Anda di halaman 1dari 23

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARG DENGAN KEPATUHAN BEROBAT

PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS KLAPANUNGGAL

SKRIPSI

RISKITA AYU
215139062

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2021
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT


PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS KLAPANUNGGAL

SKRIPSI

Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep)

RISKITA AYU
215139062

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2022
PERNYATAAN PERSETUJUAN
SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT


PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS KLAPANUNGGAL

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Porgram Studi
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Indonesia

Jakarta, Oktober

Pembimbing I Pembimbing II

( ) ( )

Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan

(Ns. )
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal ini diajukan oleh


Nama : Riskita Ayu
Program Studi : Keperawatan
NPM : 215139062
Judul : “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat
Penderita Hipertensi Di Puskesmas Klapanunggal”.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dosen penguji dan diterima sebagai


persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Ns. (……………..)

Penguji II : Ns. (……………..)

Penguji III : (……………..)

Ditetapkan di : Universitas Respati Indonesia


Tanggal : Oktober 2022
BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang kenapa penelitian ini diambil dan tujuan yang diinginkan
peneliti dalam penelitian ini.

1.1 Latar Belakang


Hipertensi masih menjadi permasalahan dunia dan negara berkembang. Hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor satu secara global. Permasalahan tersebut akan
terus muncul apabila pasien tidak melakukan kontrol secara teratur. Pemeriksaan
hipertensi bersifat kontinu dengan tujuan untuk mempertahankan kadar tekanan darah
yang normal dan harus disertai dengan perubahan gaya hidup (Effendi, 2017)

Hipertensi ialah suatu masalah kesehatan yang cukup tinggi di dunia. Menurut data
World Healty Organization (WHO) (2015) menunjukan prevelensi penderita
hipertensi terjadi pada ke lompok umur dewasa yang berumur ≥ 25 tahun yaitu sekitar
40%. Hipertensi diprediksi dapat menyebabkan kematian yaitu sekitar 7,5 juta dan
penyebab kematian di dunia yaitu sekitar 12,8%. Adapun di Amerika Serikat
Diprediksi terdapat 33,8% penduduknya menderita hipertensi yang terjadi pada jenis
kelamin laki - laki maupun perempun. Adapun di Indonesia, prevelensi penderita
hipertensi menurut Depertemen Kesehatan yaitu terdapat sekitar 31,7%, dimana
hanya 7,2 dari 31,7% penduduk yang mempunyai pemahaman mengenai hipertensi
serta terdapat kejadian yang minum obat hipertensi hanya sekitar 0,4%.

Riskesdas (2018), menjelaskan Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang


memiliki prevalensi tertinggi yang didiagnosa di fasilitas kesehatan dengan jumlah
kasus mencapai 185.857. Prevalensi hipertensi di Indonesia pada umur ≥ 18 tahun
sebesar 34,1% dengan penderita hipertensi tertinggi di Kalimantan selatan sebesar
44,1% sedangkan untuk Sulawesi selatan menempati urutan ke 13 tertinggi dengan
31,9%. Berdasarkan jenis kelamin Prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung
lebih tinggi daripada laki - laki dengan dan prevalensi hipertensi di perkotaan
cenderung lebih tinggi daripada di pedesaan.Prevalensi hipertensi di Indonesia pada
kelompok usia 15 – 24 tahun adalah 13,2% pada kelompok usia 25 - 34 tahun adalah
20,1%, kelompok umur 35 – 44 tahun 31,6% usia 45 – 54 tahun 45,3%, usia 55 - 64
tahun 55,2% untuk usia 65 - 74 tahun 63,2% sedangkan lebih dari 75 tahun adalah
69,5%, dengan prevalensi yang tinggi tersebut hipertensi yang tidak disadari jumlahnya
bisa lebih tinggi lagi. Berdasarkan data dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota
Makassar (2015) menjelasakan terdapat kasus hipertensi sebanyak 11,596
dengan rincian jenis kelamin laki – laki 4.277 kasus dan perempuan 7319 kasus.

Pada tahun 2016 di Jawa Barat ditemukan 790.382 orang kasus hipertensi (2,46 %
terhadap jumlah penduduk ≥ 18 tahun), dengan jumlah kasus yang diperiksa sebanyak
8.029.245 orang, tersebar di 26 kabupaten/kota, dan hanya 1 kabupaten/kota (Kabupaten
Bandung Barat), tidak melaporkan kasus hipertensi, Jawa Barat menempati peringkat ke
2 pada tahun 2018 sebesar 39,1 % (Dinas Kesehatan, 2017). Prevalensi hipertensi
penduduk Kota Bogor kelompok umur diatas 18 tahun, sebesar 1,49%. Sedangkan
prevalensi Provinsi Jawa Barat itu sebesar 2,46% (Dinas Kesehatan, 2017). Berdasarkan
data Puskesmas Bogor Utara tahun 2018 , terdapat jumlah suspek 47.722 dan jumlah
yang dilakukan pengukuran tekanan darah 6.726. Jumlah kasus yang diobati hanya
1.979. Berdasarkan data tersebut angka keberhasilan pengobatan masih sangat rendah.
Angka keberhasilan pengobatan merupakan jumlah semua kasus hipertensi yang diobati
dan dilaporkan, maka angka keberhasilan pengobatan hipertensi di Indonesia pada tahun
2016 sebesar 100% (Permenkes, 2016). Dari data Puskesmas Bogor Utara , disebutkan
bahwa angka keberhasilan pengobatan Puskesmas Bogor Utara Kota Bogor yaitu
29,42%. Maka capaian angka keberhasilan hipertensi di Puskesmas Bogor Utara masih
rendah (Profil Puskesmas Bogor Utara, 2018).

Pasien yang memiliki dukungan dari keluarga mereka menunjukkan perbaikan perawatan
dari pada yang tidak mendapat dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga dapat berupa
perhatian mengenai penyakit mereka atau mengingatkan untuk minum obat. Penelitian
lain di Durango menemukan bahwa ada hubungan yang kuat antara dukungan keluarga
dan keberhasilan terapi pada pasien hipertensi (Effendi, 2017). Bagi penderita hipertensi,
kepatuhan terhadap pengobatan merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan pengobatan (Yue, et al., 2014). Namun, kepatuhan terhadap pengobatan
seringkali rendah. Studi kepatuhan terhadap pengobatan pada penderita hipertensi pernah
dilakukan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada tahun 2011 yang menunjukan bahwa
dari 215 responden diketahui 37,7% tidak patuh menggunakan obat antihipertensi
(Saepudin, et al., 2013)
Hipertensi dapat disertai gejala ataupun tanpa gejala yang memberi ancaman
terhadap kesehatan secara terus - menerus (Vitahealth, Situmorang, 2015). Gejala yang
sering muncul berupa nyeri kepada kepala atau rasa berat pada tengkuk, vertigo,
merasa selalu berdebar - debar, merasa mudah lelah, penglihatan kabur, telinga
berdenging, serta dapat mengalami mimisan. Jika terjadi peningkatan tekanan darah
dalam kurun waktu lama dapat menybabkan rusaknya jaringan pada ginjal atau
biasa disebut gagal ginjal, juga dapat terjadi jantung koroner serta gangguan pada otak
yang menimbulkan penyakit stroke, sehingga sangat penting untuk mendeteksi
lebih awal tekanan darah agar lebih mudah mendapatkan pengobatan.

Indonesia sendiri kesadaran untuk melakukan pencegahan hipertensi, kekambuhan dan


komplikasi dari hipertensi masih sangat rendah (Notoadmojo, 2012). Rendahnya
kesadaran keluarga untuk memeriksakan tekanan darahnya secara rutin dan memiliki
pola makan yang tidak sehat serta kurangnya olah raga merupakan pemicu terjadinya
peningkatan kasus hipertensi (Hamid, 2013)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang maka rumusan masalahnya adalah: “Apakah ada
hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat penderita hipertensi Di Wilayah
Puskesmas Klapanunggal.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan keluarga dan kepatuhan berobat penderita
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Dampit Kabupaten Malang.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi dukungan keluarga penderita hipertensi di wilayah Puskesmas
Klapanunggal.
b. Mengidentifikasi kepatuhan berobat penderita hipertensi di wilayah Puskesmas
Klapanunggal.
c. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat penderita
hipertensi di wilayah Klapanunggal.
1.4 Manfaat Penilitian
1.4.1 Bagi Puskesmas
Hasil penilitian ini diharapkan dapat memberikan referensi serta menambah
pengetahuan bagi tenaga medis khususnya perawat dalam memberikan informasi
kepaada keluarga dan pasien agar dapat menjalankan intervensi yang sesuai pada
keluarga yang terkena hipertensi.

1.1.1 Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi serta menambah
pengetahuan bagi peneliti selanjutnya serta dapat pengembangan ilmu pengetahuan
dalam bidang keperawatan khususnya dalam keperawatan keluarga untuk
dimanfaatkan sebagai sumber belajar.

1.1.2 Bagi Institusi Pendidikan


Penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dalam kurikulum untuk menambah dan
mengembangkan literatur dalam memberikan pengetahuan mahasiswa tentang
Hubungan dukungan keluarga terhadap motivasi ke keluarga untuk sembuh dari
hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka berisi teori-teori yang mencakup apa yang dibahas dalam penelitian.
Penelitian ini membahas tentang Hipertensi, Keluarga, dan Dukungan Keluarga.

2.1 Konsep Hipertensi


2.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi berawal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper ialah
tekanan yang berlebihan dan tension ialah tensi. Hipertensi merupakan kondisi
dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam kurun waktu
yang lama) yang dapat menyebabkan kesakitan pada seseorang dan bahkan
dapat menyebabkan kematia. Seseorang dapat disebut menderita hipertensi jika
didapatkan tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg (Yeyeh,
2019).

Tekanan darah yang selalu tinggi dan tidak diobati atau dicegah sejak dini,
maka sangat berisiko menyebabkan penyakit degeneratif seperti retinopati,
penebalan dinding jantung, kerusakan ginjal, jantung koroner, pecahnya
pembuluh darah, stroke, bahkan dapat menyebabkan kematian mendadak.

2.1.2 Jenis Jenis Hipertensi


Berdasarkan penyebabnya, jenis hipertensi terbagi menjadi dua yaitu hipertensi
primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi perimer adalah terjadinya peningkatan
tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti faktor genetik, jenis kelamin, diet
dan gaya hidup. Hipertensi sekunder merupakan peningkatan tekanan darah karena
suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid
(Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain penggunaan kontrasepsi
oral, neurogenik, peningkatan volume intravaskuler, stress dan luka bakar (Udjianti,
2010).

2.1.3 Penyebab Hipertensi


Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dua golongan yaitu hipertensi
esensial yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang diketahui
penyebabnya seperti gangguan ginjal, gangguan hormon, dan sebagainya
(Anggara, 2013).

Dalam kasus hipertensi ditemukan faktor risiko terjadinya penyakit tidak


menular, faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor genetik yang
merupakan faktor yang tidak dapat diubah (unchanged riskfactor), dan faktor
risiko yang dapat diubah (change risk factor), misalnya, pola makan yang tidak
seimbang, makanan yang mengandung zat adiktif, mengkonsumsi rokok, kurang
berolah raga dan faktor kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap
kesehatan (Agnesia, 2012).
Terjadinya perubahan gaya hidup seperti pada perubahan pola makan,
diantaranya makanan siap saji yang mengandung banyak lemak, protein, dan
garam yang tinggi tetapi rendah serat pangan, dapat membawa konsekuensi
sebagai salah satu faktor berkembangnya penyakit degeneratif seperti
hipertensi (Arif, 2013).
2.1.4 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah berdasarkan sistolik dan diastolik, antara lain (Santosa &
Fredy, 2014):

a. Diuretika Merupakan golongan obat hipertensi yang mekanisme pengeluaran cairan tubuh
via urine. Tetapi karena merupakan jenis potasium kemungkinan akan terbuang dalam
cairan urine, maka perlu dilakukan pengontrolan konsumsi potasium.
b. Beta Blockers Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah
melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar pembuluh darah.
c. Calsium channel blocker Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam
pengontrolan yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau hipertensi melalui
proses relaksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh darah. Hipertensi
esensial tidak diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
komplikasi. Tindakan awal pada perubahan adalah mengubah pola hidup penderita
hipertensi :
a. Penderita hipertensi yang mengalami kegemukan dianjurkan untuk menurunkan berat
badannya sampai pada batas ideal masa tubuh.
b. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolestrol darah
tinggi. Mengurangi asupan garam dan disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan
kalium yang cukup.
c. Melakukan olah raga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak
perlu mengurangi aktivitasnya selama tekanan darahnya dalam batas normal.
d. Berhenti merokok.
e. Pemberian obat-obatan.
f. Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati
hipertensi. Diuretik membantuk ginjal membuang garam dan seluruh tubuh sehinggga
menurunkan volum cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan pembuluh darah.
Diuretik juga menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang kalium.
Diuretik kalium atau obat penahan kalium. Diuretik sangat efektif pada :
1) Lanjut usia.
2) Kegemukan.
3) Penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun.

2.1.5 Penyebab

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis dengan komplikasi


atau tanpa komplikasi. Sebagian besar orang dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi
tidak diketahui penyebabnya (hipertensi primer atau sekunder), hanya sebagian kecil orang
yang terkena hipertensi sekunder. Lebih dari 90% orang mengalami hipertensi primer,
hipertensi primer tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol dengan terapi yang
tepat. Hipertensi sekunder disebabkan oleh kondisi medis yang mendasari atau obat.
Penyebab paling umum dari hipertensi sekunder adalah penyakit ginjal kronis atau
penyakit renovaskuler. Bentuk tekanan darah tinggi cenderung muncul tiba – tiba dan
sering menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dari hipertensi primer (Bell, et al., 2015)

2.1.6 Pencegahan Hipertensi


Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hipertensi (Muhammadun,
2010), yaitu :

a. Olahraga yang cukup Selain dapat memperlancar peredaran darah, olah raga dapat pula
membakar lemak sehingga tidak kelebihan berat badan. Latihan olah raga yang dianjurkan
meliputi tahap-tahap pernafasan, peregangan, latihan inti, pendinginan, peregangan.

b. Tidak merokok Cara menghindari pengaruh rokok yaitu : Sebaiknya menghindari area
perokok, atau tutuplah hidung jika terpaksa melintas di area perokok dengan banyak asap
rokok. Jika anda seorang yang selalu merokok, kurangilah jumlah batang rokok dalam
sehari, lama menghisap rokok, kekuatan menghisap rokok dan banyak hisapan rokok dalam
1 batang. Jika anda pernah merokok, berhentilah untuk tidak merokok sama sekali dengan
niat yang penuh. Menghentikan kecanduan merokok secara total sangat sulit dilakukan
apabila seseorang sudah kecanduan.

c. Tidak minum alkohol Hipertensi dapat dihindari dengan tidak mengkonsumsi minuman
yang mengandung alkohol. Minuman beralkohol banyak sekali jenisnya, baik yang dibuat
oleh pabrik maupun yang dibuat secara tradisional. Semuanya akan membahayakan bagi
penderita hipertensi.

d. Istirahat yang cukup Istirahat secara rileks dan tenang dapat mengurangi ketegangan
dan kelelahan otot pada tubuh sehingga mengembalikan kesegaran tubuh dan pikiran.
Istirahat dengan posisi badan berbaring dapat mengembalikan aliran darah ke otak.

e. Cara medis Pengobatan bagi penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara medis
melalui dokter dan tenaga para medis lainnya, serta cara tradisional dengan
memanfaatkan ramuan dan terapi yang ada secara turun temurun dalam masyarakat. Bagi
orang yang beresiko tinggi terkena hipertensi, seharusnya sering melakukan pemeriksaan
diri ke dokter secara berkala. Pengobatan hipertensi harus patuh terhadap anjuran dokter.
Jangan minum obat tanpa anjuran dari dokter, karena dapat menimbulkan kekebalan atau
resisten terhadap obat tertentu dan kerusakan ginjal.

f. Cara tradisional Banyak ramuan tradisional yang dipercaya dapat menurunkan tekanan
darah. Beberapa ramuan sudah diteliti secara laboratoris. Contoh bahan yang berkhasiat
menurunkan tekanan darah : cincau hijau, daun dan buah alpukat, mengkudu masak
(pace), mentimun, daun seledri, daun selada air, bawang putih, daun dan buah belimbing
bintang, buah belimbing wuluh, daun tapak dara, akar pepaya, rambut jagung, adas
pulowaras. Apabila tekanan darah sudah pada batas normal, segera dihentikan
pemakaiannya. Pemakaian berlebihan dapat mengakibatkan tekanan darah di bawah
normal.

g. Mengatur pola makan Perbanyak minum air putih. Cara makan yang baik adalah
secukupnya dengan porsi yang baik tetapi sering, bukan makan dengan porsi yang lebih
akan tetapi jarang. Kandungan zat dalam makanan juga harus diperhatikan.

2.1.6 Gejala
Hipertensi dikenal sebagai “silent killer” karena biasanya hipertensi tidak memiliki
tanda-tanda gejala dan banyak orang tidak tau bahwa dia terkena hipertensi. Ketika tingkat
tekanan darah yang sangat tinggi kebanyakan orang tidak memilki tanda-tanda atau gejala.
Sebagian kecil orang mengalami gejala seperti sakit kepala, muntah, pusing, dan mimisan.
Gejala ini biasanya tidak terjadi sampai tingkat tekanan darah telah mencapai tahap yang
parah atau mengancam jiwa. Satu – satunya cara untuk mengetahui dengan pasti jika
seseorang memiliki hipertensi adalah melakukan pemeriksaan tekanan darah ke layanan
kesehatan atau dokter (Bell, et al., 2015).

2.1.7 Karakteristik Hipertensi


Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi dan dapat
menyebabkan kematian paling banyak diseluruh dunia. Adapun karakteristik dari hipertensi
(Mendes, et al., 2015):
a. Hipertensi merupakan penyakit kronis
b. Membutuhkan pengobatan dalam jangka panjang
c. Perubahan gaya hidup yang lebih sehat
d. Menimbulkan komplikasi
e. Membutuhkan diet yang tepat
f. Pemantauan tekanan darah secara rutin .

2.1.8 Faktor Risiko Hipertensi


Sampai saat ini penyebab hipertensi belum dapat diketahui secara jelas. Ada faktor
resiko dan faktor predisposisi yang dapat menyebabkan hipertensi, yaitu :
1) Usia Tekanan darah akan meningkat secara progresif seiring dengan bertambahnya usia
karena pembuluh darah sudah mengalami penurunan elastisitas (Dalimarta, et al., 2008).
Semakin meningkat usia seseorang beresiko terjadi peningkatan tekanan darah karena
proses degenerasi (Hornsten, et al., 2016).
2) Jenis Kelamin Pada usia 45 tahun hipertensi umumnya di derita pada oleh wanita setelah
usia 45 tahun. Namun, pada usia dewasa muda hipertensi di derita oleh laki – laki
(Dalimarta, et al., 2008). Faktor resiko lain dari hipertensi adalah wanita namun sering
diremehkan dan tidak terdiagnosis (Khresheh & Mohammed, 2016).
3) Merokok Merokok adalah faktor yang paling signifikan pada penyakit kardiovaskular yang
meningkatkan tekanan darah (Gagarinova, et al., 2016). Merokok dapat meningkatkan
tekanan darah dan tekanan aorta. Kandungan nikotin dalam rokok dapat meningkatka kadar
karbondioksida yang menyebabkan dinding pembuluh darah akan mengalami penebalan,
penebalan tersebut akan memicu terjadinya vasokontriksi (Vlachopoulos, et al., 2016).
4) Aktivitas Aktivitas fisik yang kurang merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi. Duduk
dalam jangka waktu lama merupakan penyebab pertama dari sepuluh kematian dan
kecacatan didunia, lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya
aktivitas fisik (WHO, 2010).
5) Obesitas Obesitas adalah deposisi lemak yang berlebihan yang berdampak buruk pada
kesehatan yang membahayakan kualitas hidup dan meningkatkan resiko kemtaian. Obesitas
dapat berakibat pada kesehatan seperti terjadinya masalah pada kardiovaskular khususnya
hipertensi (Haque, et al., 2016). Seseorang yang mengalami obesitas, massa otot akan
banyak membutuhkan suplai oksigen dan nutrisi sehingga sistem resistensi perifer
mengalami peningkatan dan terjadi peningkatkan tekanan pada pembuluh darah (Dalimarta,
et al., 2008). 6) Stress Stress dapat meningkatkan resiko kardiovaskular baik secara tidak
langsung yang mempengaruhi sistem saraf otonom dan tekanan arteri. Stress dapat memicu
65 terjadinya kecepatan denyut jantung dan terjadi peningkatan kebutuhan suplai darah,
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah seseorang (Dluzen, et al., 2017).
2.1.9 Prinsip Perawatan Hipertensi
Menurut Chang dan Lee (2015), klien yang menderita hipertensi sangat membutuhkan
perawatan hipertensi yang memadai dalam mengontrol tekanan darahnya agar tetap
optimal, adapun perinsip perawatan hipertensi yang dibutuhkan klien unruk meningkatkan
perawatan dalam megontrol hipertensi yaitu : Motivasi, Pengetahuan, Promosi Kesehatan,
dan Support (Chang & Lee, 2015).
2.4.10 Komplikasi Hipertensi
Hipertensi kronis akan merusak endotel arteri dan memercepat atherosclerosis.
Komplikasi merupkan masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat. Komplikasi yang
dapat terjadi karena hipertensi merupakan rusaknya organ tubuh seperti, jantung, mata,
ginjal, otak dan pembuluh darah besar disebabkan karena tekanan darah yang tinggi.
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk penyakit cerebrovaskuler yaitu stroke,
transient ischemic attack, penyakit arteri koroner, angina, Infark miokard akut (MI), penyakit
gagal ginjal, aritmia, dan kematian mendadak (Amugitsi, et al., 2016).

2.5 Pengertian Keluarga


Pengertian konsep keluarga menurut (Ali & Zaidin, 2010) disebutkan dalam beberapa pendapat
yaitu : Duval menyatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mepertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional serta social individu yang ada di
dalamnya, dilihat dari interaksi yang regular dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan
hubungan untuk mencapai tujuan umum. Menurut Departemen Kesehatan RI Keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta
tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Bailon dan Maglaya
mengatakan keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainya dalam peran
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Burges dkk. Menyebutkan bahwa
(1) keluarga terdiri dari orang-orang yang di persatukan dengan ikatan perkawinan atau pernikahan,
ikatan darah, dan adopsi.
(2) para anggota keluarga biasanya hidup bersama dalam satu rumah tangga jika hidup secara
terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
(3) anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan lainya dalam peran sosial.
Keluarga seperti suami dan istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara dan saudari.
2.2.2 Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Harnilawati (2013) menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi, keluarga di masyarakat, struktur keluarga terdiri dari bermacammacam
diantaranya adalah :
a. Patrilineal : merupakan keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara yang sedarah
dalam beberapa generasi, hubungan ini disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : merupakan keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara yang sedarah
dalam beberapa generasi hubungan ini disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
Atau tinggal bersama keluarga istri
d. Patrilokal : merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
Atau tinggan Bersama keluarga suami
e. Keluarga kawin : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri.

2.2.3 Tugas Keluarga


Dalam Bidang Kesehatan Bertepatan dengan fungsi pemeliharaan kesehatan dalam
keluarga, pada bidang kesehatan keluarga yang perlu di pahami dan dilakukan. membagi 5
tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan (Harnilawati, 2013), yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya Perubahan yang terjadi pada anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila
menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang
terjadi dan seberapa besar perubahanya.
2. Mengambil tindakan dan keputusan yang tepat bagi keluarga Tugas ini merupakan upaya
keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunya kemampuan memutuskan
untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar
masalahkesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain di sekitar keluarga.
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau tidak dapat membantu dirinya
sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah
apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau
ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi.
4. Mempertahankan kondisi rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan Lembaga kesehatan
(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

2.2.4 Fungsi Keluarga


Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut (Harnilawati, 2013):
a. Fungsi afektif, merupakan fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan dan memberikan
contoh yang bersifat mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi, merupakan fungsi pengembangan dan tempat untuk melatih anak
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berinteraksi dengan orang lain diluar
rumah.
c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi dalam mempertahankan generasi atau keturunan dan
menjaga hubungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi, merupakan keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi serta tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Dalam kondisi
kesehatan individu yang baik. UU No. tahun 1992 jo PP No.21 tahun 1994, secara umum fungsi
keluarga dijelaskan sebagai berikut:
a. Fungsi keagamaan
 Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota
keluarga
 Menerjemahkan agama ke dalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada seluruh
anggota keluarga.
 Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam pengalaman dari
ajaran agama
 Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang
kurang diperolehnya di sekolah atau masyarakat.
 Membina rasa, sikap dan praktik kehodupan keluarga beragama sebagai pondasi
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
b. Fungsi budaya
 Membina tugas-tugas keluarga sebagai Lembaga intuk meneruskan normanorma
dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin di pertahankan.
 Membina tuga-tugas keluarga sebagai Lembaga untuk menyaring norma dan
budaya asing yang tidak sesuai
 Membina tugas-tugas keluarga sebagai Lembaga yang anggotanya mencari
pemecahan masalahdari berbagai pengaruh negative globalisasi dunia.
 Membina tugas-tugas keluarga sebagai Lembaga yang anggotanya dapat
berperillaku yang baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi
tantangan globalisasi
 Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya
masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil
bahagia sejahtera.
c. Fungsi cinta kasih
 Menumbuhkembangkan potensi kasih saying yang telah ada antar anggota
keluarga ke dalam symbol-simbol nyata secara optimal dan terus menerus.
 Membina tingkahlaku saling menyayangi bai kantar anggota keluarga secara
kuantitatif dan kualitatif.
 Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam
keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.
 Membina rasa, sikap dan praktik hisup keluarga yang mampu memberikan dan
menerima kasih saying pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.
d. Fungsi perlindungan
 Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman
yang timbul dari dalaam maupun dari luar keluarga.
 Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk
ancaman dan tantangan yang dating dari luar.
 Membina dan menjadikan stabilisasi dan keamanan keluarga sebagai modal
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
e. Fungsi reproduksi
 Membina kehidupan keluarga sebagai wahana Pendidikan reproduksi sehat baik
anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.
 Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam
hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.
 Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan
waktu melahirkan jarak antara 2 anak dan jumlah ideal anak yang di inginkan
dalam keluarga.
 Menegembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif
sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
f. Fungsi sosialisasi
 Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai
wahana Pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama.
 Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat
tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan
yang dijumapainya baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
 Membina proses Pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang
diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan mental),
yang tidak kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.
 Membina proses Pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga
sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang
tua dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup Bersama menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera.
g. Fungsi ekonomi
 Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam lingkungan keluarga
dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga.
 Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.
 Mengatur waktu sehingga kegiatan orangtua di luar rumah dan perhatianya
terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang.
 Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga debagai modal untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
h. Fungsi pelestarian lingkungan
 Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan intern keluarga.
 Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan ekstern keluarga.
 Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi,
selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup
masyarakat sekitarnya.
 Membina kesadara, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup keluarga
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. Terdapat tiga fungsi pokok keluarga
terhadap anggota keluarganya (Harnilawati, 2013), adalah:
a. Asih, adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman,kehangatan
kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan
berkembang sesuai usia dan kebutuhanya.
b. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan anak agar
kesehatanya selalu terpelihara, sehingga diharpkan menjadikan anak-anak
mereka sehat baik fisik, mental, sosial dan spriritual.
c. Asah, adalah memenuhi kebutuhan Pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depanya.

2.2.5 Ciri Ciri Keluarga


Ciri keluarga menurut Harnilawati (2013) yaitu :
1. Menurut Robert Maclver dan Charles Horton
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja di bentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (nomenclacture) termasuk
perhitungan hgaris keturunan.
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan
anak.
e. Keluarga selalau memiliki tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.
Yang terdiri dari anggota keluarga itu sendiri.
2. Ciri Keluarga Indonesia
a. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong
yang tinggi.
b. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran
c. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemusatan dilakukan secara
musyawara

2.6 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat Pada Penderita


Hipertensi
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional serta sosial individu yang
ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang regular dan ditandai dengan adanya
ketergantungan dan 66 hubungan untuk mencapai tujuan umum (Ali & Zaidin, 2010)
Dukungan keluarga atau family support dibutuhkan pasien untuk mengontrol
penyakit. Keluarga berpengaruh positif dalam mengontrol penyakit. Kesulitan dalam
hubungan, perhatian keluarga terhadap keturunannya, dan keterlibatan kecil dalam
perawatan pasien mempengaruhi kesembuhan pasien. Pasien yang memiliki dukungan dari
keluarga mereka menunjukan perbaikan perawatan dari pada yang tidak mendapat
dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga dapat berupa perhatian mengenai penyakit
mereka atau mengingatkan untuk minum obat (Effendi, 2017).
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

Kerangka konsep yang dimaksud adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan suatu pengertian (Notoatmodjo, 2018). Adapun yang menjadi variabel
independen dalam penelitian ini adalah “Dukungan keluarga” dan variabel dependen adalah
“kesembuhan keluarga yang terkena hipertensi”.

3.1. Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2018).
Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah “Dukungan
Keluarga” dan variabel dependen adalah “Motivasi keluarga untuk sembuh dari
penyakit hipertensi Kerangka konsep ini merupakan bagan ilustrasi untuk mengetahui
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi DI
Puskesmas Klapanunggal.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Dengan Kepatuhan Berobat


Dukungan Keluarga
Penderita Hipertensi

Hipotesis dalam suatu penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga,
atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.
Pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat dikatakan benar atau salah,
dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2018). Adapun yang menjadi hipotesis dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Kepatuhan Berobat


Penderita Hipertensi Di Puskesmas Klapanunggal.
Ha : Ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Kepatuhan Berobat
Penderita Hipertensi Di Puskesmas Klapanunggal.
3.2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati (Notoatmodjo, 2018).

Tabel 3.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Cara Hasil Skala


Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
Independen
Dukungan Dukungan Kuesioner A Pengukuran dilakukan Pengukuran didapatkan Ordinal
keluarga Keluarga Dengan dengan menggunakan hasil :
skala likert dengan pilihan 0 = Dukungan keluarga
Motivasi jawaban : kurang baik jika median
Kepatuhan Pernyataan Positif : < 74
Berobat Penderita 4 = Selalu 1 = Dukungan keluarga
Hipertensi 3 = Sering Baik jika median ≥ 74
2 = Kadang-kadang (Hastono, 2013)
1 = Tidak Pernah

Pernyataan Negatif :
1 = Selalu
2 = Sering
3 = Kadang-kadang
4 = Tidak Pernah
(Sugiyono, 2014)
Dependen
Motivasi Keinginan Keluarga Kuesioner B Pengukuran dilakukan Pengukuran didapatkan Ordinal
Kepatuhan untuk sembuh dari dengan menggunakan hasil :
Hipertensi skala guttman dengan 0 = Kesembuhan kel yang
Berobat pilihan jawaban : dirawat kurang baik jika
Penderita Pernyataan Positif : median < 9
Hipertensi 2 = Ya 1 = Kesembuhan keluarga
1 = Tidak yang dirawat Baik jika
meidan ≥ 9 (Hastono,
Pernyataan Negatif : 2013)
2 = Tidak
1 = Ya
(Arikunto, 2013)
BAB IV
METODE PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan tentang desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi
penelitian, sampel penelitian, etika penelitian, teknik pengumpulan data, uji validitas dan
reliabilitas dan analisa data.

4.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi.
Deskriptif korelasi adalah suatu metode yang menguraikan atau menggambarkan
fenomena yang menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya,
yaitu variabel independen “Dukungan Keluarga” dan variabel dependen “Dengan
Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi”. Pendekatan penelitian menggunakan cross
sectional. Cross sectional adalah pengumpulan data yang menekankan pengukuran
atau observasi yang dilakukan atau diamati pada waktu yang sama (Nursalam, 2017).

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PUSKESMAS KLAPANUNGGAL. Waktu penelitian


dilakukan selama 3 bulan, dimulai pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret
2023. Mulai dari persiapan, pengambilan data, pengolahan dan analisis data sampai
penulisan laporan.

Anda mungkin juga menyukai