalam meredakan nyeri ulu
hati dan regurgitasi, dan pedoman American College of Gastroenterology
merekomendasikan PPI sebagai terapi utama untuk GERD. PPI juga direkomendasikan
sebagai farmakoterapi lini pertama untuk penanganan dyspepsia, dan lebih efektif
dibandingkan antagonis reseptor histamin H 2-reseptor atau antagonis reseptor agen
prokinetik dalam pengobatan gejala saluran cerna bagian atas pada pasien dyspepsia
negatif H. pylori-negatif. Namun, terdapat kebutuhan akan panduan manajemen terkini
untuk GERD (dengan dan tanpa refluks esofagitis) dan dyspepsia di Jepang.
Studi tentang kemajuan PPI untuk gejala saluran cerna bagian atas masih kurang untuk
populasi Jepang, yang memiliki pravelansi nyeri ulu hati dan regurgitasi yang lebih rendah
daripada populasi barat. Oleh karena itu, dalam upaya untuk memperbaiki situasi ini,
dilakukan penelitian terhadap empat obat saluran cerna, yaitu dengan studi acak terkontrol
omeprazole pada pasien Jepang dengan gejala saluran cerna bagian atas (J-FOCUS).
Penelitian ini melibatkan pasien yang tidak diperiksa secara endoskopi, pasien H. pylori-
negatif dengan gejala saluran cerna bagian atas. Tujuan dari J-FOCUS adalah untuk
membandingkan keberhasilan gejala PPI omeprazole dengan tiga obat saluran cerna
lainnya dengan cara kerja yang berbeda: antagonis reseptor histamin H 2-reseptor
famotidine, agen prokinetic mosapride, dan agen pelindung mukosa teprenone.
B. Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk membandingkan efikasi penggunaan omeprazole,
famotidine, mosapride dan teprenone pada pasien dengan gejala saluran cerna bagian atas.
C. Metode
Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian acak, multisenter, kelompok paralel,
label terbuka. Penelitian dilakukan di Jepang antara Februari 2007 dan Juni 2008. J-
FOCUS dilakukan di 162 pusat kesehatan di Jepang. Penelitian ini melibatkan pasien yang
mengunjungi rumah sakit yang datang karena memiliki gejala GI. Pasien yang berusia ≥ 20
tahun memenuhi syarat untuk diikutsertakan jika mengalami episode kronis atau berulang
setidaknya satu dari delapan gejala GI bagian atas yang spesifik (nyeri epigastrium, mulas,
nyeri ulu hati, regurgitasi, rasa kenyang/penuh setelah makan, mual/muntah, bersendawa,
rasa kenyang lebih awal dan atau/ kembung), dengan satu atau lebih dari gejala-gejala
tersebut memiliki tingkat keparahan yang paling tidak moderat (skor gejala keseluruhan
global [GOS] ≥ 4 ) pada minggu sebelumnya. Semua pasien menjalani tes antibodi urin
(Rapirun H. pylori Antibody Detection Kit, Otsuka Pharmaceutical Co., Ltd., Tokyo,
Japan). Tes ini dilaporkan menunjukkan sensitivitas yang tinggi (100%) dan akurasi
(95.2%) untuk diagnosis infeksi H. pylori dibandingkan dengan tes berbasis biopsi.
Pasien tidak diikutsertakan yaitu pasien yang pernah menjalani eradikasi (pembasmian
bakteri) H. pylori karena hal ini dapat menyebabkan kesalahan dalam pengujian antibody;
pasien yang menjalani endoskopi dalam 3 bulan terakhir; memiliki gejala-gejala yang
mengkhawatirkan (seperti muntah, perdarahan saluran cerna atau penurunan berat badan
akut) yang memerlukan endoskopi; pasien yang membutuhkan endoskopi segera; memiliki
lesi ganas yang telah dikonfirmasi atau diduga ganas; pernah menjalani reseksi atau
vagotomy saluran cerna sebelumnya; menderita sindrom iritasi usus atau penyakit penyerta
lainnya (termasuk penyakit hati, ginjal, atau jantung); menderita penyakit mental yang
parah; mungkin sedang hamil atau menyusui; atau dinilai tidak memenuhi syarat untuk
mengikuti studi oleh peneliti.
PPI, H2-reseptor antagonis, agen prokinetic, agen pelindung mukosa lambung,
antikolinergik, antidepresan, ansiolitik, steroid (selain steroid topical), obat antiinflamasi
nonsteroid, aspirin atau bifosfonat dihentikan paling tidak 1 minggu sebelum masuk studi
dan tidak diperbolehkan ikut selama penelitian.
