Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
Ada beberapa faktor seseorang dapat berisiko lebih tinggi menderita GERD pada
evaluasi populasi Asia-Pasifik antara lain mengkonsumsi obat-obatan (teofilinm
antikolinergik, calcium-channel bloker, dsb), riwayat keluarga, status ekonomi tinggi,
makan makanan berlemak, kopi, merokok, alcohol, dan faktor lainnya yaitu Indeks
Massa Tubuh (IMT). Nilai IMT yang tinggi dapat menjadi faktor risiko terjadinya
GERD. Banyak penelitian dikemukakan bahwa obesitas, berat badan, dan bertambahnya
nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) memiliki pengaruh terhadap GERD.(3)
Secara umum, IMT adalah metode yang mudah untuk mengelompokkan berat badan
seseorang, agar dapat dikategorikan dalam kelompok mana nilai IMT individu tersebut. (4)
WHO membagi status berat badan menjadi 6 kelompok berdasarkan nilai IMT. Individu
dikatakan Underweight jika nilai IMT <18.5, Normal jika nilai IMT 18.5-24.9, pre-
obesitas nilai IMT 25-29.9, Obesitas kelas I nilai IMT 30-34.9, Obesitas kelas II nilai
IMT 35-39.9, dan Obesitas kelas III jika nilai IMT lebih dari 40.(5)
Menurut riset dari Riskesdas pada tahun 2018, prevalensi obesitas dewasa usia >18
tahun di Indonesia sebanyak 21,8%, dan berat badan berlebih sebesar 13.6%. (6) Pada
tahun 2013, prevalensi obesitas di Indonesia usia >18 tahun sebesar 14.8%, serta berat
badan berlebih sebesar 11.5%.(6)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vaishnav B et al. (2017) bahwa
prevalensi, frekuensi dan keparahan dari GERD akan meningktakan dengan menigkatnya
IMT.(7) Individu dengan IMT obesitas berisiko tiga kali untuk terjadinya GERD. (8)
Penelitian yang dilakukan oleh Atta MM et al. (2019) terhadap mahasiswa kedokteran di
Saudi Arabia didapatkan hubungan IMT dengan kejadian GERD.(9)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terdapat 20 mahasiswa
kedokteran dengan IMT overweight dan 5 mahasiswa yang mengalami GERD.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan IMT dengan
kejadian GERD di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Lokasi tersebut dipilih
karena belum adanya penelitian mengenai hubungan IMT dengan GERD. Judul dari
penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah Hubungan IMT dengan Kejadian GERD
pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Tanjungpura Tahun 2020.
METODELOGI
3.1 Jenis
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik jenis potong lintang (cross-
sectional).
3.6 Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dari aplikasi GerdQ
yang diciptakan oleh Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI). Kuesioner GerdQ
terdiri dari 6 buah pertanyaan untuk mengetahui hal-hal yang dialami responden
penelitian selama 7 hari terakhir dan tiap pertanyaan terdiri dari 4 pilihan jawaban. Hasil
penilaian dapat dikalkulasi secara otomatis oleh aplikasi dan disajikan dalam bentuk
tabel yang berisi informasi mengenai skor total, jumlah skor yang terpengaruh keluhan
GERD, hasil indetifikasi, probabilitas mengalami luka kerongkongan dan probabilitas
mengalami pH yang abnormal.
Pengukuran IMT memerlukan data berupa berat badan (kg) dan tinggi badan (m).
Berat badan diukur menggunakan timbangan digital merk GEA medical, sedangkan
tinggi badan diukur menggunakan meteran tinggi badan merk GEA medical. Serta
dilakukan pengukuran Status gizi menggunakan standar WHO (Z-score).
Mahasiswa
Analisis Data