Anda di halaman 1dari 56

PEMBERIAN SARI KACANG HIJAU DAN TABLET FE PADA

IBU HAMIL TRIMESTER I DENGAN ANEMIA DI


PUSKESMAS

CASE STUDY RESEARCH

Disusun Oleh:

Eva Hayati
1910104191

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANATERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
PEMBERIAN SARI KACANG HIJAU DAN TABLET FE PADA
IBU HAMIL TRIMESTER I DENGAN ANEMIA DI
PUSKESMAS

Diajukan Untuk Memenuhi Penugasan Mata Kuliah Praktik Kebidanan


Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:
Eva Hayati
1910104191

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANATERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

PEMBERIAN SARI KACANG HIJAU DAN TABLET FE PADA


IBU HAMIL TRIMESTER I DENGAN ANEMIA DI
PUSKESMAS

CASE STUDY RESEARCH

Eva Hayati
1910104191

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui untuk Mengikuti Ujian


Case Study Research Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Fakultas
Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh:

Pembimbing :
Tanggal :
Tanda Tangan :
HALAMAN PENGESAHAN

PEMBERIAN SARI KACANG HIJAU DAN TABLET FE PADA


IBU HAMIL TRIMESTER I DENGAN ANEMIA
DI PUSKEMAS

CASE STUDY RESEARCH

Disusun Oleh:
Eva Hayati

Telah Dipertahankan di Depan Penguji dan Diterima Sebagai Laporan Praktik Klinik
Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Pada Tanggal:

...............................................

Oleh:

1. Penguji : .................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal Case Study Research
dengan judul “Pemberian Sari Kacang Hijau dan Tablet Fe pada Ibu Hamil Trimester
I Anemia di Puskesmas ”

Penyusunan proposal ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Terapan pada Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Atas bantuan dan doa dari orang tua serta ridho
dari Allah SWT, serta pengarahan dari pembimbing, peneliti dapat menyelesaikan
proposal ini dengan baik. Pada kesempatan ini peneliti akan menyampaikan ucapan
terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam penyusunan
proposal skripsi ini :

1. Warsiti, M.Kep., Sp.Mat. selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta


2. Moh. Ali Imron., S.Sos., M.Fis, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3. Fitria Siswi Utami., S.SiT., MNS, selaku Ketua Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
4. Istri Utami., S.ST., M.Keb, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Praktik
Kebidanan Program Sarjana Terapan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
5. Keluarga serta teman-teman mahasiswa Program Studi Kebidanan Sarjana
Terapan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
angkatan 2019, yang telah banyak memberikan dukungan spritual do’a dan
motivasi kepada peneliti.

Sleman, Februari 2020

Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan global yang tersebar luas serta

mempengaruhi 56 juta wanita seluruh dunia, dan dua pertiga di antaranya berada di

Asia (KL & al, 2015). Anemia pada masa kehamilan menjadi penting untuk dibahas

karena dapat berpengaruh terhadap kematian janin, abortus, cacat bawaan,

berat bayi lahir rendah, cadangan zat besi yang berkurang pada anak atau

anak lahir dalam keadaan anemia gizi. Kondisi ini menyebabkan angka kematian

perinatal masih tinggi, demikian pula dengan mortalitas dan morbiditas pada ibu.

Selain itu, dapat mengakibatkan perdarahan pada saat persalinan yang

merupakan penyebab utama (28%) kematian ibu hamil/ bersalin di Indonesia (Siti et

al, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) 83,2% prevalensi ibu hamil yang

menderita anemia sedangkan pada negara-negara Asia Tenggara memiliki prevalensi

sebanyak 97,8%. Negara bagian Asia Tenggara salah satunya Indonesia memiliki

prevalensia ibu hamil dengan anemia sebanyak 37,1%. Infodantin menyebutkan ibu

hamil diseluruh dunia mengalami anemia diperkirakan 41,88%. Berdasarkan data

tersebut faktor risiko kesehatan yang penting dalam kesehatan yaitu anemia (Dhita

Dwi, 2017).

Prevalensi anemia di Indonesia berdasarkan data yang diperoleh dari Kemenkes

RI (2013) menyebutkan Survei Kesehatan Rumah Tangga/ SKRT tahun 2012,

prevalensi anemia tertinggi terjadi pada ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas berada

pada urutan kedua sebesar 45,1% dan 40,5% terjadi pada balita. Berbanding lurus

dengan data yang diperoleh dari Laporan Riskesdas tahun 2018, persentase ibu hamil
yang mengalami anemia tersebut meningkat dibandingkan hasil Riskesdas tahun

2013 yaitu sebesar 37,1 % menjadi sebanyak 48,9%. Yakni jumlah ibu hamil yang

mengalami anemia paling banyak pada usia 15-24 tahun sebesar 84,6%, usia 25-34

tahun sebesar 33,7%, usia 35-44 tahun sebesar 33,6%, dan usia 45-54 tahun sebesar

24%. Hasil ini tentunya masih sangat jauh dari target nasional yaitu 28%

(Lap.Riskesdas, 2018).

Penelitian Pusponegoro dan Anemia World Map pada waktu yang sama juga

menyebutkan bahwa 51% wanita hamil menderita anemia sehingga menyebabkan

mortalitas 300 jiwa perhari. Daerah Istimewa Yogyakarta prevalensi anemia pada ibu

hamil dari tahun 2015 cenderung mengalami kenaikan dari 14,85% hingga 16,09%

dan mengalami penurunan pada tahun 2017 menjadi 14,32%. Upaya penurunan

prevalensi anemia ibu hamil menjadi prioritas dalam target penurunan angka

mortalitas pada ibu postpartum (Profil Dinas Kesehatan DIY, 2017).

Profil Kesehatan 2019 Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta juga menyebutkan

kejadian anemia ibu hamil dari tahun 2014 hingga tahun 2018 menjadi fluktuatif.

Adanya peningkatan yang cukup bermakna dibanding tahun 2017.

Tahun 2014 jumlah ibu hamil dengan anemia sebesar 28,1 %, penurunan terjadi

selama kurun 2 tahun yakni 2015 sebesar 23,2% dan tahun 2016 sebesar 22,78%.

Namun, peningkatan kembali terjadi pada tahun 2017 sebesar 30,81% dan pada

tahun 2018 melonjak menjadi 35,49% .

Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta pada tahun 2018 melaporkan

jumlah ibu hamil riil terbanyak terdapat di Puskesmas Umbulharjo sebanyak 543

orang, sedangkan Puskesmas Tegalrejo berada pada posisi kedua sebanyak 395

orang. Namun jumlah ibu hamil dengan anemia tertinggi berada Puskesmas
Tegalrejo sebanyak 153 orang, sedangkan posisi kedua pada Puskesmas

Gondokusuman I sebanyak 133 orang. Adanya peningkatan angka anemia dalam

kehamilan karena tidak sejalan dengan target cakupan pemberian tablet Fe pada ibu

hamil, sehingga perlu diupayakan untuk optimalisasi distribusi tablet Fe, konseling

gizi dan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe selama hamil dan nifas.

Upaya pemerintah untuk mengatasi hal tersebut dengan mengeluarkan

kebijakan berupa mendistribusikan tablet Fe ke pusat – pusat pelayanan antenatal,

seperti posyandu, poskesdes, polindes, puskesmas dan melibatkan tenaga kesehatan

seperti bidan, perawat untuk memberikan tablet Fe sebanyak 90 tablet (Profil

Kesehatan Indonesia, 2015). Pemerintah juga memberikan kebijakan dalam segi

pelayanan berupa Antenatal Care Terpadu yang berkualitas bagi semua ibu hamil

dengan pelayanan kesehatan dari dokter, bidan, dan perawat terlatih dengan 18 jenis

pemeriksaan berupa pemeriksaan keadaan umum, berat badan, tekanan darah, suhu

tubuh,LILA, TFU, Presentasi Janin, DJJ, Hb, Golongan darah, protein urin, gula

darah, malaria, BTA, sifilis, Serologi HIV, dan USG (Kemenkes RI, 2012).

Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa tidak tahu bahkan tidak

menyadari menderita anemia. Bahkan ketika tahu masih beranggapan anemia sebagai

masalah kecil (S, S, & Soekarti, 2011). Mitos - mitos kehamilan yang tidak sadar

atau tidak disadari selalu dipercaya secara turun temurun dalam masyarakat.

Misalnya di Provinsi Jawa Tengah adanya pantangan bagi ibu hamil pantang makan

telur karena mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena menyebabkan

perdarahan yang banyak. Budaya pantang bagi ibu hamil sebenarnya merugikan

kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya, ibu hamil dilarang makan telur

dan daging, padahal telur dan daging sangat dibutuhkan untuk pemenuhan gizi ibu
hamil dan janin. Akhirnya ibu hamil menderita kekurangan gizi seperti anemia dan

KEK (Andriani, 2015).

Pemenuhan gizi bagi ibu hamil juga tidak terlepas dari zat protein. Salah satu zat

protein yang terdapat dalam metabolisme tubuh ialah Feritin. Terdapat 25% dari

jumlah total zat besi dalam tubuh berada dalam bentuk cadangan zat besi, berupa

feritin dan hemosiderin. Feritin dan hemosiderin terdapat dalam limpa, hati, dan

sumsum tulang. Maka dari itu apabila terjadi anemia langkah awal yang dilakukan

selain dengan pemberian tablet besi, tetapi banyak masyarakat pada umumnya yang

diberi tablet besi tidak meminumnya secara teratur karena mengkonsumsi efek

seperti mual, susah buang air besar, serta tinja berwarna lebih gelap. Maka dari itu

untuk mengatasi masalah tersebut maka dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan

yang mengandung besi dan zat gizi lainnya salah satunya yaitu kacang hijau.

Kacang hijau (Phaseolus radiatus L) dianggap sebagai sumber bahan makanan

padat gizi yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau mengandung

vitamin dan mineral. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium yang

banyak terdapat pada kacang hijau (Astawan, 2009). Bidan berperan aktif dalam

meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Berbagai upaya yang dapat dilakukan seperti

memberikan komunikasi informasi dan motivasi pada setiap pasiennya ( (Manuaba,

2010). Adanya konseling dan pemberian tablet Fe juga menjadi tugas penting bidan

dalam menurunkan angka anemia pada ibu hamil (PERMENKES, 2014). Antenatal

Care Terpadu yang merupakan program dari pemerintah juga membantu kinerja

bidan dalam meningkatkan kesehatan ibu hamil terutama dalam mendeteksi dini

seperti anemia dalam kehamilan (Kemenkes RI, 2012).


Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia dalam kehamilan

diantaranya umur kehamilan, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, jarak kehamilan,

paritas, konsumsi tablet Fe, dan riwayat penyakit. Anemia di Trimester I dan II tidak

berhubungan dengan kejadian BBLR dan lahir preterm, sedangkan anemia di

Trimester III mempunyai pengaruh terhadap kejadian BBLR dan lahir preterm (LL &

al, 2015). Ibu yang tidak mengkonsumsi tablet tambah darah lebih beresiko

mengalami anemia, dan riwayat penyakit seperti malaria dan cacingan juga dapat

menyebabkan anemia (Abdulahi, 2014).

Berdasarkan data tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan Case Study

Research tentang “Pemberian Sari Kacang Hijau dan Tablet Fe Pada Ibu Hamil

Trimester I dengan Anemia di Puskesmas”

B. BATASAN MASALAH

Hanya terfokus pada penatalaksanaan masalah kebidanan dengan anemia pada

ibu hamil trimester I menggunakan intervensi sari kacang hijau dan tablet fe di

puskesmas.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu”Adakah

pengaruh sari kacang hijau terhadap ibu hamil anemia di Puskesmas.

D. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Diharapkan peneliti mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil

trimester I yang mengalami anemia dengan intervensi pemberian sari kacang

hijau dengan pendekatan manajemen kebidanan.


2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data pada kasus ibu hamil dengan anemia

pada trimester I dengan pemberian sari kacang hijau.

b. Mampu melakukan penatalaksanaan pada kasus anemia pada ibu hamil

dengan anemia trimester I dengan pemberian sari kacang hijau.

c. Mampu melakukan analisis pada ibu hamil dengan anemia trimester I dengan

pemberian sari kacang hijau.

d. Mampu mengetahui perbandingan hasil penelitian ke dua subyek penelitian.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambahkan informasi dan referensi bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan kebidanan khususnya pada

kasus anemia dalam kehamilan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan informasi tentang anemia

dalam kehamilan, serta meningkatkan kesadaran responden dan masyarakat

untuk memanfaatkan fasilitas yang telah tersedia.

b. Bagi Kepala Puskesmas

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak

Puskesmas untuk lebih meningkatkan upaya dalam hal pencegahan terjadinya

anemia pada ibu hamil.

c. Bagi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dan

acuan untuk penelitian selanjutnya, serta menambah wawasan pembaca

tentang anemia dalam kehamilan.


F. RUANG LINGKUP

1. Ruang Lingkup Materi

Materi pada penelitian ini adalah asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester I

dengan anemia dilakukan pemberian sari kacang hijau. Hal ini dikarenakan

anemia meurpkan penyakit yang sangat sering dijumpai pada ibu hamil. Salah

satu penyebabnya karena kurangnya asupan makanan yang tidak memenuhi

standar, dapat berdampak pada kehamilan yaitu dapat terjadinya abortus,

persalinan preterm, hambatan tumbuh janin dan rahim, mudah terjadi infeksi,

ketuban pecah dini, bayi berat lahir rendah (BBLR) dan Fetal Distress.

Upaya preventif dan kuratif anemia pada ibu hamil dapat dilakukan dengan

adanya ANC terpadu maupun pemeriksaan mandiri.

2. Ruang Lingkup Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil pada trimester I yang

mengalami anemia dan telah melakukan pemeriksaan di Puskesmas.

3. Ruang Lingkup Tempat

Profil Kesehatan 2019 Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta juga menyebutkan

kejadian anemia ibu hamil dari tahun 2014 hingga tahun 2018 menjadi

fluktuatif. Beradsarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan, jumlah ibu

hamil dengan anemia tertinggi berada di Kota Yogyakarta. Selain itu, kasus

anemia pada ibu hamil tertinggi wilayah di kota Yogyakarta tertletak di

Puskesmas Tegalrejo yang menjadi indikator untuk melakukan penelitian

diwilayah tersebut.

4. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2020 - Mei 2020 dimulai sejak

penyusunan proposal hingga penyerahan hasil penelitian.


G. KEASLIAN PENELITIAN

N Peneliti / Desain Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan


o Judul & Sampel
Tahun Penelitian
Tempat
Penelitian
1 Amirul Amalia Penelitian ini Hasil penelitian Perbedaan
(2016) menggunakan menunjukkan bahwa dengan
Efektifitas pendekatan One rata – rata kadar Hb penelitian ini
Minuman Group Pra Test- 9,6 gr/dl atau yaitu
Kacang Hijau Post Test Design mengalami anemia perbedaan
Terhadap dengan teknik ringan sebelum variabel,
Peningkatan simple random pemberian minuman metode jumlah
Kadar HB sampling. kacang hijau, dan rata sampel, teknik,
Penelitian ini – rata kadar Hb 10,6 instrumen, dan
menggunakan uji gr/dl atau tidak analisis data.
paired T-Test. anemia setelah
pemberian minuman
kacanghijau.
2 Yuhendri Putra Penelitian ini Hasil penelitian ini Perbedaan
(2018) menggunakan menunjukkan 0,34 dengan
Pemberian Jus Quasi Eksperimen gr% dengan standar penelitian ini
Kacang Hijau dengan one- deviasi 0,006 gr%. yaitu
Terhadap group pre-test Hasil uji statistik perbedaan
Kadar post-test design. didapatkan nilai sig variabel,
Hemoglobin Analisis yang (2tailed) = 0,0005 metode jumlah
Ibu Hamil digunakan adalah artinya ada pengaruh sampel, teknik,
Anemia univariat dan antara kadar Hb instrumen, dan
Ringan bivariat. sebelum dan sesudah analisis data.
diberikan intervensi
jus kacang hijau.

Analisis : pada kasus ini pemb


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORITIS

1. KEHAMILAN

a. Definisi

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila

dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kelahiran normal akan

berlangsung dalam minggu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan

kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana

trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua

berlangsung selama 15 minggu ( minggu ke-13 hingga ke-27), dan

trimester ketiga berlangsung selama 13 minggu (minggu ke-28 hinga ke

40) (Prawirohardjo, 2016).

Menurut Sumarsih dan Dewi (2011) Kehamilan merupakan saat yang

sangat menakjubkan dalam kehidupan seorang wanita. Hal itu juga

merupakan saat yang menyenangkan ketika sebuah kehidupan baru yang

misterius bertumbuh dan berkembang didalam rahim. Sekali kehamilan

terjadi, berbagai macam efek terjadi dalam tubuh wanita, baik efek

karena perubahan hormon, bentuk tubuh, maupun kondisi emosional

wanita yang mengalami kehamilan.

Kehamilan memengaruhi seluruh anggota keluarga sehingga setiap

anggota keluarga harus adaptasi. Adaptasi ini memerlukan proses,

bergantung pada budaya lingkungan yang sedang menjadi tren

masyarakat. Wanita segala usia selama masa kehamilannya beradaptasi


14
untuk berperan selagi ibu, suatu proses belajar yang kompleks secara

sosial dan kognitif. Pada kehamilan awal, tidak ada yang berbeda. Ketika

janin mulai bergerak pada trimester kedua, wanita mulai memerhatikan

kehamilannya dan berdiskusi dengan ibunya atau teman lain yang pernah

hamil (Susanti, 2009).

Menurut Prawirohardjo (2012), masa kehamilan dibagi menjadi 3

trimester yaitu: Trimester I (berlangsung hingga 12 minggu), Trimester

II (dimulai pada usia kehamilan 13 minggu sampai 27 minggu) dan

Trimester III (dimulai pada usia kehamilan 28 minggu hingga 40

minggu).

1) Trimester I

Trimester merupakan periode tiga bulanan selama kehamilan.

Trimester pertama mewakili 12 minggu pertama kehidupan janin

dalma rahim. Pada awal kehamilan, seringkali wanita belum nampak

bahwa dirinya hamil, tetapi aktivitas hormon akan berpengrauh

dalam berbagai hal seperti perubahan mood, ketidakstabilan libido,

dan nafsu makan menjadi berkurang (Laila, 2009).

Perubahan secara fisiologis pada kehamilan yang berakibat pada

peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan

konsentrasi protein pengikat zat gizi dalam sirkulasi darah, termasuk

penurunan zat gizi mikro. Peningkatan produksi sel darah merah ini

terjadi sesuai dengan pertumbuhan tubuh yang cepat dan

penyempurnaan susunan sistem organ pada tubuh. Adanya kenaikan

volume darah saat kehamilan akan meningkatkan kebutuhan zat besi

(Murray, 2010).
2) Trimester II

Menurut Lail (2009), pada trimester kedua tubuh sudah dapat

menyesuaikan diri sehingga merasa lebih kuat dan mnatap.

Berkurangnya keluhan, bahkan keluhan yang pernah dialami pada

trimester sebelumnya sekarang tidak muncul kembali. Trimester dua

juga terjadi adanya peningkatan hemodilusi yaitu peningkatan

kandungan cairan darah sehingga menurunkan konsentrasi elemen

yang dibentuk.

Menurut Murray (2010), pada trimester pertama kehamilan, zat besi

yang dibutuhkan sedikit karena peningkatan produksi eritroprotein

sedikit, karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih

lambat. Sedangkan pada awal trimester kedua pertumbuhan janin

sangat cepat dan janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan

air ketuban sehingga lebih banyak membutuhkan oksigen. Akibatnya

kebutuhan zat besi semakin meningkat untuk mengimbangi

peningkatan produksi eritrosit dan karena itu rentan terjadinya

peningkatan produksik eritrosit dan karena itu rentan untuk

terjadinya anemia terutama defisiensi besi (Murray, 2010).

Konsentrasi hemoglobin normal pada wanita hamil berbeda pada

wanita tidak hamil. Hal ini disebabkan karena pada kehamilan terjadi

proses hemodilusi atau pengenceran darah yaitu terjadi peningkatan

volume plasma dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan

dengan peningkatan eritrosit. Adanya peningkatan volume plasma

menurunkan hematokrit, konsentrasi Hb, dan jumlah eritrosit tetapi

tidak menurunkan jumlah absolut Hb atau eritrisit dalam sirkulasi.


Penurunan hematokrit, konsentrasi Hb, dan jumlah eritrosit biasanya

tampak pada usia kehamilan 7 sampai 8 minggu dan terus

menurunkan sampai minggu ke 16 hingga ke 22 ketika titik

keseimbangan tercapai. Eksplansi volume plasma yang terus

menerus tidak diimbangi dengan peningkatan produksi eritroprotein

sehingga akan menurunkan kadar hematokrit, konsentrasi Hb atau

jumlah eritrosit dibawah batas normal dan timbulah anemia

(Manuaba, 2010).

Menurut Lail (2009), pada trimester kedua ini juga terdapat beberapa

perubahan seperti:

a) Payudara mulai mengeluarkan kolostrum, yaitu cairan susu

yang pertama kali keluar menjelang waktu kelahiran dan

menjadi makanan pertama bayi.

b) Lingkar pinggang mulai tidak kelihatan karena terjadi

pembesaran perut, dan sekarang wanita hamil mulai tampak

kehamilannya.

c) Gusi wanita hamil kadang mengalmai perubahan dan terasa

seperti sepon. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya

pengaruh hormon.

d) Mengendornya otot pada jaringan usus sehingga menyebabkan

ketidaknyamanan selama kehamilan yaitu seringkali terjadi

sembelit, sehingga dianjurkan untuk minum minimal delapan

gelas perhari.
e) Aliran darah bertambah besar kedaerah rongga pinggul dan

meningkatnya hormon dapat menyebabkan nyeri pada

punggung.

f) Pada trimester II juga terjadi peningkatan volume darah. Hal

ini disebabkan adanya peningkatan plasma dan eritrosit.

Terjadiny hiperplasia eritroid sedang dalam sumsum tulang

dan peningkatan ringan pada hitung retikulosit. Hal ini

disebabkan adanya peningkatan kadar eritropoetin plasma ibu

setelah usia gestasi 20 minggu, sesuai dengan saat reproduksi

eritrosit paling tinggi.

3) Trimester III

Pada trimester III kebanyakan wanita hamil merasa cemas, karena

adanya perubahan metabolik dalam otak. Adapun perubahan yang

terjadi pada ibu hamil trimester III antara lain:

a) Pertambahan berat badan sehingga menyebabkan kelelahan.

b) Insomnia yaitu gangguan susah tidur di malam hari.

c) Rasa nyeri pada pinggang, perut yang membesar menjadi

beban pokok pada pinggang, sehingga pinggang bekerja lebih

keras.

d) Sering kencing, kandung kemih ibu tertekan oleh janin

sehingga menyebabkan sering kencing.

e) Kaki kram yang dimunginkan disebabkan adanya aliran darah

kekaki yang berkurang.

f) Perubahan hematologis juga terjadi pada ibu hamil di

trimester III yaitu konsentrasi hematokrit dan hemoglobin


yang sedikit menurun selama kehamilan menyebabkan ada

viskositas darah juga menurun.

Kehamilan trimester ketiga ibu akan kembali merasakan

ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir

kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan

memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari

pasangannya (Varney’s, 2009).

Usia kehamilan trimester ketiga, ada rasa senang dan gembira

saat membayangkan bahwa di akhir masa kehamilan ini ibu akan

menggendong seorang bayi, tetapi juga ada sedikit ketakutan dalam

persalinan dan proses kelahiran bayi. Ibu mungkin akan mengalami

sedikit ketidaknyamanan akibat adanya pertumbuhan berat badan

bayi di dalam lahir (Datta, 2009).

Pada dasarnya, kehamilan merupakan hal yang fisiologis. Namun,

kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan

yang dilakukan oleh bidan untuk menapis resiko ini yaitu melakukan

pendeteksian dini adanya komplikasi atau penyakit yang mungkin terjadi

selama hamil muda (Yuni Kusmiati, dkk : 2009).

Adanya perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan

dikarenakan perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta

dari pertumbuhan payudara. Peningkatan volume tersebut terutama terjadi

akibat peningkatan plasma bukan karena peningkatan jumlah sel eritrosit.

Adanya peningkatan volume plasma sebesar 45-65% dimulai pada trimester

kedua dan puncaknya pada trimester ketiga dan meingkat sekitar 1000 ml,
menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah

partus. Sedangkan stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti

laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldosteron.

b. Tanda Kehamilan

Tanda kehamilan dapat dikelompokkan sebagai berikut: presumsi,

kemungkinan dan pasti. Tanda presumsi yaitu perubahan yang dirasakan

ibu meliputi amenore ( tidak haid), keletihan, perubahan payudara,mual,

muntah, pusing serta quickening dan tidak mau makan. tanda

kemungkinan kehamilan yaitu perubahan yang diobservasi oleh

pemeriksa meliputi tanda hegar, ballotement, dan tes kehamlan. Tanda

pasti kehamilan meliputi sonografi (Siswosuharjo, 2010).

c. Perubahan Fisik dan Psikologi Kehamilan

Kehamilan dapat memicu sekaligus memacu terjadinya perubahan

tubuh, baik secara anatomis, fisiologis maupun biokimiawi. Perubahan

ini dapat terjadi sistemik ataupun lokal. Hal ini bertujuan untuk kesehatan

janin, meskipun terkadang mengabaikan kesehatan ibu.

1) Sistem kardiovaskuler

Menurut Arisman (2009), pembesaran uterus menekan

pembuluh darah yang melewati rongga panggul dan paha. Jika

wanita tidur terlentang maka uterus yang membesar akan menekan

vena cava. Hal ini akan menimbulkan aliran balik terganggu

sehingga darah mengumpul pada tungkai bawah. Kondisi yang

kedua menyusutkan aliran darah ke aliran atrium kanan. Dampak

kedua kondisi tersebut yaitu hipotensi. Hipotensi postural

disebabkan adanya terganggunya aliran darah melalui rongga


panggul, sementara supine hypotensive syndrome tertentu atau vena

cava syndrome dipicu oleh tekanan pada vena cava.

2) Ginjal dan saluran kemih

Perubahan struktur ginjal merupakan akibat aktivitas hormonal

(esterogen dan progesteron), tekanan yang timbul akibat pembesaran

uterus dan peningkatan volume darah (Klein dalam Bobak, 2004).

Menurut Arisman (2009), pertambahan panjang ginjal dari 1- 5 cm.

Sedangkan piala ginjal kondisi sebelum hamil 10 cc melebar sampai

60 cc. Ureter yang berada di pintu atas panggul melebar, memanjang

dan juga berkelok. Adanya perubahan statis menyisakan banyak urin

di dalam saluran pengumpul mencapi 200 cc. Selain itu, perubahan

fungsi ginjal diduga akibat peningkatan hormon ibu, Adreno

Corticotropic Hormone (ACTH), aldosteron, kortisol, human

chronic somato-mammotropin, hormon tiroid serta faktor lain seperti

peningkatan volume plasma. Glomerular Filtration Rate (GFR)

meningkat sampai 50%.

3) Sistem endokrin

Kehamilan menginduksi hiperparatiroidisme sekunder ringan,

suatu refleksi peningkatan kebutuhan kalsium dan vitamin D. Janin

membutuhkan glukosa dalam jumlah yang signifikan untuk

pertumbuhan dan perkembangannya sehingga menghabiskan

simpanan glukosa ibu dan menurunkan kemampuan ibu mensistesis

glukosa dengan menghabiskan asam amino ibu sehingga kadar

glukosa darah ibu menurun. Akibatnya pada awal kehamilan

pankreas menurunkan produksi insulin. Adanya progesteron


menyebabkan lemak disimpan dalam jaringan subkutan di adalam

abdomen, punggung dan paha atas yang berfungsi sebagai cadangan

energi baik masa hamil dan menyusui. Adanya Aldosteron

mempertahankan natrium. Hormon Tiroksin mengatur metabolisme

kalsium dan magnesium. Human Placental lactigen (HPL) juga

berperan sebagai hormon dalam pertumbuhan. Human Chorionic

Gonadothropin (hCG) menginduksi mual dan muntah pada beberapa

ibu selama awal kehamilan (Klein dalam Bobak, 2004).

4) Sistem pencernaan

Menurut Nasir (2013), sistem pencernaan mengalami beberapa

perubahan seperti nafsu makan meningkat, munculnya rasa mual

maupun muntah, adanya perubahan terhadap rasa dan meningkatnya

absorbsi zat gizi. Arisman (2009) juga mengatakan bahwa adanya

kenaikan esterogen menyebabkan peningkatan sekresi air ludah dan

menjadi lebih asam. Kondisi ini tentunya menyebabkan gigi

berlubang dan sekaligus menjelaskan gigi berlubang tidak

disebabkan karena kurangnya kalsium karena pada gigi bersifat

stabil.

5) Kandung empedu dan hati

Penurunan tonus dinding otot polos menyebabkan fungsi

kandung empedu berubah. Waktu pengosongan memendek dan

sering tidak tuntas. Cairan empedu yang mengental dan sering

terjadinya statis yang menyebabkan terbentuknya batu empedu.

Menurut Arisman (2009), fungsi hati akan berubah meskipun

marfologinya tetap sama. Adanya aktivitas alkalin fosfatase dalam


serum meningkat dua kali lipat, diduga akibat adanya penambahan

isoenzim alkalin fosfatase plasenta. pada fase ini dianggap normal

pada ibu hamil dengan adanya penurunan kadar albumin dan

globulin plasma.

2. ANEMIA DALAM KEHAMILAN

a. Definisi

Anemia dalam kehamilan adalah anemia yang diakibatkan oleh

berkurangnya zat besi di dalam tubuh dan merupakan jenis anemia yang

mudah di cegah dan diobati bahkan obatnya realtif murah. Anemia pada

kehamilan menjadi masalah nasional karena menggambarkan nilai

kesejahteraan sosial masyarakat dan dampaknya sangat besar terhadap

kualitas sumber daya manusia (Manuaba, 2010).

Anemia merupakan bentuk kondisi hemoglobin <12 gr/dl pada wanita

yang tidak hamil dan 10 gr/dl selama kehamilan dan nifas. Centre of

desease control and prevention (CDC) tahun 1998 yang menyebutkan

bahwa anemia defisiensi besi pada ibu hamil dengan menggunakan cut

off point <11 gr/dl pada trimester I dan III, serta 10,5gr/dl pada trimester

ke II (Saifuddin, 2009, Cunningham et al, 2010).

Abbena Addo, dkk (2012) wanita memiliki sekitar 2,3 gr zat besi total

di dalam tubuh yang sebgaian besarnya (80%) ditemukan dalam massa

sel darah merah sebagai haemoglobin (Hb). Zat besi total di dalam tubuh

ditentukan oleh asupan, pengeluaran dan penyimpanan mineral ini. Zat

besi yang tidak digunakan akan disimpan sebagai kompleks protein yang

dapat larut yaitu feritin, yang terdapat terutama di hati, sumsum tulang,

limpa dan otot skeletal. Dibutuhkan mekanisme absorbsi normal sistem


gastrintestinal untuk mempertahankan keseimbangan antara kadar zat

besi fungsional (Hb) dan zat besi yang disimpan (mioglobin). Tubuh

mampu menyerap 1-2 mg zat besi setiap hari dari diet, dengan tujuan

peningkatan absorbsi zat besi di dalam diet dan laju produksi sel darah

merah yang adekuat. Faktor utama yang mengendalikan absorbsi zat besi

adalah jumlah zat besi yang disimpan di dalam tubuh dan jenis zat besi

yang etrdapat didalam diet seseorang (RD, 1994) dalam A, Abbena

(2012).

Menurut Susiloningtyas (20120, pemberian suplemen Fe disesuaikan

dengan usia kehamilan atau kebutuhan zat besi tiap semester, yakni

sebagai berikut:

1) Trimester I : kebutuhan zat besi 1 mg/ hari (kehilangan basal 0,8

mg/ hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan perempuan dan sel

darah merah.

2) Trimester II: kebutuhan zat besi +5 mg/hari (kebutuhan basal 0,8

mg/hari) ditambah dengan kebutuhan sel darah merah 300 mg dan

konsepsus 115 mg.

3) Trimester III: kebutuhan zat besi 5 mg/hari. Ditambah dengan

kebutuhan darah 150 mg dan konsepsi 233 mg.

Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa

oksigen. Anemia defisiensi zat besi didefinisikan dengan rendahkanya

konsentrasi feritin serum <30ʮg/l dan hemoglobin <11gr/dl di trimester

pertama, <10.5gr/dl pada trimester kedua dan <11 gr/dl pada trimester

ketiga. Pada pemeriksaan mirkoskopik, sel darah merah terlihat

mikrositik dan hipokromik. Anemia defisiensi zat besi terjadi akibat


peningkatan kebutuhan zat besi atau ketidakadekuatan absorpsi zat besi

(A, Abbena. 2012).

Adanya penurunan kadar oksigen dalam tubuh menyebabkan keadaan

ibu hamil menjadi lemah. Menurut Jason W (2012), kebutuhan zat besi

meningkat untuk menyesuaikan dengan :

1) Pertumbuhan

2) Menstruasi

3) Kehilangan darah/ donor darah

4) Kehamilan

5) Gangguan hemolitik

6) Obat yang menyebabkan hemolisis (misalnya antiretrovirus)

7) Infeksi saluran kemih-kelamin

8) Infestasi cacing tambang

b. Etiologi Anemia Dalam Kehamilan

Menurut (Manuaba, 2010) anemia pada ibu hamil dapat disebabkan

karena paritas, status gizi, usia ibu, tingkat pendidikan, frekuensi ANC.

Paritas >3 merupakan faktor terjadinya anemia yang berhubungan

dengan jarak kehamilan terlalu dekat <2 tahun.

Anemia yang paling umum terjadi adalah karena kekurangan asupan

makanan yang mengandung zat besi. Anemia yang disebabkan oleh

ketidakadekuatan absorbsi zat besi terjadi karena:

1) Diet yang rendah zat besi

2) Malabsorpsi

3) Bedah lambung
4) Infeksi malaria yang mengakibatkan rendahnya penggunaan zat

besi dalam diet (Waugh, 2012).

Jumlah zat besi fungsional di dalam tubuh dan konsentrasi protein Hb

yang mengandung zat besi yang bersirkulasi di dalam sel darah merah

diukur menggunakan dua uji darah sederhana, yaitu konsentrasi Hb dan

hematokrit, dan konsentrasi feritin serum (Waugh, 2012).

Anemia defisiensi besi memiliki ukuran SDM yang lebih kecil

(mikrositik) dan jumlah hemoglobin yang sedikit, membuat SDM tampak

pucat (hipokrom) (Bothamley & Boyle, 2012). Karovitch (2008)

menyebutkan penyebab anemia dalam kehamilan adalah, sebagai berikut:

1) Penurunan produksi SDM seperti kekurangan zat yang dibutuhkan,

seperti zat besi, folat, dan vitamin B12 serta masalah produksi di

sumsum tulang

2) Peningkatan kehilangan SDM seperti perdarahan selama

menstruasi, persalinan, trauma.

3) Peningkatan destruksi SDM (anemia hemolitik) seperti anemia sel

sabit, sindrom HELLP, sferosifosis herediter (Bothamley & Boyle,

2012).

Kejadian anemia disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor gizi dan

faktor non-gizi. Anemia yang disebabkan oleh faktor gizi adalah karena

kekurangan asupan makanan yang mengandung zat besi. Kekurangan

protein, kekurangan asma folat, dan kekurangan vitamin B12, dapat

diikuti dengan menurunnya kadar hemoglobin, walaupun lebih jarang

ditemukan dibandingkan kekurangan zat besi (Par'i, 2017).


Anemia yang disebabkan oleh faktor non-gizi adalah karena

berkurangnya sela dalam merah dalam tubuh karena perdarahan,

misalnya karena menstruasi atau kecelakaan. Kehilangan darah merah

juga dapat diseba infeksi, misalkan karena malaria, cacing, talasemia atau

penyakit lainnya (Par'i, 2017).

Menurut (Tristianti, 2011) status gizi untuk ibu hamil memiliki

hubungan dengan konsumsi pangan sehari – hari. Konsumsi zat gizi

dapat meliputi protein, konsumsi zat besi, dan konsumsi vitamin C. Zat

gizi yang dikonsumsi ibu hamil sangat erat hubungan dengan status KEK

(LILA <23,5 cm). Selain konsumsi gizi tertentu, anemia pada ibu hamil

juga dipengaruhi oleh konsumsi maknan siap saji, minuman dan tablet

Fe. Dengan tingkat pendidikan yang baik, maka akan mempermudah

untuk mengadopsi pengetahuan tentang kesehatnnya. Rendahnya tingkat

pendidikan ibu hamil dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya

menangani masalah gizi tersebut.

Menurut Tartowo dan Wasnidar (2011: 24), penyebab anemia

antara lain:

1) Kurangnya mengkonsumsi makanan bergizi.

2) Kekurangan zat besi karena kebutuhan yang meningkta seperti pada

kehamilan.

3) Kehilangan darah yang disebabkan adanya perdarahan.

4) Gangguan penyerapan zat besi pada usus karena penyerapan

dipengaruhi oleh folattannin dan vitamin C.

c. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan


Menurut (Winkjosastro, 2010) klasifikasi anemia dalam kehamilan

terbagi dalam:

1) Anemia Defisiensi Besi

Menurut (Prawirohardjo, 2010) anemia dalam kehamilan yang sering

terjadi dalam kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Hal

ini disebabkan kurangnya unsur besi dalam makanan, karena gangguan

reabsorbsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya zat

besi yang keluar dari badan misalnya perdarahan.

Menurut (Manuaba, 2010) anemia defisiensi besi sering terjadi

akibat kekurangan zat besi dalam tubuh. Pengobatannya dengan

pemberian tablet besi yaitu keprluan zat besi untuk wanita hamil, dan

dalam laktasi yang dianjurkan . pada pemeriksaan dan pengawasan Hb

dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan 2 kali

selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester III.

Kalsifikasi Hb menurut (Manuaba, 2010) adalah sebagai berikut:

a) Hb 11 gr% : tidak anemia

b) Hb 9-10,9 gr% : anemia ringan

c) Hb 7-8,9 gr% : anemia sedang

d) Hb <7 gr% : anemia berat

2) Anemia Megaloblastik

Menurut (Proverawati, 2012) anemia dalam kehamilan disebabkan

karena defisiensi asam folat. Jarang sekali karena defisiensi bitamin B12.

Anemia ini biasanya dijumpai pada wanita yang tidak mengkonsumsi

sayuran berwarna hijau, kacang – kacangan dan protein hewani. Anemia


megaloblastik disebabkan karena adanya defisiensi asam folat dan

defisiensi vitamin B12.

3) Anemia Hipoplastik

Anemia hipoplastik adalah anemia yang terjadi pada ibu hamil yang

disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu memberikan sel – sel

darah merah baru (Prawirohardjo, 2010). Menurut (Proverawati, 2012)

anemia disebabkan karena adanya sumsum tulang belakang kurang

mampu membuat sel – sel darah baru.

4) Anemia Hemolitik

Menurut (Prawirohardjo, 2010) anemia hemolitik disebabkan karena

adanya penghancuran sel darah merah yang berlangsung lebih cepat dari

pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik biasanya sukar hamil,

dan beresiko mengalami anemia berat dalam kehamilannya.

Anemia hemolitik disebabkan karena adanya penghancuran atau

pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya

(Proverawati, 2012).

d. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia pada Ibu

Hamil

1) Jarak Kehamilan

Setiap kehamilan akan menyebabkan cadangan zat besi berkurang

oleh karena itu pada setiap akhir kehamilan diperlukan waktu 2 tahun

untuk mengembalikan cadangan zat besi ke tingkat normal dengan syarat

bahwa selama masa tenggang waktu tersebut kesehatan dan gizi dalam

kondisi yang baik. Maka sebaiknya jarak persalinan terakhir dengan jarak

persalinan berikutnya minimal 2 tahun. Dengan adanya tenggang waktu


tersebut diharapkan ibu dapat mempersiapkan keadaan fisiknya dengan

cara melengkapi diri dengan memakan makanan yang mengandung

protein dan zat besi serta bergizi tinggi untuk menghindari terjadinya

anemia di samping itu memberikan kesempatan kepada organ – organ

tubuh untuk memulihkan fungsi faal maupun anatomisnya (Manuaba,

2010).

2) Umur Kehamilan

Umur kehamilan yaitu ukuran lama waktu seorang janin berada dalam

rahim. Pada Trimester II dan III merupakan trimester dimana angka

kejadian anemia pada ibu hamil lebih tinggi dibandingkan trimester

lainnya. Adanya ekspansi volume plasma dalam jumlah secara terus

menerus tidak diimbangi dengan peningkatan produksi eritroprotein

sehingga akan menurunkan kadar hematokrit, konsentrasi Hb yang turun

dari batas normal maka terjadilah anemia. Ibu hamil yang mengalami

kekurangan nutrisi maka dapat berdampak pada pertumbuhan bayi yang

tidak sempurna, prematur dan BBLR (Proverawati, 2012).

3) Paritas

Menurut Soebroto (2009), ibu yang mengalami kehamilan lebih dari 4

kali juga dapat meningkatkan resiko mengalami anemia. Paritas 2-3

adalah paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas

lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih

tinggi paritas, maka lebih tinggi pula kematian maternal.

Paritas merupaan faktor resikok dalkam menentukan derajat kesehatan

ibu selama kehamilan dan persalinan. Pada ibu yang baru mengalami

kehamilan dan persalinan pertama meningkatkan resiko kesehatan yang


timbul karena belum mengalami kehamilan sebelumnya dan baru mulai

membuka jalan lahir (Harjanto, 2011).

Namun, apabila ibu lebih sering melahirkan rahim akan semakin

lemah karena jaringan parut yang lemah menyebabkan tidak adekuatnya

persediaan darah ke plasenta sehingga berdampak terganggunya

distribusi nutrisi dari ibu ke janin dan berakibat terganggunya

pertumbuhan janin (Depkes RI, 2012).

4) Usia

Umur kurang dari 20 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada

umur tersebut perkembangan biologis dalam hal ini alat reproduksi

tersebut belum optimal. Pada usia tersebut, faktor psikis yang belum

matang juga menyebabkan wanita hamil mudah mengalami guncangan

mental yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan

kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya. Selain kehamilan dibawah

usia 20 tahun, kehamilan dengan usia lebih dari 35 tahun juga termasuk

dalam resiko tinggi. Wanita yang hamil dalam usia yang terlalu tua yaitu

lebih dari 35 tahun akan rentan terhadap anemia. Hal ini terjadi karena

adanya penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah terserang berbagai

infeksi selama kehamilan (Kurniawan, 2019).

5) Pendidikan

Pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan seluruh

kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam

pendidikan perlu dipertimbangkan usia (proses perkembangan klien) dan

hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih


mudah menerima ide – ide dan teknologi. Persepsi seseorang tersebut

dapat menentukan sikap dan tindakan yang akan dilakukan (Kurniawan,

2019).

Pendidikan adalah proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan

penyempurnaan hidup. Seorang ibu khususnya ibu hamil yang memiliki

pendidikan tinggi dapat menyei,bangkan pola konsumsinya. Apabila pola

konsumsinya sesuai maka asupan zat gizi yang diperoleh akan tercukupi,

sehingga dapat terhindar dari masalah anemia. Apabila ibu hamil tidak

dapat memilih asupan zat gizi yang bagus untuk tumbuh kembang janin,

maka dapat terjadi anemia atau komplikasi lain (Marni dan Raharjo,

2012).

6) Status Ekonomi

Sumber makanan untuk mencegah anemia pada umumnya berasal dari

sumber protein yang mahal dan sulit terjangkau oleh mereka yang

berpenghasilan rendah. Kekurangan tersebut memperbesar resiko anemia

pada remaja dan ibu hamil serta memperberat kesakitan pada ibu pada

bayi baru lahir (Kurniawan, 2019).

7) Status Gizi

Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat

kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Dalam hal ini

kelebihan atau kekurangan zat gizi harus dihindari. Upaya preventif

dalam menangani kejadian anemia pada ibu hamil yaitu perlunya ibu

hamil untuk menjaga dan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan

banyak yang mengandung zat besi (Kurniawan, 2019). Menurut

Sukmawati (2013), status gizi yang kurang pada ibu hamil memiliki
resiko 2,7 kalik lebih besar melahirkan bayi dengan BBLR dibandingkan

dengan ibu hamil dengan status gizi yang baik.

Menurut Arisman (2009), adanya penataan gizi pada ibu hamil

bertujuan untuk menyiapkan kecukupan kalori, protein yang tinggi,

vitamin, mineral maupun cairan untuk pemenuhan gizi bagi ibu, janin

maupun plasenta, selain itu makanan padat kalori untuk pembentukan

jaringan tubuh janin serta kecukupan kalori dan zat gizi untuk

pertambahan berat badan selama kehamilan. Perencanaan rawatan gizi

yang baik juga untuk memperoleh status gizi optimal akan berdampak

pada kelahiran bayi, menyusui dan perawatan bayi. Adanya perawatkkan

gizi dapat mengurangi bahkan menghilangkan reaksi yang tidak

diinginkan, seperti mual dan muntah. Selain itu juga membantu

pengobatan penyulit selama kehamilan seperti diabetes kehamilan,

mengembangkan kebiasaan makan yang baik yang diajarkan kepada anak

selama hidup. Pada ibu hamil terjadi peningkatan protein sebesar 68%,

asam folat 100%, kalsium 50%, dan zat besi 200- 300% dibandingkan

ibu yang tidak hamil.

8) Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care merupakan suatu program yang terencana berupa

observasi, edukasi serta penanganan medik yang dilakukan pada ibu

hamil, persalinan maupun nifas dengan tujuan untuk menjaga kehamilan

tersebut agar ibu sehat serta mengusahakan bayi yang dilahirkannya

sehat, kehamilan dan proses persalinan yang aman serta memuaskan,

memantau adanya resiko – resiko yang terjadi selama kehamilan,

menurunkan angka morbiditas serta mortalitas pada ibu maupun janin,


dan merencanakan penatalaksanaan yang secara optimal pada kehamilan

yang memiliki resiko tinggi (Kurniawan, 2019).

9) Kepatuhan mengkonsumsi suplemen zat besi

Kebutuhan Fe cukup tinggi karena selain diperlukan untuk janin dan

plasenta juga karena adanya proses retensi air atau penambahan cairan

sebanyak 40% dalam tubuh ibu. Jumlah Fe yang dianjurkan pada ibu

hamil adalah 18 mg perhari. Kebutuhan yang dianjurkan tersebut sulit

diperoleh dari sumber makanan saja tanpa penambahan zat besi dalam

makanan. Dalam makanan bisa terdapat 10 – 20 mg besi setiap hari,

tetapi hanya <10% dari jumlah tersebut yang di absorbsi. Konsumsi

tablet besi secara baik memberi peluang terhindarinya ibu hamil dari

anemia. Agar dapat di minum dengan baik sesuai aturan, sangat

dibutuhkan kepatuhan dan kesadaran ibu hamil dalam mengkonsumsinya

(Kurniawan, 2019).

10) Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah semua hasil perolehan yang di dapat oleh

anggota keluarga dalam bentuk uang hasil pekerjaannya. Pendapatan

adalah jumlah penghasilan keluarga (suami dna istri) dalam kurun waktu

per bulan (Andriani, 2015).

e. Pengaruh Anemia

Anemia mempunyai pengaruh buruk bagi kehamilan, nifas, dan janin.

Adapun dampak yang ditimbulkan dari anemia tersebut adalah:

1) Pengaruh anemia terhadap kehamilan

Menurut (Proverawati, 2012) bahaya tersebut seperti:

a) Perdarahan antepartum
b) Abortus

c) Gangguan tumbuh kembang

d) Mudah terjangkit infeksi

e) Ancaman dekompensasi kordis

f) Mola hidatidosa

g) Ketuban pecah dini (KPD)

2) Pengaruh anemia terhadap bahaya persalinan

Adapun bahaya yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:

a) Gangguan his

b) Kala I memanjang dan partus lama

Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan beresiko

tindakan operatif

c) Resiko retensio plasenta dan perdarahan postpartum akibat atonia

uteri

d) Kala IV beresiko atonia uteri dan perdarahan post partum

sekunder (Manuaba, 2010).

3) Pengaruh anemia terhadap bahaya masa nifas

a) Adanya perdarahan postpartum sekunder yang disebabkan oleh

sub involusio uteri

b) Mudah terkena infeksi perineum

c) Anemia pada masa nifas

d) Mudah terkena infeksi mammae (Tarwoto & Wartonah, 2013).


36

f. Akibat Anemia

Wanita hamil yang menderita anemia mempunyai risiko untuk

melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR), meningkatkan

angka kesakitan dan kematian ibu, serta meningkatkan kesakitan dan

kematian janin (Par'i, 2017). Penelitian Aristyawati (2013) menemukan

bahwa ibu hamil trimester III yang mnderita anemia, mempunyai resiko

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah sebesar 3,32 kali

dibandingkan dengan ibu yang hamil normal (Par'i, 2017).

Asupan zat besi sejak awal kehamilan cukup baik, maka janin akan

menggunakannya untuk kebutuhan tumbuh kembangnya, seklaigus

menyimpan dalam hati sebagai cadangan sampai usia 6 bulan setelah

dilahirkan. Sehingga kekurangan zat besi sejak sebelum hamil bila tidak

diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia, kondisi

meningkatkan risiko kematian pada saat melahirkan, melahirkan dengan

bayi dengan berat badan lahir rendah , janin dan ibu mudah terkena infeksi

dan keguguran. Selain itu juga zat besi sangat dibutuhkan untuk

perkembangan otak bayi diawal kelahirannya (Mulyono, 2013).

g. Gejala Klinis Anemia

Gejala klinis yang sering kali muncul pada anemia yakni kulit dan

konjungtiva pucat, rasa lemah, letih dan mudah mengantuk, hilangnya nafsu

makan, menurunnya daya konsentrasi, kesemutan, dan mudah pusing.

Keadaan tersebut biasnaya merupakan gejala awal anemia. Pada kasus yang

berat, dapat terjadi sesak napas disertai gejala lemah jantung (Par'i, 2017).
37

Gejala – gejalanya dapat berupa kepala pusing, berkunang- kunang,

perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, lesu,

lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Bila kadar Hb < 7

gr/dl maka gejala – gejala dan tanda – tanda anemia akan jelas. Dampak

anemia akan disajikan dalam tabel 2-1.

Bagi Ibu Bagi Janin


Lemah Bayi prematur
Tidak berenergi Bayi kecil untuk usia gestasi
Kelelahan Peningkatan mortalitas perinatal
Penurunan kinertas kerja Penurunan simpanan besi pada
Palpitasi neonatus
Takikardia Anemia defisiensi besi
Sulit bernafas Gangguan afektif dan kognitif pada
Peningkatan curah jantung bayi
Dekompensasio jantung Peningkatan insidens penyakit
Gagal jantung jantung
Peningkatan insidens persalinan Diabetes kemudian hari
prematur
Preeklampsia
Sepsis
Sumber : EGC, 2015

3. SARI KACANG HIJAU

Menurut Mustakim (2014) taksonomi tanaman kacang hijau (vigna radiate)

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Taksonomi Tanaman Kacang Hijau

Kingdom Plant Kingdom


Divisio Spermatophyta
Subdivisio Angiospermae
Class Dycotyledonae
Ordo Polypetalate
Famili Papilionidae
Subfamili Leguminosae
Genus Vigna
Spesies Vigna radiate
38

Sumber : Budidaya Kacang Hijau Secara Intensif, M. Mustakim, 2014: 48

Menurut Mustakim 92014: 49), adanya morfologi kacang hijau adalah sebagai

berikut:

1. Tipe determinit yaitu tipe tanaman yang ujung batangnya tidak melilit,

pembungaanya singkat, serempak, dan pertumbuhan vegetatifnya berhenti

setelah tanaman berbunga.

2. Tipe indeterminit (semi determinit) yaitu tipe tanaman yang ujung batangnya

melilit, pembungaan berangsur- angsur dari pangkal kebagian pucuk dan

pertumbuhan vegetatifnya terus berlanjut setelah berbunga.

Menurut Pridia (2014), di dalam kacang hijau terkandung asam folat, vitamin B,

riboflavin, asam pantohenat, dan niasin yang membantu fungsi metabolisme dan organ

tubuh. Selain itu juga kaya protein dengan asam amino lengkap yang dapat diserap

tubuh dengan cepat, serta omega-3 dan omega-6 yang dapat menurunkan kolesterol dan

menjaga kesehatan jantung.

1) Sejarah Kacang Hijau

Orang – orang cina adalah orang yang pertama memperkenalkan tumbuhan

kacang hijau di Indonesia. Di Indonesia kacang hijau termasuk tanaman industri

penting karena pembudidayaan tanaman ini mendorong munculnya industri penting

karena pembudidayaan tanaman ini mendorong munculnya industri makanan. Salah

satu contohnya dalam pesta makan di prasasti Jawa Kuno, Watu Kura, dari Jawa

Timur tahun 902 masehi (824 Saka) muncul daftar hidangan makanan yang

berbahan baku kacang hijau. Hal ini menunjukkan bahwa kacang hijau muncul

setelah penyebaran di Cina (Mustakim, 2014).


39

Verhandelingen membuat artikel yang membahas tentang pengolahan

kacang hijau, kemudian Raffles pun membicarakan kacang hijau dalam History of

Java pada tahun 1781. Dari bebrapa hal tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa

perkembangan besar kacang hijau terjadi berkat petani Cina, namun tidak mungkin

terjadi sebelum dasawarsa abad ke-19.

2) Kandungan Kacang Hijau

Menurut Mustakim (2014 : 60) kandungan nutrisi yang dimiliki oleh kacang

hijau, yaitu :

1. Protein

Daging merupakan salah satu kandungan protein terbaik, yang memiliki 7

gram / ons, tetapi kacang hijau memiliki 3,16 gram protein / saji dan

kacang hijau termasuk makanan nabati yang mempunyai sedikit lemak

jenuh dan kolesterol.

2. Asam folat atau folat


Memiliki fungsi untuk membantu mengurangi resiko penyakit jantung,

kecacatan saat kelahiran, memberikan kontribusi pada pertumbuhan sel

normal, membantu metabolisme protein, membentuk sel darah merah dan

proses penyembuhan dalam tubuh.

3. Besi

Memiliki fungsi untuk membentuk ketahanan tubuh, hemoglobin, dan

mempunyai peranan penting dalam pelancaran metabolisme tubuh dan

produksi energi.

4. Seng

Memiliki fungsi sebagai pemicu sistem kekebalan tubuh, membantu


40

memerangi infertilitas pria, serta membantu proses penyembuhan dalam

tubuh, pertumbuhan, dan perbaikan jaringan.

5. Kalium

Memiliki fungsi untuk mempertahankan keseimbangan asambasa dalam darah

dan kontraksi otot agar jantung berdetak dengan normal.

6. Magnesium

Memiliki fungsi untuk membantu membuat rileks pembulu vena dan arteri,

mengurangi resistensi dan meningkatkan aliran darah, oksigen, dan nutrisi ke

seluruh tubuh.

7. Tembaga

Memiliki fungsi sebagai penyerapan zat besi, dan terlibat dalam proses

metabolisme protein dalam tubuh.

8. Mangan

Memiliki fungsi untuk memproduksi energi dan pertahanan oleh antioksidan,

serta dibutuhkan untuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, serta

dapat membantu otak dan saraf.

9. Fosfor

10. Tiamin

Memiliki fungsi untuk memastikan fungsi sistem saraf bekerja dengan benar,

dan dapat memproduksi energi dari karbohidrat.

Sedangkan, kandungan gizi di dalam kacang hijau, yaitu :


41

Tabel 2.2 Kandungan Gizi Dalam 100 g Kacang Hijau

Energi 345 kal


Protein 22,2 g
Lemak 1,2 g
Karbohidrat 62,9 g
Serat 4,1 g
Kalsium 125 mg
Fosfor 320 mg
Zat Besi 6,7 mg
Vitamin A 157 IU
Vitamin B1 0,64 mg
Vitamin C 6 mg
Air 10 g
Sumber : Budidaya Kacang Hijau Secara Intensif, M. Mustakim, 2014 :
62

3) Manfaat Kacang Hijau

Menurut Mustakim (2014 : 69), beberapa manfaat kacang hijau bagi

kesehatan manusia yaitu : Peluruh air seni, melawan disentri, melenyapkan

biang keringat, menghilangkan bisul, menyuburkan rambut, menguatkan

imunitas tubuh, menyehatkan tulang, menurunkan kolesterol, melancarkan

pencernaan, mengurangi resiko kanker, sumber protein nabati, mengendalikan

berat badan, mengurangi resiko anemia, mencegah tekanan darah tinggi,

menyehatkan otak, keluhan pasca-menopause, diabetes, bermanfaat untuk Ibu

Hamil dan Menyusui, dan mencegah penyakit jantung.

4) Pengaruh kacang hijau terhadap kadar hemoglobin

Salah satu jenis kacang kacangan yang mengandung zat besi tinggi

adlah kacang hijau. Kacang hijau mengandung zat – zat yang diperlukan untuk

pembentukan sel darah sehingga dapat mengatasi penurunan hemoglobin.

Jumlah kandungan zat besi pada kacang hijau sebanyak 6,7 mg per 100 gram
42

kacang hijau (Food, 2017). Vitamin C dalam kacang hijau dapat meningkatkan

absorbsi zat besi nonheme sampai empat kali lipat. Vitamin C dengan zat besi

mempunyai senyawa ascorbat besi kompleks yang larut dan mudah diabsorbsi.

Peranan vitamin C dalam proses penyerapan zat besi yaitu dengan

mereduksi besi feri (Fe3+) menjadi Ferro (Fe2+) dalam usus halus sehingga

mudah diabsorbsi, proses reduksi tersebut akan menjadi semakin besar apabila

pH di dalam lambung semakin meningkat sehingga dapat meningkatkan

penyerapan zat besi 30%. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin

yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan (Sukarni,

2013).

Kandungan asam amino pada kacang hijau cukup lengkap yang terdiri

dari asam amino esensial yakni isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilanin,

treonin, valin, dan juga asam amino nonesensial yakni alanin, arginin, asam

aspartat, asam glutamat, glisin, triptofan dan tirosin (Lambrides C, 2007).

Kandungan protein, karbohidrat, dan lemak pada kacang hijau mendukung

proses sintesis hemoglobin. Karbohidrat dan lemak membnetuk suksisnil-KoA

yang selanjutnya bersma glisin akan membentuk protopofirin melalui

serangkaian proses porifinogen. Protofirin yang terbentuk selanjutnya bersama

molekul heme dan protein globin membentuk hemoglobin. Kandungan glasin

0,9% dari 22% jumlah asam amino total pada kacang hijau, sehingga kacang

hijau selain mampu membantu sintesis heme juga sebagai bahan pembentuk

sintesis heme (Murray, 2003)

Proses absorbsi yang terjadi dalam usus yaitu zat besi diserap dalam

duodenum dan jejenum bagian atas melalui proses yang kompleks. Besi yang
43

terdapat di dalam bahan pangan baik dalam bentuk Fe3+ dan Fe2+ mula- mula

akan mengalami proses pencernaan. Di dalam lambung Fe3+ larut dalam asam

lambung, kemudian di ikat oleh gastroferin dan direduksi menjadi Fe2+ dengan

adanya asam ascorbat (vitamin C). Di dalam usus Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+

yang selanjutnya berkaitan dengan apoferitin yang kemudian di transformasikan

mejadi Feritin, membebaskan Fe2+ ke dalam plasma darah. Sedangkan di dalam

plasma, Fe2+ di oksidasi menjadi Fe3+ dan berikatan dengan transferitin.

Transferitin sendiri mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum tulang untuk bergabung

membentuk hemoglobin. Transferitin mengangkut Fe2+ ke dalam tempat

penyimpanan besi di dalam tubuh (hati, sumsum tulang, limpa, dan sistem

retikuloendotial) kemudian dioksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini bergabung dengan

apoferitin membentuk feritin yang kemudian akan disimpan ( (Sukarni, 2013).

Kandungan vitamin A sebesar 7 mcg dalam setengah cangkirnya kacang

hijau. Kekurangan vitamin A dapat memperburuk anemia defisiensi besi.

Vitamin A memiliki banyak peran di dalam tubuh, antara lain untuk

pertumbuhan dan diferensiaasi sel progenoterositrosit, imunitas tubuh terhadap

infeksi dan mobilisasi cadangan zat besi seluruh jaringan. Kacang hijau

megandung 20-25% protein. Protein pada kacang hijau memiliki daya cerna

sekitra 77%. Daya cerna yang tidak trelalu tinggi tersebut disebabkan oleh

adanya zat antigizi, seperti anti tripsin dan tanin (polifenol). Untuk

meningkatkan daya cerna protein tersebut, kacang hijau harus diolah terlebih

dahulu melalui proses pemasakan, seperti perebusan, pengukusan dan sangrai

(Helty, 2008).
44

B. TINJAUAN ISLAM

Adanya teori proses kehamilan juga terdapat dalam Al- Qur’an QS. Al- Mu’minun

:23: 12- 14, sebagai berikut.

Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu


saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Menurut (Prawirohardjo, 2010) anemia dalam kehamilan yang sering terjadi dalam

kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Hal ini disebabkan kurangnya

unsur besi dalam makanan, karena gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan atau

karena terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari badan misalnya perdarahan.

Adanya penurunan kadar oksigen dalam tubuh menyebabkan keadaan ibu hamil

menjadi lemah. Oleh karena itu sebagai anak diperintahkan untuk berbuat baik kepada

kedua orangtua. Hal ini tertuang dalam Al – Qur’an QS. Al- Luqman : 31: 14.

Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.

Allah berfirman dalam QS. Al- Baqarah ayat 61:

Artinya: Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak bisa sabar
(tahan) dengan satu macam makanan saja. sebab itu mohonkanlah untuk
Kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari apa yang
ditumbuhkan bumi, Yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya,
kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu
mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik ? Pergilah kamu
ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". lalu
ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat
kemurkaan dari Allah. hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari
45

ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi yang memang tidak dibenarkan.
demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan
melampaui batas.

Allah juga berfirman dalam QS. Al- Maidah ayat 4:

Artinya: Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang Dihalalkan bagi


mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan
(buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar
dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut
apa yang telah diajarkan Allah kepadamu
46

C. CLINICAL PATHWAY
Kehamilan

Kehamilan Fisiologi

Kehamilan Patologi

Data Objektif dari


Data Subjektif
Hasil Pemeriksaan
dari Anamnesa Anemia Pada Ibu Hamil
Fisik dan Kadar
(keluhan Ibu)
hemoglobin

Ringan Sedang Berat

Asuhan yang diberikan


1. Konseling cara mengkonsumsi tablet Fe
2. Anjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung zat
besi
3. Optimalkan penyerapan Fe dengan vitamin C
4. Beri terapi obat Fe 60 mg dan jus kacang panjang 200 gram
dalam sehari pagi, untuk anemia sedang (kolaborasi) dan rujuk
jika anemia berat disertai komplikasi.

Evaluasi Kenaikan Kadar Hemoglobin

Anemia teratasi

Persalinan Normal

Gambar 1 Clinical Pathway menurut Tarwoto dan Wasnidar (2007), Sujiyatini dkk
(2009) dan Proverawati (2011).
47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yakni suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang

suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dengan design

studi kasus berbasis asuhan. Metode yang digunakan adalah studi kasus untuk

mengeksplorasi masalah asuhan kebidanan pada ibu hamil yang mengalami anemia

dengan pemberian sari kacang hijau.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas X. Pengambilan data penelitian

ini dilakukan pada awal pengkajian data dan melakukan follow up minimal sebanyak

3 kali. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada buklan April tahun 2020.

C. SUBYEK PENELITIAN

Subyek penelitian adalah subyek yang dituju pada pelaksanaan studi kasus.

Subyek penelitian ini adalah ibu hamil dengan anemia pada trimester I.

KASUS 1

PENGARUH PEMBERIAN KACANG HIJAU TERHADAP PENINGKATAN

KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI

PUSKESMAS NAIONI

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1038197&val=15691&tit

le=PENGARUH%20PEMBERIAN%20KACANG%20HIJAU%20TERHADAP%20

PENINGKATAN%20KADAR%20HEMOGLOBIN%20PADA%20IBU%20HAMI

L%20TRIMESTER%20III%20%20DI%20PUSKESMAS%20NAIONI
48

Tabel 3.1 Subyek Studi Kasus PICOT

No Kriteria Analisis
1 P = Populasi dan Sampel Populasi : dalam penelitian jumlah populasi yakni
seluruh ibu hamil trimester IIIdi Puskesmas Naioni
Kupang.
Sampel : dalam penelitian menggunakan 16 sampel.
2 I= Intervensi Desain penelitian ini menggunakan pre eksperimental
dengan teknik pengambilan sampel menggunakan
accidental sampling menggunakan lembar observasi.
3 C= Comparison Pembanding pada jurnal ini adalah pada kelompok
kontrol (Fe) dan kelompok eksperimen (minum sari
kacang hijau) dan tenaga kesehatan juga memberikan
pendidikan kesehatan tentang anemia.
4 O = Outcame Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji
wilcoxon, diperoleh Asymp.sig (2-tailed) atau p
adalah 0,005 <a (0,05), sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima yang artinya ada pengaruh pemberian kacang
hijau terhadap peningkaqtan kadar hemoglobin pada
ibu hamil trimester III.
5 T=Time Dalam jurnal ini penelitian ini dilakukan pada tahun
2018.

D. ALAT DAN METODE PENGUMPULAN DATA

1. Alat

Alat penelitian adalah alat atau fasislitas yang digunakan oleh peneliti dalam

pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam artian lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah (Arikunto, 2010). Alat pada pemeriksaan tanda vital yang digunakan

adalah tensimeter, termometer, stetoskop, dan jam tangan. Selain itu, juga

terdapat Handphone, lembar observasi dan alat tulis sebagai bentuk

pendokuemntasian. Sedangkan untuk sari kacang hijau sendiri, peneliti tidak

membuat namun hanya memberikan dalam bentuk kemasan.

2. Metode pengumpulan data


49

Menurut Notoatmodjo (2012), metode dalam pengumpulan data merupakan

suatu cara atau metode kyang digunakan untuk mengumpulkan data. Adapun

teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

a. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan di

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian dengan melakukan :

1) Pemeriksaan fisik

Adapun pemeriksaan fisik yang digunakan untuk mengetahui

keadaan kfisik pasien secara sistematis. Adapun pemeriksaan yang

dilakukan melalui inspeksi, palpasi dan perkusi pada leopold I-V,

serta auskultasi pada DJJ (Denyut Jantung Janin).

2) Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan informasi atau data, dimana peneliti mendapatkan

keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasarn peneliti

dengan cara bercakap- cakap berhadapan mkuka dengan orang

tersebut (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini melakukan wawancara

pada ibu hamil, keluarga ibu hamil dan tenaga medis di Puskesmas

tersebut.

3) Observasi

Observasi merupakan suatu kegiatan pemusatan perhatian terhadap

suatu objek dengan menggunakan salah satu indera. Mengobservasi

dapat dilakukan melalui penglihatan, pendengaran,k pencikuman,

peraba atau pengecap (Arikunto, 2012). Penelitian ini menggunakan


50

pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan

penunjang berupa hemoglobin.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan

oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber- sumber kyang

telah ada. Cara mendapatkan data sekunder dengan studi

dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi yang

berhubungan dengan pendokumentasian (Notoatmodjo, 2012). Pada

penelitian ini menggunakan data yang diperoleh melalui rekam medis

di Puskesmas dan buku KIA ibu, sedangkan bentuk studi

pendokumentasian akan menggunakan SOAP.

E. UJI KEABSAHAN DATA

Pada penelitian ini, uji validitas data akan dilakukan dengan triangulasi.

Triangulasi ini bertujuan untuk lebih meningkatnya pemahaman peneliti terhadap apa

yang telah ditemukannya, bukan hanya untuk mencari kebenaran tentang fenomena

tersebut (Sugiyono, 2017).

Menurut Sugiyono (2017), Triagulasi diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

1. Triagulasi sumber

Triagulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda. Membandingkan data hasil pengamatan (observasi)

dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang-

orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang


51

penelitian. Peneliti bertanya kekeluarga pasien dan tenaga kesehatan yang

memberikan asuhan.

2. Triagulasi tehnik

Triagulasi ini menguji kredibilitas dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan tehnik yang berbeda. Bila dengan tehnik ini

didapat data yang berbeda-beda maka peneliti melakukan beberapa diskusi

untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau semuanya benar

karena dari sudut pandang yang berbeda-beda. Peneliti menggunakan

tehnik observasi dan wawancara.

3. Triagulasi waktu

Triagulasi ini menguji kredibilitas dengan cara melakukan pengecekan

dengan observasi, wawancara atau tehnik lain dalam waktu atau situasi

yang berbeda. Peneliti melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil

dengan anemia dalam waktu yang berbeda untuk mengetahui kadar

hemoglobin ibu hamil sebelum dan setelah dilakukan intervensi oleh

peneliti.

F. ANALISIS DATA

Analisis data menurut Sugiyono (2017) yakni proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan bahan – bahan lain, sehingga dapat lebih mudah dipahami dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain. Adapun analisis data dalam penelitian

ini menggunakan analisis deskriptif dengan membandingkan dua kasus dengan

metode PICOT. Penelitian ini dilakukan muklai dari perumusan masalah,


52

sebelum terjun ke lahan praktik, dan berlangsung hingga pada penulisan hasil

penelitian.

Adapun analisa data dalam kasus ini menggunakan metode PICOT

(Patient, Intervention, Comparation, Outcome and Teory).

1. Population

Yakni jumlah subyek peneliti yang menjadikan dasar penelitian ini dalam

penataklaksanaan kepada responden.

2. Intervention

Yakni asuhan atau penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien. Adapun

intervensi yang diberikan harus berdasarkan eviden based.

3. Comparation

Yakni perbedaan penatalaksanaan pasien dengan dengan pasien lainnya.

4. Outcome

Yakni hasil yang diperoleh setelah apsien diberikan asuhan atau

penatalaksanaan.

5. Teory

Yakni dasar dalam memberikan asuhan terhadap masalah yang dihadapi oleh

pasien.

G. ETIKA STUDI KASUS

Penelitian merupakan upaya mencari kebenaran terhadap semua fenomena

kehidupan manusia, baik yang menyangkut fenomena alam maupun sosial, budaya,

pendidikan,kesehatan, ekonomi, politik, dan sebagainya, guna mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermuara kepada kesejahteraan umat manusia.

Dalam kegiatan penelitian tidak akan terlepas dengan hubungan antara relasi atau
53

antara pihak – pihak yang berkepentingan, sekurang- kurangnya antara kedua belah

pihak, yakni pihak peneliti dengan pihak subjek yang diteliti (Notoatmodjo, 2018).

Sebelum di lakukan pengumpulan data, terlebih dahulu penulis melakukan

etika dalam penelitian dimana etika ini menjadi salah satu syarat dilakukannya

studi kasus terhadap subyek berupa manusia. Beberapa prinsip penelitian pada

manusia yang harus dipahami antara lain:

1. Prinsip Manfaat

Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk yang di

lakukan memiliki harapan dapat di manfaatkan untuk kepentingan

manusia.Prinsip ini dapat di tegakkan dengan membebaskan, tiak memberikan

atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak di jadikan manusia untuk di

eksploitasi. Penelitian yang di hasilkan dapat memberikan manfaat, bila

penelitian yang di lakukan dapat mengalami dilemma dalam etika.

2. Prinsip Menghormati Manusia

Manusia memiliki hak dan mahluk mulia yang harus di hormati, karena

manusia memiliki hak dalam menentukan pilihan antara mau atau tidak untuk

di ikutsertakan menjadi subyek penelitian.

3. Prinsip Keadilan

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia

dengan menghargai hak dan memberikan pengobatan secara adil, baik

menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap

manusia.
54

Masalah etika studi kasus kebidanan merupakan masalah yang sangat

penting untuk penelitian, Mengingat penelitian kebidanan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus di perhatikan.

Masalah etika yang harus di perhatikan adalah sebagai berikut :

a. Informed Consent

Sebelum melakukan penelitian, maka akan di berikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden dengan tujuan agar subyek mengerti maksud dan

tujuan studi kasus jika subyek bersedia maka harus menandatangani

lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus

menghormati hak responden.

b. Anonimity

Pada pengumpulan data di jelaskan terlebih dahulu alat ukur studi kasus

dengan tidak mencatumkan nama pada lembar pengumpulan data,

sehingga nama responden bisa di rahasiakan, cukup dengan memakai kode

pada masing-masing lembar tersebut.

c. Confidentaly

Studi kasus menjamin kerahasiaan masalah-masalah responden yang harus

dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah

terkumpul dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tersebut

yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.


55

DAFTAR PUSTAKA

Abdulahi, A. a. (2014). Prevalence of Anemia and Associated Factors among Pregnant


Women in an Urban Area of Easthern Ethiopia. HIndawi Publishing
Corporation , 7.

al, M. e. (2017). Screening and Treatment for Iron Deficiency Anemia in Women :
Results of a Survey Obstetrician-Gynecologists. Matern Child Health
Journal , 21(8), 1626-1633.

Andriani, Z. (2015). Gambaran status gizi ibu hamil berdasarkan ukuran lingkar
lengan atas di kelurahan sukamaju kota depok. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.

Bothamley, J., & Boyle, M. (Penyunt.). (2012). Medical Conditions Affecting


Pregnancy and Childbirth. (L. Rendy, Penerj.) Jakarta: Kedokteran EGC.

KEPMENKES. (2007, Maret 27). Permenkes No. 369 Tahun 2007. Dipetik Januari
2020, dari PDPersi:
http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk3692007.pdf

KL, S., & al, E. R. (2015). Anemia among Antenatal Mother in Urban Malaysia.
Journal of Biosciences and Medicines , 6-11.

Kurniawan, A. W. (2019). Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kejadian


Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Cilacap Selatan I.
Cilacap: Stikes Al-Irsyad Al Islamiyah.

LL, H., & al, S. M. (2015). The Influence of Iron-deficiency Anemia during the
Pregnancy on Preterm Birth and Birth Weight in South China. Journal of
Food and Nutrition Research , 3 (9), 570-574.

Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit, Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.

. (2010). Obstetrik Pengantar Kuliah. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Par'i, H. M. (2017). Penilaian Status Gizi : Dilengkapi Proses Asuhan Gizi Terstandar.
(E. Rezkina, Penyunt.) Jakarta: Kedokteran EGC.

PERMENKES. (2014). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA NO. 88 TAHUN 2014. Dipetik Januari 2020, dari depkes:
http://sinforeg.litbang.depkes.go.id/upload/regulasi/PMK_No._88_ttg_Table
t_Tambah_Darah_.pdf

Prahesti, R. (2017). Analisis Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Anemia pada Ibu hamil di Puskesmas Prambanan Sleman Yogyakarta.
Tesis: Universitas Sebelas Maret.
56

Prawirohardjo. (2010). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Proverawati, A. (2012). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

RD, S. B. (1994). Iron Metabolism in Health and Desease. Dalam H. JW, P. MJ, & P. l.
(Eds), Iron Absorbtion in Brock JH (hal. 151-187). London: W.B Saunders.

S, A., S, S., & Soekarti, M. (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

T.D, N. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha


Medika .

Tarwoto, W., & Wartonah. (2013). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan (4 ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Tristianti, W. (2011). Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Status Anemia pada Ibu
Hamil di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2011.
Dipetik Desember 16, 2019, dari digilib ipb ac.id:
http://digilib.ipb.ac.id/NASKAH/PUBLIKASI/Penelitian Institut Pertanian
Bogor/Jawa Barat.pdf

Waugh, J. (2012). Patologi pada Kehamilan: Manajemen & Asuhan Kebidanan.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Winkjosastro, H. (2010). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai