Anda di halaman 1dari 11

LITERATUR REVIEW TENTANG FAKTOR - FAKTOR

PENYEBAB IKTERUS PADA NEONATUS

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
Pariqa Annisa
1610104109

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019/2020
LITERATUR REVIEW TENTANG FAKTOR - FAKTOR
PENYEBAB IKTERUS PADA NEONATUS

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapakan Gelar Sarjana Sains Terapan


Pada Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh :
Pariqa Annisa
1610104109

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019/2020
HALAMAN PENGESAHAN

LITERATUR REVIEW TENTANG FAKTOR - FAKTOR


PENYEBAB IKTERUS PADA NEONATUS

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
PariqaAnnisa
1610104109

Telah Memenuhi Persyaratan dan disetujui Untuk Dipulikasikan


Program Studi Kebidanan Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Telah disetujui oleh Pembimbing

Pada tanggal

13 September 2020

Pembimbing :

Andari Wuri AstutiS.SiT., MPH., Ph.D


LITERATUR REVIEW TENTANGFAKTOR – FAKTOR PENYEBAB
IKTERUS PADA NEONATUS1
Pariqa Annisa2, Andari Wuri Astuti3

ABSTRAK

Latar Belakang :Jaundice atau ikterus neonatorum atau biasa dikenal dengan bayi
kuning adalah suatu kondisi dimana terjadinya warna kuning kulit dan sklera pada
bayi baru lahir, akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (hyperbilirubinemia)
yang selanjutnya menyebabkan peningkatan bilirubin dalam cairan luar sel
(exracellular fluid). Penyebab AKB di negara-negara ASEAN diantaranya karena
komplikasi kelahiran prematur (45%), asfiksia (25%), kelainan kongenital (16%),
dan sepsis neonatal akut (14%).
Tujuan :Penelitian ini bertjuan untuk mereview evidence terkait dengan faktor-
faktor penyebab ikterus pada neonatus.
Metode :Metode penelitian ini adalah penelitianliterature review. Pencarian jurnal
dilakukan di portal jurnal online seperti google cendikia, Database Science Dierect
relevan dan pubmed. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu jurnal yang
diterbitkan pada tahun 2015- 2020 menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris dan fulltext. Hasil penelusuran jurnal didapatkan sebanyak 10 jurnal
dilakukan review dalam penelitian ini.
Hasil : Berat lahir bayi, usia gestasi, asfaksia, infeksi, lama persalinan, frekuensi dan
jenis kelamin merupakan faktor yang menyebabkan adanya kejadian ikterus
sedangkan Ibu berstatus primipara merupakan faktor yang tidak menyebabkan
adanya kejadian ikterus.Berdasarkan hasil review artikel peneliti menemukan
adanya gaps dalam studi ini yaitu penelitian tentang faktor penyebab kejadian
ikterus lebih banyak difokuskan kepada masalah kesehatan berat lahir bayi, usia
gestasi, asfaksia, infeksi, lama persalinan, frekuensi dan jenis kelamin.Masih sedikit
penelitian yang meneliti tentang faktor terkait dengan faktor-faktor penyebab ikterus
pada neonatus.
Kesimpulan :Faktor penyebab kejadian ikterus lebih banyak difokuskan kepada
masalah kesehatan berat lahir bayi, usia gestasi, asfaksia, infeksi, lama persalinan,
frekuensi dan jenis kelamin.Masih sedikit penelitian yang meneliti tentang faktor
terkait dengan faktor-faktor penyebab ikterus pada neonatus.
Saran :Perlu diberlakukan adanya kebijakan dalam mengurangi angka kejadian
ikterus neonatorum serta memberikan program-program mengurangi angka kejadian
ikterus neonatorum.

Kata Kunci : Faktor ibu, Faktor Bayi,Kejadian ikterus


Kepustakaan : 5 buku, 15 Jurnal, 5 website
Jumlah Halaman : 51
1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa Prodi Kebidanan Program Sarjana Terapan Universitas ‘Aisyiyah
3
Dosen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
A LITERATURE REVIEW ON THE FACTORS THAT CAUSE NEONATAL
JAUNDICE1

Pariqa Annisa2, Andari Wuri Astuti3

ABSTRACT

Background Knowledge: Jaundice or neonatal jaundice or commonly known as


yellow babies, is a condition in which the appearance of yellow skin and sclera in
newborns due to increased levels of bilirubin in the blood (hyperbilirubinemia),
which in turn causes an increase in bilirubin in the extracellular fluid. Causes of
IMR in ASEAN countries include complications of preterm birth (45%), asphyxia
(25%), congenital abnormalities (16%), and acute neonatal sepsis (14%).
Aims of the Study: This study aims to review the evidence related to the factors
that cause jaundice in neonates.
Research Method: This research used a literature review study as the research
method. Journal searches were carried out on online journal portals such as Google
Scholar, relevant ScienceDirect Database, and PubMed. The inclusion criteria in
this study are journals published in 2015-2020 using Indonesian and English in a
full text. The results of the search for journals were obtained as many as ten
journals were reviewed in this study.
Research Findings: Infant birth weight, gestational age, asphyxia, infection,
duration of delivery, frequency, and sex are factors that cause the occurrence of
jaundice, while mothers with prim parous status are factors that do not cause
jaundice. Based on the results of review articles, researchers found gaps in this
study, namely research on factors causing jaundice is more focused on health
problems of birth weight, gestational age, asphyxia, infection, duration of delivery,
frequency, and gender. There are still few studies examining the factors associated
with the causes of neonatal jaundice.
Conclusion: The factors causing the incidence of jaundice are more focused on
the health problems of birth weight, gestational age, asphyxia, infection, duration
of delivery, frequency and sex. There are still few studies that have examined the
factors associated with the factors that cause jaundice in neonates. Suggestion: It is
necessary to implement policies to reduce the incidence of neonatal jaundice and
provide programs to reduce the incidence of neonatal jaundice.

Keywords : Maternal factors, Infant Factors, Jaundice Case


References : 5 Books, 15 Journals, 5 Websites
Number of Pages : 51 Pages
1
Title
2
Student of Midwifery Program of Applied Science Bachelor, Faculty of Health Sciences, Universitas
‘Aisyiyah
3
Lecturer of Faculty of Health Sciences, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
PENDAHULUAN untuk memberikan konseling pada ibu
Angka Kematian Bayi (AKB) di untuk mengetahui tanda gejala dari
Indonesia mencapai 22 per 1000 ikterus seperti bayi tampak kuning dan
kelahiran hidup dan Angka Kematian penanganan dirumah seperti
Balita (AKBA) mencapai 26 per 1000 memberikan ASI yang cukup untuk
kelahiran hidup. Indonesia mempunyai bayi dan menjemur bayi pada pagi
jumlah AKB tertinggi dibandingkan hari. Jika kondisi bayi tidak membaik
dengan negara-negara ASEAN maka menganjurkan ibu untuk
lainnya. AKB di Indonesia disebabkan membawa bayinya ke fasilitas
oleh asfiksia (37%), prematuritas kesehatan (Maryunani,2014).
(34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), Salah satu penyebab icterus
ikterus (5%), post matur (3%), dan adalah Late Feeding. Late feeding adalah
kelainan konenital (1%) (SUPAS, penundaan pemberian makanan pada
2015). Meskipun ikterus bukan neonatus, terutama pada bayi prematur
merupakan penyebab tertinggi AKB, dapat menyebabkan intensitas ikterus
namun ikterus menjadi salah satu fisiologis bertambah. Penundaan
penyumbang angka kesakitan bayi di pemberian ASI pada neonatus,
Indonesia karena dapat mengakibatkan terutama pada bayi prematur, dapat
tubuh bayi menjadi lemas tidak mau menyebabkan intesitas ikterus
menghisap, tonus otot meninggi, leher bertambah. Bagi ibu yang produksi
kaku, spasme otot, kejang, gangguan ASI nya masih kurang atau ibu masih
indra, retardasi mental, kecacatan, berada di ruang rawat intensif
bahkan kematian (Amandito et al, (pertolongan persalinan dengan
2018). operasi Sectio Caesarea) sehingga
Jaundice atau ikterus bayi tidak mendapat kolostrum segera
neonatorum atau biasa dikenal dengan setelah lahir di hari pertama
bayi kuning adalah suatu kondisi kehidupannya. Bayi yang tidak
dimana terjadinya warna kuning kulit mendapat kolostrum berdampak pada
dan sklera pada bayi baru lahir, akibat kelebihan bilirubin dalam tubuhnya
peningkatan kadar bilirubin dalam yang tidak dapat keluar sehingga pada
darah (hyperbilirubinemia) yang awal kelahiran bayi mengalami ikterus
selanjutnya menyebabkan peningkatan atau kuning. Kolostrum dipercaya
bilirubin dalam cairan luar sel memiliki efek Laxative untuk
(exracellular fluid) (Widagdo, 2012). membantu mengeluarkan kotoran atau
Faktor yang menyebabkan kejadian tinja pertamanya akibat kelebihan
ikterus pada neonatus adalah ras, bilirubin (Armawati,2011).
penyakit rhesus, ABO Masyarakat menganggap penyakit
inkompatibilitas, usia ibu, kelas sosial, ikterus adalah penyakit berbahaya,
primipara, riwayat keluarga dengan terbukti pada ibu-ibu yang mempunyai
penyakit kuning, BBLR (Berat Badan bayi baru lahir selalu menanyakan
Lahir Rendah), prematur, pemberian apakah bayinya terlihat kuning atau
ASI yang kurang adekuat (Olusanya et tidak. Khususnya pada ibu yang
al, 2015). Peran bidan sebagai tenaga mempunyai bayi ikterus merasa cemas
kesehatan berwenang untuk mencegah dan beranggapan bahwa penyakit
atau deteksi dini terjadinya ikterus ikterus membutuhkan perhatian dan
patologis dengan cara memberikan perawatan khusus karena dapat
pendidikan kesehatan kepada ibu pada menyebabkan kematian. Salah satu
saat hamil mengenai kebutuhan nutrisi kebijakan pemerintah yang terbukti
dan setelah lahir mengenai pentingnya mampu meningkatkan indikator proksi
ASI ekslusif bagi bayi. Bidan berperan (persalinan oleh tenaga kesehatan)
dalam menurunkan AKI dan AKB Bayi dengan berat lahir
adalah Program Perencanaan rendah mengalami peningkatan
Persalinan dan Pencegahan risiko terhadap kejadian infeksi
Komplikasi (P4K).Selain itu, program karena cadangan
P4K juga mendorong ibu hamil untuk immunologlobulin maternal
memeriksakan kehamilannya, bersalin, menurun, kemampuan untuk
pemeriksaan nifas dan bayi yang membentuk antibodi rusak dan
dilahirkan oleh tenaga kesehatan system integumen rusak (kulit
terampil termasuk skrining status tipis dan kapiler rentan),
imunisasi tetanus lengkap pada setiap hipoglikemia karena bayi
ibu hamil.Ibu pasca salin juga prematur dan yang mengalami
didorong untuk melakukan Inisiasi hambatan pertumbuhan
Menyusu Dini (IMD) dilanjutkan memiliki simpanan glikogen
pemberian ASI ekslusif selama 6 yang lebih rendah, sehingga
bulan (Kementrian Kesehatan, 2013). tidak dapat memobilisasi
glukosa secepat bayi aterm
METODELITERATURE normal selama periode segera
REVIEW setelah lahir dan bayi prematur
Jenis penelitian ini adalah memiliki respons hormon dan
penelitan kepustakaan (library enzim yang immatur, dan
research), yaitu penelitian yang hiperbilirubin diakibatkan oleh
dilakukan melalui mengumpulkan data faktor kematangan hepar,
atau karya tulis ilmiah yang bertujuan hingga konjugasi bilirubin
dengan obyek penelitian atau indirect menjadi direct belum
pengumpulan data yang bersifat sempurna. Ikterus bisa
kepustakaan, atau telaah yang diperberatkan oleh polisetemia,
dilaksanakan untuk memecahkan memar hemolisis, dan infeksi
suatu masalah yang pada dasarnya karena hiperbilirubin dapat
tertumpu pada penelaahan kritis dan mengakibatkan kern ikterus
mendalam terhadap bahan-bahan maka warna kulit bayi harus
pustaka yang relevan (Anwar, 2016). sering dicatat dan bilirubin
Jenis literature review yang diperiksa, bila ikterus timbul
digunakan dalam penelitian ini adalah dini atau lebih cepat bertambah
narrative review. Narrative review coklat (Widiawati, 2017).
merupakan penelitian yang disusun b. Usia getasi berhubungan
dari sumber-sumber yang dapat dengan kejadian icterus
digunakan oleh pembacanya untuk Pada masa gestasi dan
mendapatkan ringkasan teori dan berat lahir bayi, ikterus
temuan-temuan empiris yang terbaru biasanya lebih sering dialami
dengan sesuai dengan topiknya (Cisco, oleh bayi prematur dan bayi
2014). BBLR. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN Yuliawati (2018) menyatakan
1. Faktor yang berhubungan dengan bahwa terdapat hubungan
Kejadian Ikterus Bayi berat lahir antara usia getasi dengan
rendah berhubungan dengan kejadian ikterus neonatorum.
kejadian ikterus Pada penelitian Rohani (2017)
a. Bayi berat lahir rendah juga memaparkan bahwa masa
berhubungan dengan kejadian getasi merupakan hal yang
ikterus paling dominan berhubungan
dengan kejadian ikterus pada ikterus neonatorum fisiologis.
neonatus. Hal tersebut Hipoksia ini berhubungan
menjelaskan bahwa dengan faktor – faktor yang
usiakehamilan ibu bersalin timbul dalam kehamilan,
merupakan faktor risiko persalinan, atau segera setelah
terhadap kejadian bayi lahir. Dampak dari
hiperbilirubin pada bayi baru asfiksia akan bertambah buruk
lahir, karena usia kehamilan jika tidak dilakukan
merupakan faktor yang penting penanganan secara sempurna.
dan penentu kualitas kesehatan Tindakan yang dilakukan pada
bayi yang dilahirkan. Bayi bayi bertujuan
baru lahir dari usia kehamilan untukmempertahankan
yang kurang berkaitan dengan kelangsungan hidupnya dan
berat lahir rendah dan tentunya membatasi gejala – gejala
akan berpengaruh kepada daya lanjut yang mungkin terjadi.
tahan tubuh bayi yang belum d. Infeksi berhubungan dengan
siap menerima dan beradaptasi kejadian ikterus
dengan lingkungan di luar Hal ini didukung teori
rahim sehingga berpotensi yang menyatakan Maryanti et
terkena berbagai komplikasi all (2011) Infeksi kongenital
salah satunya ikterus dapat mengenai vena porta
neonatorum (Widiawati, 2017). intrahepatik maupun
c. Asfiksia berhubungan dengan ekstrahepatik akan
kejadian icterus menyebabkan peningkatan
Hal ini sejalan dengan bilirubin sehingga terjadi
hasil penelitian yang dilakukan ikterus. Bayi yang terkena
oleh Putri (2017) bahwa mungkin memiliki
terdapat hubungan antara hiperbilirubinemia
asfiksia dengan kejadian terkonjugasi yang ringan,
ikterus neonatorum. Asfiksia stigma lain dari infeksi
disebabkanadanya gangguan kongenital akan
pertukaran gas terlibat.Khususnya dalam
ataupengangkutan oksigen proses infeksi oleh bakteri dan
selamakehamilan atau dapat memicu meningkatnya
persalinan. Bilagangguan kadar bilirubin. Penggunaan
berlanjut maka akan obat antibiotik dan obat
terjadimetabolisme anaerob influenza dapat menyebabkan
yang berupaglikolisis glikogen disfungsi hati bayi sehingga
tubuh, sehinggaglikogen pada organ hati bayi tidak bekerja
hati berkurang danakan dengan maksimal dalam
mengakibatkan melarutkan bilirubin kedalam
neonatusmengalami ikterus air untuk di salurkan keempedu
(Septian, 2013). Anggelia dan diekskresikan ke dalam
(2018) dalam penelitiannya usus menjadi urobilinogen. Hal
menyatakan bahwa terdapat ini menyebabkan kadar
hubungan antara asfiksia bilirubin meningkat dalam
dengan kejadian ikterus plasma sehingga terjadi
neonatorum. Bayi yang ikterus.
mengalami afiksia memiliki Lama Persalinan dengan
risiko 2,88 kali mengalami kejadian ikterusKejadian
ikterus tidak hanya disebabkan karena dipengaruhi oleh
oleh faktor bayi namun lama beberapa hal, antara lain :
persalinan juga dapat prevalensi sindrom Gilbert
menyebabkan adanya kejadian (kelainan genetik konjungsi
ikterus. Sesuai dengan hasil bilirubin) dilaporkan lebih dua
penelitian artikel ke 6 yaitu kali lipat dibandingkan dengan
mayoritas (54%) dari orang perempuan dan terdapat
yang lahir bersama memiliki defisiensi G6PD yang
kehamilan 1 – 3 hari setelah merupakan suatu kelainan
kelahiran dengan 10% setelah enzim tersering pada manusia
melahirkan dengan masa dan berkaitan dengan
kehamilan. Durasi waktu kerja kromosom sex (x-linked) yang
dan kehamilan pada saat umumnya hanya
kelahiran dengan berat badan bermanifestasi pada laki – laki
<0,05). Kelainan G6PD (Yuliawati, 2018).
ditemukan pada 11 (12%) 2. Faktor yang tidak berhubungan
neonatus dengan ikterus dan dengan kejadian Ikterus
ketidakcocokan ABO a. Ibu berstatus primipara tidak
ditemukan pada 18%. berhubungan dengan kejadian
Neonatus yang dilahirkan oleh ikterus
ibu dengan pekerjaan formal Ibu berstatus primipara
dan mereka yang memiliki diketahui tidak menyebabkan
lama persalinan secara kejadian ikterus. Hal tersebut
signifikan lebih mungkin dijelaskan pada artikel ke 3
memiliki penyakit kuning yaitu kejadian BBLR sebesar
neonatal (OR = 4,174, 𝑃 = 21,71% dan kejadian ikterus
0,003; OR = 2,389, 𝑃 = 0,025, neonatorum sebesar 29,46%.
resp.). nyata sehingga lebih Bayi BBLR yang mengalami
mungkin untuk ikterus neonatorum sebesar
mengembangkan penyakit 17,80%. Hasil analisis chi
kuning neonatal (OR = 2,347, square mempunyai nilai p =
𝑃 = 0,044). Hanya 17,3% dari 0,01 (p < 0,05) yang berarti
ibu yang pernah mendengar BBLR berpengaruh terhadap
penyakit kuning neonatal. kejadian ikterus neonatorum di
Persalinan lama RSUD Sidoarjo.
disebabkan karena mengejan b. Jenis persalinan tidak
yang salah, ketuban pecah berhubungan dengan kejadian
dini,faktor janin, kelainan his ikterus
dan panggul sempit Jenis persalinan diketahui
(Kurniawwati,2013). tidak menyebabkan kejadian
e. Jenis kelamin berhubungan ikterus. Hal tersebut dijelaskan
dengan kejadian ikterus pada artikel ke 4 yaitu hasil uji
Hasil pada penelitian ini chi square di dapat hasil ada
menunjukkan bahwa jenis hubungan berat lahir (p-value
kelamin berhubungan dengan 0,000 < 0,05), OR= 3,084, ada
kejadian ikterus. Hal ini hubungan masa gestasi (p
dikarenakan neonatus laki – hubungan infeksi (p-value
laki memiliki risiko ikterus 0,005 < 0,05), OR= 2,444, ada
lebih tinggi dibandingkan hubungan asfiksia(p tidak ada
dengan neonatus perempuan hubungan jenis persalinan (p
regresi logistik berganda berat lahir bayi, usia gestasi, asfaksia,
didapat variabel masa gestasi infeksi, lama persalinan, frekuensi
yang paling dominan dan jenis kelamin.
berhubungan dengan kejadian 2. Masih sedikit penelitian yang meneliti
ikterus pada neonatus (p-value tentang faktor terkait dengan faktor-
faktor penyebab ikterus pada
0,000), OR= 4,698. PUS
neonatus.
minimal 4 kali kunjungan,
kepada ibu hamil dapat m Rekomendasi
untuk mencegah terjadinya 1. Bagi Pemerintah
infeksi.Bayi yang dilahirkan Perlu diberlakukan adanya
secara ekstraksi vacum dan kebijakan dalam mengurangi
ekstrasi forcep mempunyai angka kejadian ikterus neonatorum
kecenderungan terjadinya serta memberikan program-
perdarahan tertutup di kepala, program mengurangi angka
seperti caput sudccadenaum kejadian ikterus neonatorum.
dan cepalhematoma yang 2. Bagi Tenaga Kesehatan
merupakan faktor resiko Bagi seluruh tenaga kesehatan,
terjadinya hiperbilirubin pada khususnya bidan yang berada di
bayi. Namun tidak semua komunitas diharapkan untuk dapat
persalinan ibu akan mengalami menerapkan program-program
kejadian ikterus. yang telah dianjurkan pemerintah,
Walaupun dari uji diharapkan pula agar
statistik dinyatakan tidak ada meningkatkan perhatian pada ibu
hubungan, akan tetapi hasil dan bayi baru lahir sehingga
penelitian ini menunjukkan kejadian ikterus patologis
bahwa persalinan tindakan berkurang dengan memberi
seperti sectio caesarea dan konseling cara pencegahan ikterus.
vakum ekstraksi beresiko
memicu kejadian ikterus DAFTAR PUSTAKA
patologis. Tidak adanya Amandito, R., Putradista, R., Jikesya,
hubungan dalam penelitian ini C., Utaminingsih, D., Rusin, J.,
dikarenakan kejadian ikterus Rohsiswatna, R., et al. (2018).
neonatorum disebabkan oleh UGT1A1 Gene and Neonatal
banyak faktor, sehingga faktor Hyperbilirubinemia: A
yang tidak dikendalikan dapat Preliminary Study from
menjadi penyebab kejadian Bengkulu, Indonesia. BMC
ikterus neonatorum.Faktor Research Notes,1-6
yang dikendalikan seperti
prematuritas, infeksi dan cepal Armawati, N.M. (2011). Kejadian
hematoma.Beberapa faktor hiperbilirubenemia
yang tidak dikendalikan yaitu berdasarkan pemberian minum
asfiksia, hipoalbuminemia, bayi di ruang bayi RSUK
diabetes militus pada ibu dan PTPN XII.
breast milk jaundice. Tersediadalamhttp://fmipa.umr
i.ac.id/wpcontent/uploads/2016
KESIMPULAN DAN /2016/06/novelia-kumpulan-
REKOMENDASI jurnal.pdf, diakses 09
Kesimpulan Desember 2019 pukul 21.00
1. Penelitian tentang faktor penyebab WIB
kejadian ikterus lebih banyak
difokuskan kepada masalah kesehatan
Cisco, J. (2014).Teaching the Between Perinatal And
literature review: A practical Neonatal Factors on The
approach for college Neonatal Jaundice. Jurnal Ners
instructors. Teaching and Dan Kebidanan, 5(2), 83–89.
Learning Inquiry, 2(2) https://doi.org/10.26699/jnk.v5
i2.ART.p083
Maryunani, A.
2014.AsuhanKegawatdarurata
n Maternal dan
Neonatus.Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Olusanya, B.O. Osibanjo, F.B &
Slusher, T.M. (2015). Risk
Factors for Severe Neonatal
Hyperbilirubinemia in Low
and Middle-Income Countries:
A Systematic Rieview and
Meta-Analysis. Journal PLOS
one.
Tersediadalamhttp://journals.pl
os.org/plosone/article?id=10.1
371/journal.pone.0117229diak
ses06 Desember 2019 pukul
20.00 WIB

Rohani, S., & Wahyuni, R.


(2017).Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian
Ikterus pada Neonatus.Jurnal
Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan,
2(1), 75–
80.https://doi.org/10.30604/jik
a.v2i1.35

Widagdo.(2012).
TatalaksanaMasalahPenyakit
Anak DenganIkterus.Jakarta :
CV Setia Agung

Yuliawati, D., & Astutik, R. Y.


(2018). The Relationship
Between Perinatal And
Neonatal Factors on The
Neonatal Jaundice. Jurnal Ners
Dan Kebidanan, 5(2), 83–89.
https://doi.org/10.26699/jnk.v5
i2.ART.p083

Yuliawati, D., & Astutik, R. Y.


(2018). The Relationship

Anda mungkin juga menyukai