Anda di halaman 1dari 12

Suherman et al.

/Pharmacoscript, Volume 4, No, 2, Agustus 2021, 208-219

Pharmacoscript Volume 4 No. 2 Agustus 2021 Safitri.,et al./Pharmacoscript, Volume 1, No. 2, Februari 2019, 1-12

POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN GASTROESOPHAGEAL REFLUX


DISEASE (GERD) DI SALAH SATU RUMAH SAKIT DI BANDUNG

Linda P. Suherman*, Robby Ramdani, Vina Septiani, Wiwik Indrayani, Alfi Nurul
Islamiyah, Putri Khotimah Hasyim
Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani
Email : lindapsuherman@gmail.com
Received: 28/06/2021 , Revised: 07/08/2021 , Accepted: 17/08/2021, Published: 18/08/2021

ABSTRAK

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah salah satu bentuk gangguan pencernaan dimana
HCl naik dari lambung ke esofagus, sehingga menimbulkan gejala klinis dan komplikasi yang
menurunkan kualitas hidup seseorang. Di Indonesia prevalensi GERD sudah mencapai 27,4%.
Bahaya GERD jika tidak ditangani akan mengganggu kerja sistem pencernaan dan meningkatkan
resiko kanker esofagus. Sehingga diperlukan pengobatan yang tepat. Tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran profil dan rasionalitas penggunaan obat pada
pasien GERD di salah satu Rumah Sakit di Bandung periode Januari - Desember 2019. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif non eksperimental menggunakan metode purposive sampling.
Pengumpulan data diperoleh dari 41 rekam medik pasien GERD di instalasi rawat inap yang
memenuhi kriteria inklusi secara retrospektif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
bahwa penderita GERD sebagian besar adalah perempuan sebesar 53,66%, berdasarkan usia
paling banyak pada usia 26-35 tahun sebesar 29,26 %. Obat GERD yang paling banyak digunakan
adalah kombinasi 2 obat Pantoprazol + Sukralfat sebesar 58,54%. Penggunaan obat pada pasien
GERD sudah rasional dengan persentase penggunaan obat berdasarkan tepat obat 100%, tepat
dosis 97,56%, tepat interval waktu pemberian 97,56% dan tepat rute pemberian 100%.
Kata kunci : GERD, pola penggunaan obat, rasionalitas

ABSTRACT
GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) was a condition in which HCL refluxes from the
stomach to the esophagus, causing symptoms and complications that reduce a person's quality of
life. Based on research the prevalence of GERD in Indonesia has reached 27,4%. GERD disease
if left unchecked will damage the digestive system and increase the risk of cancer release. The
purpose of this study was to determine the description and rationality of drug use in GERD
patients at one of Hospital in Bandung the period of January-December 2019. This research is a
non-experimental descriptive research using purposive sampling method. Data collection was
obtained from 41 medical records of GERD inpatients who met the inclusion criteria
retrospectively. Based on the findings of the study, it can be concluded that GERD patients are
more commonly found in female patients (53,66 percent), with the most common age group being
26-35 years (29,26 percent). The most used GERD drug is a combination of two drugs
Pantoprazole + Sucralfate (58,54 percent). The use of drugs in GERD patients was rational with

208
Suherman et al.;Pola Penggunaan Obat Pada Pasien…..Pharmacoscript Volume 4 No. 2, Agustus 2021

the percentage of drug use based on a fully appropriate drug selection and route of administration,
97,56% appropriate dose, and 97,56% appropriate the time interval.
Keywords: GERD, drug use pattern,rationality

PENDAHULUAN sudah mencapai 27,4% (Syam dkk., 2016).


Penyakit pencernaan di mana asam Berdasarkan temuan penelitian lain,
lambung naik ke esophagus sehingga prevalensi GERD di Rumah Sakit rujukan
menciptakan gejala klinis dan dapat primer di Jakarta adalah 49% (Darnindro
menurunkan kualitas hidup seseorang dkk., 2018). Penyakit GERD dapat
disebut GERD. Pola makan, genetik, NSAID disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat
(Nonsteroidal AntiInflammatory Drugs), atau faktor resiko seperti penggunaan obat-
merokok, obesitas, faktor perusak lambung obatan seperti antikolinergik, teofilin, beta
dan faktor pelindung lambung merupakan adrenergik, calcium-channel blocker dan
faktor-faktor yang dapat menyebabkan nitrat kemungkinan merupakan penyebab
GERD. Sekresi bikarbonat, sekresi mukus, penyakit GERD (Bestari, 2011).
regenerasi epitel dan aliran darah mukosa Obat-obatan, makanan berlemak,
merupakan faktor pelindung lambung. kafein, alkohol, merokok, hormon dan
Faktor perusak lambung terdiri dari HCl obesitas adalah beberapa faktor penyebab
lambung dan zat yang dapat menyebabkan GERD. GERD umumnya dianggap sebagai
GERD. Masalah GERD disebabkan oleh penyakit ringan, tetapi dapat menyebabkan
kurangnya keseimbangan faktor pelindung kekambuhan dan kematian jika tidak
dan faktor perusak pada organ lambung ditangani. Jika tidak diobati, asam lambung
menyebabkan masalah GERD. Diharapkan dapat menyebabkan luka pada ulkus,
dengan menghindari faktor berbahaya seperti mengakibatkan muntah darah (Saputera, M.
kopi, NSAID dan makanan pedas, GERD D., & Budianto, W., 2017).
tidak terulang kembali. (Ndraha dkk., 2016) Jika tidak ditangani, bahaya GERD
Di Amerika Utara sebesar 18,1% - dapat mengganggu fungsi sistem pencernaan
27,8% orang menderita GERD, dan meningkatkan risiko kanker esofagus
dibandingkan dengan 8,8% - 25,9% di sehingga memerlukan ketepatan pengobatan
Eropa. Di Asia Timur prevalensi GERD (Ndraha dkk., 2016). Untuk mengurangi
berkisar 2,5% - 7,8%, 11,6% di Australia, tingkat GERD yang terus meningkat serta
dan 23,0% di Amerika Selatan (El-Serag untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dkk., 2014). Di Indonesia Prevalensi GERD maka perlu dilakukan penelitian mengenai

209
Pharmacoscript Volume 4 No. 2 Agustus 2021

pola penggunaan obat pada pasien GERD dosis 30 mg/hari (37,9%). Lama pemberian
yang ditinjau dari kriteria tepat obat, tepat pada terapi awal rata-rata selama 1-14 hari
dosis, tepat interval waktu pemberian, dan (62,6%) dan banyak diberikan sebelum
tepat rute pemberian. Hal tersebut dilakukan makan, hal ini di dasarkan pada aturan pakai
agar terapi pengobatan yang diperoleh bisa obat pada terapi farmakologi GERD
tepat sehingga keberhasilan dalam (Rahman A.A., Maulidina, W., dan Kosasih
pengobatan dapat dicapai, serta dapat D., 2018)
mengurangi tingkat kekambuhan penyakit Dari hasil penelitian Patala, R., dkk.
dan efek samping yang tidak diharapkan. (2021) menunjukkan bahwa persentase
Dari hasil penelitian Friyanto, D. dan penggunaan obat pada.pasien GERD di
Lestari, S. (2019) menunjukkan terdapat 68 Instalasi Rawat Inap RSU Anutapura Palu
pasien GERD di RSUD Karawang dan dengan hasil tepat dosis sebesar 100% , tepat
persentase pasien perempuan lebih tinggi obat 96, 97 % dan tepat indikasi sebesar
yaitu sebesar 51,5%. Kerasionalan terapi 96,97 %. Berdasarkan hal tersebut, maka
pada pasien GERD di RSUD Karawang penggunaan obat sudah rasional. (Patala, R.,
menggunakan tiga literatur yaitu Konsensus dkk., 2021).
GERD di Indonesia edisi tahun 2013, British Bandung merupakan salah satu kota
National Formulary edition 70, dan besar di Indonesia dengan jumlah penduduk
Pharmacotherapy Handbook. Hasil analisis yang besar. Penelitian tentang pola
menunjukkan rata-rata 64% tepat dosis, penggunaan obat GERD di Bandung belum
59,3% tepat obat, 80,4% tepat indikasi dan di temukan. Oleh karena itu, tujuan
89,7% tepat pasien (Friyanto, D. dan Lestari, penelitian ini adalah untuk mengetahui
S., 2019). gambaran profil dan rasionalitas penggunaan
Dari hasil penelitian Rahman A.A., obat pada pasien GERD di salah satu Rumah
Maulidina, W., dan Kosasih D., (2018) Sakit di Bandung.
menunjukan bahwa pasien GERD paling
tinggi ditemukan pada perempuan (66,3%) METODE PENELITIAN
dengan usia rata-rata 41-60 tahun (44,2%) Jalannya Penelitian
dan persentase pasien tidak memiliki riwayat 1. Jenis dan Rancangan Penelitian
penyakit berisiko sebesar 82,6%. Penelitian ini merupakan penelitian
Lansoprazol merupakan obat GERD deskriptif non eksperimental menggunakan
terbanyak yang diberikan (37,9%) dengan metode purposive sampling. Pengumpulan

