Anda di halaman 1dari 15

MENGKRITISI JURNAL PENELITIAN

DENGAN
UJI KOMPARATIF NUMERIK BERPASANGAN

Pembimbing : Drs. Hendro Prasetyo, S.Kep.Ns., M.Kes


Disusun Oleh :

Vida Dwi A. (P17331171006)


Fadilah Nurul H. (P17331171009)
Afifah Faza M. (P17331173015)
Meysa P. Genessy (P17331173028)
Ika Nur A. (P17331174032)
Firdaus Elok S. (P17331174040)
Yunifa Anwar (P17331174047)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN JEMBER
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas “Mengkritisi Jurnal
Dengan Uji Komparatif Numerik Berpasangan”

Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak, untuk itu
pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Hendro Prasetyo,
S.Kep.Ns., M.Kes. selaku dosen pengajar mata kuliah Biostatistika.

Oleh karena ketidak sempurnaan tugas ini, maka kami mengharapakan masukan, saran,
dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan tugas ini. Semoga
tugas ini bermanfaat bagi pembaca serta menjadi referensi yang dapat dijadikan dasar
pengetahuan khususnya bagi kami dalam mengarungi masa depan.

Jember, 20 April 2020

Penyusun
PENUNDAAN PEMOTONGAN TALI PUSAT TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN
BAYI ASFIKSIA DI BPM ERNAWATI KABUPATEN GARUT TAHUN 2017
Ernawati
1 2
Ernawati , Sarah Fitria Nor Robbani

Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karsa Husada Garut Jln. Nusa
Indah No. 45 Tarogong Kaler Garut
Email: ernawatikoesendang@gmail.com,sarahfitria38@gmail.com

