Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) kematian di dunia pada rawat

inap akibat gastritis yaitu dengan persentasi 17-21%. Kejadian Gastritis di

Amerika mencapai 22% sedangkan di Indonesia kejadian gastritis cukup

tinggi mencapai 40,80%. Masalah gangguan pencernaan berada pada urutan

ketiga dari 10 gangguan penyakit lainnya dengan kasus mencapai 380.744

(Kemenkes RI, 2018). Menurut data dari World Health Organization (WHO),

persentase angka kejadian gastritis di Indonesia 40,80%, cukup tinggi dengan

prevalensi 274,398 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. (Sunarmi, 2018).

Penderita gastritis pada tahun 2018 sebanyak 36.243 kasus (21,4%), pada

tahun 2019 penderita gastritis sebanyak 39.240 kasus (22,8%), dan pada

tahun 2020 penderita gastritis sebanyak 42.450 kasus (24,2%) (Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2020).

Berdasarkan dari dinas Kesehatan Kota Kendari kejadian gastritis masih

menjadi masalah penyakit terbesar, dapat dilihat data yang didapatkan dari

Dinas Kesehatan Kota Kendari penyakit gastritis masih menjadi 10 masalah

kesehatan terbesar di kota kendari. Pada tahun 2018 dengan prevalensi

sebesar 3.121 kasus dari 370.728 penduduk atau 0,84%, pada tahun 2019

kejadian gastritis di kota kendari dengan prevalensi sebesar 4.856 kasus dari

370.728 penduduk atau 1,30% serta tahun 2020 kejadian gastritis di kota

kendari dengan prevalensi sebesar 5.542 kasus dari 370.728 penduduk atau

1
2

1,49%, dan diharapkan penderita gastritis dapat menurun setiap tahunnya

( Dinas Kesehatan Kota Kendari, 2020).

Penyakit gastritis masuk dalam kategori 10 gangguan penyakit. Penderita

Gastritis pada tahun 2018 sebanyak 1.079 kasus (3,11%), pada tahun 2019

penderita penyakit gastritis sebanyak 1.383 kasus (3,10%), dan pada tahun

2020 penderita gastritis sebanyak 889 kasus (2,56%) (Puskesmas Mokoau,

2020). Selain itu dari 3 Puskesmas yang pernah di kunjungi, yaitu Puskesmas

Mokoau, Puskesmas Poasia, dan Puskesmas Abeli bahwa kasus gastritis

tertinggi terdapat di Puskesmas Mokoau Kota Kendari.

Berdasarkan data gastritis pada remaja yang berusia dari 12 tahun sampai

15 tahun yaitu pada tahun 2018 dengan jumlah 315, pada tahun 2019

mengalami penaikan dengan jumlah 340, pada tahun 2020 mengalami

penurunan dengan jumlah 194 (Puskesmas Mokoau, 2020).

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut dan

kronik. Gastritis dapat mengakibatkan pembengkakan pada mukosa lambung

sampai terlepasnya lapisan mukosa lambung yang akan menimbulkan proses

inflamasi. Gastritis memiliki gejala seperti kembung, sering bersendawa,

mual dan muntah, tidak nafsu makan, dan nyeri pada ulu hati (Rosiani dkk,

2020).

Pengetahuan sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam berperilaku

atau melakukan tindakan. Jika individu mengetahui tentang gastritis, seperti

hal-hal yang menyebabkan kejadian gastritis, maka individu tersebut akan

melakukan suatu tindakan untuk menghindari hal tersebut. Salah satu faktor
3

yang dapat memicu terjadinya penyakit gastritis yaitu tingkat pengetahuan

yang rendah, dimana masyarakat selalu mengutamakan rasa dibandingkan

gizi. Gaya hidup yang kurang baik, yang mana kurang memperhatikan pola

makan sehari-hari dan bahkan sering telat dalam waktu makan (Monica T,

2018).

Tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia masih sangat rendah

mengenai pentingnya menjaga kesehatan lambung, padahal gastritis akan

sangat menganggu aktivitas sehari-hari. Pengetahuan yang baik dan

berperilaku yang positif akan mempengaruhi bagaimana seseorang

melakukan tindakan pencegahan agar gastritis tidak terjadi (Huzaifah Z,

2017).

Stres terhadap gastiritis dimungkinkan karena sistem persarafan diotak

berhubungan dengan lambung, sehingga jika seseorang mengalami stress,

bisa muncul kelainan dalam lambungnya. Stres bisa menyebabkan terjadi

perubahan hormonal didalam tubuh. Perubahan itu akan merangsang sel-sel

dalam lambung yang kemudian memproduksi asam secara berlebihan. Asam

yang berlebihan ini membuat lambung terasa nyeri, perih dan kembung.

Lama-kelamaan hal ini dapat menimbulkan luka di dinding lambung.

Sehingga ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan tingkat stres

dengan kejadian gastritis (Saparina dan Sri, 2020)

Beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang

usia produktif karena tingkat kesibukan serta gaya hidup yang kurang
4

memperhatikan kesehatan serta stres yang mudah terjadi akibat pengaruh

faktor-faktor lingkungan (Sartika dkk, 2020).

Menurut Soetjiningsih (2018) Remaja merupakan masuk dalam kategori

usia produktif, masa remaja adalah masa peralihan dari yang sangat

bergantung dengan orang tua ke masa penuh tanggung jawab serta keharusan

untuk sanggup mandiri, remaja sering terjebak dengan keeadaan stresor

dimana remaja merupakan keadaan dimana menggali identitas diri, dimana

ada kemauan agar bisa ditoleransi dengan pergaulan yang seumuran

kemudian masa ini masa dimana awal mula ketertarikan terhadap seseorang,

serta tuntutan tugas pendidikan yang membuat remaja mengalami stres.

Hasil observasi awal di SMP Negeri 10 Kendari, 7 dari 10 orang siswa

mengalami kejadian gastritis. Berdasarkan masalah di atas maka saya

mengajukan rencana penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dan

tingkat stres dengan kejadian gastritis pada siswa SMP Negeri 10 Kendari

dengan jumlah 160 yang berlokasi di daerah Kambu dan termasuk wilayah

kerja Puskesmas Mokoau.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah :

1. Apakah pengetahuan berhubungan dengan kejadian gastritis pada siswa

SMP Negeri 10 Kendari?

2. Apakah tingkat stress berhubungan dengan kejadian gastritis pada siswa

SMP Negeri 10 Kendari?


5
6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan tingkat stres dengan

kejadian gastritis pada siswa SMP Negeri 10 Kendari

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan data diatas maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kejadian

gastritis pada siswa SMP Negeri 10 Kendari.

b. Untuk mengetahui hubungan tingkat stress dengan kejadian gastritis

pada siswa SMP Negeri 10 Kendari.

D. Fungsi Eksperimen

1. Fungsi Hipotesis

a. Fungsi hipotesis ini adalah bisa pergunakan bagi studi kesehatan

terutama bidang kesehatan penyakit gastritis.

b. Fungsi hipotesis ini bisa dipergunakan untuk masyarakat guna melihat

besarnya kejadian penyakit gastritis.

2. Fungsi Akutual

a. Untuk Penulis

Bagi penulis ini merupakan proses belajar dan sesuatu yang didapatkan

selama kuliah dan sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di

Universitas Mandala Waluya Program Studi Ilmu Keperawatan.


7

b. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan sebagai acuan dalam penelitian

selanjutnya yang akan datang.

c. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dibidang kesehatan

seperti perawat, ahli gizi dan profesi lainnya.

E. Kebaruan Penelitian

Hubungan pengetahuan dan tingkat stres dengan kejadian gastritis

banyak dilakukan sebelumnya, tetapi sejauh penelusuran yang telah dilakukan

peneliti, belum ada penelitian yang sama dengan penelitian yang peneliti

lakukan. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, antara lain:

Tabel 1. Kebaruan Penelitian

No Nama Peneliti Judul Persamaan Perbedaan


1. 1. Laurensiu Fua Hubungan Variabel Variabel
Uwa antara stres dependent, independen,
2. Susi Milwati dan pola desain Lokasi
3. Sulasmini makan dengan penelitian dan penelitian,
Kejadian jenis waktu
gastritis yang penelitian. penelitian.
terjadi di
puskesmas
dinoyo 2019
2. 1. Indra Sartika Hubungan Variabel Variabel
2. Shinta pola makan dependent, independent,
Rositasari dan stres desain Lokasi
3. Wahyu Bintoro dengan penelitian dan penelitian,
kejadian jenis waktu
Gastritis di penelitian. penelitian.
puskesmas
pajang
surakarta
2020.
8

No Nama Peneliti Judul Persamaan Perbedaan


3. 1. Novi Hubungan Desain Variabel
Rosiani pengetahuan penelitian dan penelitian,
2. Bayhakki tentang jenis Lokasi
3. Rani lisa gastritis penelitian. penelitian,
Indra dengan waktu
motivasi penelitian.
untuk
mencegah
kekambuhan
gastritis 2020.
4. 1. Elfira Sri Hubungan Variabel Variabel
Futriani pola makan dependent, independent,
2. Feva dengan desain Lokasi
Tridiyawati kejadian penelitian dan penelitian,
3. Devia Maulana gastritis pada jenis waktu
Putri mahasiswa penelitian. penelitian
tingkat II di
sekolah tinggi
ilmu
kesehatan
abdi nusantara
jakarta 2018
5. 1. Widiya Hubungan Desain Variabel
Tussakinah pola makan penelitian dan penelitian,
2. Masrul dan tingkat jenis Lokasi
3. Ida Rahma stres terhadap penelitian. penelitian,
Burhan kekambuhan waktu
gastritis di penelitian
wilayah kerja
puskesmas
tarok kota
payakumbuh
2017.
6. Thrisia Monica Hubungan Variabel Variabel
antara independent, dependent,
pengetahuan desain Lokasi
dan tingkat penelitian dan penelitian,
stres terhadap jenis waktu
kambuh ulang penelitian. penelitian.
gastritis di
wilayah kerja
puskesmas
kota sungai
penuh 2019.
9

No Nama Peneliti Judul Persamaan Perbedaan


7. 1. Merita Hubungan Variabel Variabel
2. Wilpi Inda tingkat stress dependent, independen,
Sapitri dan pola desain Lokasi
3. Irawati Sukandar konsumsi penelitian penelitian,
dengan dan jenis waktu
kejadian penelitian. penelitian
gastritis di
puskesmas
pakuan baru
jambi 2016.
8. 1. Trimaya Tingkat Jenis Variabel
Cahya pengetahuan penelitian. penelitian,
Mulat dan sikap lokasi
masyarakat penelitian,
terhadap waktu
penyakit penelitian,
gastritis di desain
wilayah kerja penelitian.
puskesmas
barombong
kota makassar
2016.
9. 1. Olivia Hubungan Jenis Variabel
Agatha Kaasi antara penelitian, independent,
2. Angela F. C. Kebiasaan dan variabel lokasi
Kalesaran makan dengan dependent. penelitian,
3. Budi T. kejadian waktu
Ratag gastritis di penelitian,
wilayah kerja desain
puskesmas penelitian.
tateli
kabupaten
minahasa
2019.
10. 1. Suryono Pengetahuan Jenis Variabel
2. Ratna Dwi Pasien Dengan penelitian. penelitian,
Meilani Gastritis lokasi
Tentang penelitian,
Pencegahan waktu
Kekambuhan penelitian,
Gastritis 2016. desain
penelitian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Tentang Gastritis

1. Pengertian Gastritis

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.

Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung

sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab

terpenting gangguan dalam sistem pencernaan. Pelepasan sel epitel akan

merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung. Gastritis yang

dibiarkan tidak terawat akan terus menerus mengalami kekambuhan dan

memberikan efek negatif pada kondisi kesehatan. (Utami dan Imelda,

2018).

Penyakit gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang

bersifat akut, kronik, difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia,

perasaan penuh diperut (tengah), tidak nyaman pada epigastrium, mual,

dan muntah. Penyakit gastritis dapat menyerang semua tingkat usia

maupun jenis kelamin. Beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis

paling sering menyerang usia produktif karena pola makan tidak teratur

dan mengalami stres yang mudah terjadi akibat pengaruh faktor-faktor

lingkungan (Sartika dkk, 2020).

Gastritis merupakan kumpulan gejala seperti nyeri uluhati, mual,

muntah, dan rasa penuh yang dirasakan oleh seseorang yang terkena

penyakit ini. Gastritis terjadi ketika mekanisme proteksi dalam lambung

10
10

mulai berkurang sehingga menimbulkan peradangan (inflamasi). Gastritis

merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik,

difus atau lokak dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut

(begah), tidak nyaman pada epigastrium, mual dan muntah (Ausrianti R,

dkk, 2018).

2. Etiologi

Menurut Mulat (2016) ada banyak hal yang menjadi penyebab

terjadinya penyakit gastritis, namun yang paling umum adalah :

a. Jadwal makan yang tidak teratur membuat lambung sulit beradaptasi

dan dapat mengkibatkan kelebihan asam lambung dan akan

mengiritasi dinding mukosa lambung. Itulah sebabnya salah satu

pencegahan gastritis adalah dengan makan tepat waktu.

b. Stres dapat mengakibatkan perubahan hormonal di dalam tubuh yang

dapat merangsang sel dalam lambung yang berlebihan.

c. Makanan yang teksturnya keras dan dimakan dalam keadaan panas

misalnya bakso, mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein

seperti kopi dan teh, kanan pedas dan asam, dan makanan yang

mengandung gas seperti ubi, buncis, kol dll.

d. Pemakaian obat anti inlamasi nonsteroid seperti aspirin, asam

mefenamat, dan aspilet dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan

produksi asam lambung yang berlebihan sehingga mengiritassi

mukosa lambung karena terjadinya difusi balik ion hydrogen ke epitel


11

lambung. Selain itu jenis obat ini dapat mengakibatkan kerusakan

langsung epitel mukosa karena dapat bersifat iritatif dan sifatnya yang

asam dapat menambah derajat keasaman pada lambung.

e. Konsumsi alcohol berlebihan

Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak sawar

pada mukosa lambung. Rusaknya sawar memudahkan terjadinya

iritasi pada lambung.

f. Iskemia dan Syok

Kondisi skemia dan syok hipovolemia mengancam mukosa lambung

karena penurunan perfusi jaringan lambung yang dapat

mengakibatkan nekrosis lapisan lambung.

g. Konsumsi kimia secara oral yang bersifat asam atau basa

Konsumsi asam maupun basa yang kuat seperti etanol, obat-obatan

seranggga dan hama tanaman. Jenis kimia ini dapat merusak lapisan

mukosa dengan cepat sehingga sangat berisiko terjadi pendarahan.

h. Trauma mekanik

Trauma mekanik yang mengenai daerah abdomen seperti benturan

saat kecelakaan yang cukup kuat juga dapat menjadi penyebab

gangguan keutuhan jaringan lambung.

i. Infeksi mikroorganisme

Koloni bakteri yang menghasilkan toksik dapat merangsang pelepasan

gastrin dan peningkatan sekresi asam lambung seperti bakteri

Helicobacter Pylori.
12

3. Manifestasi Klinis

Menurut Sartika I (2020) Gejala umum kejadian gastritis adalah

mual, perut kembung, muntah, gangguan pencernaan, kehilangan selera

makan, muntah darah atau bubuk seperti kopi. Gastritis selain nyeri di

daerah uluhati juga menimbulkan lemas, terasa sesak, wajah pucat, suhu

badan naik, keluar keringat dingin, pusing, selalu bersendawa dan pada

kondisi yang lebih parah.

4. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul dari gastritis yaitu, gangguan

penyerapan vitamin B12, menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan

besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Gastritis kronis

jika dibiarkan tidak terawat, akan menyebabkan ulkus peptik dan

pendarahan pada lambung. Serta dapat meningkatkan resiko kanker

lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada

dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung (Suryono

& Ratna D.M, 2016)

5. Penatalaksanaan Gastritis

Menurut Suryono & Ratna D.M (2016) diperlukan harus ada suatu

penanganan cukup baik untuk terjadinya komplikasi gastritis yaitu

mengkonsumsi makanan yang kaya serat seperti sayuran dan buah-buahan

yang dapat membantu melancarkan pencernaan. Makan dalam jumlah

kecil tetapi sering, dan minum air putih untuk membantu menetralkan

asam lambung.
13

Menurut Uwa F.L, dkk (2019). Gastritis dapat diatasi dengan cara

mengurangi konsumsi makanan yang dapat mengganggu lambung

(makanan yang terlalu asam dan pedas) serta menghindari makanan yang

bisa membentuk gas sehingga mengakibatkan perut kembung (misalnya

ubi dan nangka) karena dengan pola makan sehari-hari yang seimbang dan

aman, berguna untuk mencapai dan mempertahankan status gizi, kesehatan

yang optimal terutama dalam menghindari kejadian gastritis.

6. Patofisiologi Gastritis

Menurut Suratun & Lusianah (2010) Ada beberapa penyebab yang

dapat menyebabkan gastritis yaitu : obat-obatan, alkohol, garam empedu,

dan zat iritan lainnya dapat merusak mukosa lambung. Mukosa lambung

sangat berperan penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh

HCL dan pepsin. Ketika lambung sering terpapar dengan zat iritan maka

inflamasi akan terjadi terus menerus. Sehingga jaringan yang meradang

akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung akan

hilang, ketika hilang vitamin B12 akan menurun dan tidak dapat lagi

diserap oleh usus halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting

dalam pertumbuhan dan malnutrisi sel darah merah. Pada akhirnya klien

yang mengalami gastritis dapat mengalami anemia, selain itu dinding

lambung menipis rentan perforasi lambung dan pendarahan.

Selain obat-obatan dan zat iritan stres juga dapat menyebabkan

gastritis dikarenakan stres dapat mengakibatkan perubahan hormonal di

dalam tubuh yang dapat merangsang sel dalam lambung yang berlebihan,
14

stres juga dapat merangsang area tertentu pada otak yang meningkatkan

sensitifitas nyeri pada bagian uluhati. Stres juga cenderung menyebabkan

seseorang malas makan atau tidak memiliki keinginan untuk makan,

sehingga tidak makan tepat waktu yang mengakibatkan kekosongan pada

lambung saat jam makan, akibat kekosongan, asam lambung menyebabkan

peradangan pada dinding lambung sehingga menyebabkan rasa sakit atau

nyeri yang kita sebut dengan maag.

7. Pencegahan Gastritis

Menurut Kaasi A.O, dkk (2019) menjelaskan bahwa menjaga

kebiasaan makan dengan baik merupakan suatu perilaku penting yang

dapat meningkatkan status kesehatan individu. Pemilihan jenis makanan

yang tepat merupakan perilaku dalam pencegahan gastritis. Pencegahan

gastritis bisa dilakukan dengan mengurangi konsumsi makanan yang

berisiko meningkatkan asam lambung misalnya makanan pedas, asam,

minuman yang mengandung soda, kopi, makan teratur atau makan dalam

porsi sedikit tapi sering.

Menurut Suryono & Ratna D.M (2016) Pencegahan lain dengan

cara mengkonsumsi makanan yang kaya serat seperti sayuran dan buah-

buahan yang membantu melancarkan kerja pencernaan, serta makan dalam

jumlah kecil tapi sering dan minum air putih untuk membantu menetralkan

asam lambung.

8. Tipe-tipe Gastritis

Menurut Ida Mardalena (2017), gastritis terbagi atas dua, adalah :


15

1. Peradangan Berat

Peradangan Berat adalah terjadinya peradangan pada mukosa lambung

tetapi biasanya hanya terjadi sekilas di mukosa lambung.

2. Peradangan Kritis

Peradangan kritis adalah peradangan pada lambung dalam waktu yang

lama dan diakibatkan karena bakteri Helicobacter pylory.

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan pendengaran (Retnaningsih, 2016).

Pengetahuan merupakan domain yang paling penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang, maka dari itu perilaku yang didasari

dengan pengetahuan dan kesadaran akan bertahan lama dibandingkan

perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran

(Retnaningsih, 2016).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat yaitu (Hendrawan dkk, 2019):

a. Tahu/Know
16

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu meteri yang telah dipelajari

sebelumnya.Termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat

kembali/recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini

adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan

dan sebagianya. Contoh :dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan

kalori dan protein pada anak balita.

b. Memahami/Komprehension

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar objek yang diketahui dan dapat menginter pretasi materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat

menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

c. Aplikasi/Application

Menggunakan materi yang telah dapat pada situasi atau kondisi yang

sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontek

sata usituasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistic

dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan


17

prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah/problem solving cycle

didalam pemecahan masalah dari kasus yang diberikan.

d. Analisis/Analysis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan material atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan

kata-kata kerja: dapat menggambarkan atau membuat bagan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis/Synthesis

Sintesis menuju kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya: dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi/Evaluation

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Pengukuran Tingkat Pengetahuan


18

Menurut Hendrawan, dkk (2019) Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menayakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat

disesuaikan dengan tingkat diatas. Pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan di interprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

a. Baik (Hasil prosentase 76-100%)

b. Cukup (Hasil prosentase 56-75%)

c. Kurang (Hasil prosentase<56%)

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2019), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :

a. Pendidikan

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan bahwa

seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada

pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek

juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua

aspek inilah yang akhirnyaakan menentukan sikap seseorang terhadap

objek tertentu.
19

b. Informasi/media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-

macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru.

c. Sosial, budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial

ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu

yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya

interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman
20

Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan

memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta

pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah

nyata dalam bidang kerjanya.

f. Usia

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik.

C. Tinjauan Umum Tentang Stres

1. Pengertian Stres

Menurut Mahmud, R & Zahrotul, U (2016) Stres merupakan salah satu

reaksi atau respon psikologis manusia saat dihadapkan pada hal-hal yang

dirasa telah melampui batas atau dianggap sulit untuk dihadapi. Menurut

Sinding dan Waldstrom (2018) Stres adalah sebuah respon adaptif dari

setiap individu yang dipengaruhi oleh karakter dari setiap pribadi atau

proses psikologi yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan atau

situasi, keadaan dari luar sehingga menyebabkan adanya tuntutan

psikologis maupun fisik yang khusus pada seseorang. Menurut Luthans

(2018) Stres didefinisikan sebagai respons adaptif terhadap situasi


21

eksternal yang menghasilkan penyimpangan fisik, psikologis, dan atau

perilaku pada anggota lain.

2. Jenis Jenis Stres

Menurut Jenita DT Donsu (2017) secara umum dapat dibagi menjadi

dua yaitu:

a. Stres akut

Stres akut ialah respon tubuh terhadap ancaman tertentu, tantangan

atau bahkan ketakutan. Respon stres akut yang segera dan intensif di

beberapa keadaan dapat menimbulkan gemetaran.

b. Stres kronik

Stres kronik adalah stres yang sangat sulit untuk di pisahkan atau

diatasi, dan mempunyai efek jangka panjang.

3. Dampak Stres

Menurut Manurung (2016) stres dibagi menjadi Stress dapat

berpengaruh terhadap kesehatan dengan dua cara, pertama adanya

perubahan yang di akibatkan oleh stres secara lansung yang dapat

mempengaruhi fisik dan sistem tubuh yang berdampak pada kesehatan.

Kedua secara tidak lansung stres dapat mempengaruhi perilaku individu

sehingga dapat menyebabkan timbuknya berbagai macam penyakit atau

memperburuk konsdisi kesehatan yang sudah ada. Kondisi dari stres ini

terdiri dari beberapa gejala antara lain:

a. Gejala biologis
22

Ada beberapa gejala fisik yang akan di rasakan ketika seseorang

mengalami stres di antaranya sakit kepala yang berlebihan, tidur

menjadi tidak nyenyak, gangguan pencernaan, hilangnya nafsu makan,

gangguan pada kulit, dan produksi keringat yang berlebihan di seluruh

tubuh.

b. Gejala kognisi

Gangguan daya ingat (menurunya daya ingat dan mudah lukan

akan suatu hal), perhatian dan konsentrasi yang berkurang sehingga

seseorang menjadi tidak fokus dalam melakukan suatu hal.

c. Gejala emosi

Gejala emosi di tandai dengan mudah marah, kecemasan yang

berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih dan depresi.

4. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Stres

Menurut Musradinur (2016). Tentunya stresor tersebut berasal dari

berbagai sumber, yaitu :

a. Lingkungan

Yang termasuk dalam stresor lingkungan di sini yaitu:

1) Sikap lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan itu

memiliki nilai negatif dan positif terhadap prilaku masing-masing

individu sesuai pemahaman kelompok dalam masyarakat tersebut.

Tuntutan inilah yang dapat membuat individu tersebut harus selalu

berlaku positif sesuai dengan pandangan masyarakat di lingkungan

tersebut.
23

2) Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti tuntutan yang

sesuai dengan keinginan orang tua untuk memilih jurusan saat akan

kuliah, perjodohan dan lain-lain yang bertolak belakang dengan

keinginannya dan menimbulkan tekanan pada individu tersebut.

3) Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), tuntutan

untuk selalu update terhadap perkembangan zaman membuat

sebagian individu berlomba untuk menjadi yang pertama tahu

tentang hal-hal yang baru, tuntutan tersebut juga terjadi karena rasa

malu yang tinggi jika disebut gaptek.

b. Diri sendiri

1) Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap keinginan yang ingin

dicapai.

2) Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk terus-

menerus menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan

perkembangan.

c. Pikiran

1) Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan

pengaruhnya pada diri dan persepsinya terhadap lingkungan.

2) Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian

yang biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan.

5. Usaha Usaha Mengatasi Stres

a. Prinsip Homeostasis.
24

Stres merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan

cenderung bersifat merugikan. Oleh karena itu setiap individu yang

mengalaminya pasti berusaha mengatasi masalah ini. Hal demikian

sesuai dengan prinsip yang berlaku pada organisme, khususnya

manusia, yaitu prinsip homeostatis. Menurut prinsip ini organisme

selalu berusaha mempertahankan keadaan seimbang pada dirinya.

Sehingga bila suatu saat terjadi keadaan tidak seimbang maka akan ada

usaha mengembalikannya pada keadaan seimbang.

Prinsip homeostatis berlaku selama individu hidup. Sebab

keberadaan prinsip pada dasarnya untuk mempertahankan hidup

organisme. Lapar, haus, lelah, dll. merupakan contoh keadaan tidak

seimbang. Keadaan ini kemudian menyebabkan timbulnya dorongan

untuk mendapatkan makanan, minuman, dan untuk beristirahat. Begitu

juga halnya dengan terjadinya ketegangan, kecemasan, rasa sakit, dst.

mendorong individu yang bersangkutan untuk berusaha mengatasi

ketidak seimbangan ini (Musradinur, 2016)

b. Proses Coping terhadap Stres

Upaya mengatasi atau mengelola stress dewasa ini dikenal

dengan proses coping terhadap stress. Menurut Bart Smet, coping

mempunyai dua macam fungsi, yaitu : (1) Emotional-focused coping

dan (2) Problem-focused coping. Emotionalfocused coping

dipergunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress.

Pengaturan ini dilakukan melalui perilaku individu seperti penggunaan


25

minuman keras, bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak

menyenangkan, dst. Sedangkan problem-focused coping dilakukan

dengan mempelajari keterampilan-keterampilan atau cara-cara baru

mengatsi stres. Menurut Bart Smet, individu akan cenderung

menggunakan cara ini bila dirinya yakin dapat merubah situasi, dan

metoda ini sering dipergunakan oleh orang dewasa. Berbicara mengenai

uapaya mengatasi Stres, Maramis berpendapat bahwa ada bermacam-

macam tindakan yangdapat dilakukan untuk itu, yang secara garis besar

dibedakan menjadi dua, yaitu (1) cara yang berorientasi pada tugas

atau task oriented dan (2) cara yangberorientasi pada pembelaan ego

atau ego defence mechanism (Musradinur, 2016).

Mengatasi stres dengan cara berorientasi pada tugas berarti

upaya mengatasi masalah tersebut secara sadar, realistis, dan rasional.

Menurut Maramis cara ini dapat dilakukan dengan “serangan”,

penarikan diri, dan kompromi. Sedangkan cara yang berorientasi pada

pembelaan ego dilakuakn secara tidak sadar (bahwa itu keliru), tidak

realistis, dan tidak rasional. Cara kedua ini dapat dilakukan dengan :

fantasi, rasionalisasi, identifikasi, represi, regresi, proyeksi, penyusunan

reaksi (reaction formation), sublimasi, kompensasi, salah pindah

(displacement) (Musradinur, 2016).

D. Pengalaman Penelitian

Pengalaman penelitian ini adalah :


26

1. Eksperimen ini telah dilaksanakan oleh Yuly Abdi Zainurridha (2021)

yang berjudul “Stres Dan Pola Makan Terhadap Kejadian Gastritis Pada

Mahasiswa Keperawatan Stikes Bhakti Al-Qodiri” didapatkan bahwa ada

keterkaitan faktor X1 dan faktor Y, dan ada pula keterkaitan faktor X2

dan faktor Y, serta ada keterkaitan semua variabel X1,X@, dan Y pada

mahasiswa keperawatan Stikes Bhakti Al-Qodiri dengan p value (0,002).

2. Penelitian ini dilakukan oleh Thrisia Monica (2019) yang berjudul

“Hubungan Antara Pengetahuan Dan Tingkat Stres Terhadap Kambung

Ulang Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Sungai Penuh”

didapatkan hasil bahwa ada hubungan antar tingkat pengetahuan dengan

kambuh ulang gastritis dengan nilai p value 0,032(P<0,05) dan ada pula

hubungan antara tingkat stres dengan kambuh ulang gastritis di Wilayah

Kerja Puskesmas Sungai Penuh dengan nilai p value 0,020 (P<0,005).

3. Penelitian ini dilakukan oleh Novi Rosiani, Bayhakki dan Rani Lisa Indra

(2020) yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Tentang Gastritis Dengan

Motivasi Untuk Mencegah Kekambuhan Gastritis” didapatkan hasil

bahwa Ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan tentang gastritis dengan motivasi untuk mencegah

kekambuhan gastritis.

4. Penelitian ini dilakukan oleh Indra Sartika, Shinta Rositasari dan Wahyu

Bintoro (2020) yang berjudul “Hubungan Pola Makan Dan Stres Dengan

Kejadian Gastritis Di Puskesmas Pajang Surakarta” didapatkan hasil

bahwa Output SPSS Homser and Lemeshow diperoleh nilai 0.991,


27

sehingga ada hubungan pola makan dan stres dengan kejadian gastritis

pasien rawat jalan di Puskesmas Surakarta.

5. Penelitian ini dilakukan oleh Trimaya Cahya Mulat (2016) yang berjudul

“Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Terhadap Penyakit

Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Kota Makassar”

didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap penyakit gastritis di wilayah kerja Puskesmas Barombong

dalam kategori baik 51 responden, kurang baik 9 responden dan 1

responden buruk.

6. Penelitian dilakukan oleh Merita, Wilpi Inda Sapitri & Irawati Sukandar

(2016) yang berjudul “Hubungan Tingkat Stres Dan Pola Konsumsi

Dengan Kejadian Gastritis Di Puskesmas Pakuan Baru Jambi”

didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan tingkat stres dan pola

konsumsi dengan kejadian gastritis di Puskesmas Pakuan Baru Jambi.

7. Penelitian ini dilakukan oleh Laurensius Fua Uwa, Susi Milwati dan

Sulasmini (2019) yang berjudul “Hubungan Antara Stres Dan Pola

Makan Dengan Kejadian Gastritis Yang Terjadi Di Puskesmas Dinoyo”

didapatkan hasil bahwa ada hubungan pola makan dan tingkat stres

dengan kejadian gastritis sebanyak 72% dengan ρ-value sebesar (0,003)

8. Penelitian ini dilakukan oleh Rahma Elliya dan Leni Haryanti (2019)

yang berjudul “Stres Psikologis dengan Kejadian Gastritis Pada

Narapidana Di Sukadana, Lampung” didapatkan hasil bahwa ada

hubungan stres dengan kejadian gastritis pada narapidana di rumah


28

tahanan Negara klas II B Sukadana sebanyak 130 sedangkan responden

tidak gastritis sebanyak 85, responden stres sebanyak 111, sedangkan

responden tidak stres sebanyak 104 dengan ρ-value = 0,000 OR = 9,012.

9. Penelitian ini dilakuan oleh Rezkiyah Hoesny dan Nurcahaya (2019)

yang berjududl “Stres Dan Gastritis : Studi Crss Sectional Pada Pasien Di

Ruang Rawat Inap Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Bone-Bone”

didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara stres dengan kejadian

gastritis secara statistik signifikan ( ρ-value = 0,002 (0,05).

10. Penelitian ini dilakukan oleh Rizka Ausriani dan Nurleni (2018) yang

berjudul “Hubungan Pola Makan dan Faktor Stress Dengan Kejadian

Gastritis Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. M Jamil Padang”

didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara faktor stress

dengan kejadian gastritis dengan nilai OR=5,200 dengan ρ=0,020

(ρ<0,05) serta terdapat hubungan y ang bermakna antara pola makan

dengan kejadian gastritis dengan nilai OR=4,231 dengan

ρ=0,027(ρ<0,05).
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Peneliti

Gastritis merupakan penyakit pada lambung yang terjadi akibat

peradangan pada dinding lambung. Untuk melindungi lapisan mukosa

lambung dari kerusakan yang diakibatkan asam lambung, dinding lambung

dilapisi oleh lendir (mukus) yang tebal, sehingga apabila mukus tersebut

rusak, dinding lambung rentan mengalami peradangan.

Pengetahuan yang rendah yaitu salah satu faktor kejadian gastritis

dimana masyarakat selalu mengutamakan rasa dibandingkan gizi. Gaya hidup

yang kurang baik, yang mana kurang memperhatikan pola makan sehari-hari

dan bahkan sering telat dalam waktu makan. Pengetahuan sangat berpengaruh

terhadap seseorang dalam berperilaku atau melakukan tindakan. Jika individu

mengetahui tentang gastritis, seperti hal-hal yang menyebabkan kejadian

gastritis, maka individu tersebut akan melakukan suatu tindakan untuk

menghindari hal tersebut.

Tingkat stres yang berlebihan dapat memicu produksi asam lambung

yang berlebihan sehingga menimbulkan gejala maag seperti nyeri dibagian

lambung, begah, hingga kembung, ketika seseorang stres maka otak akan

mengirim pesan pada lambung untuk memproduksi asam berlebih yang

memicu gastritis.

29
30

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan hal tersebut maka kerangka konsep peneliti disusun sebagai

berikut :

Faktor Bebas Faktor Terikat

Pandangan
Kejadian Gastritis

Tahap Stres

Gambar 1. Kerangka Konsep Peneliti

Keterangan :

: V :Variabel terikat

: Hubungan antara faktor yang akan diteliti

: Variabel bebas

C. Variabel Peneliti

A. Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas (Independent) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen atau variabel terikat (Nikmatur Ridha, 2017). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan tingkat stres.

B. Variabel Terikat ( Dependent )

Variabel terikat (Dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen atau variabel
31

bebas (Nikmatur Ridha, 2017). Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah kejadian gastritis.

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Obyektif

1. Kejadian Gastritis

Gastritis merupakan penyakit pada lambung yang terjadi akibat

peradangan pada dinding lambung, sehingga untuk melindungi lapisan

mukosa lambung dari kerusakan yang diakibatkan asam lambung, dinding

lambung dilapisi oleh lendir (mukus) yang tebal, sehingga apabila mukus

tersebut rusak, dinding lambung rentan mengalami peradangan.

Kriteria Objektif :

a. Menderita : Jika responden pernah terdiagnosis gastritis

b. Tidak Menderita : Jika responden tidak pernah terdiagnosis gastritis.

2. Pengetahuan

Adapun yang perlu diketahui adalah penyebab gastritis, jenis-jenis

gastritis, bahaya dari gastritis, makanan apa saja yang dilarang untuk

penyakit gastritis, stres berlebihan apakah bisa membuat penyakit gastritis

bertambah parah, cara mengatasi gastritis, bahaya dari gastritis. Diukur

menggunakan skala Guttman dengan jumlah pertanyaan 10 nomor dengan

nilai 1 untuk jawaban Ya dan nilai 0 untuk jawaban Tidak.

Skor nilai : Skor tertinggi : 10 × 1 = 10 (100%)

Skor terendah : 10 × 0 = 0 (0%)


32

R
Rumus : I
K

Dimana I = Interval

R = Range/kisaran (100-0 = 100)

K = Total golongan 2 (Layak dan kurang layak )

Sehingga , untuk

100 %
¿
2

¿ 50 %

Patokan Rasional :

Layak: jika jawaban narsumber adalah > 50%

Kurang Layak : jika jawaban narasumber adalah ≤ 50%

3. Tingkat Stres
Tingkat Stres yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu

tekanan fisik maupun psikis atau kejadian yang tidak menyenangkan yang

terjadi pada responden, pada stres ini menggunakan instrumen pengukuran

DASS ( Depression Anxiety Stres Scale ) dengan 20 pertanyaan untuk

mengetahui tingkat stres yang dialami responden. Dalam skala

penilaiannya terbagi menjadi dua bagian yaitu Ya dan Tidak. Dengan nilai

1 untuk jawaban Ya dan nilai 0 untuk jawaban Tidak.


33

Kriteria Objektif :

1. Ringan

Jawaban Ya < 6 Pertanyaan

2. Berat

Jawaban Ya ≥ 6 Pertanyaan

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dianjurkan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengetahuan

Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian gastritis.

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian gastritis.

2. Tingkat Stres

Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian gastritis

Ha: Ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian gastritis.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Desain

penelitian sebagai acuan bagi peneliti. Metode eksperimen yang dipakai

dalam penelitian ini merupakan penelitian rasional korelasional dengan

memakai penghampiran individual, (Sugiyono, 2017) Eksperimen ini

digunakan agar untuk melihat keterkaitan antara wawasan dan tingkat stres

dengan kejadian gastritis pada siswa SMP Negeri 10 Kendari. Adapun

rancangan penelitian cross sectional study adalah sebagai berikut

( Notoadmojo, 2012)

Populasi

Sampel

Faktor Risiko + Faktor Risiko -

Dampak - Dampak + Dampak- Dampak +

Ilustrasi 2. Rancangan bentuk Penelitian divisional Study

34
35

B. Periode dan Letak Tempat Eksperimen

1. Periode Eksperimen

Eksperimen ini telah dilakukan pada bulan 27 Juni - 13 Juli 2021

2. Tempat Eksperimen

Eksperimen ini dilakukan pada SMP Negeri 10 Kendari

C. Komunitas dan Spesimen

1. Komuntas

Komunitas adalah semua informasi data yang dibutuhkan untuk

eksperimen (Sumantri, 2016). Komunitas pada eksperimen ini merupakan

semua siswa SMP Negeri 10 Kendari berjumlah 160 siswa.

2. Spesimen

Spesimen eksperimen merupakan setengah dari semua data yang

diteliti (Notoadmojo, 2019). Besar sampel ditentukan dengan

menggunakan rumus Yamane adalah sebagai berikut (Riduwan, 2015).

N
n=
1+ N ( d 2 )

Keterangan :

n = Besarnya sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketetapan (5%) sehingga,

160
n=
1+ 160 ( 0,052 )
36

160
n = 1+ 160 ( 0,0025 )

160
n = 1+ 0,4

160
n = 1,4

n = 114

Agar perimbangan sampel dari masing-masing strata memadai,

maka dalam teknik ini sering pula dilakukan perimbangan antara jumlah

anggota populasi berdasarkan masing-masing strata ( Notoadmojo, 2010).

Maka pengambilan sampel di kelas VII dan VIII yaitu :

Kelas VII (n2) = (N2 x n)/N = (80 x 114)/160

= 57.

Kelas VIII (n3) = (N3 x n)/N = (80 x 114)/160

= 57.

a. Kriteria Sampel

1) Kriteria Inklusi

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Siswa di SMP Negeri 10 Kendari.

b. Dapat membaca dan menulis.

2) Kriteria Esklusi
37

Adapun Adapun kriteria eskluasi dalam penelitian ini adalah :

a. Siswa yang tidak siap menjadi narasumber

b. Tidak bisa mengeja dan menggores.

D. Sumber Data dan Pengumpulan Data

1) Sumber Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden dengan

menggunakan kuisioner.

b. Informasi inferior

Informasi inferior adalah informasi yang ditemukan pada SMP Negeri

10 Kendari.

2) Cara Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan pada siswa di SMP Negeri 10 Kendari dengan

jumlah 114 siswa. Cara mendapatkan spesimen yaitu dengan carasampel

penilaian. Awal sebelum disebarkan link kuisioner, penelaah

melaksanakan penjaringan sampel sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan, kemudian memberitahukan informasi kepada peserta

narasumber tentang eksperimen ini, selanjutnya peserta narasumber yang

mau menjadi narasumber eksperimen bisa mengeja kuisioner yang

dibagikan melalui link yang ada, penelaah mengasihkan waktu kepada

narasumber agar memberikan sanggahan. Setelah itu, menggabungkan

data yang telah diisi oleh siswa dan segera diperiksa kelengkapan datanya.
38

Untuk memperoleh data tentang hubungan stres dengan menggunakan

Depression Anxiety Stres Scale (DASS 42).

E. Pengolahan, Analisa dan Penyajian bahan

1. Penggarapan Bahan

Di Dalam eksperimen ini tahap penggarapan bahan ada empat tahap

yaitu:

a. Koreski, adalah cara yang digunakan untuk mengecek ulang keaslian

bahan yang didapatkan.

b. Pemberian Kode, adalah proses pemberian petunjuk (angka) untuk

bahan.

c. Memasukan bahan, adalah proses memasukan bahan yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel data base computer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat

tabel kontigensi.

2. Analisa Data

Menurut (Rika, 2016). Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian

ini ada dua yaitu :

a. Penjabaran Univariat

Penjabaran ini diberikan tiap faktor dari hasil eksperimen.

(Rika, 2016), yaitu Hubungan Pemahaman dan Tahap Stres.

b. Penjabaran Bivariat
39

Penjabaran bivariat diberikan terhadap dua faktor yang dicurgai

berhubungan (Notoadmodjo, 2010), dalam penelitian ini menggunakan

uji Chi-Square atau sampel yaitu teknik statistik yang digunakan untuk

menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas

dimana data berbentuk nominal dan sampelnya besar (Lia N. R, 2018).

Pedoman untuk melihat besarnya hubungan, maka dilakukan uji

Chi-Square untuk hubungan pengetahuan dan tingkat stres dengan

kejadian gastritis, sedangkan phi untuk melihat keeratan hubungan

tingkat stres dengan kejadian gastritis dengan kategori sebagai berikut

Tabel 2. Interprestasi Koefisien Kolerasi

Interval Koefisien Tingkat Keeratan Hubungan


0,00-0,199 Sangat lemah
0,20-0,399 Lemah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
Sumber : Lia Nova Rukman, 2018
40

c. Penyajian Data

Selesai pengolahan, bahan ditampilkan kedalam model tabulasi lalu

dinarasikan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Stres

dengan Kejadian Gastritis pada Siswa SMP Negeri 10 Kendari.

F. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan ijin kepada Kepala

Sekolah SMP Negeri 10 Kendari dengan tembusan Rektor Universitas

Mandala Waluya Kendari untuk mendapatkan persetujuan. Masalah etika ini

meliputi :

a. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)

Lembar persetujuan, diberikan kepada subyek yang akan diteliti.

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan, serta

dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika

responden bersedia diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan tersebut. Jika responden tersebut menolak untuk diteliti, maka

peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati responden tersebut.

b. Tanpa Nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

namanya pada lembar kuisioner, cukup dengan memberi nomor kode pada

masing-masing lembar tersebut.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah didapatkan oleh peneliti dari

responden akan dijamin kerahasiaannya.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis SMP Negeri 10 Kendari

Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 10 Kendari merupakan

salah satu Sekolah Negeri yang terletak di Kecamatan Kambu Jalan. Prof.

Dr. Abdurrauf Tarimuna No.G.96. Letak Sekolah Menengah Pertama

Negeri (SMPN) 10 Kendai dengan batasan-batasan sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan pemukiman warga

b. Sebealah Timur berbatasan dengan jalan raya

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sekolah Dasar Negeri 93 Kendari.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan perkebunan warga

2. Keadaan Demografis SMP Negeri 10 Kendari

No Sarana dan Prasarana Jumlah


1. Gedung Sekolah 11 Unit
2. Kantor 1 unit
3. Ruang Sekolah 21 unit
4. Ruang Perpustakaan 1 unit
5. Ruang UKS 1 unit
6. Ruang Lab TIK 1 unit
7. Ruang Guru 2 unit
8 Ruang Seni 1 unit
9. Ruang Osis 1 unit
10. Ruang BP 1 unit
11. Gedung Musolah 1 unit
12. Lapangan Basket 1 unit
13. Lapangan Bola 1 unit
14. Lapangan Bulu Tangkis 1 unit

41
Sekolah SMP Negeri 10 Kendari di pimpin oleh seorang Kepala

Sekolah yaitu Waode Nurhafiah, S.Pd dan di bantu oleh 47 guru.

42
42

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 Juni sampai 13 Juli 2021 yang

bertempat di SMP Negeri 10 Kendari dengan responden berjumlah 114 siswa.

1. Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SMP


Negeri 10 Kendari Tahun 2021
No Jenis Kelamin n %
1. Laki-Laki 55 48,2
2. Perempuan 59 51,8
Jumlah 114 100
Sumber : Data Primer 2021

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden berjenis

kelamin perempuan lebih banyak yaitu 59 responden (51,8%) dan

responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 55 responden (48,2%).

b. Kelompok Umur

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di


SMP Negeri 10 Kendari Tahun 2021
No Umur n %
1. 12 Tahun 32 28,1
2. 13 Tahun 25 21,9
3. 14 Tahun 28 24,6
4. 15 Tahun 29 25,4
Jumlah 114 100
Sumber : Data Primer 2021

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 114 responden yang terbanyak

12 Tahun berjumlah 32 responden (28,1%) dan yang terendah 13 Tahun

berjumlah 25 responden (21,9%).


43

c. Kelompok Kelas

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Kelas di


SMP Negeri 10 Kendari Tahun 2021
No Kelas n %
1. Kelas VII 57 50
2. Kelas VIII 57 50
Jumlah 114 100
Sumber : Data Primer 2021

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden kelas VII

yaitu 57 responden (50%) dan responden VIII berjumlah 57 orang

responden (50%).

2. Analisa Univariat

Untuk mendeskripsikan variabel distribusi frekuensi dan persentase

setiap variabel :

a. Kejadian Gastritis

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Gastritis


pada Siswa di SMPN 10 Kendari Tahun 2021.
No Kejadian Gastritis n (%)
1. Ya 65 57,0
2. Tidak 49 43,0
Total 114 100
Sumber : Data Primer 2021

Dari tabel diatas didapatkan responden yang mengalami kejadian

gastritis sebanyak 65 responden (57,0%) dan yang tidak mengalami

kejadian gastritis berjumlah 49 responden (43,0%).


44

b. Pengetahuan

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan pada


Siswa di SMPN 10 Kendari Tahun 2021
No Pengetahuan n (%)
1. Cukup 63 55,3
2 Kurang 51 44,7
Total 114 100
Sumber : Data Primer 2021

Dari tabel diatas didapatkan responden yang mempunyai

pengetahuan cukup sebanyak 63 responden (55,3%) dan pengetahuan

kurang berjumlah 51 responden (58,2%).

c. Tingkat Stres

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Stres pada


Siswa di SMPN 10 Kendari Tahun 2021
No Tingkat Stres n (%)
1. Ringan 47 41,2
2. Berat 67 58,8
Total 114 100
Sumber : Data Primer 2021

Dari tabel diatas didapatkan responden yang mempunyai tingkat

stres dengan kategori ringan sebanyak 47 responden (41,2%) dengan

kategori berat berjumlah 67 responden (58,2%).

3. Analisa Bivariat

Dalam penelitian ini digunakan analisa bivariat dimana untuk melihat

adanya hubungan variabel independen dengan variabel dependen pada

setiap responden.
45

Tabel 9. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kejadian Gastritis


pada Siswa di SMPN 10 Kendari Tahun 2021
Kejadian Gastritis
Total % Statistik
No Pengetahuan Ya Tidak
n % n %
1. Cukup X2 hit
37 32,5 26 22,8 63 55,3
=0,049
2. Kurang X2 tab =
28 24,6 23 20,2 51 44,7
3,481
ρ-Value =
Total 65 57,0 49 43,0 141 100
0,826
Sumber : Data Primer 2021

Dari tabel diatas terlihat bahwa responden yang pengetahuan cukup

berjumlah 63 orang responden (55,3%) yang terdiri dari 37 responden

(32,5%) mengalami kejadian gastritis dan 26 orang responden (22,8%)

tidak mengalami kejadian gastritis, sedangkan kategori pengetahuan yang

kurang berjumlah 51 responden (44,7%) yang terdiri dari 28 responden

(24,6%) mengalami kejadian gastritis dan 23 responden (20,2%) tidak

mengalami kejadian gastritis. Hasil distribusi responden menunjukkan

siswa dengan pengetahuan cukup cenderung lebih besar dibandingkan

dengan siswa yang berpengatuan kurang.

Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 37 responden (32,5%)

dengan pengetahuan cukup tetapi masih rentan terkena kejadian gastritis,

hal ini menunjukkan bahwa walaupun responden memiliki tingkat

pengetahuan cukup namun responden tidak mengaplikasikannya didalam

kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maulana

Malik Ibrahim (2020) bahwa apabila individu hanya mengetahui tetapi

tidak mengaplikasikannya, maka pengetahuan tersebut akan sia-sia.


46

Dan terdapat pula 23 responden (20,2%) dengan pengetahuan kurang

tetapi tidak mengalami kejadian gastritis, hal ini disebabkan karena

meskipun responden mempunyai pengetahuan yang kurang tetapi

responden memahami dan melakukan tindakan pencegahan gastritis di

kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Erika

Dumalestari Siallagan (2020) hal ini menunjukkan bahwa sebagian

responden memahami dan melakukan tindakan pencegahan gastritis

dengan baik. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2014).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan X 2 hitung 0,049 < X2 tabel 3,481

dan nilai ρ -Value = 0,826, yang artinya 0,826 > 0,05 dan nilai phi= 0,038

yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak dengan demikian tidak ada

hubungan, dengan tingkat keeratan lemah antara pengetahuan dengan

kejadian gastritis siswa di SMPN 10 Kendari. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Rosyanti (2020) dengan judul Hubungan Pengetahuan Tentang

Gastritis dengan Kejadian Gastritis pada Remaja Putri An Nur Wahidah

bahwa hasilnya menunjukkan tidak ada hubungan antara pengertahuan

dengan kejadian gastritis pada remaja putri An Nur Wahidah dengan

menggunakan uji chi square dan menggunakan aplikasi SPSS dan

chisquare hasil signifikannya yaitu 0,365, karena 0,365 > 0,05 sehingga

Ho diterima.
47

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rahmi Kurnia Gustin

(2016) dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

gastritis pada pasien yang berpbat jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota

Bukitinggi, bahwa hasilnya tidak ada hubungan pengetahuan dengan nilai

P-Value = 0,554, karena 0,554 > 0,05 sehingga tidak ada hubungan.

Tabel 10. Hubungan Antara Tingkat Stres dengan Kejadian Gastritis


pada Siswa di SMPN 10 Kendari Tahun 2021
Kejadian Gastritis
Total % Statistik
No Tingkat Stres Ya Tidak
n % n %
1. Ringan X2 hit
15 13,2 32 28,1 47 41,2
=18,856
2. Berat X2 tab =
50 43,9 17 14,9 67 58,8
3,481
P-Value =
Total 65 57,0 49 43,0 141 100
0,000
Sumber : Data Primer 2021

Dari tabel diatas terlihat bahwa responden yang tingkat stres ringan

berjumlah 47 responden (41,2%) yang terdiri dari 15 responden (13,2%)

mengalami kejadian gastritis dan 32 responden (28,1%) tidak mengalami

kejadian gastritis, sedangkan kategori tingkat stres yang berat berjumlah

67 responden (58,8%) yang terdiri dari 50 responden (43,9%) mengalami

kejadian gastritis dan 17 responden (14,9%) tidak mengalami kejadian

gastritis. Hasil distribusi responden menunjukkan siswa dengan tingkat

stres berat cenderung lebih besar dibandingkan dengan siswa dengan

tingkat stres ringan.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa 32 (28,1%) responden

mengalami stres ringan dan 17 (14,9%) responden mengalami stres berat


48

tetapi sama-sama tidak mengalami kejadian gastritis. Hal ini menunjukkan

bahwa responden sudah memahami memajemen stres dengan baik.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan X2 hitung 18,856 > X2 tabel

3,481 dan nilai ρ-Value = 0,000, yang artinya 0,000 < 0,05 dan nilai phi =

0,425 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dengan demikian ada

hubungan, dengan tingkat keeratan sedang antara tingkat stres dengan

kejadian gastritis siswa di SMPN 10 Kendari. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Laurensius Fua Uwa, dkk (2019) dengan judul hubungan antara

stres dan pola makan dengan kejadian gastritis yang terjadi di Puskesmas

Dinoyo didapatkan hasil bahwa ada hubungan stres dan pola makan

dengan kejadian gastritis dengan nilai ρ-Value = 0,003< 0,05.

C. Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Gastritis pada Siswa SMP

Negeri 10 Kendari.

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.

Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung

sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi penyebab

terpenting gangguan dalam sistem pencernaan. Pelepasan sel epitel akan

merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung. Gastritis yang

dibiarkan tidak terawat akan terus menerus mengalami kekambuhan dan

memberikan efek negatif pada kondisi kesehatan. (Utami dan Imelda,

2018).
49

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa responden yang

pengetahuan cukup berjumlah 63 responden yang terdiri dari 37 responden

(32,5%) mengalami kejadian gastritis dapat diketahui bahwa pada

umumnya responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang kejadian

gastritis, tetapi tidak diterapkan didalam kehidupan sehari-hari, dengan

demikian responden beresiko terkena gastritis dan 26 responden (22,8%)

tidak mengalami kejadian gastritis dikarenakan responden sudah

memahami tentang pola makan teratur, hal apa saja yang akan memicu

terjadinya gastritis serta makanan yang dilarang pada penderita gastritis

dan responden menerapkan didalam kehidupan sehari-harinya sehingga

responden tidak mengalami gejadian gastritis.

Responden yang pengetahuan kurang berjumlah 51 responden

(55,3%) yang terdiri dari 28 responden (24,6%) mengalami kejadian

gastritis dikarenakan faktor kurangnya pengetahuan serta kurangnya rasa

ingin tahu responden dalam mencari informasi mengenai gastritis sehingga

pengetahuan yang kurang akan mempengaruhi sikap responden, semakin

rendah pengetahuan maka semakin negatif juga sikap responden dalam

kehidupan sehari-hari mengenai kejadian gastritis dan 23 responden

(20,2%) tidak mengalami kejadian gastritis dikarenakan meskipun

pengetahuan responden kurang tetapi perilaku responden baik dalam

tindakan pencegahan gastritis.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan X 2 hitung 0,049 < X2 tabel 3,481

dan nilai ρ-Value = 0,826, yang artinya 0,826 > 0,05 dan nilai phi= 0,038
50

yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak dengan demikian tidak ada

hubungan,dengan tingkat keeratan lemah antara pengetahuan dengan

kejadian gastritis siswa di SMPN 10 Kendari.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rosyanti (2020) dengan judul

Hubungan Pengetahuan Tentang Gastritis dengan Kejadian Gastritis pada

Remaja Putri An Nur Wahidah bahwa hasilnya menunjukkan tidak ada

hubungan antara pengertahuan dengan kejadian gastritis pada remaja putri

An Nur Wahidah dengan menggunakan uji chi square dan menggunakan

aplikasi SPSS dan chisquare hasil signifikannya yaitu 0,365, karena 0,365

> 0,05 sehingga Ho diterima.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rahmi Kurnia Gustin

(2016) dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

gastritis pada pasien yang berpbat jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota

Bukitinggi, bahwa hasilnya tidak ada hubungan pengetahuan dengan nilai

ρ-Value = 0,554, karena 0,554 > 0,05 sehingga tidak ada hubungan.

2. Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Gastritis pada Siswa SMP

Negeri 10 Kendari.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden yang mengalami stres

ringan berjumlah 47 responden yang terdiri dari 15 responden (13,2%)

mengalami kejadian gastritis, pada umumnya faktor stres responden yaitu

perubahan pembelajaran secara daring sehingga memiliki beberapa

tantangan yang berbeda dalam pelaksanaan belajar, penyampaian materi

yang tidak sejelas tatap muka secara langsung serta menumpuknya tugas
51

sehingga membuat responden kesusahan dalam memanajemen waktu serta

jadwal makan responden tidak teratur, sehingga hal itu yang membuat

responden mengalami kejadian gastritis, dan 32 responden (28,1%) tidak

mengalami kejadian gastritis dikarenakan responden sudah memahami

tentang memajemen stres, dan sudah paham dalam mengelola waktu

belajar, bermain, dan makan sehingga responden lebih santai dalam

menjalani aktifitas sehari-hari maupun proses belajar yang sudah

mengalami perubahan, serta adanya keikutsertaan orang tua dalam

mengola stres dan perhatian orang tua terhadap responden.

Responden yang stres berat berjumlah 67 responden (58,8%) yang

terdiri dari 50 responden (43,9%) mengalami kejadian gastritis

dikarenakan beberapa faktor yaitu terutama faktor kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan secara daring karena diakibatkan oleh masa

pandemi seperti memunculkan pengeluaran baru untuk kuota internet hal

ini bisa menjadi masalah bagi orang tua responden yang memiliki

kesulitan finansial dalam model pembelajaran, kecewa ketika nilai yang

diperoleh menurun, stres ketika tidak dapat mengerjakan tugas tepat waktu

serta kesulitan dalam mengatur waktu yang membuat juga jadwal makan

menjadi tidak teratur, kesulitan dalam mengerjakan tugas, jaringan internet

yang tidak stabil, kurang mudah memahami materi pembelajaran, serta

perbedaan akses tekonologi yang siswa miliki sehingga kesulitan dalam

pengiriman tugas-tugas dan 17 responden (14,9%) tidak mengalami

kejadian gastritis dikarenakan responden sudah mampu mengelola stres,


52

seperti halnya ketika lelah dalam mengerjakan tugas responden

menyelingkan waktu dengan bermain game kesukaan, beberapa responden

juga ketika stres menumpuk tugas mengalihkan dengan melakukan

olahraga seperti senam, membuat kerajinan, mendengarkan musik serta

istirahat dengan tidur yang cukup.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan X2 hitung 18,856 > X2 tabel

3,481 dan nilai ρ-Value = 0,000, yang artinya 0,000 < 0,05 dan nilai phi

=0,425 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dengan demikian ada

hubungan, dengan tingkat keeratan sedang antara tingkat stres dengan

kejadian gastritis siswa di SMPN 10 Kendari. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Laurensius Fua Uwa, dkk (2019) dengan judul hubungan antara

stres dan pola makan dengan kejadian gastritis yang terjadi di Puskesmas

Dinoyo didapatkan hasil bahwa ada hubungan stres dan pola makan

dengan kejadian gastritis dengan nilai ρ-Value = 0,003< 0,05.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan

kejadian gastritis pada siswa SMPN 10 Kendari, juga mengetahui tingkat

stres dengan kejadia gastritis pada siswa SMPN 10 Kendari.

Berdasarakan hasil penelitian maka diperoleh :

1. Tidak ada hubungan dengan tingkat keeratan lemah antara pengetahuan

dengan kejadian gastritis pada siswa SMPN 10 Kendari dengan nilai ρ-

Value = 0,826, yang artinya 0,826 > 0,05 dan nilai phi = 0,038

2. Ada hubungan dengan tingkat keeratan sedang antara tingkat stres dengan

kejadian gastritis pada siswa SMPN 10 Kendari dengan nilai ρ-Value =

0,000, yang artinya 0,000 < 0,05 dan nilai phi = 0,425

B. Saran

1. Peneliti menyarankan agar responden lebih mengembangkan pengetahuan

terhadap kejadian yang akan mengakibatkan gastritis dengan cara

mengikuti penyuluhan kesehatan, membaca sumber informasi terkait

gastritis.

2. Peneliti menyarankan untuk menjaga kesehatan serta mampu

memanjemen stres dengan baik dengan relaksasi yang cukup, olahraga,

menjaga pola makan secara teratur dan memenuhi nutrisi seimbang untuk

tubuh.

53
3. Untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih jauh mengenai hubungan antara

pengetahuan dan tingkat stres dengan kejadian gastritis berdasarkan klasifikasi umur

dan jenis kelamin.

54

Anda mungkin juga menyukai