210
Suherman et al.;Pola Penggunaan Obat Pada Pasien…..Pharmacoscript Volume 4 No. 2, Agustus 2021

data diperoleh dari 41 rekam medik pasien a. Rekam medik pasien di atas 18 tahun
GERD di instalasi rawat inap yang dengan diagnosis GERD tanpa penyakit
memenuhi kriteria inklusi secara penyerta yang dirawat dari bulan Januari
retrospektif. (Rahman A.A., Maulidina, W., sampai dengan Desember 2019.
dan Kosasih D., 2018). Penilaian rasionalitas b. Rekam medik pasien di atas 18 tahun
penggunaan obat mengacu pada pedoman dengan diagnosis GERD mendapatkan
Kementrian Kesehatan RI (Kemenkes RI, obat GERD.
2011). Sedangkan kriteria eksklusi adalah:
2. Definisi Operasional a. Rekam medik pasien di atas 18 tahun
Analisis penggunaan obat GERD yang dirawat dari bulan Januari sampai
yang rasional meliputi kriteria: dengan Desember 2019 yang
a. Tepat Obat mendapatkan obat GERD dengan
Obat yang dipilih harus memiliki diagnosis non-Penyakit GERD.
efek terapeutik yang sesuai dengan indikasi b. Rekam medik pasien di atas 18 tahun
penyakit. dengan diagnosis GERD dan tidak
b. Tepat Dosis mendapatkan obat GERD.
Jumlah obat diberikan kepada pasien 4. Permohonan Surat
dengan tepat, dimana dosisnya berada dalam Dilakukan pengurusan surat izin
kisaran dosis terapeutik dan disesuaikan penelitian kepada Direktur Rumah Sakit dan
dengan usia dan kondisi pasien. ethical clearance melalui Ketua Komisi Etik
c. Tepat Rute Pemberian Penelitian Universitas Padjajaran Bandung,
Rute pemberian yang dipilih harus sebelum melakukan penelitian.
sesuai dengan obat yang diberikan dan 5. Teknik pengambilan Data
kondisi pasien. Teknik pengumpulan data yang
d. Tepat Interval Waktu Pemberian digunakan berupa catatan lembar data rekam
Interval waktu pemberian harus medik yang memuat pola pengobatan pada
disesuaikan dengan obat yang diberikan dan pasien yang didiagnosis GERD di salah satu
kondisi pasien. (Kemenkes RI., 2011) Rumah Sakit di Bandung periode Januari
3. Populasi dan Sampel Penelitian hingga Desember 2019.
Berdasarkan Kriteria Inklusi dan 6. Teknik Analisis Data
Eksklusi. Kriteria inklusi adalah: Di salah satu Rumah Sakit di
Bandung, Data penelitian akan diolah dengan

211
Pharmacoscript Volume 4 No. 2 Agustus 2021

menggunakan analisa data untuk b. Deskripsi Pasien GERD Berdasarkan


mendapatkan hasil analisis tentang pola Rentang Usia
penggunaan obat pada pasien GERD, yang Klasifikasi usia pasien pada
meliputi : penelitian ini dibagi menjadi 6 kelompok,
a. Analisis Kuantitatif yaitu 18 sampai dengan 25 tahun, 26 sampai
Dilakukan analisis terhadap pola dengan 35 tahun, 36 sampai dengan 45 tahun,
penggunaan obat GERD dengan melihat data 46 sampai dengan 55 tahun, 56 sampai
pasien berdasarkan parameter jenis kelamin dengan 65 tahun dan usia diatas 65 tahun.
pasien, usia pasien, jenis dan penggolongan Tabel 2. Data Pasien GERD Berdasarkan
Usia
obat.
b. Analisis Kualitatif No. Rentang Jumlah Persentase
Usia Pasien (n=41)
Dilakukan analisis terhadap 1 18 – 25 6 14,63%
ketepatan penggunaan obat yang meliputi 2 26 – 35 12 29,26%
3 36 – 45 6 14,63%
tepat obat, tepat dosis, tepat interval waktu 4 46 – 55 5 12,19%
pemberian, dan tepat rute pemberian. 5 56 – 65 7 17,1%
6 > 65 5 12,19%
Total 41 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
c. Deskripsi Pasien GERD Berdasarkan
Setelah dilakukan penelitian
Jumlah dan Penggolongan Obat
diperoleh hasil sebagai berikut:
Data penggunaan obat GERD
1. Analisis Kuantitatif
meliputi penggunaan monoterapi dan
a. Deskripsi Pasien GERD Berdasarkan
kombinasi.
Jenis Kelamin
Tabel 3. Data Pasien GERD berdasarkan
Dari 41 kasus yang di ambil dari data Jenis dan Penggolongan Obat
rekam medik pasien, jumlah pasien laki-laki Penggunaan Jumlah
No Persentase
sebanyak 19 pasien sedangkan perempuan Obat GERD Pasien
1 Pantoprazol 3 7,32%
sebanyak 22 pasien. Pantoprazol +
2 1 2,43%
Tabel 1. Data Pasien GERD Berdasarkan Ranitidin
Jenis Kelamin Sukralfat +
3 24 58,54%
Pantoprazol
No. Jenis Jumlah Persentase Sukralfat +
Kelamin Pasien (n=41) 3 7,32%
4 Ranitidin
1 Laki – laki 19 46,34%
2 Perempuan 22 53,66% Sukralfat + 2
5 4,88%
Omeprazol
Total 41 100%
6 Sukralfat + 1 2,43%

212
Suherman et al.;Pola Penggunaan Obat Pada Pasien…..Pharmacoscript Volume 4 No. 2, Agustus 2021

Lansoprazol pemilihan obat yang harus sesuai dengan


Sukralfat +
indikasi penyakit. Ketepatan obat yang di
7 Lansoprazol + 2 4,88%
Pantoprazol peroleh sebesar 100%.
Sukralfat +
b. Deskripsi Pasien GERD Berdasarkan
8 Pantoprazol + 2 4,88%
Omeprazol Tepat Dosis
Sukralfat +
Tepat dosis adalah salah satu tujuan
9 Pantoprazol + 3 7,32%
Ranitidin terapeutik untuk mencapai efek yang
Total 41 100%
menguntungkan dengan meminimalisir efek
Keterangan Penggolongan Obat
Monoterapi 7,32% yang merugikan. Data yang dikumpulkan
Kombinasi 2 Obat 75,6% berdasarkan dosis yang tercatat dalam rekam
Kombinasi 3 Obat 17,03%
Total 100% medik pasien.
2. Analisis Kualitatif Tabel 5. Data Pasien berdasarkan Tepat
a. Deskripsi Pasien GERD Berdasarkan Dosis