Pasien yang memenuhi syarat ditugaskan secara acak 2:2:2:1, menggunakan daftar
pengacakan yang dibuat oleh komputer yang dikelola oleh koordinator penelitian klinis di
setiap pusat penelitian. Pasien dialokasikan dengan menggunakan metode untuk menerima
omeprazole (10 mg sekali sehari), famotidine (10 mg dua kali sehari), mosapride (5 mg
tiga kali sehari) atau teprenone (50 mg tiga kali sehari) selama 4 minggu. Semua obat
diresepkan secara rutin dan diberikan secara oral. Pasien mengunjungi klinik pada saat
masuk penelitian dan pada 4 minggu setelah dimulainya pengobatan, dan menyelesaiakan
penilaian GOS.
Hasil akhir utamanya adalah proporsi pasien dengan gejala keseluruhan yang cukup
mereda setelah 4 minggu pengobatan, yang didefiniskan sebagai, paling tidak, keparahan
gejala minimal (GOS ≤ 2) untuk semua gejala pada GOS. GOS mengukur tingkat
keparahan delapan gejala spesifik (nyeri epigastrium, mulas, nyeri ulu hati, regurgitasi,
rasa kenyang/penuh setelah makan, mual/muntah, bersendawa, rasa kenyang lebih awal
dan atau/ kembung) dengan skala Likert 7 poin.
Gejala saluran cerna bagian atas diklasifikasikan ke dalam salah satu dari 3 kategori
berikut: (1) gejala GERD, jika gejala dengan skor GOS tertinggi adalah nyeri ulu hati atau
regurgitasi; (2) gejala dyspepsia, jika gejala dengan skor GOS tertinggi adalah nyeri
epigastrium, rasa kenyang setelah makan, atau rasa kenyang lebih cepat; (3) dan gejala
saluran cerna bagian atas lainnya, jika gejala dengan skor GOS tertinggi adalah mual,
muntah, bersendawa, atau kembung. Koeksistensi adalah adanya gejala lebih dari satu
kategori gejala dengan skor ≥ 4 .
D. Hasil
Secara keseluruhan, dari 533 pasien dengan gejala saluran cerna bagian atas yang di
skrining, 62 diantaranya tidak diikutsertakan (H. pylori positif, n=60; GOS ≤ 3, n=1;
kuesioner yang tidak lengkap, n=1) dan 17 tidak dapat ditindaklanjuti setelah dilakukan
pengacakan.
Proporsi pasien dengan gejala yang cukup mereda secara keseluruhan setelah 4 minggu
pengobatan secara signifikan lebih tinggi pada kelompok omeprazole dibandingkan dengan
kelompok pengobatan lainnya. Secara keseluruhan, 66.9% pasien dalam kelompok
omeprazole melaporkan adanya gejala yang cukup setelah keseluruhan setelah 4 minggu
pengobatan, dibandingkan degan 41.0%, 36.3% dan 32,3% pada kelompok famotidine,
mosapride, dan teprenone, masing-masing.
Proporsi pasien dengan perburukan gejala setelah 4 minggu pengobatan adalah yang
tertinggi pada kelompok teprenone dan terendah pada kelompok omeprazole: 1.5% pasien
pada kelompok omeprazol melaporkan perburukan gejala setelah 4 minggu pengobatan,
dibandingkan dengan 4.9% pada kelompok famotidine, 6.2% pada kelompok mosapride,
dan 10.8% pada kelompok teprenone.
Kepatuhan dinilai sebagai proporsi pasien yang meminum setidaknya 75% dari dosis
mereka selama masa pengobatan. Tingkat kepatuhan masing-masing adalah 96%, 91%,
84% dan 89% pada kelompok omeprazole, famotidine, mosapride dan teprenone.
Hasil dari J-FOCUS, sebuah studi acak, label terbuka menunjukkan bawah omeprazole
(10 mg sekali sehari) secara signifikan lebih efektif daripada famotidine (10 mg dua kali
sehari), mosapride (5 mg tiga kali sehari), teprenone (50 mg tiga kali sehari) untuk sembuh
total dari gejala saluran cerna atas setelah 4 minggu pengobatan pada pasien yang tidak
diperiksa secara endoskopu dan H. pylori negatif.
E. Kesimpulan
Efikasi dan keamanan omeprazole yang baik dalam meredakan gejala saluran cerna
bagian atas mendukung penggunaan sebagai pengobatan lini pertama pada kelompok
pasien di Jepang. Pasien yang tidak menunjukkan perbaikan gejala meskipun setelah
menggunakan PPI, dan yang memiliki gejala mengkhawatirkan (seperti muntah,
perdarahan saluran cerna, penurunan berat badan akut) harus mendapatkan permeriksaan
lebih lanjut, termasuk rujukan untuk endoskopi.
3. Analisis PICO

No. Kriteria Pembenaran (Critical Thinking)

1. P Penelitian ini melibatkan pasien yang mengunjungi klinik atau rumah sakit yang
(Patient/Problem) berpartisipasi karena gejala GI. Populasi awal terdiri dari 533 pasien dengan gejala saluran
cerna bagian atas yang berhasil diskrining, 62 diantaranya tidak diikutsertakan dan 17 tidak
dapat ditindak lanjuti setelah dilakukan pengacakan. Sehingga didapatkan 471 pasien
dimasukkan dalam analisis niat untuk mengobati dan 454 pasien dimasukkan dalam set
analisis lengkap, dengan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut:
Kriteria inklusi :
 Pasien berusia ≥ 20 tahun
 Mengalami episode kronis atau berulang setidaknya satu dari delapan gejala gi bagian
atas yang spesifik (nyeri epigastrium, nyeri ulu hati, regurgitasi, rasa kenyang pasca
prandial, mual/muntah, bersendawa, rasa kenyang lebih awal dan/atau kembung)
 Satu atau lebih dari gejala-gejala tersebut memiliki tingkat keparahan minimal pada
tingkat moderat (skor gejala keseluruhan global [GOS] ≥ 4) pada minggu
sebelumnya.
Kriteria ekslusi :
 Pasien dengan H. Pylori positif
 Pasien dengan riwayat yang pernah menjalani eradikasi H. Pylori
 Pasien yang telah menjalani endoskopi dalam 3 bulan terakhir
 Pasien dengan gejala-gejala yang mengkhawatirkan (seperti muntah, perdarahan
saluran cerna atau penurunan berat badan akut) yang memerlukan endoskopi
 Pasien yang memiliki lesi ganas yang telah dikonfirmasi atau diduga ganas
 Pernah menjalani reseksi atau vagotomi saluran cerna sebelumnya
 Pasien penderita sindrom iritasi usus atau penyakit penyerta lainnya (termasuk
penyakit hati, ginjal, atau jantung)
 Pasien penderita penyakit mental yang parah
 Pasien yang sedang hamil atau masa menyusui
 Pasien yang dinilai tidak memenuhi syarat untuk mengikuti studi oleh peneliti

2. I (Intervention) Pasien secara acak dikelompokkan menjadi 4 kelompok kemudian diberikan omeprazole (10
mg sekali sehari), famotidine (10 mg dua kali sehari), mosapride (5 mg tiga kali sehari) atau
teprenone (50 mg tiga kali sehari) selama 4 minggu. Semua obat diresepkan secara rutin dan
diberikan secara oral.

3. C (Comparation) Penelitian ini membandingkan efikasi obat omeprazole, famotidine, mosapride dan teprenone
pada pasien dengan gejala saluran cerna bagian atas.

4. O (Outcome) Proporsi pasien dengan gejala yang cukup mereda secara keseluruhan setelah 4 minggu
pengobatan secara
signifikan lebih tinggi pada kelompok omeprazole (66,9% pasien) dibandingkan dengan
kelompok dibandingkan dengan 41,0%, 36,3% dan 32,3% pada kelompok famotidine,
mosapride dan teprenone, masing-masing (p <0,001).

