Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Penatalaksanaan GERD tanpa obat
yang saat ini direkomendasikan karena
didasari oleh bukti penelitian yang cukup
antara lain: 1) menurunkan berat badan bagi
pasien yang overweight (kelebihan berat
badan) atau yang baru saja mengalami
peningkatan berat badan, serta 2)
menaikkan posisi kepala pada saat tidur dan
tidak makan 2-3 jam sebelum waktu tidur
malam untuk pasien yang mengalami gejala
refluks di malam hari (nocturnal GERD).4
Vol. 11 No. 1
Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Lainnya
Beberapa penatalaksanaan nonfarmakologi yang juga direkomendasikan
antara lain: berhenti merokok dan
menghindari konsumsi makanan yang dapat
memicu gejala GERD (contoh: coklat, jeruk,
Buletin Rasional
Terapi
Penatalaksanaan Farmakologi
Obat-obat yang digunakan dalam
penatalaksanaan GERD antara lain:
golongan penghambat pompa proton
(pr oton pump inhibitors, PPIs) dan
penghambat H 2 [H 2 blockers ata u
antagonis reseptor H 2 (H 2 -receptor
antagonists, H 2 RAs)]. Nama obat dari
golongan tersebut beserta dosisnya
diberikan pada tabel 1. Algoritme
penatalaksanaan GERD diberikan pada
gambar 2.
Low Dose
Full Dose
Double Dose
Esomeprazole
20 mg sekali sehari
40 mg sekali sehari
Lansoprazole
15 mg sekali sehari
30 mg sekali sehari
30 mg 2 kali sehari
Omeprazole
10 mg sekali sehari
20 mg sekali sehari
40 mg sekali sehari
Pantoprazole
20 mg sekali sehari
40 mg sekali sehari
40 mg 2 kali sehari
Rabeprazole
10 mg sekali sehari
20 mg sekali sehari
20 mg 2 kali sehari
Dosis Lazim
Golongan Antagonis
Reseptor H2 (H2RAs)
Famotidine
Ranitidine
150 mg
Prokinetik
Obat-obat prokinetik, dalam hal ini
metoclopramide, bekerja dengan meningkatkan kekuatan sfingter esofagus bagian
bawah, peristaltis esofagus, dan mempercepat pengosongan lambung. 4 Kajian
sistematis yang membandingkan PPIs dan
prokinetik (1 penelitian acak terkontrol,
n = 423 orang) menunjukkan superioritas
PPIs dalam mencapai remisi gejala heartburn
GERD
Esofagitis erosif
Ada respon
Ada
respon
Ada
Low dose respon
sesuai
permintaan
H2RA atau
prokinetik
selama 1 bulan
Tidak ada respon
Review
Self care
Keterangan:
Review: Pasien GERD kronis perlu di-review minimum
setahun sekali untuk mendiskusikan gejala dan obatobat yang digunakan. Sebagian kecil pasien tetap
mengalami gejala meskipun sudah diterapi dengan
PPIs. Pilihan terapinya: menggunakan double dose
PPIs, menambahkan H 2 RAs pada malam hari
sebelum tidur, dan memperpanjang durasi
pengobatan.
Self care:antasida bila perlu untuk mengurangi gejala
dengan cepat, penatalaksanaan nonfarmakologi
(menurunkan berat badan, dsb.), menghindari faktorfaktor yang diketahui memicu terjadinya refluks.
Vol. 11 No. 1
Buletin Rasional
Terapi
pada pasien ENRD (RR 0,72, 95%CI 0,560,92). PPI yang digunakan adalah
omeprazole 10 mg/hari dan 20 mg/hari
dibandingkan dengan cisapride 10 mg 4 kali
sehari dengan lama pengobatan 4 minggu.
Kajian sistematis ini juga menunjukkan tidak
ada perbedaan antara H2RAs dan prokinetik
dalam menghilangkan gejala harian pada
pasien ENRD (1 penelitian, n = 50 orang, RR
0,83; 95%CI 0,3-2,29). Obat yang diteliti
adalah simetidin 300 mg vs metoclopramide
10 mg, masing-masing diberikan 4 kali sehari
selama 8 minggu. 13 Kombinasi H 2 RAsmetoclopramide tidak lebih efektif
dibandingkan pemberian H 2 RAs atau
metoclopramide tunggal.4
Penggunaan metoclopramide dibatasi
oleh efek samping seperti mengantuk,
agitasi, iritabilitas, depresi, reaksi distonik,
dan tardive dyskinesia pada <1% pasien.
Sebenarnya, bila pasien tidak sedang
mengalami gastroparesis, penggunaan
metoclopramide pada GERD tidak jelas
manfaatnya. Untuk pasien yang memang
respon terhadap metoclopramide, obat
prokinetik lainnya seperti domperidone
dapat digunakan. Efikasi domperidone
setara dengan metoclopramide dalam
mengosongkan
lambung,
tetapi
penelitiannya pada kasus GERD masih
sangat kurang. Pemantauan perpanjangan
interval QT pada elektrokardiogram perlu
dilakukan karena adanya risiko kecil terjadi
ventrikel aritmia dan sudden cardiac
death.4
Terapi Pemeliharaan
Tanpa terapi pemeliharaan, risiko
kekambuhan diperkirakan 60-80% dalam
satu tahun. Berdasarkan penelitian, terapi
yang paling efektif mencegah kekambuhan
adalah PPIs full dose, diikuti oleh PPIs low
dose, dan terakhir H 2 RAs.7 Terapi
pemeliharaan diberikan kepada pasien GERD
Penutup
Dengan penatalaksanaan yang tepat,
pasien GERD dapat mempunyai kualitas hidup
yang baik. Penatalaksanaan GERD bersifat
individual sesuai dengan kondisi pasien.
Secara umum, lini pertama pengobatan gejala
akut GERD adalah golongan penghambat
pompa proton. Pasien yang mengalami
kekambuhan setelah pengobatan dihentikan
atau pasien dengan esofagitis erosif perlu
mendapatkan terapi pemeliharaan sesuai
kebutuhan (on demand).
Ditulis oleh:
Sylvi Irawati, M. Farm-Klin., Apt.
Kepustakaan
1. Tack J, Becher A, Mulligan C, Johnson A. Systematic
review: the burden of disruptive gastro-oesophageal
reflux disease in health-related quality of life. Aliment
Pharmacol Ther. 2012;35(11):1257-66.
2. Williams DB, Schade RR. Gastroesophageal reflux
disease. In: Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke
GR, Wells BG, Posey LM, editors. Pharmacotherapy:
a pathophysiologic approach. 7ed. New York: The
McGraw-Hill Companies, Inc.; 2008. p. 555.
3. Digestive Health Foundation. Gastro-oesophageal
reflux disease in adults. 5 th ed. Victoria:
Gastroenterological Society of Australia; 2011.
Vol. 11 No. 1
Kepustakaan
1. Richter JE. Gastroesophageal reflux disease and its
complications. In: Feldman M, Friedman LS, Brandt
LJ, editors. Sleisenger & Fordtrans Gastrointestinal
and Liver Disease. 8th ed. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2006. P. 905-36.
2. Goyal RK. Diseases of the esophagus. In: Fauci AS,
Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL,
Jameson JL, editors. Harrisons Principles of Internal
Medicine. 17 th ed. New York: Mc Graw Hill
companies; 2008. P. 1847-55.
3. Zerbib F, Simon M. Novel therapeutics for gastroesophageal reflux symptoms. Expert Rev Clin
Pharmacol. 2012;5(5):533-41.
4. Johnson DA. New Guidelines on GERD [Internet].
2013
May.
Available
at:
http://
gastroenterology.jwatch.org/issue_pdf/JG1305.pdf.
5. Pluta RM, Perazza GD, Golub RM. Gastroesophageal
reflux disease. JAMA. 2011;305(19):2024.
Buletin Rasional