Tepat Obat Dosis Ketepatan


Dosis
yang
Tabel 4. Data Pasien berdasarkan Tepat Obat Liter
Nama digun
No atur Tidak
No Nama Obat Indikasi Ketepatan Obat akan Tepat
(mg/ tepat
1 Pantoprazol GERD 3 (mg/
hari)
Pantoprazol + hari)
2 GERD 1 1 P 40 40 3 -
Ranitidin
Sukralfat + P+ 40 40
3 GERD 24 2 1 -
Pantoprazol R 150 150
Sukralfat + S+ 4000 4000
4 GERD 3 3 24 -
Ranitidin P 40 40
Sukralfat + S+ 4000 4000
5 GERD 2 4 3 -
Omeprazol R 150 150
Sukralfat + S+ 4000 4000
6 GERD 1 5 2 -
Lansoprazol O 20 20
Sukralfat + S+ 4000 3000 - 1
6
7 Lansoprazol + GERD 2 L 30 30
Pantoprazol S+ 4000 4000
Sukralfat + 7 L+ 30 30 2 -
8 Pantoprazol + GERD 2 P 40 40
Omeprazole S+ 4000 4000
Sukralfat + 8 P+ 40 40 2 -
9 Pantoprazol + GERD 3 O 20 20
Ranitidin S+ 4000 4000
Total 41 9 P+ 40 40 3 -
Persentase 100 % R 100 100
Tepat Obat adalah ketepatan Total 40 1
Persentase 97,56% 2,44%
pemilihan obat yang dilakukan dalam proses

213
Pharmacoscript Volume 4 No. 2 Agustus 2021

c. Deskripsi Pasien GERD Berdasarkan dengan kondisi pasien, disebut sebagai tepat
Tepat Interval Waktu Pemberian interval waktu pemberian.
Tabel 6. Data Pasien berdasarkan Tepat d. Deskripsi Pasien GERD Berdasarkan
Interval waktu Pemberian
Tepat Interval Waktu Pemberian
Interva Ketepata Sifat fisik dan kimia obat, kecepatan
Interva
l n
l respon yang diinginkan, tempat kerja obat
pembe
Pembe
Nama rian yang diinginkan dan kondisi umum pasien
No rian Tida
Obat yang Tepa
Literat k merupakan faktor-faktor yang
diguna t
ur tepat
kan mempengaruhi rute pemberian seperti
(mg)
(mg)
1 P 1 x 40 1 x 40 3 - peroral, topikal, rektal, inhalasi, sublingual,
P 1 x 40 1 x 40 dan parenteral.
2 + 3 x 50 3 x 50 1 -
R Tabel 7. Data Pasien berdasarkan Tepat Rute
4x 4 Pemberian
S+ 1000 x1000
3 24 - Nama Rute Ketepa Persen-
P 1 x 40 1 x 40 No
Obat Pemberian tan tase
1. P IV Tepat 100 %
4x 4 x 100
S+ PO Tepat 100 %
4 1000 3 x 50 3 -
R 2 L PO Tepat 100 %
3 x 50
3 O PO Tepat 100 %
S+ 4x1 4x1
5 2 - IV Tepat 100 %
O 1 x 20 1 x 20
4 R IV Tepat 100 %
4x 3x - 1
S+ 5 S PO Tepat 100 %
6 1000 1000
L Total 100 %
1 x 30 1 x 30
Ket :
4x 4x P = Pantoprazol
S+
1000 1000 L = Lansoprazol
7 L+ 2 -
1 x 30 1 x 30 O = Omeprazol
P R = Ranitidin
1 x 40 1 x 40
S = Sukralfat
4x 4x
S+
1000 1000 Berdasarkan hasil yang didapat dari
8 P+ 2 -
1 x 40 1 x 40
O 41 data rekam medik pasien menjelaskan
1 x 30 1 x 30
S+ 4x 4x bahwa persentase pada pasien laki-laki
P+ 1000 1000
9 3 - sebesar 46,34% dan pada pasien perempuan
R 1 x 40 1 x 40
2 x 50 2 x 50 sebesar 53,66%,dengan demikian dapat
Total 40 1
disimpulkan bahwa jumlah pasien GERD
Persentase 97,56
2,44%
% pada perempuan lebih tinggi dari pasien laki-
Frekuensi pemberian obat dan
laki. Data ini menunjukkan bahwa wanita
pemilihan dosis yang tepat dan disesuaikan
beresiko lebih tinggi terkena GERD daripada

214
Suherman et al.;Pola Penggunaan Obat Pada Pasien…..Pharmacoscript Volume 4 No. 2, Agustus 2021

pria dan penelitian menunjukkan bahwa pengobatan Indonesia. PPI bekerja dengan
tingkat emosional wanita lebih tinggi menghambat sel parietal mensekresi ion H+,
daripada pria. (Sharma & Ahuja, 2011). karena keunggulan dan keefektifannya,
Karakteristik jenis kelamin bukanlah faktor pengobatan GERD harus dimulai dengan
risiko dalam penelitian ini, tetapi dapat PPI.
dipengaruhi oleh perilaku pasien, seperti PPI memiliki paruh waktu yang
tidak menjaga pola makan dan stress, yang pendek, tetapi karena pembuatan molekul
semuanya dapat menyebabkan GERD. pompa H+/K+ ATPase yang baru
Kebiasaan ini harus dihindari oleh pasien membutuhkan waktu setidaknya 18 jam,
untuk meningkatkan kualitas hidupnya durasi hambatan terhadap asam dapat
(Sharma & Ahuja, 2011). bertahan hingga 24 jam. Diperlukan waktu 3-
Klasifikasi berdasarkan usia ini 5 hari terapi untuk mencapai hambatan asam
bertujuan untuk membedakan rentang usia yang optimal karena tidak semua pompa
tertentu dengan jumlah pasien terbanyak, diinaktifkan pada awal terapi. (Panggabean,
kemudian dibandingkan dengan data pada 2017). Penggunaan PPI sebagai obat pilihan
literatur. Berdasarkan hasil yang diperoleh yang lebih efektif dari H2RA dan merupakan
menunjukkan bahwa data usia paling tinggi pilihan obat yang sesuai untuk digunakan
yaitu pada rentang usia 26-35 tahun (dewasa pada pasien dengan diagnosa GERD yang
awal) sebesar 29,26%. Resiko penyakit sedang sampai yang parah (Dipiro dkk.,
GERD akan meningkat dengan berbagai 2016).
kesibukan pekerjaan dan kegiatan lainnya Penggunaan obat GERD kombinasi
yang sangat berpotensi menimbulkan pola dua obat diperoleh sebanyak 75,6%, dari
hidup tidak sehat dan stress. Oleh karena itu, kombinasi dua obat ini yang paling banyak
angka kejadian GERD paling banyak digunakan adalah kombinasi dari obat
ditemukan pada usia produktif (Patala, R., Pantoprazol + sukralfat yaitu sebanyak
dkk., 2021). 58,54%. Hal ini sejalan dengan literatur yang
Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa menggunakan kombinasi
diperoleh, penggunaan obat monoterapi yang dua obat PPI lebih efektif, dapat mengurangi
digunakan adalah golongan Proton Pump komplikasi dan mempercepat pemulihan jika
Inhibitor (PPI) yaitu Pantoprazol sebanyak dibandingkan dengan monoterapi (Dipiro
7,32%. Terapi PPI merupakan obat dkk., 2016).
terpenting untuk mengobati GERD, menurut

215
Pharmacoscript Volume 4 No. 2 Agustus 2021

Dalam pengobatan GERD, literatur sudah digunakan tepat dosis sebesar


kombinasi tiga obat ditemukan sebesar 97,56% dan hanya 2,44 % yang tidak tepat
17,03% kasus, dengan Pantoprazol + dosis. Menurut literatur menyebutkan bahwa
Sukralfat + Ranitidin terhitung 7,32 % kasus. dosis obat pada sediaan injeksi ranitidine per
Ranitidin merupakan golongan antagonis hari yaitu berada pada rentang 50 mg-150
reseptor H2 yang baik digunakan 30-60 mg (Dipiro dkk., 2016). Pada penggunaan
menit sebelum makan. Namun dalam kasus obat ranitidine dalam hasil penelitian yang
ini ranitidin boleh diberikan setelah makan. digunakan yaitu 100 mg per hari, sehingga
Jika digunakan bersamaan dengan sukralfat walaupun yang diberikan hanya 100mg per
dapat menurunkan konsentrasi pada hari tetap berada dalam rentang terapi
ranitidin. Disarankan bahwa ranitidin tersebut, sehingga dapat dikatakan sudah
diberikan satu atau dua jam setelah sukralfat tepat dosis.
(Rahman A.A., Maulidina, W., dan Kosasih Pada penderita GERD yang
D., 2018). penggunaannya stidak tepat dosis adalah
Selain itu, pada penggunaan terapi pasien yang menggunakan obat sukralfat.
bersamaan, seperti golongan PPI + Sukralfat Menurut literatur dosis sukralfat yaitu 4 g per
+ H2RA tidak di rekomendasikan, karena hari (Badan POM, 2014). Pada data
dapat menambah biaya pengobatan tanpa penelitian yang didapat penggunaan sukralfat
mendapat keefektifan yang maksimal dari yang diberikan pada pasien GERD hanya 3 g
pengobatan tersebut (Dipiro dkk., 2016). per hari. Karena dosis yang diperoleh pasien
Dengan demikian penggunaan obat GERD berada di bawah kisaran terapi, maka tidak
baik tunggal maupun kombinasi harus dapat memberikan respon yang diharapkan
disesuaikan dengan tingkat keparahan dan dan efek terapi tidak akan tercapai,
kondisi pasien. ketidaktepatan dosis ini disebabkan karena
Ketepatan indikasi pengobatan kurangnya dosis yang diberikan.(Santika
GERD di salah satu Rumah Sakit di Bandung dkk., 2019).
adalah 100%. Hal ini didasarkan pada data Berdasarkan data yang diperoleh
yang dikumpulkan dari catatan rekam medis pada pasien GERD di salah satu Rumah Sakit
pasien yang sudah sesuai dengan diagnosis. di Bandung yang dilihat dari ketepatan
Berdasarkan hasil penelitian yang interval waktu pemberian yaitu sebesar
diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan 97,56% sudah tepat dan hanya 9,76% yang
obat GERD yang dibandingkan dengan tidak tepat dalam interval waktu pemberian.

216
Suherman et al.;Pola Penggunaan Obat Pada Pasien…..Pharmacoscript Volume 4 No. 2, Agustus 2021

Menurut literatur interval waktu pemberian dan Sukralfat sebesar 58,54%. Penggunaan
untuk obat sukralfat yaitu 4 x 1 g (Badan obat pada pasien GERD sudah rasional
POM, 2014). dengan persentase penggunaan obat
Pada data penelitian ini penggunaan berdasarkan tepat obat 100%, tepat dosis
sukralfat yang diberikan tidak tepat yaitu 97,56%, tepat interval waktu pemberian
hanya 3 x 1 g. Pasien harus diberikan obat- 97,56% dan tepat rute pemberian 100%.
obatan yang sesederhana mungkin agar lebih
praktis dan mudah diikuti. Frekuensi DAFTAR PUSTAKA
pemberian obat perhari yang semakin sering Badan POM, I. (2014). Informatorium Obat
maka tingkat ketaatan pasien dalam Nasional Indonesia. BPOM.
meminum obat semakin rendah (Kemenkes http://pionas.pom.go.id
RI, 2011). Bestari, M. B. (2011). Penatalaksanaan
Diketahui bahwa rute pemberian obat Gastroesophageal Reflux Disease (
yang digunakan di salah satu Rumah Sakit di GERD ). CDK, 38(7), 490–492.
Bandung 100% tepat untuk semua jenis obat https://doi.org/10.32922/jkp.v6i2.81
yang digunakan, berdasarkan data yang Darnindro, N., Manurung, A., Mulyana, E.,
dikumpulkan di rumah sakit tersebut. & Harahap, A. (n.d.).(2018).
Evaluasi dilakukan dengan menentukan Prevalence of Gastroesophageal
kesesuaian jenis sediaan obat dan rute Reflux Disease ( GERD ) in Dyspepsia
pemberian obat. Cara pemberian obat yang Patients in Primary Referral Hospital.
dipilih harus sesuai dengan obat yang The Indonesia Journal Of
diberikan dan kondisi pasien (Badan POM, Gastroenterologi, Hepatology and
2014). Digestive Endoscopy, 19.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., M., &
KESIMPULAN G.R., Wells, B, G., dan Posey, L. .
Penggunaan obat GERD lebih (2016). Pharmacotherapy A
banyak ditemukan pada pasien perempuan Phatophysiologic Approach (10th
sebesar 53,66% dibandingkan dengan laki- Edition), 289-290. Mc Graw-Hill
laki 46,34%, berdasarkan rentang usia paling Companies United State
banyak 26-35 tahun sebesar 29,26%. Obat El-Serag, H. B., Sweet, S., Winchester, C. C.,
GERD yang paling banyak digunakan adalah & Dent, J. (2014). Update on the
kombinasi dengan 2 obat yaitu Pantoprazol epidemiology of gastro-oesophageal

217
Pharmacoscript Volume 4 No. 2 Agustus 2021

reflux disease: A systematic review. Pada . Pasien GERD Di Instalasi


Gut, 63(6), 871–880. Rawat Inap Rumah Sakit Umum
https://doi.org/10.1136/gutjnl-2012- Anutapura Palu. Journal Of
304269 Pharmaceutical Science and Clinical
Friyanto, D., Lestari, S., Karawang, P., & Research, 2021,01, 62–73.
Karawang, P. (2019). Analisis Rahman, A., Maulidina, W., & Kosasih, E.
Penggunaan Obat Gastroesophageal D. (2018). Gambaran Terapi Awal
Reflux Disease (GERD) Pada Pasien Pada Pasien Gerd ( Gastroesophageal
Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Initial Therapy For Gerd (
Daerah Karawang. Gastroesophageal Reflux Disease )
http://journal.ubpkarawang.ac.id/index Patients In Internist Departement Of
.php/Farmasi/article/view/614 , 240- Rsud Dr . Soekardjo. 2(6), Jurnal
247. Kesehatan Poltekkes Kemenkes RI
Kemenkes RI. (2011). Modul Penggunaan Pangkal Pinang, 69–76.
Obat Rasional. 4-5. Bina Pelayanan Santika, N. Y., Desnita, R., Yuswar, M. A.,
Kefarmasian. Studi, P., Fakultas, F., Universitas, K.,
Ndraha, S., Oktavius, D., Sumampouw, J. L., Pontianak, T., & Obat, J. (2019).
Juli, N. N., & Marcel, R. (2016). Evaluasi Penggunaan Obat Tukak
Artikel Penelitian Faktor-Faktor yang Peptik pada Pasien Tukak Peptik di
Berhubungan dengan Keberhasilan Instalasi Rawat Inap RSUD Sultan
Terapi GERD Factors Associated with Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak.
The Success of GERD Therapy. Majalah Farmaseutik Vol. 15 No. 1 : 1–
Journal Kedokteran Meditek, 22(60), 15.
7–13. Saputera, M. D., & Budianto, W. (2017).
http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.p Diagnosis dan Tatalaksana
hp/Meditek/article/view/1447 Gastroesophageal Reflux Disease (
Panggabean, M. S. (2017). Tinjauan atas GERD ) di Pusat Pelayanan Kesehatan
Pantoprazole - a Proton Pump Primer. Journal Continuing Medical
Inhibitor. 44. CDK.journal-258/ vol.44 Education 44(5), 329–332.
no.(11) th 2017, 831–834. Sharma, P. K., & Ahuja, V. (2011).
Patala, R., Tandi, J., & Ulzmi, N. (2021). Prevalence , severity , and risk factors
Rasionalitas Penggunanaan Obat of symptomatic gastroesophageal

218
Suherman et al.;Pola Penggunaan Obat Pada Pasien…..Pharmacoscript Volume 4 No. 2, Agustus 2021

reflux disease among employees of a


large hospital in Northern India.
Indian J Gastroenterol 30(3), doi:
10.1007/s12664-010-0065-5.128–134.
Syam, A. F., Hapsari, F. C. P., & Makmun,
D. (2016). The Prevalence and Risk
Factors of GERD among Indonesian
Medical Doctors. 20(2),
http://journal.ui.ac.id/health.35–40.

219

Anda mungkin juga menyukai