ABSTRAK
Asfiksia merupakan salah satu kasus yang berkontribusi pada tingginya kematian bayi. Penelitian
ini dilatarbelakangi oleh masih tingginya kasus kejadian asfiksia yang menjadi salah satu
penyebab tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. Tujuan penelitian untuk
mengetahui pengaruh penundaan pemotongan tali pusat terhadap tingkat kebugaran bayi asfiksia
di BPM Ernawati Kabupaten Garut Tahun 2016. Metode penelitian ini adalah pre-experiment
design dengan rancangan penelitian one group pre-test post-test design. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh bayi yang lahir dan pengambilan sampel sebanyak 123 bayi yang
lahir dari bulan Januari hingga Desember 2016menggunakan teknik Populasi Sampling. Analisis
data menggunakan analisis bivariat dengan metode Paired Sample T-Test dan Independent
Sample T-Test. Hasil frekuensi penundaan pemotongan tali pusat terhadap tingkat kebugaran bayi
asfiksia dengan nilai rata-rata pretest sebesar 6,78, sedangkan nilai rata rata postestsebesar 7,83.
Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa penundaan pemotongan tali pusat berpengaruh terhadap
tingkat kebugaran bayi asfiksia di BPM Ernawati Kabupaten Garut Tahun 2016. Saran yang
diajukan adalah meningkatkan promosi kesehatan pada bidan mengenai penundaan pemotongan
tali pusat dan IMD.
Kata Kunci : Tali pusat, asfiksia, kebugaran bayi
Abstract
This research is motivated by the still high incidence of asphyxia in BPM which is one of the
causes of high Infant Mortality Rate (IMR) in Indonesia. The purpose of this research is to know
the effect of delay of umbilical cord cutting to asphyxia baby's fitness level and IMD success in
BPM Ernawati Garut Regency in 2016. This research method is pre-experiment design with one
group pre-test post-test design. The population in this study were all infants born and sampling of
123 babies born from January to December 2016 using the technique Population Sampling. Data
analysis using bivariate analysis with Paired Sample T-Test and Independent Sample T-Test
method. The frequency of umbilical cord delay delaying the asphyxia infant's fitness rate was
6.78, while the mean posture was 7.83. When viewed from the time delay on the success of the
IMD the average value of 2.74, while the time delay against IMD unemployment average value of
1.45. The conclusion is that delay of umbilical cord cutting effect on asphyxia baby's fitness level
and influence on IMD success in BPM Ernawati Garut Regency Year 2016. Proposed suggestion
is to increase health promotion to every mother who is pregnant also do delay cutting of
umbilical cord until not be beating.
Keywords:Cord, asphyxia, baby fitness
1. Pendahuluan maupun masyarakat. Di Indonesia, sampai
saat ini sekitar 84,78 % persalinan
ditangani oleh tenaga kesehatan, yang
Asfiksia merupakan penyebab utama
71,40% diantaranya oleh bidan.
lahir mati dan kematian neonatus. Selain itu
asfiksia menyebabkan mortalitas yang Berdasarkan data di BPM Ernawati,
tinggi dan sering menimbulkan gejala sisa pada bulan Januari hingga Desember tahun
berupa kelainan neurologi. Asfiksia adalah 2014 dari 44 persalinan, sebanyak 13 bayi
keadaan hipoksia yang progresif, karena (29,5% ) mengalami asfiksia berat, 1 bayi
akumulasi CO2 dan asidosis. Asfiksia (2,3%) mengalami asfiksia sedang dan 30
paling sering terjadi pada periode segera bayi (68,2%) mengalami asfiksia ringan,
setelah lahir dan menimbulkan sebuah dengan keberhasilan IMD dicapai oleh 18
kebutuhan resusitasi dan intervensi segera bayi (40,9 %). Pada tahun 2015, dari bulan
untuk meminimalkan mortalitas dan Januari hingga Desember dari 97
morbiditas. Asfiksia Neonatorum persalinan, tercatat 6 bayi (6,2%)
merupakan suatu keadaan pada bayi baru mengalami asfiksia berat, 14 bayi (14,4 %)
lahir yang mengalami gagal bernafas secara mengalami asfiksia sedang, dan 77 bayi
spontan dan teratur segera setelah lahir, (79,4%) mengalami asfiksia ringan, dengan
sehingga bayi tidak dapat memasukkan keberhasilan IMD dicapai oleh 44 bayi
oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat (45,3%). Sedangkan pada Januari hingga
asam arang dari tubuhnya. Desember 2016 dari 123 persalinan,
sebanyak 9 bayi (7,3%) mengalami asfiksia
Menurut WorldHealth Organization
berat, 14 bayi(11,4%) mengalami asfiksia
(WHO) setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6
sedang, dan 100 bayi (81,3%) mengalami
juta) dari 120 juta bayi baru lahir
asfiksia ringan.
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini
meninggal. Di Indonesia, dari seluruh Talipusat/umbilicalcord merupakan
kematian bayi, sebanyak 57% meninggal. saluran kehidupan bagi janin selama ia di
Penyebab kematian bayi baru lahir di dalam kandungan yang menyalurkan
Indonesia adalah bayi berat lahir rendah oksigen dan makanan dari plasenta ke janin
(29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus yang berada didalamnya. Begitu janin
neonatorum, infeksi lain dan kelainan dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan
kongenital. oksigen dari ibunya, karena bayi sudah
dapat bernapas sendiri melalui hidungnya.
Banyaknya angka kematian dari
Karena sudah tak diperlukan lagi maka
kejadian asfiksia ini menyita perhatian
saluran ini harus dipotong dan dijepit atau
penting.Asfiksia tidak akan menyebabkan
diikat. Manfaat penundaan pemotongan tali
kematian apabila ditangani dengan baik dan
pusat untuk bayi termasuk masih diberinya
tepat waktubanyak negara didunia yang
kesempatan untuk darah merah, sel-sel
telah memberikan pelatihan manajemen
batang dan sel-sel kekebalan untuk
asfiksia bayi baru lahir kepada penolong
ditransisi ke tubuh bayi di luar
persalinan baik di tingkat rumah sakit
rahim.manfaat pentingnya penundaan
penjepitan talipusat untuk memaksimalkan mengetahui keadaan awalsebelum
volume darah untuk masa transisi janin ke dilakukan perlakuan. Dengan demikian,
masa neonatal. hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat, karena dapat membandingkan
Inisiasi menyusu dini adalah proses
dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
alami untuk menyusu, yaitu dengan
memberi kesempatan pada bayi untuk Pengumpulan data pada penelitian
mencari dan mengisap ASI sendiri, dalam eksperimen ini dilakukan dengan setting
satu jam pertama pada awal kehidupannya Bidan Praktik Mandiri Ernawati di
bayi. Inisiasi menyusu dini atau IMD Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut.
merupakan program yang sedang gencar Gambaran bayi yang lahir sebanyak 123
dianjurkan pemerintah Indonesia. WHO bayi pada Januari 2016 hingga Desember
dan UNICEF telah merekomendasikan 2016. Objek penelitian yang diambil yaitu
inisiasi menyusu dini sebagai tindakan bayi asfiksia dari persalinan bulan 2016
penyelamatan kehidupan, karena inisiasi Januari hingga bulan Desember 2016, yaitu
menyusu dini dapat menyelamatkan 22% sebanyak 123 bayi..
nyawa bayi sebelum usia 28 hari. Untuk itu
Populasi dalam penelitian ini adalah
diharapkan semua tenaga kesehatan di
seluruh bayi yang lahir di Bidan Praktik
semua tingkatan pelayanan kesehatan, baik
Mandiri Ernawati dari bulan Januari 2016
swasta maupun masyarakat dapat
hingga Desember 2016. Dimana populasi
mensosialisasikan dan melaksanakan
bayi yang lahir sebanyak 123 bayi. Dalam
suksesnya program tersebut.
penelitian ini peneliti menggunakan teknik
Tujuan penelitian ini adalah untuk Populasi Sampling dengan menetapkan
mengetahui Pengaruh Penundaan jumlah populasi yang ada menjadi
Pemotongan Tali Pusat Terhadap Tingkat sampel.Untuk penelitian ini sampel yang
Kebugaran Bayi Asfiksia dan Keberhasilan digunakan adalah sebanyak 123 bayi.
IMD di BPM Ernawati Kabupaten Garut
Populasi adalah wilayah generalisasi
Tahun 2016.
yang terdiri dari objek/ subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
2. Metode dan kemudian ditarik kesimpulan. Sampel
penelitian merupakan bagian dari jumlah dan
Penelitian ini merupakan penelitian karakteristik yang dimiliki oleh populasi/
operasional kuantitatif rancangan wakil populasi. Sampel digunakan bila
Eksperimen dengan menggunakan Pre populasi terlalu besar, sedangkan peneliti
mempunyai keterbatasan waktu, tenaga, dan
Experimental Design dalam bentuk One
dana. Populasi dan sampel mempunyai
Group Pre-test Post-test Design, yaitu
peranan penting dalam melaksanankan
penelitian dengan desain yang terdapat satu
penelitian guna menentukan berapa banyak
kelompok sampel yang dipilih tidak secara
jumlah subjek penelitian yang akan diteliti.
random, kemudian diberi pre-test untuk
Populasi dalam penelitian ini adalah harus dipenuhi yaitu data distribusi normal/
seluruh bayi yang lahir di Bidan Praktik simetris, kedua kelompok dependen,
Mandiri Ernawati dari bulan Januari 2016 variabel yang dihubungkan berbentuk
hingga Desember 2016. Dimana populasi numerik dan kategorik.
bayi yang lahir sebanyak 123 bayi. Jumlah
sampel tersebut diambil sesuai dengan
teknik penentuan jumlah sampel, dimana 3. Hasil dan Pembahasan
sebaiknya ukuran sampel minimum 30% 3.1 Hasil
dari jumlah populasi atau antara 30 s/d 500
sampel
Tabel 1. Hasil Pretest dan Post test Tingkat
Metode analisis data yang digunakan
Kebugaran Bayi Asfiksia Berdasarkan
dalam penelitian ini adalah analisis
Penundaan Pemotongan Tali Pusat
univariat dan analisis bivariat dengan
menggunakan SPSS Statistics 18. Analisis Rata Standar
univariat dilakukan untuk menjelaskan atau Variabel NRata Deviasi
mendeskripsikan karakteristik masing-
Tingkat
masing variabel yang diteliti, dalam
Kebugaran Bayi
penelitian ini dilakukan dengan
Asfiksia
komputerisasi. Analisis yang dilakukan
dalam deskripsi data meliputi gambaran Pretest 123 6,78 1,65
umum responden, distribusi frekuensi,
Postest 123 7,83 1,83
menyajikan data dalam bentuk table dan
grafik (histogram dan poligon frekuensi), IMD
menghitung tendensi sentral dan
menghitung ukuran penyebaran. Analisis Berhasil 66 2,74 0,53
univariat yang digunakan oleh peneliti Tidak Berhasil 57 1,45 0,50
yaitu dengan melihat kecenderungan
tengah meliputi nilai mean (rata-rata),
median (nilai tengah), dan meliputi standar Sumber : Hasi Olahan Data Komputerisasi
deviasi dan nilai minimum dan maksimum 2017
dari kelompok eksperimen, dimana analisis
ini digunakan untuk sekelompok data.
Analisis bivariat dilakukan terhadap Tabel 2. Analisis Bivariat Pengaruh
perbedaan mean antara kelompok data Penundaan Pemotongan Tali Pusat terhadap
dependen (subjeknya sama diukur dua Tingkat Kebugaran Bayi Asfiksia di BPM
kali), yaitu hasil ketika lahir dan sesudah Ernawati Kabupaten Garut Tahun 2016
dilakukan penundaan pemotongan tali
pusat pada sampel. Uji statistik yang
dilakukan adalah uji beda dua mean
dependen/ uji t, adapun syarat asumsi yang
Tingkat N Mean SD Standar P
Kebugaran setelah penundaan pemotongan tali pusat)
sebesar 7,83 dan dapat menyimpang hingga
error value 9,66.
Asfiksia mean
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
distribusi Frekuensi Penundaan
- Pemotongan Tali Pusat Terhadap
Pre Test - 12 1,0 1,68 0,00 Keberhasilan IMD. jika dilihat dari
Post Test 3 48 8 0,152 0 penundaan waktu terhadap keberhasilan
IMD nilai rata rata sebesar 2,74 dengan
standar deviasi 0,53 artinya penundaan
Sumber : Hasil Olahan Data Komputerisasi
waktu terhadap keberhasilan IMD terjadi
2017
pada nilai rata rata 2,74 dan dapat
menyimpang hingga 3,27. Sedangkan jika
dilihat dari penundaan waktu terhadap
Tabel 3. Pengaruh Penundaan Pemotongan
ketidakberhasilan IMD nilai rata rata
Tali Pusat terhadap Keberhasilan IMD di
sebesar 1,45 dengan standar deviasi (SD)
BPM Ernawati Kabupaten Garut Tahun
0,50 artinya penundaan waktu terhadap
2016
tidak keberhasilan IMD terjadi pada nilai
Pengaruh T Df Sig. rata rata 1,45 dan dapat menyimpang
hingga 1,95.

Penundaan Tabel 2 Pada hasil output Paired


Sample T-Test diketahui bahwa nilai mean
pemotongan tali antara hasil pre-test dan post-test adalah -
pusat – 13,671 121 0,000 1,048 dengan standar deviasi 1,688 berarti
Keberhasilan IMD ada kenaikan pre-test ke post-test sebesar
1,048 dan dapat menyimpang hingga
Sumber : Hasil Olahan Data Komputerisasi sebesar 2,736. Hasil uji statistic diketahui
2017 bahwa P value=0,000 berarti P value<0,05,
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa maka dapat disimpulkan bahwa ada
distribusi frekuensi pre-test (Apgar pengaruh penundaan pemotongan tali pusat
sebelum penundaan pemotongan tali pusat) terhadap tingkat kebugaran bayi asfiksia di
sebesar 6,78 dengan standar deviasi 1,65 BPM Ernawati Kabupaten Garut Tahun
artinya nilai rata rata pre-test (Apgar 2016.
sebelum penundaan pemotongan tali pusat) Pada tabel 3 hasil Independent Sample
sebesar 6,78 dan dapat menyimpang hingga T-test, berdasarkan output diatas diperoleh
8,43. Sedangkan nilai rata rata post-test nilai Sig. 0,000 < 0,05, maka sesuai
(Apgar setelah penundaan pemotongan tali pengambilan keputusan dalam Independent
pusat) sebesar 7,83 dengan standar deviasi Sample T-Test maka disimpulkan terdapat
1,83 artinya nilai rata rata post-test (Apgar pengaruh penundaan pemotongan tali pusat
terhadap keberhasilan IMD di BPM menunda waktu penjepitan tali pusat dapat
Ernawati Kabupaten Garut Tahun 2016. meningkatkan status hematologi bayi pada 3
bulan pertama kehidupan dan memperkaya
simpanan besi hingga 6 bulan. Sehingga bayi
3.2 Pembahasan yang ditunda pemotongan tali pusatnya akan
memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi
Frekuensi Hasil Pre-test dan Post-test dimana hemoglobin tersebut banyak
Tingkat Kebugaran Bayi Asfiksia mengandung oksigen yang menyebabkan
Berdasarkan Penundaan Pemotongan tingkta kebugaran bayi tersebut meningkat.
Tali Pusat
Hal ini juga terbukti dari data yang
Dari hasil penelitian dapat diketahui diambil oleh peneliti, bahwa bayi yang
bahwa distribusi frekuensi pre-test (Apgar mempunyai apgar score dengan kategori
sebelum penundaan pemotongan tali pusat) asfiksia berat (0-3) yang ditunda tali
sebesar 6,78 dengan standar deviasi 1,65. pusatnya hingga tidak berdenyut, mampu
Hal ini menunjukkan bahwa bayi yang lahir meningkat secara drastis apgar score-nya
di BPM Ernawati rata-rata mempunyai nilai menjadi kategori asfiksia ringan atau bayi
apgar 6,78 yaitu ada di rentang apgar 6 bugar (7-10). Peningkatan nilai apgar ini
hingga 7 yang bisa sedikit menyimpang 1 membuktikan bahwa semakin lama
hingga 2 angka sampai 8 hingga 9. penundaan tali pusat dilakukan, bahkan
Sedangkan nilai rata rata post-test (Apgar hingga tidak berdenyut, maka akan
setelah penundaan pemotongan tali pusat) semakin baik pada baik, yang
sebesar 7,83 dengan standar deviasi 1,83. mengakibatkan meningkatnya hemoglobin
Hal ini menunjukkan bahwa bayi yang lahir pada tubuh bayi. Ketika kadar hemoglobin
di BPM Ernawati rata-rata mempunyai nilai dalam tubuh bayi lebih banyak, maka
apgar setelah dilakukan penundaan hemoglobin ini akan mengikat oksigen
pemotongan tali pusat 7,83 yaitu ada di lebih banyak sehingga mampu membantu
rentang apgar 7 hingga 8 yang bisa sedikit bayi yang asfiksia dalam adaptasi
menyimpang 1 hingga 2 angka sampai 9 pernapasannya.
hingga 10. Terdapat perbedaan nilai rata-
rata pre-test (Apgar sebelum penundaan
pemotongan tali pusat) dan post-test (Apgar Frekuensi Penundaan Pemotongan Tali
setelah penundaan pemotongan tali pusat) Pusat terhadap Keberhasilan IMD
serta menunjukkan kenaikan rata-rata nilai
apgar setelah dilakukan penundaan Berdasarkan hasil penelitian dapat
pemotongan tali pusat. diketahui bahwa distribusi Frekuensi
Penundaan Pemotongan Tali Pusat
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Terhadap Keberhasilan IMD. Terdapat
Nuriah Arma (2016) tentang pengaruh sebanyak 66 bayi berhasil dalam
penundaan pemotongan tali pusat terhadap melakukan IMD dan sebanyak 57 bayi
kadar hematokrit dan kadar hemoglobin bayi tidak berhasil dalam melakukan IMD. Jika
di BPM Kota Padang, disimpulkan bahwa
dilihat dari penundaan waktu terhadap bayi
yang berhasil IMD, nilai rata rata sebesar ibunya dan akan meningkatkan
2,74 dengan standar deviasi 0,53 artinya keberhasilan menyusui pertama.
keberhasilan IMD dicapai oleh bayi yang
ditunda pemotongan tali pusat pada
kategori waktu 2 (3-5 menit) dan kategori 3 Pengaruh Penundaan Pemotongan Tali
(sampai tidak berdenyut). Sedangkan jika Pusat terhadap Tingkat Kebugaran Bayi
dilihat dari penundaan waktu terhadap Asfiksia di BPM Ernawati Kabupaten
ketidakberhasilan IMD nilai rata rata Garut Tahun 2016
sebesar 1,45 dengan standar deviasi 0,50
Berdasarkan tabel 3, pada hasil
artinya ketidakberhasilan IMD didapat oleh
outputPaired Sample T-test diketahui bahwa
bayi yang ditunda pemotongan tali pusat
nilai mean antara hasil pretest dan posttest
pada kategori 1 (1-3 menit). Hal ini adalah -1,048 dengan standar deviasi 1,688
menunjukkan bahwa semakin lama waktu berarti ada kenaikan pre-test ke post-test
penundaan pemotongan tali pusat, maka sebesar 1,048 dan dapat menyimpang hingga
akan membantu bayi dalam keberhasilan sebesar 2,736. Hal ini menunjukkan bahwa
IMD. ada perubahan positif dari sebelum dilakukan
Sesuai dengan teori Riksani yang penundaan pemotongan tali pusat dan
sesudah dilakukan penundaan pemotongan
mengemukakan bahwa penjepitan tali pusat
tali pusat. Hasil uji statistik diketahui bahwa
yang tertunda dapat meningkatkan
nilai P value=0,000 maka P value<0,05,
bounding attachment antara ibu dan bayi.
maka dapat disimpulkan penundaan
Ikatan yang terjalin antara ibu dan bayi
pemotongan tali pusat berpengaruh
selama bayi berada di atas dada ibu ini
terhadapat tingkat kebugaran bayi asfiksia di
akan membantu bayi dalam proses adaptasi BPM Ernawati Kabupaten Garut tahun 2016.
mengenal dunia luar rahim, termasuk
dalam mencari puting susu yang baunya Mercerdan Erickson, memperkirakan
sama seperti bau ketuban. Ketika ikatan bahwa transfusi plasenta selesai dalam
antara ibu dan bayi semakin kuat, maka waktu 3 menit. Dalam beberapa penelitian
bayi akan dengan mudah untuk diamati bahwa penjepitan tali pusat
menemukan puting susu ibunya dan akan tertunda dapatmemberikan kontribusi untuk
meningkatkan keberhasilan menyusui mencegah anemia defisiensi besi pada tahun
pertama. pertama kehidupan, mereka menegaskan
manfaat penjepitan tali pusat tertunda.
Menurut peneliti bahwa ikatan yang Penundaan penjepitan tali pusat menyediakan
terjalin antara ibu dan bayi selama bayi sampai 75mg zat besi (pasokan 3,5 bulan)
berada di atas dada ibu ini akan membantu pada 6 bulan pertama kehidupan bayi.Dan
bayi dalam proses adaptasi mengenal dunia manfaat terbesar terlihat pada anak-anak yang
luar rahim, termasuk dalam mencari puting lahir pada ibu yang kekurangan zat besi dan
susu yang baunya sama seperti bau bayi dengan berat lahir kurang dari 3000
ketuban. Ketika ikatan antara ibu dan bayi gram.
semakin kuat, maka bayi akan dengan
mudah untuk menemukan puting susu
Penjepitan tali pusat 3 menit setelah lahir BPM Ernawati Kabupaten Garut Tahun
dapat meningkatkan Kadar Hb dan Ht yang 2016.
bermanfaat bagi bayi. Indonesia dengan
Hasil penelitian ini sesuai dengan
latar belakang pelayanan kebidanan yang
penelitian lain. Pada tahun 2001, Judith dan
bervariasi yang mengacu pada kebijakan
Mercer menelitiefek penundaan penjepitan
prosedur pelaksanaan asuhan persalinan
tali pusat. Penjepitan ditunda 30- 45 detik
normal yang merekomendasikan penjepitan
pada bayi premature dan 3-10 menit pada
dan pemotongan talipusat dilakukan pada 2
bayi cukup bulan. Setelah penjepitan
menit. Walaupun demikian banyak juga
ditunda, bayi cukup bulan dan premature
penyedia layanan bersalin terus menjepit
memiliki hematokrit yang lebih tinggi pada
talipusat segera setelah kelahiran (kurang
usia 2 bulan dan kecenderungan
dari 2 menit), meskipun penundaan
peningkatan kadar feritin. Penelitian ini
penjepitan tali pusat telah terbukti
tidak menunjukkan peningkatan yang
bermanfaat bagi bayi baru lahir. Berbagai
signifikan dalam kadar bilirubin pada bayi
anggapan bahwa penjepitan tali pusat
cukup bulan dan prematur dengan menunda
tertunda dapat meningkatkan tingkat
penjepitan. Dr Judith Mercer adalah
polisitemia, polisitemia didefenisikan
seorang ahli terkemuka dan peneliti yang
sebagai tingkat Ht lebih besar dari 65%
telah meneliti dan mempunyai bukti
danterjadi padasekitar 2%-5% dari bayi
mengenai manfaat penundaan penjepitan
cukupbulan. Penjepitan tertunda dapat
talipusat baik untuk bayi aterm maupun
meningkatkan nilai hematokrit bayi karena
bayi prematur. Dengan review nya dari
terdapat volume darah tambahan.Perhatian
literatur yang tersedia menunjukkan bahwa
utama dengan polisitemia terkait dengan
penjepitan tali pusat yang tertunda dapat
hiperviskositas darah yang dalam hal
membuat kadar hematokrit yang lebih
inidapat meningkatkan kadar bilirubin,
tinggi, transportasi oksigen lebih optimal
tetapi aliran darah yang baik
dan aliran sel darah merah yang lebih tinggi
memungkinkan hati untuk memproses
ke organ vital, anemia bayi berkurang dan
bilirubin lebihefisien.
meningkatkan durasi menyusui. Mercer dkk
juga telah meneliti manfaat pentingnya
penundaan penjepitan talipusat untuk
Pengaruh Penundaan Pemotongan Tali
memaksimalkan volume darah untuk masa
Pusat terhadap Keberhasilan IMD di
transisi janin ke masa neonatal.
BPM Ernawati Kabupaten Garut Tahun
2016 Untuk beberapa dekade, berbagai
penelitian telah menunjukkan bahwa
Pada tabel 4, didapatkan hasil output
Independent Sample T-test, berdasarkan penjepitan tali pusat langsung atau segera
output diatas diperoleh nilai Sig. 0,000, maka setelah bayi lahir akan mengganggu
P value< 0,05, maka dapat disimpulkan fisiologi normal, anatomi dan proses
bahwa penundaan pemotongan tali pusat kelahiran. Dr Mercer menegaskan praktek
berpengaruh terhadap keberhasilan IMDdi penjepitan talipusar langsung atau segera
setelah bayi lahir dikembangkan tanpa
memperhatikan kebutuhan bayi dan dapat 5. Kemenkes RI. Profil Kesehatan
menyebabkan volume darah bayi bervariasi Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
25% sampai 40%. Padahal penjepitan tali Kemenkes RI; 2014.
pusat langsung atau segera setelah bayi 6. Sugiyono. Metode Penelitian
lahir dapat menghambat proses transisi Pendidikan, Bandung: Alfabeta; 2008.
yang sukses dan memberikan kontribusi 7. Notoatmodjo S. Metode Penelitian
terhadap kerusakan hipovolemik, volume Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2010.
darah rendah, kekurangan oksigen dan 8. Uma S. Metodologi Penelitian untuk
hipoksia pada bayi baru lahir terutama bayi Bisnis, Edisi 4, Buku 1, Jakarta:
yang rentan (prematur, asfiksia, BBLR). Salemba Empat; 2006.
9. Agus R. Aplikasi Metodologi Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika;
4. Kesimpulan 2011.
10. Nuriah. Perbedaan Kadar Hemoglobin
dan Hematokrokit Bayi Baru Lahir
Dari penelitian ini dapat disimpulkan Akibat Perbedaan Waktu Penjepitan Tali
bahwa penundaan pemotongan tali pusat Pusat. Jurnal Kesehatan Andalas: Vol.5
dapat berpengaruh dalam meningkatkan No1; 2016.
tingkat kebugaran bayi asfiksia terutama 11. JNPK-KR, Asuhan Persalinan Normal.
jika dilakukan hingga tali pusat bayi tidak Jakarta: JNPK; 2008.
berdenyut, dan berpengaruh dalam 12. Kodrat L. Dahsyatnya ASI & Laktasi,
meningkatkan keberhasilan Inisiasi Yogyakarta: Media Baca; 2010
Menyusu Dini (IMD) di BPM Ernawati 13. MercerJ and
Kabupaten Garut. EricksonDA.RethinkingPlacental
Transfusionand Cord
ClampingIssues.Journalof
Daftar Pustaka perinatal&neonatalnursing.2012;26:3;2
1. Vivian N. Asuhan Neonatus Bayi dan 02-17
Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika; 14. Sastroasmoro S. Dasar-dasar
2010. MetodologiPenelitianKlinis. Edisike-
2. Wibowo. Manajemen Kinerja, Edisi 3.Jakarta: SagungSeto;2001.
keempat Jakarta: Rajawali Pers; 2014 15. Mercer
3. Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia J.CurrentBestEvidence:AReview ofThe
tahun 2006. Jakarta: Departemen LiteratureonUmbilicalCordClamping.J
Kesehatan Republik Indonesia; 2007 Midwifery:
4. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. WomensHealth.2001;46:402-14..
Jakarta : YBPSP; 2010. 16. Riksani R. Keajaiban Tali Pusat dan
Plasenta Bayi. Jakarta: Dunia Sehat;
2012.
HASIL MENGKRITISI
1. Tujuan
Banyaknya angka kasus bayi lahir asfiksia sebagai salah satu penyebab kematian pada
bayi, membuat penliti ingin mengurangi angka tersebut dengan cara melakukan penelitian
eksperimen kepada beberapa bayi baru lahir di BPM Ernawati Kabupaten Garut Tahun 2016.
Peneliti menuliskan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penundaan
pemotongan tali pusat terhadap tingkat kebugaran bayi asfiksia dan keberhasilan IMD di BPM
Ernawati Kabupaten Garut Tahun 2016. Tujuan penelitian tersebut sudah cukup baik, tetapi ada
point yang tidak di munculkan di bagian judul, yaitu tentang keberhasilan IMD. Sehingga
membuat judul memiliki kekurangan tersendiri yang seharusnya memiliki kesamaan antara judul
dan tujuan penelitian dalam segala point nya.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian operasional kuantitatif rancangan Eksperimen dengan
menggunakan Pre Experimental Design dalam bentuk One Group Pre-test Post-test Design.
Uji statistik yang dilakukan adalah uji beda dua mean dependen/ uji t.
Menurut kelompok kami, uji statistik yang digunakan pada penelitian ini sudah benar.
Menggunakan uji komparatif numerik berpasangan (dependen) karena memang penelitian ini
dilakukan secara eksperimen, sample diukur 2 kali pada pre test dan post test. Hanya saja pada
artikel ini, di bagian metode masih dijelaskan apa itu populasi dan sample, harusnya tidak perlu
cukup dengan menjelaskan bagaimana mendapatkan sample dari jumlah populasi dari penelitian
tersebut.
3. Penghitungan
Pada penelitian tersebut menggunakan analisis univariate dan bivariate dengan bantuan
SPSS statistic 18. Analisis univariat yang digunakan oleh peneliti yaitu dengan melihat
kecenderungan tengah meliputi nilai mean (rata-rata), median (nilai tengah), dan meliputi standar
deviasi dan nilai minimum dan maksimum dari kelompok eksperimen, dimana analisis ini
digunakan untuk sekelompok data. Analisis bivariat dilakukan terhadap perbedaan mean antara
kelompok data dependen (subjeknya sama diukur dua kali), yaitu hasil ketika lahir dan sesudah
dilakukan penundaan pemotongan tali pusat pada sampel.
Pertama-tama, peneliti melakukan hitung analisis univariate dengan menghitung Hasil
Pretest dan Post test Tingkat Kebugaran Bayi Asfiksia Berdasarkan Penundaan Pemotongan Tali
Pusat, ditemukan hasil sebagai berikut :
Variabel N Rata Rata Standar Deviasi
Tingkat Kebugaran Bayi Asfiksia
Pretest 123 6,78 1,65
Postest 123 7,83 1,83

IMD
Berhasil 66 2,74 0,53
Tidak Berhasil 57 1,45 0,50

Lalu, peneliti melakukan hitung analisis bivariate untuk menentukan Pengaruh


Penundaan Pemotongan Tali Pusat terhadap Tingkat Kebugaran Bayi Asfiksia, dan ditemukan
hasil sebagai berikut :

Tingkat Kebugaran Standar


N Mean SD P value
Asfiksia error mean

Pre Test - Post Test 123 -1,048 1,688 0,152 0,000

4. Hasil
Dalam hasil yang penulis sajikan dengan tabel yakni berupa tabel komputerisasi hasil
Pretest dan Post test Tingkat Kebugaran Bayi Asfiksia Berdasarkan Penundaan Pemotongan Tali
Pusat, dan juga tabel analisis bivariat pengaruh terhadap tingkat kebugaran bayi serta tabel
pengaruh pemotongan tali pusat dengan keberhasilan IMD menurut saya ini dapat memudahkan
dalam memahami dan membaca hasil dari pembahasan penelitian. Karena disitu terdapat hasil
hitungan dan nilai value yang mana dengan hal tersebut bisa diketahui berapa tingkat
keberhasilan program penelitian.
5. Pembahasan
Bagian pembahasan yang terdapat dalam jurnal “Penundaan Pemotongan Tali Pusat
Terhadap Tingkat Kebugaran Bayi Asfiksia di BPM Ernawati Kabupaten Garut Tahun 2016”
sudah cukup jelas dalam membahas serta menjelaskan secara detail tentang hasil penelitian yang
menerangkan bahwa terdapat perbedaan antara bayi yang dilakukan penundaan pemotongan tali
pusat dapat berpengaruh dalam meningkatkan tingkat kebugaran bayi asfiksia terutama jika
dilakukan hingga tali pusat bayi tidak berdenyut, dan berpengaruh dalam meningkatkan
keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di BPM Ernawati Kabupaten Garut.

Peneliti menjelaskan bahwa pada bayi yang dilakukan pemotongan tali pusat segera
memiliki nilai APGAR SCORE yaitu ada di rentang 6 dan 7 yang bisa sedikit menyimpang 1
hingga 2 angka sampai 8 hingga 9. Namun pada bayi baru lahir yang dilakukan penundaan
pemotongan tali pusat, nilai APGAR SCORE berada pada rentang 7 dan 8 yang bisa sedikit
menyimpang 1 hingga 2 angka sampai 9 hingga 10. Hal ini juga terbukti dari data yang diambil
oleh peneliti, bahwa bayi yang mempunyai apgar score dengan kategori asfiksia berat (0-3) yang
ditunda tali pusatnya hingga tidak berdenyut, mampu meningkat secara drastis apgar score-nya
menjadi kategori asfiksia ringan atau bayi bugar (7-10).

Setelah dilakukannya eksperimen, terdapat sebanyak 66 bayi berhasil dalam melakukan


IMD dan sebanyak 57 bayi tidak berhasil dalam melakukan IMD. Jika dilihat dari penundaan
waktu terhadap bayi yang berhasil IMD, nilai rata rata sebesar 2,74 dengan standar deviasi 0,53
artinya keberhasilan IMD dicapai oleh bayi yang ditunda pemotongan tali pusat pada kategori
waktu 2 (3-5 menit) dan kategori 3 (sampai tidak berdenyut). Sedangkan jika dilihat dari
penundaan waktu terhadap ketidakberhasilan IMD nilai rata rata sebesar 1,45 dengan standar
deviasi 0,50 artinya ketidakberhasilan IMD didapat oleh bayi yang ditunda pemotongan tali
pusat pada kategori 1 (1-3 menit). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu penundaan
pemotongan tali pusat, maka akan membantu bayi dalam keberhasilan IMD.

Peneliti mengatakan bahwa ada perubahan positif dari sebelum dilakukan penundaan
pemotongan tali pusat dan sesudah dilakukan penundaan pemotongan tali pusat. Hasil uji
statistik diketahui bahwa nilai P value=0,000 maka P value<0,05, maka dapat disimpulkan
penundaan pemotongan tali pusat berpengaruh terhadapat tingkat kebugaran bayi asfiksia di
BPM Ernawati Kabupaten Garut tahun 2016.

Peneliti juga memaparkan teori menurut Mercer dan Erickson yang memperkirakan
bahwa transfusi plasenta selesai dalam waktu 3 menit. Dalam beberapa penelitian diamati bahwa
penjepitan tali pusat tertunda dapat memberikan kontribusi untuk mencegah anemia defisiensi
besi pada tahun pertama kehidupan, mereka menegaskan manfaat penjepitan tali pusat tertunda.
Penundaan penjepitan tali pusat menyediakan sampai 75mg zat besi (pasokan 3,5 bulan) pada 6
bulan pertama kehidupan bayi.Dan manfaat terbesar terlihat pada anak-anak yang lahir pada ibu
yang kekurangan zat besi dan bayi dengan berat lahir kurang dari 3000 gram.

Berdasarkan output yang diperoleh nilai Sig. 0,000, maka P value< 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa penundaan pemotongan tali pusat berpengaruh terhadap keberhasilan IMD di
BPM Ernawati Kabupaten Garut Tahun 2016. Dalam penelitian ini, peneliti cukup memberikan
pemaparan tentang hasil penelitian tentang efek penundaan penjepitan tali pusat yang dilakukan
oleh Judith dan Mercer pada tahun 2011.

Anda mungkin juga menyukai