4. Penilaian Metode Penelitian, Hasil Penelitian, dan Aplikasinya


A. Metode Penelitian (Valid/Tidak Valid)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode RCT (Randomized
Control Trial) berdasarkan kutipan dalam artikel yaitu “Eligible patients were randomly
assigned in a 2:2:2:1 proportion, using a central computer-generated randomization list
managed by a clinical research coordinator at each center. During screening/enrollment,
the physician recorded the subject’s characteristics and provided this information to the
clinical research coordinator, who then allocated the subject an ID and study drug based
on the sealed allocation tables prepared by the secretariat”
Berdasarkan karakteristik sampel yang ditampilkan melalui sebuah tabel,
karakteristik berdasarkan gender tidak ditampilkan dengan lengkap, yakni pasien dengan
gender Wanita tidak dipaparkan pada tabel, meskipun hal tersebut dapat diketahui
berdasarkan jumlah total sampel masing-masing kelompok dan julah sampel Pria.
Selanjutnya penelitian ini memiliki karakteristik sampel yang berbeda dalam satu
kelompok dan antar kelompok, dan tanpa disertai analisis signifikansi (p-value). Berikut
tabel karakteristik pasien:
Jumlah pasien yang dirandomisasi ada 471 pasien, sedangkan jumlah pasien yang
mengikuti analasis secara lengkap hingga akhir penelitian sebanyak 454 pasien (96,39%).
Sehingga sampel yang lost to follow up sebanyak 3,6% yang menandakan penelitian
masuk kriteria ideal yaitu ≤ 20%. Peneliti tidak menjelaskan alasan detail sampel yang
lost to follow up.
Tatalaksana ke empat kelompok sama, tiap pasien pada kelompok yang sama
mendapatkan dosis yang sama berupa obat oral. Hal ini berdasarkan kutipan “Patients
were allocated using this method to receive omeprazole (10 mg once daily), famotidine (10
mg twice daily), mosapride (5 mg three times daily) or teprenone (50 mg three times daily)
for 4 weeks. All of the drugs were prescribed routinely and administered orally. The doses
of each drug were in line with the authorized doses that are considered optimal for the
treatment of dyspepsia or GERD symptoms in Japan”
Penelitian ini tidak double blind. Pengelompokkan dilakukan dengan randomisasi
namun tidak double blind. Hal ini didukung pada kutipan “This randomized, multicenter,
parallel-group, open-label study was conducted in Japan between February 2007and June
2008”.
Menurut Sedgwick (2014) bahwa uji coba label terbuka memiliki arti bahwa baik
peserta, peneliti, ataupun staf tidak buta terhadap pengobatan yang diberikan yaitu, mereka
mengetahui perlakuan mana yang diberikan pada masing-masing peserta setelah
pengacakan. Uji coba label terbuka terkadang disebut sebagai “non-masked” atau
“unblinded’’.
Metode penelitian memenuhi ⅗ kriteria sehingga cukup valid.
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini sudah valid karena sudah merupakan uji klinis fase 3 dan data yang
didapatkan sudah terlampir pada jurnal. Hasil penelitian juga bermanfaat untuk
memberikan gambaran efikasi berbagai pilihan obat pada pasien dengan gejala pada pasien
dengan gejala saluran cerna bagian atas.
C. Aplikasi Terhadap Informasi Jurnal
Dengan efikasi yang lebih tinggi dibanding obat lainnya, yakni 66,9% pasien yang
diobati dengan omeprazol mencapai titik akhir utama dari keseluruhan gejala GI bagian
atas yang cukup (GOS ≤ 2) setelah 4 minggu pengobatan, maka omeprazole dapat
digunakan dan menjadi salah satu pilihan terbaik pengobatan bagi pasien dengan gejala
saluran cerna bagian atas.
5. Langkah Selanjutnya dari Hasil Membaca Jurnal
Berdasarkan hasil review literatur yang kami lakukan, kami menyarankan untuk:
● Melakukan uji klinis 4 agar dapat mengetahui nilai terapeutik dan pengalaman jangka
panjang dalam penggunaan obat seperti resiko serta manfaatnya.
● Dianjurkan menggunakan double blind untuk meminimalkan bias

Anda mungkin juga menyukai