Anda di halaman 1dari 23

Journal Reading

Correlation between Quality of


Life and Gastroesophageal
Reflux Disease
Preceptor:
dr. Ronald David Martua Sp.PD

Created by:
Farah Ulya Suryadana
Ghina Fahira Putri
Ghina Salsabila
Rima Puspita Sari
Table of contents
01 02
Latar Belakang Metode

03 04
Hasil Kesimpulan
1. Latar Belakang
Latar Belakang
Penyakit refluks gastroesofagus atau
GERD adalah penyakit yang ditandai
dengan peningkatan asam lambung menuju
esofagus, sehingga menyebabkan gejala
seperti rasa terbakar pada dada dan
regurgitasi.
Prevalensi global dari GERD pada orang dewasa adalah 11-38.8% dan bervariasi antar negara.
Insidensi GERD di Asia meningkat setiap tahunnya.

• Prevalensi GERD di Malaysia telah meningkat dari 2.7% pada tahun 1991-1992 menjadi
38.8% di 2004.
• Di Singapura, prevalensi GERD adalah 10.5%.
• Prevalensi GERD di Indonesia juga cukup tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Syam et al., prevalensi GERD di Indonesia adalah 13,3%.

Penelitian yang dilakukan di Bagian Gastroenterologi Departemen Penyakit Dalam Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta melaporkan 22 kasus
esofagitis, 8% dari seluruh pasien menjalani pemeriksaan endoskopi karena indikasi dispepsia.
Tujuan
Penelitian
untuk mengetahui hubungan antara GERD dengan
kualitas hidup pasien. Ketika korelasi antara GERD
dan GERD-HRQL sudah ditemui, akan
memungkinkan untuk mengevaluasi keberhasilan
pengobatan GERD dan seberapa parah GERD
mempengaruhi kualitas hidup.
2. Metode
Analisis Statistik
Jenis Penelitian Metode
Cross Sectional Purposive sampling

Instrumen
1. GERD-Q (kuesioner Uji Mann Whitney digunakan untuk
penyakit refluks mengidentifikasi hubungan antara GERD
gastroesofageal ) sebagai variabel bebas dan kualitas hidup
2. GERD-HRQL sebagai variabel terikat pada pasien
(kuesioner dengan gejala saluran cerna bagian atas.
gastroesophageal reflux
disease-health-related
quality of life)
Participan

Subject : 92 Pasien Rawat bangsal


penyakit dalam RS Atma Jaya

Place : RS Atma Jaya Jakarta


Time : Juni 2018 - Juli 2018
Metode
Kriteria
Kriteria Inklusi
Eksklusi

● pasien pria atau wanita berusia di ● pasien yang mengkonsumsi obat-


atas 18 tahun obatan seperti PPI, H2RA, dan NSAID
● dengan atau tanpa gejala mulas ● memiliki penyakit penyerta seperti
atau regurgitasi ginjal, jantung, hati, dan anemia
● Skor GERD-Q 8 aplastik
● setuju untuk berpartisipasi dalam ● wanita hamil
penelitian ini ● riwayat operasi sebelumnya
3. Hasil
Tabel Karakteristik Responden
Korelasi antara Skor GERD-Q dan Kualitas Hidup Pasien
di Rumah Sakit Atma Jaya, Jakarta, Indonesia

Skor median GERD-Q responden adalah 10, dengan 17 sebagai yang tertinggi (n=2, 2.2%)
dan 1 sebagai yang terendah (n=1, 1.1%). Untuk skor GERD-HRQL, median adalah 10
dengan 35 sebagai skor maksimum (n=1) dan 0 sebagai skor GERD-HRQL minimum
(n=3). Rata-rata skor GERD-HRQL adalah 12, dengan 40 pasien memiliki skor GERD-
HRQL > 2. Berdasarkan hasil uji Mann Whitney, didapatkan korelasi (p=0,005) antara
GERD dan kualitas hidup pada pasien dengan gejala saluran cerna bagian atas.
Diskusi
 92 pasien yang menderita penyakit gastrointestinal berpartisipasi dalam penelitian
ini, dengan pasien wanita sebagai mayoritas (n=67, 72,8%).

Hal ini serupa dengan saran dari Wang et al. di Cina bahwa mayoritas pasien yang
menderita penyakit gastrointestinal (GERD) adalah perempuan. Responden penelitian ini
terdiri dari 52,2% perempuan dan 47,8% laki-laki. Tindakan anti-inflamasi estrogen dan
resistensi epitel esofagus terhadap refluks cenderung terkait dengan perbedaan jenis
kelamin dan gender dalam GERD antara pria dan wanita.

 Sebagian besar pasien dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga (n=62, 67,4%)

Sejalan dengan temuan Maleki et al. menyatakan bahwa sebagian besar penderita
penyakit gastrointestinal adalah ibu rumah tangga (n=30, 33,3%) dan tidak bekerja
(n=26, 28,9%). Penelitian ini hanya mengidentifikasi 6 pasien yang menganggur (6,5%)
di antara responden.
Diskusi
 Studi ini juga menemukan bahwa sebagian besar pasien yang menderita gejala
saluran pencernaan menikah (n=91, 98,9%), menunjukkan bahwa stres dalam
pernikahan dapat memicu GERD. Temuan ini mirip dengan temuan Maleki et al. di
Iran dengan 47 dari 55 pasien yang mengeluhkan gangguan pencernaan sudah
menikah.

