Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU BERSALIN DENGAN

KEJADIAN INERSIA UTERI KALA I DI RSU PKU


MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2016

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
Suhartiningsih
1610104184

PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU BERSALIN DENGAN
KEJADIAN INERSIA UTERI KALA I DI RSU PKU
MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2016

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai Gelar


Sarjana Sains Terapan
Program Studi Bidan Pendidik Diploma IV
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh :
Suhartiningsih
1610104184

PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU BERSALIN DENGAN
KEJADIAN INERSIA UTERI KALA I DI RSU PKU
MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 20161
Suhartiningsih, Retno Mawarti

Latar Belakang: Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah kesehatan.
Komplikasi yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami anemia salah satunya adalah
gangguan his (inersia uteri).. Metode: Jenis penelitian adalah Survey Analitik dengan
pendekatan waktu retrospektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional.
Besar sampel diambil dari seluruh populasi inersia uteri dan anemia sebanyak 114 kasus.
Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. analisa datanya menggunakan uji
Chi Square (X2).Hasil: 76.3% responden mengalami anemia, 64.0% responden mengalami
inersia. ada hubungan antara kejadian anemia dengan inersia uteri kala I dengan nilai p-
Value= 0,015 dan keeratan hubungan adalah 0,222.Simpulan : Ada hubungan antara anemia
pada ibu bersalin dengan kejadian inersia uteri kala I di RSU PKU Muhammadiyah bantul
tahun 2016.

Background: Anemia on pregnant women is one of health problems The


complication that might appear on pregnant women with anemia is HIS (inersia uteri)..
Method: The study employed analytical survey method with retrospective time approach.
The study used cross sectional approach. The samples taken from all population of inersia
uteri and anemia were 114 cases. Sample taking technique used total sampling. Chi Square
(X2) test was used as the data analysis. Result: 76.3% respondents had anemia; 64.0%
respondents had inersia. There was correlation anemia labour mother and inersia uteri grade I
occurrences with p-value = 0.015, and the closeness correlation was 0.222. Conclusion:
There was correlation anemia on labour mother and inersia uteri grade I at PKU
Muhammadiyah Hospital of Bantul in 2016.

PENDAHULUAN menunjukkan penurunan yang cukup baik.


Hal tersebut ditandai dengan turunnya
Menurut data World Health angka kematian Ibu, jika pada Tahun 2014
Organization (WHO) tahun 2012, sebesar 104,7/100.000 Kelahiran Hidup
sebanyak 99% kematian ibu akibat yaitu sejumlah 14 kasus, sedangkan pada
masalah persalinan atau kelahiran terjadi tahun 2015 sebanyak 11 kasus sebesar
di negara-negara berkembang. Rasio 87,5/100.000. Target AKI tahun 2015
kematian ibu di negara-negara adalah 70/100.000 Kelahiran Hidup5.
berkembang merupakan yang tertinggi Faktor penyebab kematian ibu
dengan 450 kematian ibu per 100 ribu diantaranya perdarahan 28%, eklamsia
kelahiran bayi hidup jika dibandingkan 24%, infeksi 11%, abortus 5%, partus lama
dengan rasio kematian ibu disembilan 5%, emboli 3%2. Selain itu juga dapat
negara maju dan 51 negara disebabkan oleh faktor resiko yaitu paritas,
persemakmuran. peregangan uterus yang berlebih, partus
Indonesia masih merupakan negara lama, umur, jarak hamil kurang dari 2
tertinggi diantara Association of South tahun, persalinan yang dilakukan dengan
East Asia Nations (ASEAN) dengan angka tindakan, anemia, riwayat persalinan buruk
kejadian kematian sekitar 15 kali dari sebelumnya dan status gizi ibu8.
angka kematian di Malaysia8. Menurut4 Anemia pada ibu hamil merupakan
angka kematian ibu dalam 4 tahun terakhir salah satu masalah kesehatan yang
berakibat fatal pada ibu ataupun janin yang ibu hamil tidak boleh mengkonsumsi ikan,
akan dilahirkan. Prevalensi di dunia, telur, daging. Hal ini tentunya tidak benar.
terdapat 41, 8% ibu hamil dengan anemia. Pemenuhan kebutuhan protein semakin
Di Indonesia sekitar 24,7%13. Sebuah meningkat maka dapat meningkatkan
penelitian melaporkan dari 31 orang pertahanan ibu dan bayi dalam kandungan.
wanita hamil terdapat 23 orang (74 %) Selain itu penyebab ibu hamil mengalami
yang menderita anemia, dan 13 orang anemia adalah alasan mual dan muntah
(42%) yang menderita kekurangan zat setelah meminum tablet Fe sehingga
besi. Anemia pada ibu hamil sekitar 62,3% banyak ibu hamil yang memilih tidak
berupa anemia Defisiensi Besi (ADB). meminum tablet Fe yang diberikan tenaga
Anemia merupakan suatu keadaan kesehatan14. Oleh sebab itu berdasarkan
berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) Keputusan Menteri Kesehatan Republik
dalam darah. Pada wanita tidak hamil, Indonesia Nomor
normal kadar Hb berkisar antara 12-16 564/MENKES/SK/VIII/2006, tentang
gr/dl. Pada wanita hamil nilai Hb 11 gr/dl pedoman pelaksanaan pengembangan
adalah batas terendah6. Desa Siaga, desa siaga merupakan desa
Dalam proses persalinan, seorang yang penduduknya memiliki kesiapan
ibu membutuhkan banyak energi, bila sumber daya dan kemampuan serta
energi tidak adekuat, maka ibu cepat kemauan untuk mencegah dan mengatasi
mengalami kelelahan sehingga tenaga/his masalah-masalah kesehatan, bencana, dan
pada otot-otot uterus dapat tiba-tiba kegawatdaruratan kesehatan secara
melemah atau menghilang. Kelainan mandiri. Secara umum, tujuan
tenaga ini disebut dengan inersia uteri. pengembangan desa siaga adalah
Inersia uteri adalah keadaan di terwujudnya masyarakat desa yang sehat,
mana kontraksi uterus lebih lemah, peduli dan tanggap terhadap permasalahan
singkat, dan lebih jarang apabila kesehatan di wilayahnya
dibandingkan dengan his normal dengan Berdasarkan uraian mengenai
angka kejadian 4% dari jumlah anemia dengan inersia uteri, dan dari hasil
persalinan12. Faktor yang mempengaruhi studi pendahuluan yang dilakukan di RSU
inersia uteri adalah kelainan his, faktor PKU Muhammadiyah Bantul pada Januari
herediter, emosi, ketakutan, salah 2016 - Desember 2016 terdapat 881 ibu
pimpinan mengejan, kelainan uterus, bersalin, dari hasil observasi awal pada
postmatur, disproporsi sevalopelvik. rekam medik bulan Januari - Maret 2016
Kebijakan pemerintah yang terkait (3 bulan) didapatkan 9 orang pasien
usaha dalam program pencegahan anemia bersalin dengan kejadian inersia uteri, dan
pada ibu hamil adalah dengan memberikan 8 orang diantaranya mengalami anemia,
suplemen zat besi sebanyak 90 tablet maka peneliti tertarik untuk melakukan
selama masa kehamilan dan menekankan penelitian yang berjudul Hubungan
kepada para ibu hamil agar rutin Anemia pada Ibu Bersalin dengan
melaksanakan pemeriksaan kehamilan Kejadian Inertia Uteri Di RSU PKU
pada petugas kesehatan minimal 4 kali Muhamadiyah Bantul tahun 2016.
selama hamil. Namun banyak ibu hamil METODOLOGI PENELITIAN
yang menolak atau tidak mematuhi anjuran Jenis penelitian ini adalah
ini karena berbagai alasan7. penelitian Survey Analitik dengan
Penyebab anemia di Indonesia juga pendekatan Cross Sectional. Variabel
sering berkaitan dengan perilaku bebas dalam penelitian ini adalah anemia
masyarakat seperti sebagian masyarakat dan variabel terikat adalah kejadian inersia
masih memiliki kebiasaan menghindari uteri kala 1.
jenis makanan tertentu selama kehamilan Populasi dalam penelitian ini
demi alasan tradisi atau pamali, misalnya adalah seluruh ibu bersalin yang
mengalami inersia uteri dan anemia yaitu Primipara 55 48.2 31 27.2
sebanyak 114 kasus Teknik pengambilan Multipara 59 51.8 42 36.8
sampel dalam penelitian ini menggunakan Jumlah 114 100 73 64
total sampling dengan kriteria inklusi yaitu Jarak
kelainan his pada ibu bersalin usia 20-35 Kelahiran
tahun, ibu bersalin dengan presentasi < 2 tahun 27 23.7 16 14
belakang kepala, hamil aterm, Berat badan >2 tahun 87 76.3 57 50
bayi lahir 2500- <4000 gr. Jumlah 114 100 73 64
Alat yang digunakan dalam Berdasarkan tabel 4.1
penelitian ini adalah lembar / format menunjukkan bahwa umur responden
observasi yang dibuat beberapa kolom paling banyak adalah 20-35 tahun
berisi nomor urut, nomor rekam medik, sebanyak 92 responden (80.7%) dan
inisial nama, umur, pendidikan, paritas, mengalami inersia uteri sebanyak 59
usia kehamilan, kadar Hb sebelum orang (51.8%), dan yang paling sedikit
melahirkan, BBL, lama persalinan fase adalah umur > 35 tahun sebanyak 9
aktif. Metode yang digunakan adalah studi responden (7.9%) dan mengalami
dokumentasi dengan mengambil data inersia uteri sebanyak 5 orang (4.4%).
secara sekunder dari rekam medis di Tingkat pendidikan ibu
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul didapatkan paling banyak dalam
bulan Januari – Desember 2016 dengan kategori pendidikan dasar (SD, SMP)
cara memasukkan data ke kolom dalam sebanyak 67 orang (58.8%) dan
lembar observasi.. Analisa data mengalami inersia uteri sebanyak 39
menggunakan uji Chi Square (X2). orang (34.2%).
Pekerjaan ibu mayoritas dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN kategori bekerja yaitu sebanyak 65
orang (57%) dan mengalami inersia
A. Hasil Penelitian uteri sebanyak 46 orang (40.4%).
1. Karakteristik Paritas ibu sebagian besar
Tabel 1. Karakteristik Responden di adalah multipara sebanyak 59
RSU PKU Muhammadiyah Bantul responden (51.8%) dan mengalami
tahun 2016 inersia uteri sebanyak 42 responden
Karakteristik (n) (%) Inersia Uteri (36.8%).
Jarak kelahiran ibu paling
n % banyak adalah > 2 tahun sebanyak 87
Umur responden (76.3%) dan mengalami
< 20 tahun 13 11.4 9 7.9 inersia uteri sebanyak 57 orang (50%).
20-35 tahun 92 80.7 59 51.8 2. Kejadian Anemia
>35 tahun 9 7.9 5 4.4 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Anemia
Jumlah 114 100 73 64 Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul
Pendidikan tahun 2016
Dasar 67 58.8 39 34.2 Kategori Frekuensi %
Menengah 31 27.2 23 20.2
Tinggi 16 14.0 11 9.6 Anemia 87 76.3
Jumlah 114 100 73 64 Tidak 27 23.7
Pekerjaan Anemia
Bekerja 65 57.0 46 40.4 Jumlah 114 100
Tidak 49 43.0 27 23.7 Berdasarkan tabel di atas dapat
Bekerja dikatakan bahwa kategori anemia di
Jumlah 114 100 73 64 RSU PKU Muhammadiyah Bantul
Paritas tahun 2016 yang paling banyak adalah
kategori anemia yaitu sebesar 87 Jumlah 114 100
orang (76.3%).
3. Kejadian Inersia Uteri Berdasarkan tabel di atas dapat
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Inersia dikatakan bahwa kategori inersia uteri
Uteri Di RSU PKU Muhammadiyah di RSU PKU Muhammadiyah Bantul
Bantul tahun 2016 tahun 2016 yang paling banyak adalah
mengalami inersia uteri yaitu sebesar
Kategori Frekuensi % 73 orang (64.0%).

Inersia Uteri 73 64.0


Tidak Inersia 41 36.0
Uteri

4. Analisis Bivariat
Tabel 4. Hubungan Anemia Dengan Inersia Uteri di RSU PKU Muhammadiyah Bantul
tahun 2016

Inersia Inersia Tidak Inersia Total


Uteri X2 Ρ
Anemia N % N % N %
Anemia 61 53.5 26 22.8 87 76.3 0.222 0.015
Tidak 12 10.5 15 13.2 27 23.7
Anemia
Jumlah 73 64.0 41 36.0 114 100

Berdasarkan data yang


Tabel 4. menunjukkan bahwa diperoleh dari rekam medis, diketahui
mayoritas responden 61 orang bahwa responden yang mengalami
(53.5%) anemia dan mengalami anemia sebanyak 87 orang (76.3%),
inersia uteri, responden dengan dan yang tidak anemia sebanyak 27
anemia dan tidak inersia sebanyak 26 orang (23.7%).
orang (22.85), responden tidak anemia Anemia merupakan suatu
dan mengalami inersia sebanyak 12 keadaan di mana jumlah eritrosit yang
orang (10.5%), dan responden yang beredar atau konsentrasi hemoglobin
tidak mengalami anemia dan tidak menurun. Sebagai akibatnya, ada
inersia sebanyak 15 orang (13.2%). penurunan transportasi oksigen dari
Hasil analisis bivariat paru kejaringan perifer. Anemia sendiri
menggunakan uji chi square diperoleh jarang menimbulkan krisis kedaruratan
nilai ρ = 0,015 yang lebih kecil dari α akut selama kehamilan, namun pada
= 0,05 artinya ada hubungan antara hakekatnya setiap masalah kegawatan
kejadian anemia dengan inersia uteri dapat diperberat oleh anemia yang
kala I. Tingkat keeratan hubungan telah ada. Faktor yang mempengaruhi
antara kejadian anemia dengan inersia terjadinya anemia adalah umur, tingkat
uteri kala I pada kategori rendah yaitu pendidikan, pekerjaan, paritas, jarak
0.222. kelahiran.
B. Pembahasan Umur ibu sangat berpengaruh
1. Anemia terhadap kehamilan dan persalinan
serta pertumbuhan janin. Pada hasil keringat. Hal ini mengakibatkan
analisis didapatkan umur ibu paling peningkatan pengeluaran zat besi
banyak adalah 20-35 tahun sebanyak bersama keringat. Wanita hamil dan
92 orang (80.7%), <20 tahun sebanyak menyusui harus melakukan beban
13 orang (11.4%) dan yang paling kerja berat, memerlukan banyak sekali
sedikit adalah umur > 35 tahun makanan untuk kondisi kesehatan
sebanyak 9 orang (7.9%). Menurut1 tubuhnya maupun untuk kebutuhan
Ibu hamil pada usia terlalu muda (<20 energinya, sehingga zat-zat gizi yang
tahun) tidak atau belum siap dibutuhkan harus tercukupi.
memperhatikan lingkungan yang Selain faktor di atas, yang
diperlukan untuk pertumbuhan janin. mempengaruhi anemia adalah paritas
Disamping itu akan terjadi kompetisi ibu yaitu sebanyak 59 responden (51.8
makanan antara janin dan ibunya %). Menurut1 Paritas > 3 merupakan
sendiri yang masih dalam pertumbuhan faktor terjadinya anemia, hal ini
dan adanya pertumbuhan hormonal disebabkan karena terlalu sering hamil
yang terjadi selama kehamilan. dapat menguras cadangan zat gizi
Sedangkan ibu hamil di atas 35 tahun tubuh ibu.
cenderung mengalami anemia, hal ini Jarak kelahiran yang terlalu
disebabkan karena pengaruh turunnya dekat dapat menyebabkan terjadinya
cadangan zat besi dalam tubuh akibat anemia. Dari hasil analisis didapatkan
masa fertilisasi. < 2 tahun sebanyak 27 responden
Anemia juga dipengaruhi oleh (23.7%) . Hal ini dikarenakan kondisi
pendidikan yang rendah. Dari hasil ibu masih belum pulih dan pemenuhan
analisis didapatkan paling banyak kebutuhan zat gizi belum optimal,
responden dalam kategori pendidikan sudah harus memenuhi kebutuhan
dasar (SD, SMP) sebanyak 67 orang nutrisi janin yang dikandung.
(58.8%) dan yang paling sedikit adalah 2. Inersia Uteri
pendidikan tinggi yaitu 16 orang Pada hasil analisis didapatkan
(14%). Menurut8 orang yang responden yang mengalami inersia
berpendidikan menengah keatas uteri sebanyak 73 orang (64.0%). Hal
cenderung berfikir obyektif dan ini sesuai dengan penelitian Rudiyanti
berwawasan luas. Tingkat pendidikan (2014) yang mengatakan bahwa
keluarga bukan satu-satunya yang kontraksi rahim dalam kategori tidak
menentukan kemampuan seseorang adekuat sebanyak 85 orang (62.5%).
dalam memenuhi kebutuhan gizi, Inersia uteri adalah keadaan di
namun faktor pendidikan dapat mana kontraksi uterus lebih lemah,
menpengaruhi kemampuan menyerap singkat, dan lebih jarang apabila
pengetahuan gizi yang diperolehnya dibandingkan dengan his normal. Pada
melalui informasi. masa laten, diagnosis inersia uteri lebih
Selain itu anemia dipengaruhi sulit untuk ditegakkan. Kontraksi
jenis pekerjaan, pekerjaan akan uterus yang disertai nyeri tidak cukup
mempengaruhi beban kerja fisik untuk menentukan diagnosis bahwa
seseorang. Pada hasil analisis persalinan sudah mulai. Untuk
didapatkan mayoritas responden mendapatkan simpulan ini, maka
bekerja yaitu sebanyak 65 orang (57%) diperlukan kenyataan bahwa sebagai
dan yang tidak bekerja yaitu 49 orang akibat kontraksi itu terjadi perubahan
(43%). Jenis pekerjaan dalam sektor pada serviks, yaitu pendataran dan
informal dengan beban kerja fisik yang pembukaan10.
relatif lebih berat, menyebabkan Umur ibu sangat berpengaruh
seseorang mengeluarkan banyak terhadap kehamilan dan persalinan
serta pertumbuhan janin. Pada hasil perlu karena ada kemungkinan
analisis didapatkan umur ibu paling pertumbuhan janin kurang baik,
banyak adalah 20-35 tahun sebanyak mengalami persalinan yang lama, atau
92 orang (80.7%) dan yang paling perdarahan12.
sedikit adalah umur > 35 tahun 3. Hubungan Anemia dan Inersia Uteri
sebanyak 9 orang (7.9%). Akibat yang di RSU PKU Muhammadiyah
akan timbul pada ibu hamil atau Bantul tahun 2016
bersalin dengan usia lebih dari 35 Berdasarkan hasil analisis
tahun yaitu terjadi partus lama karena bivariat menggunakan uji chi square
ibu sudah tidak kuat mengejan, otot- diperoleh nilai p-Value= 0,015, dengan
otot perineum telah kaku sehingga tingkat kesalahan α = 0,05 dan taraf
menghambat kelahiran serta signifikan 95%. P-Value < 0,05 (0,015
mengakibatkan his kurang baik. < 0,05) maka H0 ditolak sehingga ada
Paritas juga merupakan faktor hubungan antara kejadian anemia
terjadinya inersia uteri. Pada hasil dengan inersia uteri kala I.
analisis didapatkan paritas ibu Anemia adalah kondisi di mana
sebagian besar adalah multipara sel darah merah menurun atau
sebanyak 59 responden (51.8 %). menurunnya hemoglobin, sehingga
Paritas pada multi para berpengaruh kapasitas daya angkut oksigen untuk
terhadap inersia uteri. Persalinan Pada kebutuhan organ-organ vital pada ibu
multi para dan grande multipara dan janin menjadi berkurang. Bahaya
sering terjadi inersia, hal tersebut anemia pada ibu hamil saat persalinan
akibat regangan uterus yang berulang- dapat menyebabkan gangguan his
ulang karena kehamilan dan tidak primer, sekunder, janin lahir dengan
kembali seperti semula dan longgarnya anemia, persalinan dengan tindakan
ligamentum yang memfiksasi uterus. karena ibu cepat lelah dan gangguan
Perut ibu yang gantung dapat perjalanan persalinan perlu tindakan
mengakibatkan terjadinya gangguan operatif. Anemia persalinan dapat
his karena posisi uterus yang menyebabkan inersia uteri atau his
menggantung ke depan sehingga yang tidak adekuat sehingga akan
bagian bawah janin tidak dapat berpengaruh terhadap kelemahan dan
menekan dan berhubungan langsung kelelahan ibu saat mengedan untuk
serta dapat dengan segmen bawah melahirkan bayi11. Hasil penelitian
rahim12. Hal ini sesuai dengan menunjukkan 61 orang (53.5%)
penelitian16 menyatakan bahwa ibu mengalami anemia serta inersia uteri.
bersalin dengan paritas berisiko (≥ 3) Hal ini sesuai dengan teori bahwa ibu
memiliki risiko 5,032 kali lebih besar bersalin dengan anemia (<11 gr%)
mengalami inersia uteri dibandingkan menjadi penyebab terjadinya inersia
ibu bersalin dengan paritas tidak uteri pada ibu bersalin11.
berisiko (< 3). Disamping faktor Sejalan dengan penelitian
paritas, inersia dipengaruhi oleh jarak Rudiyanti (2014) yang menunjukkan
kelahiran. Dari hasil analisis bahwa ada hubungan yang signifikan
didapatkan mayoritas jarak kelahiran > antara anemia dengan kontraksi rahim
2 tahun sebanyak 87 responden pada kala I, dengan nilai OR= 4,615,
(76.3%) dan < 2 tahun sebanyak 27 artinya ibu yang anemia beresiko 4,615
responden (23.7%). Bila jarak kali akan mengalami kontraksi rahim
kehamilan dengan anak sebelumnya yang tidak adekuat pada kala I - IV
kurang dari 2 tahun, rahim dan dibandingkan dengan ibu yang tidak
kesehatan ibu belum pulih dengan anemia.
baik. Kehamilan dalam keadaan ini
Hasil penelitian menunjukan PENUTUP
ada 12 orang (10.5%) ibu yang tidak 1. Simpulan
anemia tapi mengalami inersia uteri. Berdasarkan hasil penelitian
Pada ibu yang tidak anemia terdapat 3 dan pembahasan dapat diketahui
ibu primipara dan 9 multipara. Pada bahwa ada hubungan antara kejadian
primipara usia ibu < 20 tahun dan pada anemia dengan inersia uteri kala I
ibu multipara usia ibu berkisar > 35 dengan nilai p-value adalah 0.015 <
tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang 0.05 dengan tingkat keeratannya
menyebutkan bahwa pada multipara adalah rendah yaitu 0.222.
lebih banyak ditemukan kelainan his
yang bersifat inersia uteri. Kontraksi 2. Saran
ibu juga dipengaruhi oleh usia ibu, Pentingnya peran tenaga
paritas, status gizi dan riwayat kesehatan untuk melakukan kegiatan
kehamilan3. yang bersifat preventif dan promotif
Hasil penelitian juga mengenai anemia dalam kehamilan
menunjukkan ada 26 orang (22.8%) dan komplikasi.
ibu yang anemia tapi tidak inersia DAFTAR PUSTAKA
uteri. Hal ini sesuai dengan teori 1. Arisman. (2010). Gizi Dalam Daur
bahwa penyulit-penyulit yang dapat Kehidupan . Jakarta: Penerbit Buku
timbul akibat anemia adalah keguguran Kedokteran EGC.
(abortus), kelahiran prematur, syok, 2. Biro Pusat Statistik. (2012). Survey
infeksi baik saat bersalin maupun Demografi dan Kesehatan Indonesia
pasca bersalin, serta anemia yang berat (SDKI) 2012. BPS-BKKBN Depkes
(<4 gr/dl) dapat menyebabkan RI.
dekompensasi kordis. Hipoksia akibat 3. Cunningham FG, et all. 2006. Obstetri
anemia dapat menyebabkan syok dan Williams. Jakarta: EGC.
kematian ibu pada persalinan15. 4. Dinas Kesehatan Provinsi DIY. (2015).
Sedangkan komplikasi yang dapat Profil Kesehatan Provinsi DIY.
terjadi pada neonatus adalah prematur, 5. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
apgar score rendah, gawat janin9. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten
Tingkat keeratan hubungan Bantul.
antara kejadian anemia dengan inersia 6. Iis Sinsin. (2008). Seri kesehatan Ibu
uteri kala I pada kategori rendah yaitu dan Anak Masa Kehamilan dan
0.222. Hal ini disebabkan oleh adanya Persalinan. Jakarta: Alex Media.
faktor pengganggu yang tidak 7. Kemenkes RI. (2012). Survey
dikendalikan antara lain kelainan his Demografi dan Kesehatan Indonesia.
sering dijumpai pada primipara dengan Jakarta: Kemenkes RI.
umur ibu > 35 tahun, Faktor herediter, 8. Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan,
emosi dan ketakutan, Salah pimpinan Penyakit Kandungan, dan KB Untuk
persalinan, Obat-obat penenang, Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta:
disproporsi sevalopelvik, dan kelainan EGC.
uterus lama. karena Hal ini sesuai 9. Mansjoer, A. (2008). Kapita Selekta
dengan kriteria ekslusi yaitu semua Kedokteran. Jakarta: Media
yang tidak termasuk kriteria inklusi Aesculapius FKUI.
dan rekam medis yang tidak lengkap. 10. Martohoesodo dan Sumampouw.
Inersia uteri dapat menyebabkan (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta:
persalinan akan berlangsung lama Yayasan Bina Pustaka Sarwono
dengan akibat-akibat terhadap ibu dan Prawirohardjo.
janin (infeksi, kehabisan tenaga,
dehidrasi, dll12.
11. Mochtar, D. (2011). Sinopsis Obstetri:
Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC.
12. Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
13. Riskesdas. (2007). Riset Kesehatan
Dasar Nasional. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
14. Romana, T. (2013). Mitos Keliru
Seputar Makanan Ibu Nifas –
Kompasiana Kesehatan.
Health.Kompas.Com. Diakses tanggal
2 November 2016.
15. Saifuddin. (2006). Buku Acuan
Pelayanan Kesehatan dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
16. Tri Anasari. (2011). “Hubungan
Paritas Dan Anemia Dengan Kejadian
Inersia Uteri Pada Ibu Bersalin Di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto Tahun 2011. Skripsi.
STIKes Muhammadiyah Klaten.

Anda mungkin juga menyukai