 Mayoritas pasien dalam penelitian ini adalah lulusan SMA (35,9%), serupa dengan
pasien yang diteliti oleh Maleki et al. dengan 40% pasien yang mengalami gejala
GERD adalah masyarakat dengan pendidikan rendah

 Penelitian ini mengungkapkan hubungan antara GERD-Q dan kualitas hidup pada pasien yang
dirawat di Rumah Sakit Atma Jaya, Jakarta, Indonesia, dengan nilai p korelasi 0,005 yang
berarti ada hubungan antara GERD dan kualitas hidup.

Hal ini serupa dengan penelitian Wang et al. di China, menyatakan bahwa pasien dengan
gejala GERD mengalami penurunan kualitas hidup. Penurunan kualitas hidup ini diidentifikasi
pada beberapa domain sosial, fungsi, kesehatan mental, nyeri tubuh, dan kesehatan umum. Skor
GERD-HRQL juga meningkat pada pasien yang skor GERD-Q-nya tinggi, menunjukkan
penurunan kualitas hidup.
 Jang dkk. dalam studi mereka menemukan bahwa GERD berhubungan dengan
stres, kecemasan, dan depresi.

Terdapat beberapa teori tentang bagaimana gangguan psikologis dapat meningkatkan


terjadinya refluks, yang merupakan salah satu gejala GERD.

• Teori pertama menunjukkan bahwa stres dan kecemasan berdampingan dengan


refluks; bahwa kedua kondisi tersebut dapat memperburuk terjadinya refluks.
• Teori kedua menyatakan bahwa refluks lebih parah pada pasien dengan gangguan
mental. Stresor akut meningkatkan tekanan istirahat sfingter esofagus bagian bawah
dan mengganggu relaksasi sfingter, sehingga menunda pembersihan asam dari
esofagus. Stres dapat menghasilkan motilitas dan gejala GastroIntestinal yang
berubah.

Oleh karena itu, stres dapat menyebabkan refluks objektif isi lambung dan akhirnya
menyebabkan refluks esofagitis, terlepas dari adanya gejala. Selanjutnya, stres diyakini
dapat menginduksi refluks esofagitis dengan meningkatkan permeabilitas mukosa
esofagus.
Kesimpulan
Terdapat hubungan antara GERD dengan
kualitas hidup pasien dengan gejala saluran
cerna bagian atas. Dapat disimpulkan, GERD
mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Analisis PICO
P (Patient) : 92 Pasien Rawat bangsal penyakit dalam RS Atma Jaya
I (Intervention) : Pasien Rawat bangsal penyakit dalam diminta untuk mengisi kuisioner GERD Q dan
kuisioner GER HRQL. Kuesioner GERD-HRQL diuji validitas dan reliabilitasnya. selang
kepercayaan 95% dan p dianggap signifikan jika nilainya < 0,05. Uji Mann Whitney digunakan
untuk mengidentifikasi hubungan antara GERD sebagai variabel bebas dan kualitas hidup
sebagai variabel terikat pada pasien dengan gejala saluran cerna bagian atas
Analisis PICO
C (Comparison) :
- Penelitian Wang et al. di Cina :
• mayoritas pasien yang menderita penyakit gastrointestinal (GERD) adalah perempuan.
• menyatakan bahwa pasien dengan gejala GERD mengalami penurunan kualitas hidup.

- Maleki et al. menyatakan bahwa : sebagian besar penderita penyakit gastrointestinal adalah
ibu rumah tangga (n=30, 33,3%), pasien yang sudah menikah, dan masyarakat dengan
Pendidikan rendah (40%).

- Jang dkk. dalam studi mereka menemukan bahwa GERD berhubungan dengan stres,
kecemasan, dan depresi.

O (Outcome) : Dalam penelitian ini didapatkan korelasi (p=0,005) antara GERD dan kualitas
hidup pada pasien dengan gejala saluran cerna bagian atas. Terdapat hubungan antara GERD
dengan kualitas hidup pasien dengan gejala saluran cerna bagian atas.
Critical
Journal
1. Apakah penelitian tersebut membahas suatu permaslahan secara jelas dan
terfokus?
Ya (a) Tidak (x) Tidak dapat disimpulkan (?)
Komentar: Ya, jelas penelitian ini terfokus untuk mengetahui korelasi antara GERD dan
kualitas hidup di antara pasien yang terkena penyakit ini.

2. Bagaimana hasil penelitian ditampilkan dan apa hasil utama dari penelitian tersebut?
Ya (a) Tidak (x) Tidak dapat disimpulkan (?)
Komentar: Ya, Hasil penelitian ini ditampilkan secara jelas dan hasil utama dari
penelitian ini adalah mengidentifikasi korelasi antara GERD dan kualitas hidup pada
pasien dengan gejala gastrointestinal bagian atas.
3. Apakah ada pernyataan kesimpulan yang jelas?
Ya (a) Tidak (x) Tidak dapat disimpulkan (?)
Komentar: Ya, terdapat kesimpulan yang jelas bahwa terdapat hubungan antara
GERD dengan kualitas hidup pasien dengan gejala saluran cerna bagian atas.

4. Apakah hasil penelitian ini bermakna?


Ya (a) Tidak (x) Tidak dapat disimpulkan (?)
Komentar: Ya, bermakna. Karena dengan adanya penelitian ini kita dapat
mengevaluasi keberhasilan pengobatan dan untuk memahami seberapa besar
GERD mempengaruhi kualitas hidup pasien.
 
 
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai